Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK MERWANAI GAMBAR

DISUSUN OLEH :

KEZIA PRAMESWARI MUSKITTA


(18210100101)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS INDONESIA MAJU (UIMA)

2022
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah
sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan
dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan
mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak
dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang
ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah
agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih
efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional,
dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan
bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit
(Wong, 2009).
Berdasarkan sensus penduduk padatahun 2003 didapatkan jumlah
anak usia toddler (1- 3 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak
pada usia toddler dapat memainkan sesuatu dengan tangannya serta
senang bermain dengan warna, oleh karena itu bermain dengan mewarnai
gambar menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifitas anak dan dapat
menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Mewarnai gambar
dapat menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat
perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak
bermain dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon
atau pensil warna akan membantu anak untuk menggunakan
tangannya secara aktif sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh
karena sangat pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak
dan untuk mengurangi kecemasan akibat hospitalisasi, maka akan
dilaksanakan terapi bermain pada anak usia toddler dengan cara mewarnai
gambar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
b. Untuk meningkatkan adaptasi efektifitas pada anak terhadap stress karena
penyakit dan selama di rawat di RS.
c. Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
d. Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat proses
penyembuhan.
e. Untuk menambah pengetahuan mengenali warna.
f. Untuk mengembangkan imajinasi pada anak.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Terapi Bermain


Bermain adalah media terbaik untuk belajar karena bermain, anak-anak akan
berkomunikasi, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan melakukan apa yang
dapat dilakukannya (Whaley&Wong, 2009). Bermain merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil
akhir.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan atau kepuasan tanpa mempertimbangkan hasil akhir
(Erlita,2006). Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A,
2005).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan tanpa
mempertimbangakan hasil akhir sebagai cara untuk mengekspresikan perasaan,
relaksasi, distraksi dari perasaan tidak nyaman dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan anak karena bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa yang dapat
menurunkan stress anak, media bagi anak untuk berkomunikasi dan beradaptasi dengan
lingkungannya.
Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan
stres, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan bahwa
lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stres bagi anak dan orang
tuanya, baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan ruang rawat, alat-alat, bau
yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan sosial, seperti sesama
pasien anak, ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan seperti
takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya, sering kali
dialami anak. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan
tersebut.
Media yang paling efektif adalah melalui kegiatan bermain, permainan yang
terapeutik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktifitas yang
sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan memungkinkan
untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan pikiran anak, mengalihkan
perasaan nyeri dan relaksasi. Dengan demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian
integral dari pelayanan kesehatan anak dirumah sakit (Brenan dalam Supartini, 2004).
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu
intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan
sebelum dan sesudah tindakan operatif. Tujuannya yaitu untuk mempraktekkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan
merupakan suatu aktifitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan
keterampilan kognitif dan afektif (Anonim, 2010). Dengan demikian dapat dipahami
bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan
didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk
mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya ( Nursalam, 2005).
B. Kategori Bermain
1. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak
sendiri. Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu
melakukan aktivitas (hanya melihat). Contoh: Memberikan support.
C. Ciri-ciri Bermain
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau dengan benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu saat bermain
5. Menuntut ruangan tertentu

D. Klasifikasi Bermain Menurut Isi


1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap tindakan yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara, memanjakan,
anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan
lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya.
Dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau
pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu
dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

E. Klasifiasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial


1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain
yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Toddler.
2. Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada
interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school.
Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama
tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak
bermain sesukanya
4. Cooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan yang terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah.

F. Fungsi Bermain
Anak dapat melangsungkan perkembangannya
1. Perkembangan sensorik motoric
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,
misalnya meraih pensil.
2. Perkembangan kognitif
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).
3. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun balok.
4. Perkembangan sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari
belajar dalam kelompok.
5. Kesadaran diri (self awareness)
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah
laku terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh : dapat menerapkan
kejujuran.
7. Terapi
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang
tidak enak, misalnya : marah, takut, benci.
8. Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang
belum mampu mengatakan secara verbal, misalnya : melukis,
menggambar, bermain peran.

G. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan.
2. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin.
4. Lingkungan lokasi, negara, kultur.
5. Alat permainan senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

H. Tahap Perkembangan Bermain


1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan.
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan.
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

