Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK

MEWARNAI GAMBAR

KELOMPOK 1
1.      YANANG FEBRIANTO (13050)
2.      EFRYAN JUSMAN (13069)
3.      PURNANING SINTYA KRISNA U (13089)
4.      AGUS PURNOMO (13054)
5.      NOVITA SULISTIYANINGRUM (13086)

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN INSAN HUSADA SURAKARTA
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan kasih -Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan PROPOSAL TERAPI
BERMAIN ANAK MEWARNAI GAMBAR ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Proposal terapi bemain ini diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah
Keperawatan Anak.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan Proposal Terapi
Bernain ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari isi ini Proposal Terapi Bernain masih jauh dari kategori sempurna, baik
dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan.oleh karen itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan Proposal Terapi Bernain ini.

Surakarta, 23 Agustus 2015


BAB I

PENDAHULUAN

1.1   LATAR BELAKANG

       Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal.

Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan,

namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan

mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,

sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak

karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan

melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena

dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya

(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah

sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara

optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress.

Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan

perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di

rumah sakit (Wong, 2009).

Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah anak usia toddler (1-3

tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak pada usia toddler dapat memainkan

sesuatu dengan tangannya serta senang bermain dengan warna, oleh karena itu bermain dengan
mewarnai gambar menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat

menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Mewarnai gambar dapat menjadi

salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak.

Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain dengan sesuatu

yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil warna akan membantu anak untuk

menggunakan tangannya secara aktif sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh karena

sangat pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi

kecemasan akibat hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada anak usia toddler

dengan cara mewarnai gambar

1.2  TUJUAN
1.      TUJUAN UMUM
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
2.      TUJUAN KHUSUS

1. Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.


2. Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena penyakit
dan dirawat
3. Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
4. Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat penyembuhan.
5. Untuk menambah pengetahuan mengenali warna.
6. Untuk mengembangkan imajinasi pada anak.
BAB III

LAMPIRAN TEORI

2.1    PENGERTIAN BERMAIN

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh


kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak
yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan
ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Erlita, 2006).
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan
ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri
untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A, 2005). Jadi kesimpulannya bermain adalah cara
untuk memperoleh kesenangan  agar anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir.
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi
yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah
tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak,
terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat
penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya ( Nursalam, 2005).
Terapi bermaian ini bertujun untuk mempraktekkan keterampilan, memberikan ekspresi
terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan suatu aktifitas yang memberikan stimulasi
dalam kemampuan keterampilan kognitif dan afektif (Anonim, 2010).

2.2         KATEGORI BERMAIN

1. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak sendiri.
Contoh: bermain sepak bola.

2. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakkan aktivitas

(hanya melihat)

Contoh: Memberikan support.

2.3         CIRI-CIRI BERMAIN

1.         Selalu bermain dengan sesuatu atau benda

2.         Selalu ada timbal balik interaksi

3.         Selalu dinamis

4.         Ada aturan tertentu

5.         Menuntut ruangan tertentu

2.4         KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI

1.         Social affective play

            Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk

permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain

anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.

2.         Sense of pleasure play

            Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan bermain anak

dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir.

3.         Skill play

Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak akan

melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.


4.         Dramatika play role play

Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

2.5         KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL

1.         Solitary play

Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermain

disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Toddler.

2.         Paralel play

Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan

yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung,

biasanya dilakukan oleh anak pre school.

Contoh : bermain balok

3.         Asosiatif play

Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama tetapi belum

terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya.

4.         Kooperatif play

Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana dan ada

aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.

2.6     FUNGSI BERMAIN

          Anak dapat melangsungkan perkembangannya

1.         PERKEMBANGAN SENSORIK MOTORIK

Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu, misalnya meraih pensil.

2.         PERKEMBANGAN KOGNITIF


Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).

3.         KREATIFITAS

Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun balok.

4.         PERKEMBANGAN SOSIAL

Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar dalam

kelompok.

5.         KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS)

Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah laku terhadap orang lain.

6.         PERKEMBANGAN MORAL

Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman, menyesuaikan dengan aturan

kelompok.

Contoh : dapat menerapkan kejujuran

7.         TERAPI

Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak, misalnya :

marah, takut, benci.

