KEPERAWATAN JIWA
ISOLASI SOSIAL
Disusun Oleh :
Tingkat 2/Reguler 1
Pembimbing :
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
b. Psikologis
1) Teori psikoanalitik
Sigmund freud melalui teori psikoanalisa menjelaskan bahwa skizofrenia merupakan hasil dari ketidakmampuan menyelesaikan masalah dan
konflik yang tidak disadari antara impuls agresif atau kepuasan libido, serta pengakuan terhadap ego.
2) Teori perilaku
Teori perilaku beramsumsi bahwa perilaku merupakan hasil pengalaman yang dipelajari oleh klien sepanjang daur keidupannya, dimana setiap
pengalaman yang dialami akan mempengaruhi perilaku klien baik bersifat adaktif maupun maladaktif.
3) Teori interpersonal
Teori interpersonal berasumsi bahwa skizorefnia terjadi karena klien mengalami ketakutan akan penolakan interpersonal atau trauma dan kegagalan
perkembangan yang dalami pada masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang mengakibatkan seseorang menjadi tidak berdaya, tidak
percaya diri, tidak mampu membina hubungan saling percaya pada orang lain, timbulnya sikap ragu-ragu dan takut salah. Selain itu klien akan
menampilkan perilaku mudah putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, serta menghindar dari orang lain.
Selain sistem keluarga yang kurang harmonis seperti adanya penolakan orangtua, harapan orangtua yang tdak realistis, kurang mempunyai
tanggungjawab personal juga menjadi faktor pencetus timbulnya gangguan dalam hubungan interpersonal. Kemampuan menjalain hubungan
interpersonal sangat berhubungan dengan kemampuan klien menjalankan peran dan fungsinya.
c. Sosial budaya
Faktor sosial budaya meyakini bahwa penyebab skizofrenia adalah pengalaman seseorang yang mengalami kesulitan beradaptasi terhadap
tuntutan sosial budaya karena klien memiliki harga diri rendah dan mekanisme koping maladaktif. Stresor ini merupakan salah satu ancaman yang dapat
mempengaruhi perkembangan gangguan dalam interaksi sosial terutama dalam menjalin hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal berkembang
sepanjang siklus kehidupan manusia. Perkembangan hubungan interpersonal khusunya konsep diri dimulai sejak masa bayi dimana pada masa ini tugas
perkembangan yang harus dicaapai seseorang bayi adalah menetapkan hubungan saling percaya dan terus berkembang hinggga tahap perkembangan
dewasa akhir.
Gangguan dalam membina hubungan interpersonal biasanya mudah dikenali pada saat masa remaja atau pada masa yang lebih awal dan berlanjut
sepanjang tahap perkembangan masa dewasa yang ditandai dengan adanya respon maladaktif yaitu ketidakmampuan klien unntuk beradaptasi dengan
lingkungan sekitar serta ketidakmampuan membina hubuhang interpersonal atau penyimpangan perilaku lain. Penelitian yang dilakukan di Amerika
menyimpulakn sekitar 10%-18% penduduknya mengalami gangguan kepribadian (Stuart, 2009).
Gangguan dalam membina hubungan interpersonal yang muncul pada saat remaja (pubertas), disebabkan karena pada masa ini reamaj mengalami
berbagai macam perubahan fisik dan psikososial serta tuntutan masyarakat yang mengaharuskan remaja mampu mebuat keputusan menyangkut dirinya
in mengakibatan remaja harus mampu menyesuaikan diri dengan perbuatan tersebut, ketidakmampuan remaja yang terjadi akan mengakibtakan
gangguan kepribadian yang dpat mengakibatkan gangguan dalam hbungan sosial (Hawari, 2007).