I. Tahap Tumbuh Kembang dan Karakteristik Bermain Anak Usia Toodler ( 1-3
Tahun).
1. Tahap Pertumbuhan
a. Perhitungan berat badan : Umur (tahun) x 2 – 8 : 2
b. Perhitungan panjang badan :
 Umur 1 tahun : 75 cm
 Umur 2 – 3 tahun = Umur (tahun) x 6 – 77 cm
2. Tahap Perkembangan
a. Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmeun Freud :
 Fase anal (1 – 3 tahun)
Daerah anal aktifitas, pengeluaran tinja menjadi sumber
kepuasan libido yang penting. Menunjukkan keakuannya,
sikap narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egoistik.
Tugas utama anak : latihan kebersihan, perkembangan
bicara dan bahasa meniru dan mengulang kata sederahana,
hubungan interpersonal anak sangat terbatas, bermain sendiri,
belum bisa bermain dengan anak lain.
b. Perkembangan Psikoseksual menurut Erikson :
 Tahap ke 2 : Autonomi vs Shame and doubt
Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari dari
lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh untuk mandiri,
jika orang tua terlalu melindungi, menuntut harapan terlalu
tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu.
3. Stimulasi dan perkembangan anak
a. Anak umur 12 – 18 bulan
 Perkembangan anak : berjalan sendiri tidak jatuh, mengambil
benda kecil dengan jari telunjuk, mengungkapkan keinginan
secara sederhana, minum sendiri dari gelas tidak tumpah.
 Stimulasi dini : melatih anak naik turun tangga, bermain
dengan anak melempar dan menangkap bola ukuran besar
kemudian ukuran kecil, melatih anak menunjuk dan
menyebut nama-nama bagian tubuh, memberi kesempatan
anak melepas pakaian sendiri.
b. Anak umur 18 - 24 bulan
 Perkembangan anak : berjalan mundur 5 langkah, mencoret-
coret dengan alat tulis, menunjukkan bagian tubuh dan
menyebut namanya, meniru melakukan pekerjaan rumah
tangga.
 Stimulasi dini: melatih anak berdiri dengan satu kaki,
mengajari anak menggambar bulatan, garis segi tiga dan
gambar wajah, melatih anak mengikuti perintah sederhana,
melatih anak mau ditinggalkan ibunya sementara waktu.
c. Anak usia toddler
 Menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak
bergerak, tidak bisa diam dan mulai mengembangkan otonomi
dan kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam
melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan
menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan
maupun dalam aktivitas bermainnya.
 Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena
itu seringkali mainannya di bongkar-pasang, bahkan
dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan
keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat
permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan.
 Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler
adalah “sollitary play dan parallel play”.
d. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun
 Lebih jelas terlihat anak melakukan permainan sendiri dengan
mainannya sendiri, sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun
sampai 3 tahun, anak mulai dapat melakukan permainan
secara parallel karena sudah dapat berkomunikasi dalam
kelompoknya walaupun belum begitu jelas karena
kemampuan berbahasa belum begitu lancar.
 Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah boneka,
pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk
benda macam-macam.

J. Bermain Di Rumah Sakit


1. Tujuan
a. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
b. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang
tepat.
c. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
2. Prinsip
a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana.
b. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
c. Kelompok umur sama.
d. Melibatkan keluarga/orangtua.
3. Upaya perawatan dalam pelaksanaan bermain
a. Lakukan saat tindakan keperawatan.
b. Sengaja mencari kesempatan khusus
4. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
a. Alat bermain
b. Tempat bermain
K. Pelaksanaan bermain di RS dipengaruhi oleh
1. Faktor pendukung
 Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama Tim dan
keluarga.
2. Faktor penghambat
 Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain
L. Bermain Mewarnai Gambar
1. Definisi Mewarnai
a. Menurut Nursetyaningsih (2015) mewarnai merupakan proses memberi warna
pada suatu media, mewarnai gambar diartikan sebagai proses memberi warna
pada media yang sudah bergambar.
b. Mewarnai buku gambar adalah terapi permainan melalui buku gambar untuk
mengembangkan kreativitas pada anak untuk mengurangi stress dan kecemasan
serta meningkatkan komunikasi pada anak (Supartini, 2004).
2. Manfaat
a. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat
terapeutik (sebagai permainan penyembuh / therapeutic play)
b. Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk,
mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan motorik
halus.
c. Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena menggunakan
media kertas gambar dan crayon.
d. Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu
cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.
e. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses
hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat
dan negatif.
f. Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan
ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan
benci.
g. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode
penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di rumah
sakit.
PREPLANNING PROGRAM BERMAIN PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN

A. Judul : Terapi bermain mewarnai gambar


Alasan : Terapi bermain mewarnai gambar judul ini dipilih kelompok untuk
menambah pengetahuan mengenali warna, dan mengembangkan imajinasi
pada anak.

B. Karakteristik permainan
Anak dibimbing untuk mewarnai sebuah gambar yang disediakan dengan warna
pilihnnya sendiri.

C. Sasaran :
1. Anak usia toddler ( 1-3 tahun)
2. Anak yang dirawat di ruang perawatan anak
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang
dapat menghalangi proses terapi bermain.
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai.
5. Anak yang dapat memegang crayon.
6. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai gambar

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
b. Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress
karena penyakit dan dirawat.
c. Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
d. Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat
penyembuhan.
e. Untuk menambah pengetahuan mengenali warna.
f. Untuk mengembangkan imajinasi pada anak.
E. Waktu Pelaksanaan :

1. Hari/Tanggal : Maret 2021


2. Pukul : 10.00 WIB
3. Tempat : Ruang Anak

Pengaturan tempat

Keterangan :

