Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL

Disusun Oleh :

Idealti Ajeng Soleha 1814401013

Tingkat 2/Reguler 1

Pembimbing :

Merah Bangsawan, SKM.,M.Kes


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

2020

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. Kasus (masalah utama) :


Isolasi sosial
B. Proses terjadinya masalah:
1) Pengertian:
a. Isolasi sosial adalah keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menilai, menyatakan, serta memperlihatkan sikap negatif
dan mengancam bagi dirinya (Towsend, 2009).
b. Isolasi sosial dalah keadaan ketika seorang klien mengalami penurunan bahkan sa sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Keliat,
2010).
c. Isolasi sosial sebagai suatu pengalaman menyendiri dar seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang
mengancam (Herdman, 2012).
d. Isolasi sosial adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain sebagai suatu yang negatif atau keadaan yang
mengancam (SAK, FIK-UI, 2014).
2) Faktor Predisposisi
Stuart (2009), mengatakan faktor predisposisi adalah faktor resiko timbulnya stres yang akan mempengaruhi tipe dan sumber-sumber yang dimiliki
klien untuk menghadapi stres.
a. Biologis
Faktor biologis berhubungandengan kondisi fisiologis yang mempengaruhi timbunya gangguan jiwa. Beberapa teori mengkaitkan faktor
predisposisi biologis dengan teori genetik dan teori biologi terhadap timbulnya skozofrenia. Isolasi sosial merupakan faktor negatif dari skizofrenia
menurt berbagai penelitian kejadian skiizofrenia disebabkan beberapa faktor seperti kerusakan pada area otak, peningkatan aktivitas neurotransmitter
serta faktor genetika.