Papalia Old dan Feldman (2008), mengatakan selain akibat dari perubahan yang sedang terjadi pada remaja, gangguan perkembangan respon
sosial juga disebabkan karena pola asuh orangtua. Orangtua yang selalu memberikan penghargaan terhadap anak akan menghasilkan anak dengan harga
diri yang tinggi hingga anak tersebut dewasa. Anak yang memiliki harga diri tinggi lebih sukses dalam pekerjaan maupun dalam menjalin hubugan
interpersonal. Sebaliknya dengan orangtua dengan pola pengasuhan yang keras, tanpa kasih sayang akan menghasilkan anak dengan harga diri rendah
yang akan mempangaruhi dalam menjalin hubungan interpersonal dengan lingkungan sekitar. Penelitian Coopersmith (1967), menyimpulkan anak
dengan harga diri tinggi cenderung sangat ekspresif dan aktif, sukses dalam akademik dan sosial, serta mampu menjalin hubungan interpersonal serta
memiliki kepercayaan diri tinggi. Sedangkan anak memliki harga diri sedang paling bisa menyesuaikan diri, dan anak-anak dengan harga diri rendah
berprestasi paling rendah cenderung merasa minder, juga sensitif terhadap kritik dan secara sosial anak tersebut paling terisolasi dari anak dengan harga
diri tinggi.
Townsend, M.C (2009) mengatakan pada umunya isolasi sosial disebabkan karena kurangnya rasa percaya diri, perasaaa panik, adanya gangguan
dalam proses pikir, sukar berinteraksi dimasa lampau perkembangan ego yang lemah serta represi dari rasa takut. Sedangkan menurut Stuart (2009)
isolasi sosial disebabkan oleh harga diri rendah bila tidak segera ditangani perilaku isolasi sosial dapat berisiko terjadinya halusinasi.
3) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus internal atau eksternal yang mengancam klien antara lain dikarenakan adanya ketegangan peran antara konflik
peran, peran yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi, situasi transisi peran dan transisi peran sehat sakit (Stuart, 2009).
a. Psikologis
Faktor presipitasi psikologis klien isolasi sosial berasal dari internal dan eksternal. Stuart dan Laraia (2005) yang mengatakn bahwa isolasi sosial
disebabkan karena adanya faktor presipitasi yang berasal dalam diri sendiri ataupun dari luar.
1) Internal
Stresor internal terdiri dari pengalaman tidak menyenangkan, perasaan ditolak dan kehilangan orang yang berarti. Stresor yang berasal dari
dalam adalah kegagalan dan rasa bersalah yang dialaminklien. Penelitian yang dilakukan oleh Canadian Assosiation Psychiatric (2004),
menunjukkan bahwa prevalensi ketakutan berhubungan sosial pada klien yang memiliki harga diri rendah 14,9% lebih tinggi dibandingakn dengan
klien yang memiliki harga diri tinggi sebesar 6,6%.
2) Eksternal
Stresor eksternal adalah kurangnya dukungan dari lingkungan serta penolakan dari lingkungan atau keluarga. Stresor dari luar klien tersebut
dapat berupa ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan transiss, situasi transisi peran dan transisi
peran sehat sakit. Pendapar senada diutarakan oleh Erikson (2000, dalam Keliat, 2006), yang menyatakan bahwa untuk kemampuan
mengembangkan hubungan yang positif setiap klien harus dapat melalui delapan tugas perkembangan (development task) sesuai dengan proses
perkembangan usia.
Kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan dapat mengakibatkan klien tidak percaya diri, tidak percay pada oranglain, ragu, takut
salah, pesisimtis, putus asa, menghindar dari oranglain, tidak mamlu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Pendapat senada diutarakan
oleh Stuart (2000), yang menyatakna bahwa seseorang dengan tipe kepribadian introvert, menutup diri dari orang-orang yang memperhhatikannya
sehinggat tidak memiliki orang terdekat atau orang yang tidak berarti dalam hidupnya.
b. Sosial budaya
Sosial budaya merupakan acaman terhadap sistem diri. Ancaman terhadap sistem diri merupakan ancaman terhadap identitas diri, harga dir, dan
fugsi integritas sosial. Ancaman terhadap sistem diri berasal dari 2 sumber yaitu: eksternal dan internal.