= Fasilitator = Co-Leader = Pasien

= Learder = Fasilitator = Observer


F. Media
1. Pensil warna/crayon
2. Tissue
3. Karpet
4. Kertas bergambar
5. Lembar penilaian
6. Meja

G. Strategi Bermain
No. Wakt Kegiatan Peserta
u
1. 10 Pra Kegiatan :
Menit - Memfasilitasi media terapi bermain
- Mempersiapkan anggota terapi
bermain
- Mempersiapkan peserta
2. 5 Pembukaan : - Menjawab salam
Menit - Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan dari terapi
bermain
- Kontrak waktu dan orantua
3. 15 Kegiatan bermain : - Mendengarkan
Menit - Menjelaskan tata cara pelaksanaan - Memperhatikan
terapi - Antusias saat
- Memperhatikan bermain mewarnai menerima
kepada anak peralatan
- Memberikan kesempatan kepada anak - Memulai untuk
untuk bertanya jika belum jelas mewarnai gambar
- Membagikan kertas bergambar dan - Menjawab
pensil warna/crayom pertanyaan
- Fasilitator mendampingi anak dan - Mendengarkan
memberikan motovasi kepada anak - Memperhatikan
- Menanyakan kepada anak apakah - Menceritakan
telah selesai mewarnai gambar
- Memberitahu anak bahwa waktu yang
diberikan telah selesai
- Memberikan pujian terhadap anak
yang mampu mewarnai gambar
sampai selesai
4. 10 Kegiatan penutup : - Memperhatikan
Menit - Memotiivasi anak untuk menyebutkan - Gembira saat
yang diwarnai diberikan reward
- Mengumumkan nama anak yang dapat
mewarnai dengan baik
Contoh : membagikan reward kepada
seluruh peserta
5. 5 Terminasi : - Memperhatikan
Menit - Memberikan motivasi dan pujian - Mendengarkan
kepada seluruh anak yang telah - Menjawab salam
mengikuti program terapi bermain
- Mengucapkan terimakasih kepada
anak dan orangtua
- Mengucapkan salam penutup

H. Analisa Tugas
1. Anak dibimbing memberi warna sesuai gambar yang tersedia sesuai
dengan kemampuan anak masing-masing.
2. Anak dibimbing memilih warna sesuai warna kesukaannya sendiri.
3. Anak dilatih untuk mewarnai gambar sesuai garis pola yang tersedia
4. Kriteria Penilaian:
 Berhasil bila anak mewarnai dengan 5 warna yang berbeda (nilai
100).
 Anak mewarnai dengan 3 warna yang berbeda (75).
 Anak mewarnai dengan 2 warna (50).
 Anak tidak memberi warna pada gambar yang tersedia (0).

I. Aspek Kognitif
1. Pengetahuan atau hafalan anak tentang warna,missal daun berwarna hijau.
2. Pemahaman anak tentang gambar.contoh: mengerti bahwa itu gambar bunga.
3. Penerapan anak member warna hijau pada daun.

J. Aspek Psikomotor
1. Motorik halus
Pengetahuan dan pemahaman anak tentang gambar.contoh: mengerti bahwa itu
gambar bunga.
2. Motorik kasar
Anak dibimbing untuk mewarnai gambar berpola.
Hasilnya dapat diukur melalui :
 Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku anak selama proses bermain.
 Anak mampu mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir.

K. Aspek afektif
Anak dapat member respon rangsangan dari pembimbing.

L. Aspek social
Anak dapat berinteraksi dengan ibu,teman sebaya dan pembimbing.

M. Pengorganisasian
1. Pembimbing Pendidikan :
2. Pembimbing Ruangan :
3. Leader :
4. Co-Leader :
5. Fasilitator 1 :
6. Fasilitator 2 :
7. Fasilitator 3 :
8. Fasilitator 4 :
9. Fasilitator 5 :
10. Fasilitator 6 :
11. Observer :
12. Dokumentasi :
13. Peserta :
14. Pendamping : -

N. Tugas masing-masing
 Leader : Memimpin jalannya program terapi
 Co Leader : Membantu leader dalam memimpin jalannya program terapi
 Fasilitator : Memberikan fasilitas untu pasien
 Observer : Memonitor jalannya program terapi
 Anak : Menjalankan terapi yang diberikan oleh fasilitator

O. Perkiraan Hambatan
 Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai jadwal.
 Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain

P. Antisipasi Masalah
 Jadwal terapi bermain disesuaikan.
 Melakukan kerjasama dengan orangtua untuk mendampingi anak saat terapi
Daftar Pustaka

Anonim. ( 2010) Bermain melatih konseentrasi anak. [Online]. Tersedia :


Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak. Terdapat pada
Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC:
Jakarta www.Pediatrik.com Selasa 21 Agustus 2015
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan).
Jakarta: Salemba Medika.
Whaley and Wong, 2009, Nursing Care Infanst and Children. Fourth Edition. Mosby Year
Book. Toronto Canada

Anda mungkin juga menyukai