Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ANEMIA


MEGALOBLASTIK

A. PENGERTIAN
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia megaloblastik adalah sekelompok anemia yang di tandai oleh adanya
eritroblas yang besar yang terjadi akibat gangguan maturasi intisel tersebut. Sel
tersebut dinamakan megaloblas.

B. PENYEBAB ANEMIA
Penyebab anemia megaloblastik adalah :
1. Defisiensi vitamin B12
2. Defesiensi asam folat
3. Gangguan metabolisme vitamin B12 dan asam volat
4. Gangguan sintesis DNA akibat dari :
a. Defisiensi enzim congenital
b. Didapat setelah pemberian obat atau
sitostatik tertentu.

Metabolisme Vitamin B12 dan Asam folat


Vitamin B12 banyak dijumpai dalam daging binatang, ikan laut dan tidak
didapatkan dalam sayuran, buah-buahan, serta rempah-rempah. Vitamin
B12 yang terikat dalam protein, sesampainya di lambung di lepaskan dari
ikatannya. Untuk kemudian bergabung dengan factor intrinsik (FI) yang di

1
hasilkan oleh sel-sel parietal-lambung. Sampai di ileum FI dilepaskan dan
vitamin B12 diserap masuk pembulih darah portal, lalu berikatan dengan
protein transkoglamin II (TC II) dan selanjutnya dipindahkan ke sum-sum
tulang dan jaringan lain sebagian vitamin B12 dalam plasma terikat oleh
protein lain, transkoblamin I (TC I) yang di buat oleh granulosit. Pada
sindrom mieloprolifeeratif,sel granulosit jumlahnya sering meningkat.
Hingga TC I dan vitamin B12 juga meningkat. Vitamin B12 yang terikat
pada TC I tidak dipindahkan ke sum-sum tulang dan relative tak berfungsi.
Vitamin B12 adalah ko-enzim yang berperan dalam dua reaksi
biokimia yaitu :
1. Siklus system-metionin yang diperlukan pula pada siklus
asam folat-tetra hidrofolat (THF)- di hidrofolat (DHF) yang
diperlukan pula pada sintesis DNA.
2. Reaksi propionic Coa-metylmalonyI Coa B12 succiny Coa.
Reaksi ini berperan untuk pembentukan energen.
Asam folat berwarna kuning, stabil dan larut dalam air. Tubuh kita tak
mampu membuat asam folat, oleh karena itu asam folat diperlukan dari luar dan
dalam bentuk vitamin. Bakteri dapat membuat asam folat dari pteridin asam para
amino benzoate, dan asam glutamat, sedangkan sulfa menghambat bakteri untuk
sintesis asam folat. Di dalam sel asam folat berbentuk folat-poli-glutamat,
sedangkan dala, cairan tubuh berbentuk monoglutamat-tetrametil-hidrofolat (metil
THF) tanpa ikatan dengan protein. Selama berada di duodenum dan jejunum
semua folat diserap dalam bentuk metil-THF. Asam folat diperlukan untuk
beberapa reaksi biokimia dalam tubuh antara lain sintesis DNA. Beberapa reaksi
konfersi asam amino dalam tubuh juga memerlukan asam folat.

C. Tanda dan Gejala


1) Anemia karena eritrooesis yang inefektif.
2) Ikterus ringan akibat pemecahan hemoglobin meninggi karena usia
eritosit memendek.
3) Glositis (lidah bengkak, merah,) stomatitis angularis, gejala-gejala
sindrom malabsorpsi ringan

2
4) Purpura trombositofenik karena maturasi megakariosit terganggu
5) Neuropati pada defisiensi B12. Pada pasien dengan defisiensi B12
yang berat dapat terjadi kelainan saraf sensorik pada kolumna
posterior dan neuropati bersifat simetris, terutama mengenai kedua
kaki. Pasien mengalami kesulitan berjalan dan mudah jatuh.