b. Psikologis
1) Teori psikoanalitik
Sigmund freud melalui teori psikoanalisa menjelaskan bahwa skizofrenia merupakan hasil dari ketidakmampuan menyelesaikan masalah dan
konflik yang tidak disadari antara impuls agresif atau kepuasan libido, serta pengakuan terhadap ego.
2) Teori perilaku
Teori perilaku beramsumsi bahwa perilaku merupakan hasil pengalaman yang dipelajari oleh klien sepanjang daur keidupannya, dimana setiap
pengalaman yang dialami akan mempengaruhi perilaku klien baik bersifat adaktif maupun maladaktif.
3) Teori interpersonal
Teori interpersonal berasumsi bahwa skizorefnia terjadi karena klien mengalami ketakutan akan penolakan interpersonal atau trauma dan kegagalan
perkembangan yang dalami pada masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang mengakibatkan seseorang menjadi tidak berdaya, tidak
percaya diri, tidak mampu membina hubungan saling percaya pada orang lain, timbulnya sikap ragu-ragu dan takut salah. Selain itu klien akan
menampilkan perilaku mudah putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, serta menghindar dari orang lain.
Selain sistem keluarga yang kurang harmonis seperti adanya penolakan orangtua, harapan orangtua yang tdak realistis, kurang mempunyai
tanggungjawab personal juga menjadi faktor pencetus timbulnya gangguan dalam hubungan interpersonal. Kemampuan menjalain hubungan
interpersonal sangat berhubungan dengan kemampuan klien menjalankan peran dan fungsinya.
c. Sosial budaya
Faktor sosial budaya meyakini bahwa penyebab skizofrenia adalah pengalaman seseorang yang mengalami kesulitan beradaptasi terhadap
tuntutan sosial budaya karena klien memiliki harga diri rendah dan mekanisme koping maladaktif. Stresor ini merupakan salah satu ancaman yang dapat
mempengaruhi perkembangan gangguan dalam interaksi sosial terutama dalam menjalin hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal berkembang
sepanjang siklus kehidupan manusia. Perkembangan hubungan interpersonal khusunya konsep diri dimulai sejak masa bayi dimana pada masa ini tugas
perkembangan yang harus dicaapai seseorang bayi adalah menetapkan hubungan saling percaya dan terus berkembang hinggga tahap perkembangan
dewasa akhir.
Gangguan dalam membina hubungan interpersonal biasanya mudah dikenali pada saat masa remaja atau pada masa yang lebih awal dan berlanjut
sepanjang tahap perkembangan masa dewasa yang ditandai dengan adanya respon maladaktif yaitu ketidakmampuan klien unntuk beradaptasi dengan
lingkungan sekitar serta ketidakmampuan membina hubuhang interpersonal atau penyimpangan perilaku lain. Penelitian yang dilakukan di Amerika
menyimpulakn sekitar 10%-18% penduduknya mengalami gangguan kepribadian (Stuart, 2009).
Gangguan dalam membina hubungan interpersonal yang muncul pada saat remaja (pubertas), disebabkan karena pada masa ini reamaj mengalami
berbagai macam perubahan fisik dan psikososial serta tuntutan masyarakat yang mengaharuskan remaja mampu mebuat keputusan menyangkut dirinya
in mengakibatan remaja harus mampu menyesuaikan diri dengan perbuatan tersebut, ketidakmampuan remaja yang terjadi akan mengakibtakan
gangguan kepribadian yang dpat mengakibatkan gangguan dalam hbungan sosial (Hawari, 2007).
Papalia Old dan Feldman (2008), mengatakan selain akibat dari perubahan yang sedang terjadi pada remaja, gangguan perkembangan respon
sosial juga disebabkan karena pola asuh orangtua. Orangtua yang selalu memberikan penghargaan terhadap anak akan menghasilkan anak dengan harga
diri yang tinggi hingga anak tersebut dewasa. Anak yang memiliki harga diri tinggi lebih sukses dalam pekerjaan maupun dalam menjalin hubugan
interpersonal. Sebaliknya dengan orangtua dengan pola pengasuhan yang keras, tanpa kasih sayang akan menghasilkan anak dengan harga diri rendah
yang akan mempangaruhi dalam menjalin hubungan interpersonal dengan lingkungan sekitar. Penelitian Coopersmith (1967), menyimpulkan anak
dengan harga diri tinggi cenderung sangat ekspresif dan aktif, sukses dalam akademik dan sosial, serta mampu menjalin hubungan interpersonal serta
memiliki kepercayaan diri tinggi. Sedangkan anak memliki harga diri sedang paling bisa menyesuaikan diri, dan anak-anak dengan harga diri rendah
berprestasi paling rendah cenderung merasa minder, juga sensitif terhadap kritik dan secara sosial anak tersebut paling terisolasi dari anak dengan harga
diri tinggi.
Townsend, M.C (2009) mengatakan pada umunya isolasi sosial disebabkan karena kurangnya rasa percaya diri, perasaaa panik, adanya gangguan
dalam proses pikir, sukar berinteraksi dimasa lampau perkembangan ego yang lemah serta represi dari rasa takut. Sedangkan menurut Stuart (2009)
isolasi sosial disebabkan oleh harga diri rendah bila tidak segera ditangani perilaku isolasi sosial dapat berisiko terjadinya halusinasi.

3) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus internal atau eksternal yang mengancam klien antara lain dikarenakan adanya ketegangan peran antara konflik
peran, peran yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi, situasi transisi peran dan transisi peran sehat sakit (Stuart, 2009).
a. Psikologis
Faktor presipitasi psikologis klien isolasi sosial berasal dari internal dan eksternal. Stuart dan Laraia (2005) yang mengatakn bahwa isolasi sosial
disebabkan karena adanya faktor presipitasi yang berasal dalam diri sendiri ataupun dari luar.
1) Internal
Stresor internal terdiri dari pengalaman tidak menyenangkan, perasaan ditolak dan kehilangan orang yang berarti. Stresor yang berasal dari
dalam adalah kegagalan dan rasa bersalah yang dialaminklien. Penelitian yang dilakukan oleh Canadian Assosiation Psychiatric (2004),
menunjukkan bahwa prevalensi ketakutan berhubungan sosial pada klien yang memiliki harga diri rendah 14,9% lebih tinggi dibandingakn dengan
klien yang memiliki harga diri tinggi sebesar 6,6%.
2) Eksternal
Stresor eksternal adalah kurangnya dukungan dari lingkungan serta penolakan dari lingkungan atau keluarga. Stresor dari luar klien tersebut
dapat berupa ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan transiss, situasi transisi peran dan transisi
peran sehat sakit. Pendapar senada diutarakan oleh Erikson (2000, dalam Keliat, 2006), yang menyatakan bahwa untuk kemampuan
mengembangkan hubungan yang positif setiap klien harus dapat melalui delapan tugas perkembangan (development task) sesuai dengan proses
perkembangan usia.
Kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan dapat mengakibatkan klien tidak percaya diri, tidak percay pada oranglain, ragu, takut
salah, pesisimtis, putus asa, menghindar dari oranglain, tidak mamlu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Pendapat senada diutarakan
oleh Stuart (2000), yang menyatakna bahwa seseorang dengan tipe kepribadian introvert, menutup diri dari orang-orang yang memperhhatikannya
sehinggat tidak memiliki orang terdekat atau orang yang tidak berarti dalam hidupnya.
b. Sosial budaya
Sosial budaya merupakan acaman terhadap sistem diri. Ancaman terhadap sistem diri merupakan ancaman terhadap identitas diri, harga dir, dan
fugsi integritas sosial. Ancaman terhadap sistem diri berasal dari 2 sumber yaitu: eksternal dan internal.
Sumber eksternl dapat disebabkan karena kehilangan orang yang sangat dicintai karena kematian, perceraian, perubahan status pekerjaan, dilema
etik, ataupun tekanan sosial dan budaya. Sedangkan sumber internal disebakan karena kesulitan membangun hubungan interpersonal dilingkungan
sekitar seperti dilingkungan rumah atau tempat kerja, dan ketidakmampuan menjalaankan peran baru sebagai orangtua, pelajar atau pekerja. Penelitian
tentang faktor lingkungan sebagai salah satu penyebab isolasi sosial menyimpulkan bahwa lingkungan memiliki andil yang cukup besar terhadap
timbulnya harga diri rendah pada klien seperti lingkungan yang tidak kondusif dan selalu memojokkan klien yang pada akhirnya akan mempengaruhi
aktivitas klien termasuk hubungan dengan oranglain.

4) Penilaian Terhadap Stresor


Model Stres Adaptasi Stuart (2009) mengintegrasikan data dari konsep psikoanalisis, interpersonal, perilaku, genetik dan biologis. Berbagai konsep
tersebut akan menjelaskan tentang penilaian stresor seseorang terhadap respon yang ditimbulkan akibat megalami harga diri rendah salah satunya adalah
issolasi sosial.
a. Kognitif
Stuart (2009), yang menyatakan bahwa faktor kognitif bertugas mencatat kejadian stresful dan reaksi yang ditimbulkan secara emosional,
fisiologis, serta perilaku dan reaksi sosia seseorang yang ditampilkan akibat kejadian stres full dalam kehidupan selain memilih pola koping yang
digunakan. Berdasarkan penilaian tersebut klien dapat menilai adanya suatu masalah sebagai ancaman atau potensi. Kemampuan klien melakukan
penilaian kognitif ini dipengaruhi oleh persepsi klien, sikap terbuka individu terhadap adanya perubahan, dan kemampuan untuk melakukan kontrol
diri terhadap pengaruh lingkungan, serta kemampuan menilai masalah. Pada klien dengan isolasi sosial kemampuan kognitif klien sangat terbatas
klien lebih berfokus pada masalah bukan bagaimana cara altrnatif pemecahan masalah yang dihadapi.
b. Afektif
Menurut Stuart (2009) respon afektif terkait dengan ekspresi emosi, mood, dan sikap. Respon afektif yang ditimbulkan dipengaruhi oleh
ketidakmampuan jangka panjang terhadap situasi yang membahayakan sehingga mempengaruhi kecederungan respon terhadap ancaman terhadap
harga diri klien. Respon afektif terhadap pasien isolasi sosial adalah adanya perasaan putus ada sedih, kecewa, merasa tidak berharga dan merasa tidak
diperhatikan Menurut Stuart dan Laraia (2005) perasaan yang dirasakan klien tersebut dapat mengakibatkan sikap menarik diri dari lingkunagn
sekitar.
c. Fisiologis
Menurut Stuart (2009) respon fisiologis terkait dengan bagaimana sistem fisiologis tubuh berespon terhadap stresor, yang mengakibatkan
perubahan terhadap sistem neuroendokrin, dan hormonal. Respon fisiologis merupakan respon neurobiologis yang bertujuan untuk menyiapkan klien
dalam mengatasi bahaya. Perubahan yang dialami klien akan mempengaruhi neurobiologis untuk mencegah stimulus yang mengancam. Setiap klien
yang dilahirkan memiliki sistem saraf pusat yang sensitif terhadap stimulus yang membahayakan.