Sumber eksternl dapat disebabkan karena kehilangan orang yang sangat dicintai karena kematian, perceraian, perubahan status pekerjaan, dilema
etik, ataupun tekanan sosial dan budaya. Sedangkan sumber internal disebakan karena kesulitan membangun hubungan interpersonal dilingkungan
sekitar seperti dilingkungan rumah atau tempat kerja, dan ketidakmampuan menjalaankan peran baru sebagai orangtua, pelajar atau pekerja. Penelitian
tentang faktor lingkungan sebagai salah satu penyebab isolasi sosial menyimpulkan bahwa lingkungan memiliki andil yang cukup besar terhadap
timbulnya harga diri rendah pada klien seperti lingkungan yang tidak kondusif dan selalu memojokkan klien yang pada akhirnya akan mempengaruhi
aktivitas klien termasuk hubungan dengan oranglain.
d. Perilaku
Adalah hasil dari respon emosiomal dan fisiologis. Respon perilaku sosial teridentifikasi 3 perilaku yang maladaktif yaitu sering melamun, tidak
mau bergaul dengan klien lain, tidak mau mengemukakan pendapat, mudah menyerah dan ragu-ragu dalam mengambil keputusan atau dalam
melakukan tindakan.
e. Sosial
Merupakan hasil perpaduan dari respon kognitif, afektif, fisiologis dan perilaku yang akan mempengaruhi hubungan atau interaksi dengan
oranglain. Respon perilaku dan sosial memperlihatkan bahwa klien dengan isolasi sosial lebih banyak memberi respon menghindar terhadap stresor
yang dialaminya. Respon negatif yang ditampilkan merupakan akibat keterbatasan kemampuan klien dalam menyelesaikan masalah, dan keterbatasan
klien dalam melakukan penilaian terhadap stresor, sehingga klien memilih untuk menghindari stresor bukan sesuatu yang harus dihadapi atau
diselesaikan.
5) Sumber Koping
Menurut Stuart (2009), sumber koping merupakan pilihan atau strategi bantuan untuk memutuskan mengenai apa yang dapat dilakukan dalam
menghadapi suatu masalah.
a. Kemampuan personal
Pada klien dengan isolasi sosial kemampuan personal yang harus dimiliki meliputi kemampuan secara fisik dan metal. Kemampuan secara fisik
terindifikasi dari kondisi fisik sehat. Kemampuan mental meliputi kemampuan kognitif, efektif, perilaku dan sosial. Kemampuan kognitif meliputi
kemampuan yang sudah ataupun yang sudah dimiliki klien didalam mengindentifikasi masalah, meniali dan menyelesaikan masalah, sedangkan
kemampuan efektif meliputi kemampuan untuk meningkatkan konsep diri klien dan kemampuan perilaku terkait dengan kemamapuan melakukan
tindakan yang adekuat dalam menyelesaikan stressor yang dialami.
b. Dukungan Sosial
Taylor, dkk (2003) menyatakan bahwa dukungan sosial akan membantu klien untuk meningkatkan pemahaman terhadap stressor dalam mencapai
keterampilan koping yang efektif. Pendapat lain yang mendukung pernyataan diatas mengenai pentingnya dukungan sosial didalam proses
penyembuhan klien adalah pernyataan yang diungkpakan oleh sarafino (2002), yang menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan perasaan caring,
penghargaan yang akan membantu klien untuk dapat menerima oranglain yang berasal dari keyakinan yang berbeda. Pendapat senada diuraikan oleh
tomaras, et. Al., (2001 dalam keliat, 2003) yang mengatakan bahwa dukungan anggota keluarga didalam membantu merawat klien dengan skizofrenia
akan mengurangi frekuensi kekambuhan klien.