8.         KOMUNIKASI

Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan secara

verbal, misalnya : melukis, menggambar, bermain peran.

2.7     FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN

1.         Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan

2.         Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif terganggu

3.         Jenis kelamin


4.         Lingkungan à lokasi, negara, kultur

5.         Alat permainan à senang dapat menggunakan

6.         Intelegensia dan status sosial ekonomi

2.8     TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN

1.         Tahap eksplorasi

       Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain

2.         Tahap permainan

       Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan

3.         Tahap bermain sungguhan

Anak sudah ikut dalam permainan

4.         Tahap melamun

Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

2.9   TAHAP TUMBUH KEMBANG dan KARAKTERISTIK BERMAIN ANAK USIA

TOODLER (1-3 TAHUN)

1.         Tahap Pertumbuhan

Perhitungan berat badan            : Umur (tahun) x 2 – 8 : 2

Perhitungan panjang badan       : Umur 1 tahun : 75 cm

                                              : Umur 2 – 3 tahun = Umur (tahun) x 6 - 77

2.         Tahap Perkembangan

a.         Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmeun Freud :


        Fase anal (1 – 3 tahun) : daerah anal aktifitas, pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan

libido yang penting. Menunjukkan keakuannya, sikap narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan

egoistik.

        Tugas utama anak : latihan kebersiahan, perkembangan bicara dan bahasa meniru dan

mengulang kata sederahana, hubungan interpersonal anak sangat terbatas, bermain sendiri,

belum bisa bermain dengan anak lain.

b.        Perkembangan Psikoseksual menurut Erikson :

Tahap ke 2 : Autonomi vs Shame and doubt

        Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari dari lingkungan dan keuntungan

yang ia peroleh untuk mandiri, jika orang tua terlalu melindungi, menuntut harapan terlalu tinggi

maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu.

c.         Stimulasi dan perkembangan anak

a)        Anak umur 12 – 18 bulan :

-     Perkembangan anak : berjalan sendiri tidak jatuh, mengambil benda kecil dengan jari telunjuk,

mengungkapkan keinginan secara sedehana, minum sendiri dari gelas tidak tumpah.

-     Stimulasi dini : melatih anak naik turun tangga, bermain dengan anak melempar dan menangkap

bola besar kemudian kecil, melatih anak menunjuk dan menyebut nama-nama bagian tubuh,

memberi kesempatan anak melepas pakaian sendiri.

b)      Anak umur 18-24 bulan:

-     Perkembangan anak: berjalan mundur 5 langkah, mencoret-coret dengan alat tulis,

menunjukkan bagian tubuh dan menyebut namanya, meniru melakukan pekerjaan rumah tangga.
-     Stimulasi dini: melatih anak berdiri dengan satu kaki, mengajari anak menggambar bulatan,

garis segi tiga dan gambar wajah, melatih anak mengikuti perintah sederhana, melatih anak mau

ditinggalkan ibunya sementara waktu.

Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak bergerak, tidak

bias diam dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena

itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik

dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas bermiannya. Anak mempunyai rasa ingin tahu

yang besar. Oleh karena itu seringkali mainannya di bongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk

itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat

permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan.

Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah “sollitary play dan

parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak melakukan permainan

sendiri dengan mainannya sendiri, sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak

mulai dapat melakukan permainan secara parallel karena sudah dapat berkomunikasi dalam

kelompoknya walaupun belum begitu jelas karena kemampuan berbahasa belum begitu lancer.

Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah boneka, pasir, tanah liat dan lilin warna-warni

yang dapat dibentuk benda macam-macam.

2.10     BERMAIN DI RUMAH SAKIT

A.  TUJUAN

1.        Melanjutkan tugas kembang selama perawatan

2.        Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat

3.        Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
B.     PRINSIP

1.        Tidak banyak energi, singkat dan sederhana

2.        Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang

3.        Kelompok umur sama

4.        Melibatkan keluarga/orangtua

C.       UPAYA PERAWATAN DALAM PELAKSANAAN BERMAIN

1.        Lakukan saat tindakan keperawatan

2.        Sengaja mencari kesempatan khusus

D.      BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1.        Alat bermain

2.        Tempat bermain

E.       PELAKSANAAN BERMAIN DI RS DIPENGARUHI OLEH

1.        Faktor pendukung

Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama Tim dan keluarga

2.        Faktor penghambat

Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain

2.11      BERMAIN MEWARNAI GAMBAR

a.       Definisi

Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai gambar diartikan sebagai

proses memberi warna pada media yang sudah bergambar. Mewarnai gambar merupakan terapi

permainan yang kreatif untuk mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi

pada anak.
b.      Manfaat

1)      Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik (sebagai

permainan penyembuh/”therapeutic play”).

