DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
TINGKAT 2/REG 1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat Taufik Hidayah serta Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan lancar dan tepat pada waktunya. Makalah dari mata
kuliah Keperawatan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................iii
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusa Masalah
Berdasarkan apa yang telah penulis uraikan dalam latar belakang diatas,
penulis mempunyai beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peran lembaga advokasi anak dalam memberikan perlindungan
terhadap anak?
2. Bagaimana proses pendampingan yang dilakukan oleh lembaga advokasi
anak dalam mendampingi anak yang melakukan tindak pidana ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peran lembaga advokasi anak dalam memberikan
perlindungan terhadap anak yang melakukan tindak pidana sesuai dengan
Undang-undang Perlindungan Anak
2. Untuk mendiskripsikan proses pendampingan yang dilakukan oleh lembaga
advokasi anak dalam mendampigi anak yang melakukan tindak pidana.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sistematisasi dan profesionalisasi perlindungan anak di Indonesia melalui
penelitian, analisis dan evaluasi.
Pusat ini difokuskan pada membangun kapasitas praktisi pemerintah,
profesional muncul, para pemimpin masyarakat sipil dan akademisi. Hal ini
bertujuan untuk mempromosikan seragam, solusi berkelanjutan untuk masalah
kompleks yang mempengaruhi anak-anak, keluarga, dan masyarakat. Selain itu, ia
mendorong kolaborasi dan pertukaran pengetahuan di kawasan Asia / Pasifik.
Negara Indonesia, saat ini sedang mengembangkan kesejahteraan anak dan
keluarga yang fokus pada sistem untuk pencegahan dan merespon semua bentuk –
bentuk kekerasan pada anak. Hal ini merupakan refleski pada pendekatan baru
pada upaya perlindungan anak secara internasional.
Kendati negara Indonesia telah mengembangkan sebuah kerangka kerja
progresif untuk hak-hak anak, hanya saja dalam pelaksanaannya kurang mampu
berkembang untuk perlindungan anak. Disisi lain, belum ada mandat secara jelas
bagi sebuah lembaga untuk mengelola pelayanan pencegahan dan merespon
masalah-masalah anak terkait dengan kewenangan dan akuntabilitas untuk
melindungi secara legal dan efektif.
Pendekatan dalam penyediaan layanan perlindungan anak berbasis sistem
mulai dikembangkan berbeda dengan pendekatan tradisional yang dijalankan saat
ini. Dimana, dalam pendekatan tradisional dilakukan berdasarkan respon yang
berbasis kesejahteraan, lebih dipimpin oleh NGOs, berorientasi pada kedaruratan,
berbasis pada issu (seperti perdagangan anak; peradilan anak), bekerja
berdasarkan jaringan dan bukan sistem; dan hanya terfokus pada kelompok anak
yang termarjinalkan dan rentan, serta layanan perlindungan anak lebih
mengedepankan pada respon atau gejala saja.
Upaya untuk mengadopsi pendekatan ”membangun sistem” ini merupakan
upaya untuk mengkerangkakan kembali sebuah pendekatan pada anak yang
membutuhkan atau beresiko, memikirkan kembali bagaimana membangun strategi
untuk perlindungan anak, mendifinisikan apa itu persekutuan/kemitraan,
bagaimana peran, tanggungjawab, serta memprogramkan kembali intervensi dari
masing masing stakeholder diperlindungan anak.
4
Kerja–kerja yang dilakukan dalam membangun sistem merupakan kerja-kerja
yang komprehensif yang saling terkait satu dengan lainnya atau saling berinteraksi
dalam kondisi yang harmonis dan teratur. Komponen yang saling terkait antara
lain adalah kerangka hukum dan kebijakan yang kuat untuk PA, tersedianya
anggaran yang memadai, koordinasi multi sektoral, sistem layanan pencegahan
yang ramah anak dan responsif, tenaga kerja PA yang profesional, pengawasan
dan regulasi, serta data dan informasi yang kuat tentang isu isu PA.