D. Patofisiologi Anemia Megaloblastik


Timbulnya megaloblastik adalah akibat gangguan maturasi intisel karena
gangguan sintesis DNA sel-sel eritroblas. Defisiensi asam folat jelas akan
mengganggu sintesis DNA hingga terjadi gangguan maturasi intisel dengan akibat
timbulnya sel-sel megaloblas. Demikian pula defisiensi vitamin B 12 yang
bermanfaat dalam reaksi metilasi homosistein menjadi metionin dan reaksi ini
berperan dalam mengubah metil THF menjadi DHF, yang berperan dalam sintesis
DNA. Jadi defisiensi vitramin B12 yang juga akan menggangu sintesis DNA dan
ini akan mengganggu maturasi inti sel dengan akibat terjadinya megaloblas.
Gejala lain yang menonjol pada defisiensi vitamin B12 adalah neuropati dan
menurut suatu teori hal ini terjadi akibat gangguan sintesis S-adenosil metionin
(SAM), salah satu bahan metabolic penting untuk susunan saraf.

3
E. Pathways

Perdarahan masif Kurang bahan Penghancuran Terhentinya


baku pembuat eritrosit yang pembuatan sel darah
sel darah berlebihan oleh sum-sum tulang

Anemia

Resti Gg
Anoreksia nutrisi kurang Kadar HB
dari kebutuhan

Lemas Komparten sel


penghantar oksigen/
zat nutrisi ke sel <
Cepat lelah

Gg perfusi jaringan
Intoleransi
aktifitas

4
F. Klaisfikasi Etiologi Anemia Megablastik
Manurut penyebab anemia megaloblastik dibagi sebagai berikut :
A. Karena defisiensi vitamin B12 misalnya :
1. Pasien yang tidak makan daging hewan atau ikan,
telur, susu, (yang mengandung vitamin B12 )
2. Adanya malabsorpsi akibat :
a. Kelainan lambung :
 Anemia pernisiosa
 Kelainan congenital
factor intrinsic
 Gasterktomi total atau
tersial

B. Kelainan usus :
 Intestinal eloop syndrome
 Tropical sprue
 Pasien reseksi ileum

G. Gejala-gejala Klinis Anemia Megaloblastik


6) Anemia karena eritrooesis yang inefektif.
7) Ikterus ringan akibat pemecahan hemoglobin meninggi karena usia
eritosit memendek.
8) Glositis (lidah bengkak, merah,) stomatitis angularis, gejala-gejala
sindrom malabsorpsi ringan
9) Purpura trombositofenik karena maturasi megakariosit terganggu
10) Neuropati pada defisiensi B12. Pada pasien dengan defisiensi B12
yang berat dapat terjadi kelainan saraf sensorik pada kolumna
posterior dan neuropati bersifat simetris, terutama mengenai kedua
kaki. Pasien mengalami kesulitan berjalan dan mudah jatuh.

5
H. Diagnosa
Diagnosa anemia megaloblastik berdasarkan pada :
1) Gejala klinis berupa anemia, ikterus ringan, glositis, stomatitis
angularis, purpura serta neuropati. Pada pemeriksaan darah tepi
didapatkan eritrosit yang besar (MCV 95 fl) dengan bentuk yang
bulat lonjong. Retikulasit menurun serta didapatkan
hipersegmentasi neutrofil (shift to the right). Sumsum tulang
hiperselular dengan sel-sel eritroblas yang besar (megaloblas).
Didapatkan pula giant stab dan giant cells yang lain
2) Menentukan kadar vitramin B12 dan asam folat dalam darah. Kadar
normal vitamin B12 serum antara 160-925 µg/L, sedangkan asam
folat dalam serum 3,0-15,0 µg/L.
3) Menentukan penyebab kekurangan vitamin B12 dan atau asam folat,
apakah karena diet, kelainan lambung, malabsorpsi, dan
sebagainya.

I. Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan


1. Untuk kekurangan vitamin B12 :
 Anamnesis makanan
 Tes absorpsi vitamin B12 dengan dan tanpa faktor intrinsic
 Penentuan faktor intrinsic dan antibody terhadap sel perjetal
lambung
 Endoskopi, foto saluran makanan bagian atas, follow through
 Analisis cairan lambung
2. Untuk kekurangan asam folat :
 Anamnesis makanan
 Tes-tes malabsorpsi
 Biopsy jejunum
 Tanda-tanda penyakit dasar penyebab
J. Pengobatan
A. Untuk defisiensi vitamin B12

6
1. Diberikan vitamin B12 100-1000 µg intramuskular sehari Selama dua
minggu, selanjutnya 100-1000 µg intramuskular setiap bulan. Bila ada
kelainan neurologis terlebih dahulu diberikan tiap dua minggu selama
enam bulan, baru kemudian diberikan sebulan sekali. Bila pasien sensitive
terhadap pemberian suntikan dapat diberikan secara oral 1000 µg sekali
sehari asal tidak terdapat gangguan absorpsi
2. Transfusi darah seyogyanya dihindari, kecuali bila ada dugaan gagal
faajantung, hipotensi postural, renjatan atau infeksi berat. Bila diperlukan
transfuse darah sebaiknya diberikan eritrosit yang diendapkan (packed
redsell)

B. untuk defisiensi asam folat


diberikan asam folat satu 1-5 mg per/hari per oral selama 4-5 minggu.
Asal tidak terdapat gangguan absorpsi. Asam folat tersedia dalam
kemasan tablet @1mg dan suntikan @5mg-ml atau dalam bentuk
multivitamin dengan dosis 0,1-1,0 ml tiap tablet. Di Indonesia lebih serig
didapatkan defisiensi asam folat daripada defisiensi vitamin B12
disebabkan oleh banyaknya sirosis hati dinegara ini sirosis hati
mengakibatkan asam folat kurang dapat disimpan dalam hati.

7
A. Konsep Asuhan Keperawatan.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluru (Boedihartono,1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / stirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu
menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat , angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat
endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan
membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan).
pucat (aplastik) atau kuning lemon terang. Sklera : biru atau putih seperti
mutiara. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok

8
(koilonikia). Rambut : kering, mudah putus, menipis,tumbuh uban secara
premature.

3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfuse darah.
Tanda :depresi.

4) Eliminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.
Penurunan haluaran urine.
Tanda :distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran,tepung jagung, dan sebagainya.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas. Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir :
selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi.Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina
(aplastik). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan

9
koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif,
paralysis.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala

8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda: takipnea, ortopnea dan dispnea.

9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker,
terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah
sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,sering
infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore.
Hilang libido(priadan wanita). Imppoten.
Tanda :serviks dan dinding vagina pucat.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel ditandai
dengan kavilari revil > 3detik, sianosis, kulit pucat, membran mukosa
kering, kuku dan rambut rapuh.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan
/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
ditandai denganklien mengeluh mual & muntah, terjadi penurunan BB,
penurunan lipatan kulit triseps, perubahan gusi, membran mukosa mulut.

10
3. nyeri berhubungan dengan sakit kepala dan nyeri abdomen
4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan
proses pencernaan; efek samping terapi obat ditandai dengan klien
mengeluh BAB keras dalam waktu lama, mual atau muntah, penurunan
nafsu makan, laporan nyeri abdomen tiba-tiba atau kram, gangguan bunyi
usus.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan ditandai dengan klien
mengeluh tubuh lemah, lebih banyak memerlukan istirahat.
6. Kurang pengetahuan berehubungan dengan kurang mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan
klien mengungkapkan ketidaktahuannya tentang penyakit yang sedang
dialami.
7. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit
(respons inflamasi tertekan).
8. Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
muntah, diare, dan atau hemoragi.
9. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologist
3. Rencana Tindakan Keperawatan
No. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx.
1 Setelah diberikan tindakan  Berikan oksigen  Memaksimalkan
keperawatan selama 3x24 jam tambahan sesuai transport oksigen ke
diharapkan terjadi peningkatan indikasi jaringan
perfusi jaringan  Awasi tanda vital kaji  Memberikan
Kriteria hasil : pengisian kapiler, informasi tentang
- menunjukkan perfusi warna derajat/keadekuatan
adekuat, misalnya tanda kulit/membrane perfusi jaringan dan
vital stabil. mukosa, dasar kuku. membantu
- Tidak terjadi sianosis menetukan keb.
- Kapilarirefil < 3dtk.