2)      Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk, mengembangkan

imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan motorik halus.

3)      Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena menggunakan media kertas

gambar dan crayon.

4)      Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu cara untuk

berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.

5)      Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses hospitalisasi, karena

pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat dan negative.

6)      Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan ekspresi emosinal

anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan benci.

7)      Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode penyuluhan

kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di rumah sakit.


PREPLANING PROGRAM BERMAIN

PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN

DI RUANG BAKUNG RS. PANTI WALUYO

1.      Judul                    : Terapi bermain “mewarnai gambar”

·         Alasan : Terapi bermain “mewarnai gambar” judul ini dipilih kelompok

untuk menambah pengetahuan mengenali warna, dan mengembangkan imajinasi pada anak.

2.      Karakteristik permainan : Anak dibimbing untuk mewarnai sebuah pola yang disediakan

dengan warna pilihnnya sendiri.

3. Sasaran :

1)      Anak usia toddler (1-3 tahun)

2)      Anak yang dirawat di ruang Bakung

3)      Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi proses

terapi bermain

4)      Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai

5)      Anak yang dapat memegang crayon

6)      Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai gambar

4.      Tujuan :
TUJUAN UMUM
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
TUJUAN KHUSUS
·         Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
·         Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena penyakit dan dirawat
·         Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
·         Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat penyembuhan.
·         Untuk menambah pengetahuan mengenali warna.
·         Untuk mengembangkan imajinasi pada anak.
5.      Waktu Pelaksanaan :

·         Hari/Tanggal :

·         Pukul :

·         Tempat: Tempat bermain anak diruang Bakung.

Setting tempat

MEJA
 

Keterangan :

: Peserta

: Orang tua wali

: Ketua

: Moderator

: Observer

: Fasilitator
6.      Media

a.       Pensil warna

b.      Tissue

c.       Karpet

d.      Kertas bergambar

e.       Lembar penilaian

f.       Meja

7.Strategi bermain

No. Waktu Kegiatan Peserta


10 menit . Pra kegiatan :

1.          Memfasilitasi media terapi bermain

           Mempersiapkan anggota terapi

bermain

         Mempersiapkan peserta

2 5 menit Pembukaan :

         Membuka kegiatan dengan Menjawab salam

mengucapkan salam.

         Memperkenalkan diri

         Menjelaskan tujuan dari terapi Mendengarkan

bermain Memperhatikan

         Kontrak waktu anak dan orang tua

Memperhatikan
15 menit Kegiatan bermain :
         Menjelaskan tata cara pelaksanaan Memperhatikan
2.
terapi bermain mewarnai kepada anak
 
         Memberikan kesempatan kepada

anak untuk bertanya jika belum jelas Bingung

         Membagikan kertas bergambar dan

pensil warna.

         Fasilitator mendampingi anak dan Antusias saat

memberikan motivasi kepada anak menerima peralatan

         Menanyakan kepada anak apakah Memulai untuk

telah selesai mewarnai gambar mewarnai gambar

         Memberitahu anak bahwa waktu Menjawab

yang diberikan telah selesai pertanyaan

         Memberikan pujian terhadap anak

yang mampu mewarnai gambar Mendengarkan

sampai selesai

Memperhatikan
3. 10 menit Kegiatan penutup:

         Memotivasi anak untuk Menceritakan

menyebutkan apa yang diwarnai

         Mengumumkan nama anak yang

dapat mewarnai dengan baik contoh:


Membagikan reward kepada seluruh   Gembira

peserta

4. 5 menit Terminasi:

1.   Memberikan motivasi dan pujian Memperhatikan

kepada seluruh anak yang telah

mengikuti program terapi bermain  

2.   Mengucapkan terima kasih kepada Mendengarkan

anak dan orang tua

3.   Mengucapkan salam penutup Menjawab salam

8.Analisa tugas

a.       Anak dibimbing memberi warna sesuai gambar yang tersedia sesuai dengan kemampuan anak

masing-masing.

b.      Anak dibimbing memilih warna sesuai warna kesukaannya sendiri.

c.       Anak dilatih untuk mewarnai gambar sesuai garis pola yang tersedia.

d.      Kriteria Penilaian:

·         Berhasil bila anak mewarnai dengan 5 warna yang berbeda (nilai 100).

