Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TERAPI BERMAIN

DI SUSUN OLEH:
TINGKAT 2 REGULER 1

1. SILWI YUSHA MALINDA 1814401001


2. TIKA OKTAVIANA 1814401002
3. YESI ANJELINA 1814401003
4. REGINA NOVITA SARI 1814401004
5. SUSI SUSYANTI 1814401005
6. FENI SELFIA 1814401006
7. AMBAR WULANDARI 1814401007
8. ALDO 1814401008
9. SRI MULYANI 1814401009

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020
TERAPI BERMAIN “ MEWARNAI GAMBAR ”

A. Latar Belakang
Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang, makanan,
perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan pengalaman hidup
yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan anak baik
fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karena itu bermain
merupakan stimulasi untuk tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008).
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk
membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan
ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa pra
sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan
tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari waktu mereka
dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam bermain di rumah sakit
mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana lingkungan rumah
sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat dihindarkan (Sacharin, 2003).
Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak.
Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi, sehingga
timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin lama anak
mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah satunya adalah
peningkatan kecemasan yanng berhubungan erat dengan perpisahan dengan saudara
atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan
sesuai dengannya (Whaley and Wong, 2001).
Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum hospitalisasi,
selama hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak dapat melakukan
kebiasaannya bermain bersama teman-temannnya, lingkungan dan orang-orang yang
asing baginya serta perawatan dengan berbagai prosedur yang harus dijalaninya
terutama bagi anak yang baru.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 40 menit, diharapkan kreativitas
anak-anak berkembang baik anak merasa tenang dan senang selama berada di
instalasi keperawatan anakdi bangsal anak RSUD Raden Mataher dapat
bersosialisasi dengan teman sebaya sesuai tumbuh kembang anak dan dapat
membantu mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh
anak-anak akibat hospitalisasi

2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain diharapkan :
1. Bisa merasa tenang dan senang selama berada di instalasi keperawatan anak
2. Anak dapat bersosialisasi dengan teman sebaya
3. Anak tidak cemas dan takut akibat hospitalisasi
4. Anak menjadi lebih percaya dan tidak takut dengan perawat

C. Jenis Terapi Bermain


a. Deskripsi Bermain
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu
alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan
krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress
berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan
cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain
sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau
anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain
dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil warna
akan membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga
merangsang motorik halusnya. Oleh karena sangat pentingnya kegiatan bermain
terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat
hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada anak usia toddler dengan
cara mewarnai gambar

D. Tujuan Permainan
1. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang mormal pada saat sakit. Pada saat sakit
anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya. Permainan
adalah media yang sangat efektif untuk mengekspresikan berbagai perasaan yang
tidak menyenangkan.
3. Mengembangkan kreativitas dan permainan akan menstimulasi daya pikir,
imajinasi dan fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam
pikirannya.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di rs
5. Mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak
akibat hospitalisasi

E. Jenis Permainan
Mewarnai, menempel gambar, bermain ular tangga, dan melipat kertas origami.
Berdasarkan kategori bermain jenis permainan menempel dan menyusun merupakan
bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak,
apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat
kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan
dengan bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak
kata (Hurlock, 1998). Pada permainan ini anak akan di ajak bermain untuk menempel
gambar yang akhirnya akan seperti frame pemandangan atau benda.
Sedangkan menurut klasifikasi bermain merupakan permainan
keterampilan(skill play). Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak,
khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, anak akan terampil akan memegang
benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain dan anak akan
terampil dalam menyocokan gambar sesuai dengan imajinasinya. Jadi keterampilan
tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan. Pada
permainan ini anak diajarkan mewarnai gambar.

F. SASARAN
Anak-anak yang berada di instalasi keperawatan anak RSUD Raden Mattaher
Jambi usia sekolah. Peserta yang mengikuti terapi bermain ini adalah anak usia pra
sekolah (3-5 tahun) yang sedang menjalani perawatan di bangsal anak dengan
kesadaran compos mentis, dan keadaan umum baik.
SATUAN ACARA TERAPI BERMAIN

DI SUSUN OLEH:
TINGKAT 2 REGULER 1

1. SILWI YUSHA MALINDA 1814401001


2. TIKA OKTAVIANA 1814401002
3. YESI ANJELINA 1814401003
4. REGINA NOVITA SARI 1814401004
5. SUSI SUSYANTI 1814401005
6. FENI SELFIA 1814401006
7. AMBAR WULANDARI 1814401007
8. ALDO 1814401008
9. SRI MULYANI 1814401009

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI

BERMAIN ANAK

Pokok Bahasan : Terapi bermain stimulasi kognitif


Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain mewarnai gambar
Waktu : 45 Menit
Hari/Tanggal : Jumat 17 April 2020
Tempat : Puskesmas Kemiling
Sasaran : Anak usia Pra Sekolah (3-5 tahun)
Pelaksana : Kelompok I