d. Perilaku
Adalah hasil dari respon emosiomal dan fisiologis. Respon perilaku sosial teridentifikasi 3 perilaku yang maladaktif yaitu sering melamun, tidak
mau bergaul dengan klien lain, tidak mau mengemukakan pendapat, mudah menyerah dan ragu-ragu dalam mengambil keputusan atau dalam
melakukan tindakan.
e. Sosial
Merupakan hasil perpaduan dari respon kognitif, afektif, fisiologis dan perilaku yang akan mempengaruhi hubungan atau interaksi dengan
oranglain. Respon perilaku dan sosial memperlihatkan bahwa klien dengan isolasi sosial lebih banyak memberi respon menghindar terhadap stresor
yang dialaminya. Respon negatif yang ditampilkan merupakan akibat keterbatasan kemampuan klien dalam menyelesaikan masalah, dan keterbatasan
klien dalam melakukan penilaian terhadap stresor, sehingga klien memilih untuk menghindari stresor bukan sesuatu yang harus dihadapi atau
diselesaikan.
5) Sumber Koping
Menurut Stuart (2009), sumber koping merupakan pilihan atau strategi bantuan untuk memutuskan mengenai apa yang dapat dilakukan dalam
menghadapi suatu masalah.
a. Kemampuan personal
Pada klien dengan isolasi sosial kemampuan personal yang harus dimiliki meliputi kemampuan secara fisik dan metal. Kemampuan secara fisik
terindifikasi dari kondisi fisik sehat. Kemampuan mental meliputi kemampuan kognitif, efektif, perilaku dan sosial. Kemampuan kognitif meliputi
kemampuan yang sudah ataupun yang sudah dimiliki klien didalam mengindentifikasi masalah, meniali dan menyelesaikan masalah, sedangkan
kemampuan efektif meliputi kemampuan untuk meningkatkan konsep diri klien dan kemampuan perilaku terkait dengan kemamapuan melakukan
tindakan yang adekuat dalam menyelesaikan stressor yang dialami.
b. Dukungan Sosial
Taylor, dkk (2003) menyatakan bahwa dukungan sosial akan membantu klien untuk meningkatkan pemahaman terhadap stressor dalam mencapai
keterampilan koping yang efektif. Pendapat lain yang mendukung pernyataan diatas mengenai pentingnya dukungan sosial didalam proses
penyembuhan klien adalah pernyataan yang diungkpakan oleh sarafino (2002), yang menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan perasaan caring,
penghargaan yang akan membantu klien untuk dapat menerima oranglain yang berasal dari keyakinan yang berbeda. Pendapat senada diuraikan oleh
tomaras, et. Al., (2001 dalam keliat, 2003) yang mengatakan bahwa dukungan anggota keluarga didalam membantu merawat klien dengan skizofrenia
akan mengurangi frekuensi kekambuhan klien.
c. Aset Material
Aset metrial yang dapat diperoleh meliputi dukungan finansial, sistem pembiayaan layanan kesehatan seperti asuransi kesehatan ataupun program
layanan kesehatan bagi masyarakat miskin, kemudahan mendapatakan fasilitas dan layanan kesehatan serta keterjangkauan pembiayaan pelayanan
kesehatan dan ketersediaan sarana transportasi untuk mencapai layanan kesehatan selama dirumah sakit maupun setelah pulang. Material aset meliputi
ketersediaan dana ketidakmampuan klien dalam memenuhi aset material akan berpotensi menimbulkan masalah akibat tidak optimalnya sumber
koping yang dimilki.
d. Keyakinan Positif
Keyakinan positif adalah keyakinan dari yang menimbulkan motifasi dalam menyelesaikan segala stressor yang dihadapi. Keyakinan positif
diperoleh dari keyakinan terhadap kemampuan diri dalam mengatasi ketidakmampuan klien dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Adanya
keyakinan positif yang dimilki klien akan memotifasi dan membantu klien untuk menggunakan mekanisme koping yang adaptif, kegiatan spritual
seperti berdoa, mengikuti kegiatan keagamaan yang ada merupakan salah satu mekanisme koping adaptif yang dilakukan oleh klien dalam menilai
stressor yang dialami.

6) Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah pertahanan koping dalam jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego. Stuart
(2009), mengatakan pertahanan jangka pendek yang biasa dilakukan klien isolasi sosial adalah lari sementara dari krisis,misalnya dengan bekerja keras,
nonton televisi secara terus menurus, melakukan kegiatan untuk mengganti identitas sementara,misalnya ikut kelompok sosial ,keagamaan dan
politik,kegiatan yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti seuatu kompetisi atau kontes popularitas,kegiatan mencoba menghilangkan anti
identitas sementara,seperti penyalah gunaan obat-obatan. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberikan hasil yang diharapkan, individu akan
mengembangkan mekanisme jangka panjang antara lain menutup indentitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-
orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat,aspirasi atau potensi diri sendiri. Mekanisme pertemanan ego yang sering digunakan adalah proyeksi,
merendahkan orang lain, menghindari dari interaksi sosial dan reaksi reformasi.

C. Masalah Keperawatan dan Data Pendukung

N DATA MASALAH
O

1. Data subyektif: Isolasi Sosial


 Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang
lain.
 Klien mengatakan tidak percaya diri dengan
dirinya.
 Klien merasa malu dengan orang lain.
Data objektif :
 Klien tampak menyendiri.
 Klien terlihat mengurung diri.
 Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang
lain.

D. Pohon Masalah
Menutut Keliath dkk (2010) pohon masalah isolasi sosial adalah sebagai berikut:

Resiko Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

ISOLASI SOSIAL

Harga Diri Rendah

Tidak Efektifnya Koping Individu, Koping Defensif

E. Diagnosa Keperawatan:

Isolasi sosial
F. Rencana tindakan keperawatan

TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVEN RASIONAL


SI
1. Isolasi sosial Tujuan Umum: 1. Setelah 2x interaksi
29-april-2020 1. Bina hubungan saling percayadengan: Dengan terbinanya
Pasien dapat
09.00 WIB pasien menunjukkan a. Beri salam setiapinteraksi hubungan saling
berinteraksi dengan b. Perkenalkan nama, namapanggilan
tanda-tanda percaya percaya merupakan
orang lain. perawat, dan tujuan perawat
kepada atauterhadap dasar untuk interaksi
Tujuan Khusus: berkenalan
perawat:
1. Pasien dapat c. Tanyakan dan panggilnama perawat dengan pasien
a. Wajah cerah,
membina hubungan kesukaaan pasien dan dasar untuk
tersenyum
b. Mauberkenalan d. Tunjukkan sikap jujur danmenepati
saling percaya merencanakan
c. Ada kontakmata janji
d. Bersedia e. Tanyakan perasaan pasien dan perencanakan

menceritakan masalah yang dihadapi pasien selanjutnya.


perasaan f. Buat kontrak interaksi yangjelas
2. Bersediamengungkapkan 2. Dengarkan dengan penuhperhatian

masalahnya ekspresi perasaan pasien

Setelah 1x interaksi pasien 1. Tanyakan pada pasiententang:


Tujuan khusus : a. orang yang tinggal serumahatau Diketahuinyapenyebab
2. Pasien mampu dapat menyebutkan minimal
teman sekamar pasien akan dapat dihubungkan
menyebutkan satu penyebab menarik diri b. orang yang paling dekat denganpasien
penyebab menarik dari: di rumah atau di ruang perawatan dengan faktor presipitasi
1. Dirisendiri c. Apa yang membuat pasiendekat
diri yang dialami pasien
2. Oranglain dengan orang tersebut
3. Lingkungan d. Orang yang tidak dekat denganpasien
di rumah atau di ruang perawatan
e. Apa yang membuat pasien tidakdekat
dengan orang tersebut
f. Upaya yang sudah dilakukanagar
dekat dengan orang lain
2. Diskusikan dengan pasienpenyebab
menarik diri
3. Beri pujian terhadap kemampuanpasien
mengungkapkan perasaannya