Dalam sistem perlindungan anak meliputi:
a. Pencegahan terhadap kekerasan, penelantaran, perlakukan salah dan
eksploitasi yang direspon secara efektif ketika hal tersebut muncul serta
menyediakan layanan yang dibutuhkan, rehabilitasi dan kompensasi
terhadap para korban
b. Memperoleh pengetahuan tentang akar penyebab kegagalan pada
perlindungan anak dan sejauhmana mengetahui tentang kekerasan ,
penelantaran, eksploitasi dan perlakukan salah terhadap anak disemua
kondisi.
c. Mengembangkan kebijakan dan regulasi, yang mempengaruhi untuk
tindakan pencegahan dan penanganan, dan bagiamana memastikan
perkembangannya.
d. Mendorong partisipasi anak baik laki dan perempuan, orang tua, wali dan
masyarakat, international dan nasional NGO serta masyarakat sipil.
5
jejaring kerja/proyek), menjangkau semua anak dan fokus pada keluarga dan
masyarakat.
Kerja kerja berbasis sistem lebih teroganisir dan bersungguh sungguh, dapat
diprediksi, interaktif dan saling terkait satu sama lainnya.
Sistem perlindungan anak yang efektif mensyarakatkan adanya komponen-
komponen yang saling terkait. Adapun komponen-komponen tersebut meliputi:
a. Layanan Kesejahteraan Sosial
Penguatan dan pemberian pelayanan kesejahteraan dan perlindungan anak
memerlukan gambaran yang jelas tentang tugas, tanggung jawab dan proses
kelembagaan di setiap tingkat. Proses dan kriteria pelaporan, penilaian, dan
perencanaan intervensi dan penanganan kasus perlu dipetakan, yang
kemudian dilakukan standarisasi dan disosialisasikan di semua tingkat.
b. Kerangka kerja legal/peraturan perundang-undangan
Kerangka hukum dan peraturan perlu ditingkatkan dan sesuai dengan
standard inernasional.. Kerangka hukum yang menyeluruh dan mengikat
diperlukan ditingkat pusat. Kerangka hukum dan peraturan ditingkat
provinsi dan kabupaten harus sejalan dengan kerangka hukum nasional.
Meliputi kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung serta sistem data
dan informasi untuk perlindungan anak.
c. Perubahan sikap/ perilaku
Di tingkat masyarakat, berbagai komponen tersebut harus disatukan dalam
rangkaian kesatuan pelayanan perlindungan anak yang mendorong
kesejahteraan dan perlindungan anak dan meningkatkan kapasitas keluarga
dan masyarakat untuk memenuhi tanggung jawab mereka. Meliputi,
kampanye dan lobby; pemahaman media; ekspresi pendapat anak; debat
nasional; membangun kapasitas, dan lain sebagainya.
6
(Respite care) Kampanye Kesadaran ; Pendidikan, media, Kelompok
PengasuhanPencegahan primer bertujuan untuk memperkuat kapasitas masyarakat
secara menyeluruh dalam pengasuhan anak dan memastikan keselamatan mereka.
Meliputi kegiatan yang mengubah sikap dan perilaku, memperkuat ketrampilan
orangtua dan menyadarkan masyarakat tentang dampak yang tidak diinginkan dari
kekerasan terhadap anak.
Pencegahan sekunder atau layanan intervensi dini difokuskan pada keluarga
dan anak anak yang beresiko dilakukan dengan mengubah keadaan sebelum
perilaku kekerasan menimbulkan dampak buruk secara nyata terhadap anak anak
misalnya melalui konseling dan mediasi keluarga serta pemberdayaan ekonomi.
Intervensi tersier menangani situasi dimana anak sudah dalam keadaan krisis
sebagai akibat kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi, penelantaran, atau
tindakan-tindakan buruk lainnya. Oleh karena itu, intervensi ini bertujuan untuk
membebaskan anak-anak dari dampak buruk atau, jika dianggap layak, melakukan
pengawasan terstruktur dan memberikan layanan dukungan. Mekanisme
pencegahan dianggap lebih dibandingkan tepat dibandingkan intervensi tersier
atau reaktif.Semua rangkaian sistem baik tertier, sekunder dan primer harus saling
terhubungkan dalam sebuah rangkaian kesatuan perlindungan bagi anak-anak.