A. Latar Belakang
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadari (Wholey and Wong, 1991). Bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan (Foster, 1989).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).
Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan
konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang
diekspresikan melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan
tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Setelah melakukan survei di PAUD Pelangi sebagian besar murid-murid di
PAUD tersebut berusia 4 - 5 tahun sebanyak ± 40 anak. Sehingga, sasaran terapi
bermain yang akan dilakukan adalah anak pra sekolah (4-5 tahun) sebanyak
20 anak. Klasifikasi dalam permainan ini adalah social affective play dimana
anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain terhadap respon
yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selam 45 menit, anak dapat mengikuti
permainan stimulasi kognitif yang diberikan.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 45 menit anak mampu :
a. Mengenal warna
b. Mewarnai gambar

C. Metode dan Media


1. Metode
Bermain dengan anak menebak gambar dan mewarnai yang telah
disebutkan dan didiskripsikan.
2. Media
1. Kertas gambar
2. Qrayon atau pensil warna

D. Kegiatan
1. Pengorganisasian
1. Penanggung jawab : Aldo
2. Moderator : Sri Mulyani
3. Observer : Feni Selsia
4. Pemimpin bermain : Ambar Wulandari
5. Fasilitator : Tika Oktaviana, Silwi Yusha, Regina Novita, Yesi
Anjelina dan Susi Susyanti
2. Setting tempat (gambar / denah ruangan)

Keterangan :

: Pemimpin bermain
: Moderator
: Observer

: Fasilitator
: Anak
3. Kegiatan bermain

NO Uraian Kegiatan perawat Kegiatan klien

1 Pembukaan a. Salam pembukaan - Memperhatikan


(5 menit) b. Perkenalan - Memperhatikan
c. Mengkomunikasikan - Menjawab salam
tujuan
2 Kegiatan bermain a. Menyiapkan mainan
(30 menit) b. Menginstruksika - Mengikuti
n peserta untuk - Menanggapi
mewarnai - Mengikuti
c. Meminta respon
dan tanggapan
anak.
d. Meminta anak
mewarnai gambar
e. Memberikan
Reinfocement positif
jika anak bisa
mengikuti permainan
3 Evaluasi (10 menit) - Mengakhiri permainan -Memperhatikan
a. Melakukan evaluasi
- Menanggapi

E. Evaluasi
1. Pembagian tugas dalam tim
Penanggung jawab :
Moderator :
Observer :
Pimpinan bermain :
Fasilitator :
2. Proses
Dievaluasi apakah anak mau berkenalan dan bersalaman dengan perawat
tanpa rasa takut.
Apakah anak mau mewarnai
Lampiran 1 : Materi
TERAPI BERMAIN ANAK

A. PENGERTIAN BERMAIN
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang
tidak disadari (Wholey and Wong, 1991).

Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan


konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang
diekspresikan melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir.

B. KATEGORI BERMAIN
1. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau
kegembiraan timbul dari apa yang dilakukan oleh anak. Contoh: bermain
sepak bola.
2. Bermain pasif
Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya
melihat), kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Contoh: memberikan
support, menonton televisi.

C. JENIS PERMAINAN

1. Permainan bayi
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1 tahun. Contoh: petak
umpet, dakon, kejar-kejaran.
2. Permainan perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler dan prasekolah.
Contoh: menendang bola.
3. Permainan tetangga
4. Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain polisi dan
penjahat.
5. Permainan tim
Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
Contoh: sepakbola, kasti, lari.
6. Permainan dalam ruang
Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau hujan. Contoh:
main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.

D. CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik, sifat interaksi
3. Selalu dinamis, berkembang
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu.

E. KLASIFIKASI BERMAIN
1. Menurut Isi
a. Social affective play
Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain terhadap
respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang
tua berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan
dapat bersosialisasi dengan lingkungan.

b. Sense of pleasure play


Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya, dengan
bermain dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir,
mengenal rasa, bau.

c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan tertentu dan
anak melakukan secara berulang-ulang, misalnya mengendarai sepeda roda tiga.

d. Dramatika play (Role play)


Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

2. Menurut Karakteristik Sosial

a. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain
yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita todler.

b. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada
interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak todler dan
pre school. Contoh : bermain balok.

c. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama tetapi
belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain
sesukanya, satu sama lain kadang saling meminjamkan.
d. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi dan terencana
dan ada aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan tertentu. Biasanya
dilakukan oleh anak usia sekolah dan adolescent.

F. FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan Sensorik Motorik
Melalui permainan anak akan mampu mengungkapkan kemampuan fisiknya. Bayi
dengan penglihatan, taktil, dan rangsangan. Todler dan pra sekolah melalui gerakan
tubuh, dimana kematangan dan maturitas akan membedakan masing-masing usia.
2. Perkembangan Kognitif/intelektual
Membantu mengenal benda sekitar(warna, bentuk, kegunaan). Perkembangan ini
diperoleh melalui eksplorasi dan manipulasi benda disekitarnya baik dalam hal
warna, ukuran, dan pentingnya benda tersebut. Contoh: bermain mengisi teka-teki
silang.
3. Kreatifitas
Anak mengembangkan kreatifitas, mencoba ide baru, bermain dengan semua media,
puas dengan kreatifitas baru, dan minat terhadap lingkungan tinggi. Misalnya
menyusun balok.
4. Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari peran dalam
kelompok, belajar memberi dan menerima, belajar benar salah, dan mampu
mengenal tanggungjawab.
5. Kesadaran Diri (Self awarness)
Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahan dan tingkah laku terhadap
orang lain.
6. Perkembangan Moral
Diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan kejujuran.
7. Terapi
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang
tidak enak, misalnya: marah, takut, benci.
8. Perkembangan Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan
secara verbal, misalnya: melukis, menggambar, bermain peran.

G. KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN

1. Bayi (1 bulan)
a. Visual : permainan dapat dilihat dengan jarak dekat (20-25 Cm), gantungkan
benda yang terang dan menyolok.
b. Auditori: bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.
c. Taktil: memeluk, menggendong, memberi kehangatan.
d. Kinetik: mengayun, naik kereta dorong.
2. Bayi (2-3 bulan)

a. Visual: buat ruangan menjadi terang, gambar, cermin ditembok, bawa bayi
ke ruangan lain, letakkan bayi agar dapat memandang disekitar.
b. Auditori: bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan dalam
pertemuan keluarga.
c. Taktil: memandikan, mengganti popok, menyisir rambut dengan lembut,
gosok dengan lotion/bedak.
d. Kinetik: jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air.
3. Bayi (4-6 bulan)
a. Visual: bermain cermin, anak nonton TV, beri mainan dengan warna terang.
b. Auditori: anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama, remas kertas
didekat telinga, pegang mainan berbunyi didekat telinga.
c. Taktil: beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.
d. Kinetik: bantu tengkurap, sokong waktu duduk.
4. Bayi (6-9 bulan)
a. Visual: mainan berwarna, bermain depan cermin,”ciluk ….ba”, beri kertas
untuk dirobek-robek.
b. Auditori: panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan bagian tubuh,
beri tahu yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan beri perintah
sederhana.
c. Taktil: meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main air mengalir,
berenang.
d. Kinetik: letakkan mainan agak jauh lalu suruh anak untuk mengambilnya.
5. Bayi (9-12 bulan)
a. Visual: perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai tempat,
bermain bola, tunjukkan bangunan agak jauh.
b. Auditori: tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan suara
binatang.
c. Taktil: beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas dan
hangat.
d. Kinetik: beri mainan yang dapat ditarik dan didorong.

Mainan yang dianjurkan untuk bayi 6-12 bulan:


a. Blockies warna-warni jumlah, ukuran.
b. Buku dengan gambar menarik.
c. Balon, cangkir dan sendok.
d. Boneka bayi.
e. Mainan yang dapat didorong dan ditarik.
6. Todler (2-3 tahun)
a. Mulai berjalan, memanjat, berlari.
b. Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya.
c. Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu.
d. Perhatiannya singkat.
e. Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”
f. Karakteristik bermain “Paralel Play”
g. Toddler selalu bertengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu.
h. Senang musik/irama.

Mainan untuk toddler:


a. Mainan yang dapat ditarik dan didorong.
b. Alat masak.
c. Malam, lilin.
d. Boneka, blockies, telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang dapat
dipukul, krayon, kertas.
7. Pra Sekolah (4-5 tahun)
a. Dapat melompat, berlari, bermain dan bersepeda.
b. Sangat energik dan imaginatif.
c. Mulai terbentuk perkembangan moral.
d. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok.
e. Karakteristik bermain: assosiative play, dramatic play, skill play.
f. Laki-laki aktif bermain di luar, perempuan didalam rumah.
Mainan untuk pra sekolah:
a. Peralatan rumah tangga.
b. Sepeda roda tiga.
c. Papan tulis/kapur.
d. Lilin, boneka, kertas.
e. Drum, buku dengan kata sederhana, kapal terbang, mobil, truk.
8. Usia Sekolah (6-12 tahun)
a. Bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama.
b. Dapat belajar dengan aturan kelompok.
c. Belajar independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.
d. Karakteristik “Cooperative Play”.
e. Laki-laki: Mechanical, perempuan : Mother Role.
Mainan untuk anak usia sekolah:

a. 6-8 tahun
Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat, sepeda.
b. 8-12 tahun
Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah raga
bersama, sepeda, sepatu roda.
9. Remaja ( 13-18 tahun)
a. Bermain dalam kelompok seperti sepak bola, basket, bulutangkis.
b. Senang mendengarkan musik, melihat TV, mendengarkan radio.
c. Membaca majalah, buku.
DAFTAR PUSTAKA
Foster and Humsberger. 1998. Family Centered Nursing Care of Children. WB
sauders Company. Philadelpia. USA

Hurlock, E. B. 1991. Perkembangan anak. jilid I. Erlangga. Jakarta

Markum, dkk. 1990. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. IDI. Jakarta

Merenstein, et al. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

Whaley and Wong.1991. Nursing Care infants and children. Fourth Edition. Mosby Year
Book. Toronto. Canada

Anda mungkin juga menyukai