11
- Kulit tidak pucat intervensi.
- Membran mukosa lembab  Tinggikan kepala  Meningkatkan
- Kuku dan rambut kuat tempat tidur sesuai ekspansi paru dan
toleransi. memaksimalkan
oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
 Selidiki keluhan  Iskemia seluler
nyeri dada/palpitasi. mempengaruhi
jaringan miokardial/
potensial risiko
infark.
 Kolaborasi  Mengidentifikasi
pengawasan hasil defisiensi dan
pemeriksaan kebutuhan
laboraturium. Berikan pengobatan /respons
sel darah merah terhadap terapi.
lengkap/packed
produk darah sesuai
indikasi.

2 Setelah diberikan tindakan  Observasi riwayat  Mengidentifikasi


keperawatan selama 3x24 jam nutrisi, termasuk defisiensi,
diharapkan kebutuhan nutrisi makan yang disukai. memudahkan
terpenuhi intervensi.
Kriteria hasil :  Observasi dan catat  Mengawasi
- menunujukkan masukkan makanan masukkan kalori
peningkatan/mempertaha pasien. atau kualitas
nkan berat badan dengan kekurangan
nilai laboratorium normal. konsumsi makanan.
- tidak mengalami tanda
mal nutrisi.  Timbang berat badan  Mengawasi
- Mual muntah menurun setiap hari. penurunan berat

12
- Terjadi kenaikan BB badan atau
- Menununjukkan perilaku, efektivitas intervensi
perubahan pola hidup nutrisi.
untuk meningkatkan dan  Berikan makan  Menurunkan
atau mempertahankan sedikit dengan kelemahan,
berat badan yang sesuai. frekuensi sering dan meningkatkan
atau makan diantara pemasukkan dan
waktu makan. mencegah distensi
gaster.

 Observasi dan catat  Gejala GI dapat


kejadian menunjukkan efek
mual/muntah, flatus anemia (hipoksia)
dan dan gejala lain pada organ.
yang berhubungan.
 Berikan dan Bantu  Meningkatkan nafsu
hygiene mulut yang makan dan
baik ; sebelum dan pemasukkan oral.
sesudah makan, Menurunkan
gunakan sikat gigi. pertumbuhan
bakteri,
meminimalkan
kemungkinan
infeksi. Teknik
perawatan mulut
khusus mungkin
diperlukan bila
jaringan
rapuh/luka/perdarah
an dan nyeri berat.
 Kolaborasi pada ahli  Membantu dalam
gizi untuk rencana rencana diet untuk

13
diet. memenuhi
kebutuhan
individual.

3 Setelah diberikan tindakan  Pertahankan  Lingkungan yang


keperawatan selama 3x 24 jam lingkungan yang tenang dapat
diharapkan nyeri berkurang. tenang meningkatkan
Kriteria hasil : kenyamanan px
- Px mengungkapkan  Mempertahankan  Meminimalkan
peningkatan perasan tirah baring selama stimulasi /
nyaman pasien nyeri (akut) meningkatkan
- Px melaporkan tidak ada relaksasi
sakit kepala atau nyeri  Bantu px dalam  Pusing dan
abdomen ambulasi sesuai penglihatan kabur
dengan kebutuhan sering berhubungan
dengan sakit kepala.
Px juga mengalami
hipotensi postural
 Berikan tindakan non  Untuk mengurangi
farmakologi untuk atau menghilangkan
menghilangkan rasa rasa sakit
sakit, misalnya,
redupkan lampu
4. kamar, pijatan, dan
tehnik relaksasi
Setelah diberikan tindakan  Kolaborasi  Untuk menurunkan
keperawatan selama 3x24 jam Berikan sesuai atau menngontrol
diharapkan pola eliminasi klien indikasi : analgetik nyeri dan
normal dari fungsi usus menurunkan
Kriteria hasil : rangsang sisitem
- menunjukkan perubahan pola saraf simpatis
eliminasi BAB dengan
konsistensi lembek , frekuensi

14
sesuai kebiasaan, warna khas  Observasi warna  Membantu
feses. feses, konsistensi, mengidentifikasi
frekuensi dan jumlah. penyebab /factor
pemberat dan
intervensi yang tepat
 Auskultasi bunyi  Bunyi usus secara
usus. umum meningkat
pada diare dan
menurun pada
konstipasi.