7
Selain itu, KPAD juga mengupayakan adanya kebijakan dan kertersediaan
anggaran di tingkat desa, membangun peran serta aktif dari anak, masyarakat dan
pemerintah secara bersama sama, serta membangun sistem rujukan ke tingkat
kecamatan dan kabupaten.
KPAD/KPAK pun bekerja pada layanan sekunder, seperti melakukan mediasi
dan konsultasi bagi masalah masalah anak yang terjadi dlingkungan mereka
tinggal. Kepercayaan penuh masyarakat kepada KPAD, membuat KPAD harus
bertindak demi kepentingan terbaik anak. Membangun jejaring untuk proses
penanganan anak lebih lanjut kesistem rujukan baik di Tk Kecamatan/ kabupaten.
Sebagian KPAD/KPAK yang tebentuk saat ini sudah menjadi bagian dalam
struktur layanan perlindungan anak di Kecamatan/Kabupaten, yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam layanan perlindungan anak dari
Desa/Kelurahan – Kecamatan dan Kabupaten.
Memilik peran dan fungsi KPAD dengan lebih mengedepankan pada
pencegahan, sangatlah bersinergi pada pendekatan perlindungan anak masa kini
dan merupakan bentuk nyata dari sebuah pendekatan yang berbasis sistem yang
langsung menyentuh ranah anak dan keluarga.
1. Sistem Perlindungan Anak Di Indonesia
Kedudukan Anak Menurut KUHPerdata
a. Pengertian Anak sah adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan
yang sah .
b. Ketentuan Pasal 250 KUHPerdata : Tiap-tiap anak yang dilahirkan
atau ditumbuhkan sepanjang perkawinan yang sah memperoleh suami
ibu dari anak tersebut sebagai anaknya.
c. Ada kemungkinan anak tersebut bukan dibenihkan oleh suami ibu dari
anak tersebut.
d. Dengan demikian suami ibu tersebut dapat menyangkal keabsahan
status anak.
8
2. Penyangkalan Anak Oleh Suami Ibu
Harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Selama 300 hari ditambah 180 hari sebelum kelahiran anak, suami
tersebut dalam keadaan tidak memungkinkan untuk melakukan
hubungan suami-istri.
b. Jika kelahiran anak hasil hubungan zina si ibu tersebut disembunyikan
dari suaminya, suami tersebut dapat membuktikan bahwa anak yang
dilahirkan bukan anaknya. Pasal 253 KUHPerdata
c. Kelahiran anak setelah ada keputusan perpisahan meja dan tempat
tidur melewati batas waktu 300 hari. Pasal 254 KUH Perdata
3. Pembuktian Anak
a. Menurut ketentuan pasal 261 KUHPerdata keabsahana seorang anak
dibuktikan dengan akta kelahiran.
b. Selain dengan akta kelahiran, pembuktian keabsahan seorang anak
adalah dengan akta perkawinan orang tuanya.
c. Dalam hal akta perkawinan tidak ada atau hilang maka kedudukan
anak sah tersebut tidak dapat dibantah jika orang tuanya hidup bersama
sebagai layaknya suami istri.
9
b. Arti atau nilai anak bagi orang tua;
Menurut majalah dharma Wanita 1993 no. 92 halaman 65
menyebutkan bahwa anak adalah rahmat Allah, amanah Allah,
barang gadaian, penguji iman, media beramal, bekal di akhirat,
unsur kebahagiaan, tempat bergantung di hari tua, penyambung
cita-cita, makhluk yang harus dididik.
c. Arti lain tentang anak;
Nilai jenis kelamin, bahwa anak itu terdiri dari dua jenis kelamin,
yaitu laki-laki dan perempuan dimana anak laki-laki cenderung
mempunyai nilai yang lebih menguntungkan daripada anak
perempuan.
d. Anak mempunyai nilai positif dan negatif
Suatu contoh nilai positif anak: melanjutkan garis keturunan,
pengikat suami istri, membina kebahagiaan. Suatu contoh nilai
negatif anak: kenakalan anak, biaya menyekolahkan anak dan lain
sebagainya.