3. Pasien mampu Setelah 1x interaksi dengan 1. Tanyakan pada pasiententang:


a. Manfaat hubungansosial Dengan mengetahui
menyebutkan pasien dapat menyebutkan b. Kerugian menarikdiri keuntungan dari
keuntungan keuntungan berhubungan 2. Diskusikan bersama pasiententang
berinteraksi pasien
berhubungan sosial sosial, misalnya: manfaat berhubungan sosialdan
diharapkan terdorong
dankerugian 1. Banyakteman kerugian menarik diri
2. Tidakkesepian 3. Beri pujian terhadap kamampuanpasien untuk berinteraksi
menarik diri. 3. Bisadiskusi mengungkapkan perasaannya
4. Salingmenolong
Dan kerugian menarik diri,
misalnya:
1. Sendiri
2. Kesepian
3. Tidak bisadiskusi

4. Pasien dapat Setelah 3x interaksi pasien 1. Observasi perilaku pasiensaat


Pasien harus mencoba
melaksanakan dapat melaksanakan hubungan berhubungan sosial
berinteraksi secara
2. Beri motivasi dan bantu pasienuntuk
hubungan sosial sosial secara bertahapdengan:
bertahap agar terbiasa
berkenalan atau berkomunikasi dengan:
secara bertahap. a. Perawat a. Perawat lain
b. Perawat lain membina hubungan
b. Pasienlain
c. Pasienlain c. Kelompok yang sehat dengan
d. Kelompok 3. Libatkan pasien dalam TerapiAktivitas orang lain
Kelompok Sosialisasi
4. Diskusikan jadwal harian yangdapat
dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan pasien bersosialisasi
5. Beri motivasi pasien untukmelakukan
kegiatan sesuai dengan jadwalyang
telahdibuat
6. Beri puian terhadap kemampuanpasien
memperluas pergaulannya melalui
aktivitas yang dilaksanakan
5. Pasien mampu Setalah 3x interaksi pasien 1. Diskusikan dengan pasien tentang
menjelaskan dapat menjelaskan perasaannya perasaannya setelahberhubungan Mengungkapkan
perasaannya setelah berhubungan sosial sosial dengan: perasaan akan
a. Oranglain
setelah dengan: b. kelompok membantu pasien
berhubungan 1. Oranglain 2. beri pujian terhadap kemampuanpasien menilai keuntungan
2. Kelompok mengungkapkan perasaannya
sosial. berinteraksi dengan
orang lain.

6. Pasien dapat 1. Setelah 1x interaksipasien 1. Diskusikan dengan pasien tentang


Komunikasi yang
memanfaatkan menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak minumobat,
a. Manfaat minumobat terapeutik dan disertai
obat dengan baik. nama, warna, dosis, cara, efekterapi,
b. Kerugian tidakminum dengan penggunaan
obat dan efek samping penggunaan obat
2. Pantau pasien saat penggunaanobat obat secara benar
c. Nama, warna, dosis,
3. Beri pujian jika kliien menggunakanobat melalui prinsip 5benar
efek terapi, dan efek
dengan benar akan sangat membantu
samping obat 4. Diskusikan akibat berhenti minumobat
2. Setelah 3x interaksipasien pasien dalam mengatasi
tanpa konsultasi dokter
mendemonstrasikan 5. Anjurkan pasien untukkonsultasi permasalahannya yang
penggunaan obatdengan kepada dokter atau perawat jika terjadi sedang dihadapi.
benar hal-hal yang tidak diinginkan
3. Setelah 1x interaksipasien
menyebutkan akibat
berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter

2. Defisit perawatan Pasien mampu menyebutkan :


Tujuan umum: 1. Bina hubungan salingpercaya Meningkatkan
diri 1. Penyebab tidak merawat 2. Diskusikan dengan pasien:
Setelah 2x interaksi a. Penyebab pasien tidak merawatdiri pengetahuan pasien dan
30-april-2020 diri b. Manfaat menjaga perawatan diriuntuk
pasien mampu memotivasi pasien untuk
2. Manfaat menjaga
09.00 WIB keadaan fisik, mental dan sosial.
melakukan perawatan perawatan diri meningkatkan
c. Tanda-tanda perawatan diri yangbaik
diri secara mandiri 3. Tanda-tanda bersih dan d. Penyakit atau gangguankesehatan perawatandiri
Tujuan khusus: rapi yang bisa dialami oleh pasien bila
4. Kerugian yang dialami jika
1. Pasien dapat perawatan diri tidak adekuat
perawatan diri tidak 3. Berikan pujian untuk setiap responpasien
membinahubungan
diperhatikan yang positif
saling percaya
4. Pantau dan bantu pasien saatperawatan
2. Pasienmengetahui
pentingnya diri

perawatan diri

3. Ketidakefektifa Tujuan umum: Setelah 3x interaksi pasien Bina hubungan saling percaya dengan: Hubungan saling
n koping menunjukkan tanda-tanda 1. Berisalam
individu
1-april-2020
09.00 WIB
Pasien dapat percaya kepada perawat 2. Perkenalkan diri,tanyakan nama percaya merupakan
menggunakan 1. Wajah cerah,tersenyum panggilan yangdisukai. dasar untuk kelancaran
2. Mauberkenalan
mekanisme koping 3. Ada kontakmata 3. Jelaskan tujuaninteraksi. hubungan selanjutnya.
yang efektif 4. Bersediamenceritakan 4. Yakinkan pada pasien perawat akan
Tujuankhusus: perasaan. menolong.
1. Pasien mampu 5. Yakinkan kerahasiaan akanterjaga.
membina hubungan 6. Tunjukkan sikapterbuka.

saling percaya
dengan perawat.

Setelah 2x interaksi pasien Motivasi pasien untuk mengungkapkan


Tujuan khusus: Mengetahui perasaan
dapat mengungkapkan perasaan dan pikirannya saat ini
2. Pasien dapat dan pikirannya saatini
perasaannya secara bebas
membuka
perasaannya secara
bebas

Tujuan khusus: Setelah 3x interaksi pasien Diskusikan dengan pasien tentang pasien Memberikan
dapat : tentang : informasi
3. Pasien dapat 1. Mengungkapkan cara-cara 1. Cara-cara yang dapat dilakukandalam pada pasien tentang
mengidentifikasi yang dapat dilakukan mengatasi perasaan dan masalah. koping apa saja yang
2. Koping yang pernahdipakai
koping dan perilaku dalam mengatasiperasaan 3. Alternatif koping yang tepat bagipasien boleh dan tidak boleh
yang berkaitan dan masalah. dilakukan dalam
2. Mengidentifikasikoping
dengan kejadian menghadapi suatu
yang pernah dipakai.
yang dihadapi 3. Menyebutkanalternatif masalah
koping yang tepat bagi
pasien

Setelah 3x interaksi pasien Bantu pasien untuk :


Tujuan khusus: Membantu pasien untuk
dapat : 1. Meningkatkan pemikiran yangpositif.
4. Pasien dapat 2. Mengidentifikasi ketetapanpersepsi mengubah perilaku
1. Mengidentifikasipemikira
memodifikasi pola pasien yang tepat, penyimpangan dan negatif ke perilakupositif
n negatif dan bantu untuk
kognitif yang pendapat yang tidak rasional.
menurunkanmelalui 3. Mengurangi penilaian yangnegatif
negatif
interupsi/substitusi. terhadap dirinya.
2. Mengidentifikasi ketetapan 4. Mengevaluasi ketepatan persepsi,logika
persepsi pasien yang tepat, dan kesimpulan yang dibuat pasien
penyimpangan dan
pendapat yangtidak
rasional
3. Mengurangi penilaianyang
negatif terhadap dirinya.
4. Menyadari nilai yang
dimilikinya/perilakunya
dan
perubahan yang terjadi
G. Daftar Pustaka

Sutejo, Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : PUSTAKA BARU PRESS


Kusumo, Satrio, dkk. 2015. BUKU AJAR KEPERAWATAN JIWA. Bandar Lampung :
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M)
http://www.academia.edu/28333219/STRATEGI_PELAKSANAAN_1_SP_1_ISOLASI_SO
SIAL
http://www.academia.edu/35756269/ISOS.docx

Anda mungkin juga menyukai