 Awasi intake dan  Dapat


output (makanan dan mengidentifikasi
cairan). dehidrasi,
kehilangan
berlebihan atau alat
dalam
mengidentifikasi
defisiensi diet.

 Dorong masukkan  Membantu dalam


cairan 2500-3000 memperbaiki
ml/hari konsistensi feses
bila konstipasi.
Akan membantu
memperthankan
status hidrasi pada
diare.

 Hindari makanan  Menurunkan distress


yang membentuk gas. gastric dan distensi

15
abdomen.

 observasi kondisi  Mencegah


kulit perianal dengan ekskoriasi kulit dan
sering, catat kerusakan.
perubahan kondisi
kulit atau mulai
kerusakan. Lakukan
perawatan perianal
setiap defekasi bila
terjadi diare.
 Berikan pelembek  Serat menahan
feses, stimulant enzim pencernaan
ringan, laksatif dan mengabsorpsi
pembentuk bulk atau air dalam alirannya
enema sesuai sepanjang traktus
indikasi. Pantau intestinal dan
keefektifan. dengan demikian
(kolaborasi) menghasilkan bulk,
yang bekerja sebagai
perangsang untuk
defekasi.
 Mempermudah  Menurunkan
defekasi bila motilitas usus bila
konstipasi terjadi. diare terjadi.
 Kolaborasi ahli gizi  Membantu dalam
untuk diet siembang rencana diet untuk
dengan tinggi serat memenuhi
dan bulk. kebutuhan
individual.

16
 Kolaborasi ; berikan  Kebutuhan
obat sesuai indikasi. penggantian
tergantung pada tipe
anemia dan atau
adanyan masukkan
oral yang buruk dan
defisiensi yang
diidentifikasi.

5 Setelah diberiakan tindakan  Observasi  Mempengaruhi


keperawatan selama 3x24 jam kemampuan ADL pilihan
diharapkan klien dapat pasien. intervensi/bantuan.
mempertahankan/meningkatkan
ambulasi/aktivitas.  Observasi kehilangan  Menunjukkan
Kriteria hasil : atau gangguan perubahan
- melaporkan peningkatan keseimbangan, gaya neurology karena
toleransi aktivitas jalan dan kelemahan defisiensi vitamin
(termasuk aktivitas otot. B12 mempengaruhi
sehari-hari) keamanan
- menunjukkan penurunan pasien/risiko cedera.
tanda intolerasi fisiologis,
misalnya nadi,
pernapasan, dan tekanan  Observasi tanda-tanda  Manifestasi
darah masih dalam vital sebelum dan kardiopulmonal dari
rentang normal. sesudah aktivitas. upaya jantung dan
paru untuk
membawa jumlah
oksigen adekuat ke
jaringan.

 Berikan lingkungan  Meningkatkan

17
tenang, batasi istirahat untuk
pengunjung, dan menurunkan
kurangi suara bising, kebutuhan oksigen
pertahankan tirah tubuh dan
baring bila di menurunkan
indikasikan. regangan jantung
dan paru.

 Anjurkan pasien  Meningkatkan


istirahat bila terjadi aktivitas secara
kelelahan dan bertahap sampai
kelemahan, anjurkan normal dan
pasien melakukan memperbaiki tonus
aktivitas semampunya otot/stamina tanpa
(tanpa memaksakan kelemahan.
diri). Meingkatkan harga
diri dan rasa
terkontrol.