·         Anak mewarnai dengan 3 warna yang berbeda (75).

·         Anak mewarnai dengan 2 warna (50).

·         Anak tidak memberi warna pada gambar yang tersedia (0).

9. Aspek kognitif

a.       Pengetahuan atau hafalan anak tentang warna,missal daun berwarna hijau.

b.      Pemahaman anak tentang gambar.contoh: mengerti bahwa itu gambar bunga.
c.       Penerapan anak member warna hijau pada daun.

10.  Aspek psikomotor

a.       Motorik halus

Pengetahuan dan pemahaman anak tentang gambar.contoh: mengerti bahwa itu gambar bunga.

b.      Motorik kasar

Anak dibimbing untuk mewarnai gambar berpola.

Hasilnya dapat diukur melalui

1.      Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku anak selama proses bermain.

2.      Anak mampu mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir.

11.  Aspek afektif

Anak dapat member respon rangsangan dari pembimbing.

12.  Aspek sosial

Anak dapat berinteraksi dengan ibu,teman sebaya dan pembimbing.

13.  Perkiraan hambatan :

a)      Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di jadwalkan

b)      Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain

14.  Antisipasi hambatan/masalah

1.      Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)

2.      Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program terapi.

15.  Pengorganisasian

1)      Pembimbing Pendidikan         : Sugiyarto, S.Kep

2)      Pembimbing Ruangan             : Sri Gunarni, S.Kep


3)      Ketua kelompok : Yanang Febrianto

Tugas : Pengkoordinir anggota kelompok dan mengawasi jalannya acara dari awal hingga akhir

4)      Moderator : Purnaning Sintya K.U

Tugas : Mengawal dan mengawasi jalannya terapi yang menjadi tanggung jawab agar berjalan

sesuai dengan topic

5)      Observer : Novita Sulistiyaningrum

Tugas : Membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi yang direkam dalam

bentuk nilai tertentu sebagai refleksi dari penilaian skala observasi terapi bermain.

6)      Fasilitator : Efryan Jusman dan Agus Purnomo

Tugas : Memfasilitasi peralatan yang dibutuhkan agar tujuan dari terapi bermain dapat tercapai.

7)      Anak               : anak berusia 1-3 tahun dirawat di ruang Bakung.

16. Kriteria evaluasi

1.      Evalusi Struktur

a.       Anak hadir di ruangan minimal 3 orang.

b.      Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang Bakung lantai 3.

c.       Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya.

2.      Evaluasi Proses

a.       Anak antusias dalam kegiatan mewarnai gambar

b.      Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir

c.       Tidak  terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai gambar

3.    Kriteria Hasil

a.       Anak terlihat senang dan gembira


b.      Kecemasan anak berkurang

c.       Mewarnai gambar sesuai dengan contoh

d.      Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. ( 2010) Bermain melatih konseentrasi anak. [Online]. Tersedia :


http://sidikjaricerdas.wordpress.com/2010/08/09/bermain-puzzle-melatihkonsentrasi-anak/ [23
Agustus 2015]
Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak. Terdapat pada

http://info.balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 21 Agustus 2015

Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders Company,

Philadelpia USA

Hurlock, E B.1991. Perkembangan Anak Jilid 1. Erlangga : Jakarta

L. Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC : Jakarta

www.Pediatrik.com Selasa 21 Agustus 2015

Markum, dkk. 1990.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, EGC : Jakarta

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan

Bidan). Jakarta: Salemba Medika.


Soetjiningsih, 1995,Tumbuh Kembang Anak, EGC : Jakarta
Whaley and Wong, 2009, Nursing Care Infanst and Children. Fourth Edition. Mosby Year Book. Toronto

Canada

Anda mungkin juga menyukai