c. Aset Material
Aset metrial yang dapat diperoleh meliputi dukungan finansial, sistem pembiayaan layanan kesehatan seperti asuransi kesehatan ataupun program
layanan kesehatan bagi masyarakat miskin, kemudahan mendapatakan fasilitas dan layanan kesehatan serta keterjangkauan pembiayaan pelayanan
kesehatan dan ketersediaan sarana transportasi untuk mencapai layanan kesehatan selama dirumah sakit maupun setelah pulang. Material aset meliputi
ketersediaan dana ketidakmampuan klien dalam memenuhi aset material akan berpotensi menimbulkan masalah akibat tidak optimalnya sumber
koping yang dimilki.
d. Keyakinan Positif
Keyakinan positif adalah keyakinan dari yang menimbulkan motifasi dalam menyelesaikan segala stressor yang dihadapi. Keyakinan positif
diperoleh dari keyakinan terhadap kemampuan diri dalam mengatasi ketidakmampuan klien dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Adanya
keyakinan positif yang dimilki klien akan memotifasi dan membantu klien untuk menggunakan mekanisme koping yang adaptif, kegiatan spritual
seperti berdoa, mengikuti kegiatan keagamaan yang ada merupakan salah satu mekanisme koping adaptif yang dilakukan oleh klien dalam menilai
stressor yang dialami.
6) Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah pertahanan koping dalam jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego. Stuart
(2009), mengatakan pertahanan jangka pendek yang biasa dilakukan klien isolasi sosial adalah lari sementara dari krisis,misalnya dengan bekerja keras,
nonton televisi secara terus menurus, melakukan kegiatan untuk mengganti identitas sementara,misalnya ikut kelompok sosial ,keagamaan dan
politik,kegiatan yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti seuatu kompetisi atau kontes popularitas,kegiatan mencoba menghilangkan anti
identitas sementara,seperti penyalah gunaan obat-obatan. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberikan hasil yang diharapkan, individu akan
mengembangkan mekanisme jangka panjang antara lain menutup indentitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-
orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat,aspirasi atau potensi diri sendiri. Mekanisme pertemanan ego yang sering digunakan adalah proyeksi,
merendahkan orang lain, menghindari dari interaksi sosial dan reaksi reformasi.
N DATA MASALAH
O
D. Pohon Masalah
Menutut Keliath dkk (2010) pohon masalah isolasi sosial adalah sebagai berikut:
ISOLASI SOSIAL
E. Diagnosa Keperawatan:
Isolasi sosial
F. Rencana tindakan keperawatan
perawatan diri
3. Ketidakefektifa Tujuan umum: Setelah 3x interaksi pasien Bina hubungan saling percaya dengan: Hubungan saling
n koping menunjukkan tanda-tanda 1. Berisalam
individu
1-april-2020
09.00 WIB
Pasien dapat percaya kepada perawat 2. Perkenalkan diri,tanyakan nama percaya merupakan
menggunakan 1. Wajah cerah,tersenyum panggilan yangdisukai. dasar untuk kelancaran
2. Mauberkenalan
mekanisme koping 3. Ada kontakmata 3. Jelaskan tujuaninteraksi. hubungan selanjutnya.
yang efektif 4. Bersediamenceritakan 4. Yakinkan pada pasien perawat akan
Tujuankhusus: perasaan. menolong.
1. Pasien mampu 5. Yakinkan kerahasiaan akanterjaga.
membina hubungan 6. Tunjukkan sikapterbuka.
saling percaya
dengan perawat.
Tujuan khusus: Setelah 3x interaksi pasien Diskusikan dengan pasien tentang pasien Memberikan
dapat : tentang : informasi
3. Pasien dapat 1. Mengungkapkan cara-cara 1. Cara-cara yang dapat dilakukandalam pada pasien tentang
mengidentifikasi yang dapat dilakukan mengatasi perasaan dan masalah. koping apa saja yang
2. Koping yang pernahdipakai
koping dan perilaku dalam mengatasiperasaan 3. Alternatif koping yang tepat bagipasien boleh dan tidak boleh
yang berkaitan dan masalah. dilakukan dalam
2. Mengidentifikasikoping
dengan kejadian menghadapi suatu
yang pernah dipakai.
yang dihadapi 3. Menyebutkanalternatif masalah
koping yang tepat bagi
pasien