6 Setelah diberikan tindakan  Berikan informasi  Memberikan dasar


keperawatan selama 1x24 jam tentang anemia pengetahuan
diharapkan pasien mengerti dan spesifik & program sehingga pasien
memahami tentang penyakit, terapi yang diberikan. dapat membuat
prosedur diagnostic dan rencana pilihan yang tepat.
pengobatan. Menurunkan
Kriteria hasil : - pasien ansietas dan dapat
menyatakan pemahamannya meningkatkan
proses penyakit dan kerjasama dalam
penatalaksanaan penyakit. program terapi.
- mengidentifikasi factor  Tinjau tujuan dan  Ansietas/ketakutan
penyebab. persiapan untuk tentang
- Melakukan tiindakan yang

18
perlu/perubahan pola hidup. pemeriksaan ketidaktahuan
diagnostic. meningkatkan
stress, selanjutnya
meningkatkan beban
jantung.
Pengetahuan
menurunkan
ansietas.
 Kaji tingkat  Megetahui seberapa
pengetahuan klien jauh pengalaman
dan keluarga tentang dan pengetahuan
penyakitnya. klien dan keluarga
tentang penyakitnya.
 Dengan mengetahui
 Berikan penjelasan penyakit dan
pada klien tentang kondisinya
penyakitnya dan sekarang, klien dan
kondisinya sekarang. keluarganya akan
merasa tenang dan
mengurangi rasa
cemas

 Diet dan pola makan


 Anjurkan klien dan yang tepat
keluarga untuk membantu proses
memperhatikan diet penyembuhan.
makanan nya.
 Mengetahui
 Minta klien dan seberapa jauh
keluarga mengulangi pemahaman klien
kembali tentang dan keluarga serta
materi yang telah menilai keberhasilan

19
diberikan. dari tindakan yang
dilakukan.
7 Setelah diberikan tindakan  Ajarkan teknik cuci  Mencegah
keperawatan selama 1x24 jam tangan yang baik ; kontaminasi
diharapkan resiko infeksi tidak oleh pemberi silang/kolonisasi
terjadi. perawatan kepada bacterial.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi pasien.
perilaku untuk  Pertahankan teknik  Menurunkan risiko
mencegah/menurunkan risiko aseptic ketat pada kolonisasi/infeksi
infeksi. prosedur/perawatan bakteri.
- meningkatkan penyembuhan luka.
luka, bebas drainase purulen atau  Berikan perawatan  Menurunkan risiko
eritema, dan demam. kulit, perianal dan kerusakan
oral dengan cermat. kulit/jaringan dan
infeksi.
 Motivasi perubahan  Meningkatkan
posisi/ambulasi yang ventilasi semua
sering, latihan batuk segmen paru dan
dan napas dalam. membantu
memobilisasi sekresi
untuk mencegah
pneumonia.
 Membantu dalam
 Tingkatkan masukkan pengenceran secret
cairan adekuat. pernapasan untuk
mempermudah
pengeluaran dan
mencegah stasis
cairan tubuh
misalnya pernapasan
dan ginjal.
 Membatasi

20
pemajanan pada
 Pantau/batasi bakteri/infeksi.
pengunjung. Berikan Perlindungan isolasi
isolasi bila dibutuhkan pada
memungkinkan. anemia, bila respons
imun sangat
terganggu.

.  Adanya proses
inflamasi/infeksi
 Pantau suhu tubuh. membutuhkan
Catat adanya evaluasi/pengobatan
menggigil dan .
takikardia dengan
atau tanpa demam.  Indikator infeksi
lokal. Catatan :
 Amati eritema/cairan pembentukan pus
luka. mungkin tidak ada
bila granulosit
tertekan.

 Mungkin digunakan
secara propilaktik
 Berikan antiseptic untuk menurunkan
topical ; antibiotic kolonisasi atau
sistemik (kolaborasi). untuk pengobatan
proses infeksi local.