Terkait dengan nilai anak tersebut di atas tentu tidak akan lepas dan
akan saling terkait dengan angkastatistik dan masalah kependudukan
di Indonesia. Beberapa masalah kependudukan yang ada
di Indonesiaantara lain:
Jumlah penduduknya besar
Pertumbuhan penduduk yang cepat
Penyebaran penduduk yang tidak merata
Komposisi penduduknya kurang menguntungkan
Mobilitas penduduknya rendah
Indeks kependudukan merupakan sebuah gambaran mengenai
kependudukan di suatu negara. Indeks kependudukan suatu negara dapat
dipahami dengan menganalisis struktur penduduk dan komposisinya.
Menurut strukturnya, penduduk dibagi ke dalam tiga (3) kelompok,
yaitu sebagai berikut:
10
a. Anak-anak, yaitu struktur penduduk dengan rentang usia 0 – 14 tahun
atau bisa disebut usia belum produktif
b. Dewasa, yaitu struktur penduduk dengan rentang usia 15 – 64 tahun
atau disebut dengan usia produktif
c. Usia lanjut (manula), yaitu struktur penduduk dengan usia 65 tahun ke
atas disebut usia tidak produktif
11
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan, Pengasuhan dan
Perlindungan Anak
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan,
pengasuhan dan perlindungan anak antara lain : pelaksanaan peran dan fungsi
keluarga atau keluarga pengganti, dan keberfungsian lembaga perlindungan
anak dan penerapan sanksi terhadap pelaku perlakuan salah terhadap anak.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Ayah sebagai suami dan ayah dari anak-anak, berperan sebagai
pencari naThah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari naThah
tambahan dalam keluarganya.
c. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
12
nilai budaya, norma, bahasa, dan lain-lain kepada anggota
keluarga.
d. Regulation of Sosial behavior, fungsi pengaturan perilaku sosial.
Kegagalan pengaturan perilaku sosial akan menghasilkan
ketidakcocokan dengan harapan yang diinginkan.
e. Source of affection. Fungsi untuk memberikan kasih sayang, cinta
yang tulus kepada semua anggota keluarga. Bilamana hal ini
mengalami kegagalan, maka keluarga akan menjadi kurang
harmonis.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Anak adalah titipan Tuhan yang harus kita lindungi agar tercapai masa
pertumbuhan dan perkembangannya menjadi seorang manusia dewasa sebagai
keberlanjutan masa depan bangsa. Anak bukan orang dewasa ukuran kecil, tetapi
seorang manusia yang tumbuh dan berkembang mencapai kedewasaan sampai
berumur 18 tahun termasuk anak dalam kandungan. Mereka memiliki posisi
strategis karena jumlahnya 38 persen dari total penduduk Indonesia.
Kunci utama untuk menjadikan anak sebagai potensi Negara dalam rangka
keberlangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa adalah bagaimana komitmen
pemerintah untuk menjadikan anak sebagai prioritas utama dalam pembangunan.
Upaya nyata adalah menciptakan lingkungan yang mengutamakan perlindungan
bagi anak, menghidupkan nilai – nilai dan tradisi yang memajukan harkat dan
martabat anak, mengeksplorasi dan memobilisasi sumber daya untuk mendukung
penyelenggaraan perlindungan anak. Namun, semua itu tergantung bagaimana
negeri ini menemukankepemimpinan yang peduli anak.
14
DAFTAR PUSTAKA
Mallon, Gerald P and Peg McCartt Hess. (2005). Child Welfare For The
Twenty-First Century. A Handbook of Practices, Policies, and Program.
Columbia University Press.
15