8. Setelah diberikan tindakan  Awasi TTV  Kekurangan atau


keperawatan diharapkan tidak perpindahan cairan
terjadi kekurangan volume cairan meningkatkan
dengan kriteria hasil frekuensi jantung,

21
- Menunjukkan volume menurunkan TD, dan
cairan normal, dibuktikan mengurangi volume
oleh TD, kecepatan nadi, nadi
BB, dan haluaran urin  Catat perubahan  Kekurangan cairan
dalam batas normal. mental, turgor kulit, dapat diidentifikasi
hidrasi membran dengan penurunan
mukosa. turgor kulit,
membram mukosa
kering
 Ukur / hitung  Memberikan
masukan, informasi tentang
pengeluaran, dan status cairan umum.
keseimbangan cairan. Kecenderungan
Catat kehilangan tak keseimbangan cairan
tampak negatif dapat
menunjukkan
terjadinya defisit.
 Timbang BB tiap hari  Perubahan cepat
menunjukkan
gangguan dalam air
tubuh total.
 Kolaborasi :
9.  berikan cairan IV  Memperbaiki atau
dalam observasi ketat mempertahankan
Setelah diberikan tindakan atau dengan alat volume sirkulasi dan
keperawatan selama 2x24 jam kontrol sesuai tekanan osmotik.
diharapkan resiko kerusakan indikasi.
integritas kulit tidak terjadi.  Elektrolit khususnya
 Awasi atau ganti
Kriteria hasil : - mengidentifikasi kalium dan natrium
elektrolit sesuai
factor risiko/perilaku individu mungkin menurun
indikasi
untuk mencegah cedera dermal. sebagai akibat
penurunan volume

22
cairan

 Kaji integritas kulit,  Kondisi kulit


catat perubahan pada dipengaruhi oleh
turgor, gangguan sirkulasi, nutrisi dan
warna, hangat local, imobilisasi. Jaringan
eritema, ekskoriasi. dapat menjadi rapuh
dan cenderung untuk
infeksi dan rusak.
 Reposisi secara  Meningkatkan
periodic dan pijat sirkulasi kesemua
permukaan tulang kulit, membatasi
apabila pasien tidak iskemia jaringan/
bergerak atau mempengarhi
ditempat tidur. hipoksia seluler.
 Anjurkan pemukaan  Area lembab,
kulit kering dan terkontaminasi,
bersih. Batasi memberikan media
penggunaan sabun. yang sangat baik
untuk pertumbuhan
organisme patogenik.
Sabun dapat
mengeringkan kulit
secara berlebihan.

 Bantu untuk latihan  Meningkatkan


rentang gerak. sirkulasi jaringan,
mencegah stasis.

4. Evaluasi

23
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel
dengan KE :
 Terjadi peningkatan perfusi jaringan,TTV dalam batas normal.
2)Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan
/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
dengan KE :
 Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) nyeri berhubungan dengan sakit kepala dan nyeri abdomen dengan KE:
 Melaporkan tidak ada sakit kepala atau nyeri abdomen.

4).Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;


perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat dengan KE:
 Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.

5).Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan dengan KH:
 Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

6).Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang mengingat ; salah


interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi dengan KH:
 Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic
dan rencana pengobatan.
 Pasien dapat menjelaskan pengertian tentang penyakitnya.

24
7). Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan).
 Infeksi tidak terjadi.
8). Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
muntah, diare, dan atau hemoragi.
 Tidak terjadi kekurangan volume cairan, mual, diare,hemoragi
teratasi.

9).Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


perubahan sirkulasi dan neurologist.
 Dapat mempertahankan integritas kulit.

Daftar Pustaka
 Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta

25
 Corwin, Elizabeth J. (2001). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
 Smeltzer, Suzanne C. (2002). Keperawatan Medikal – Bedah
 Brunner & Suddarth (Edisi Kedelapan). Volume 2. Jakarta:
EGC.
 http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia
 http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm
 Himes JD.Megaloblatic anemia. In : Manual of Clinical Hematologi.first
edition.boston-Toroton :Little Brown and Company ; 1998.21-34.
 Kumar CRS.Megaloblastik anemia,In ; Hematology Oncologi Secrets First
edition.info Access,Distribution pte.Ltd ; 1994.34-7.

26

Anda mungkin juga menyukai