KAUM REMAJA
Amartia Safira Nur Shabrina
tiasafira2000@gmail.com
Abstrak
Pendahuluan
1
dinyatakan Santrock (2007) bahwa preokupasi terhadap citra tubuh ini cukup kuat
di masa remaja
Perbedaan bentuk tubuh ini kerap kali menjadi bahan ‘bullying’ seorang
individu atau suatu kelompok terhadap individu lain, yang pada era modern ini
sering disebut ‘body shaming’.Sudah tidak diherankan lagi, kini body shaming
dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis bullying yang dapat mengganggu
mental seorang individu, khususnya remaja yang sedang mengalami pubertas. Hal
ini terbukti menurut Tylka, Anunziato, Burgard (2014) malu terkait tubuh, bahwa
stigma negatif yang mengikuti malu memberi pengaruh buruk bagi kesehatan dan
kesejahteraan fisik dan psikologis.
Salah satu kasus body shaming terjadi pada artis Indonesia bernama Sheryl
Sheinafia. Penyanyi ini menjadi korban body shaming setelah mengunggah fotonya
di akun ‘instagram’. Sheryl memiliki perawakan laki-laki dan tidak dianggap
seperti perawakan wanita pada umumnya.
Perlakuan body shaming dapat diatasi dengan berbagai cara. Salah satu
solusi ampuh yang dapat dilakukan adalah dengan tidak menghiraukan perkataan
orang lain terhadap bentuk tubuh kita, dan lebih percaya juga cinta terhadap diri
sendiri.
Menurut Honigam dan Castle (2004) body shame (body image) adalah
gambaran mental seseorang mempersepsikan dan memberikan penilaian atas yang
dipikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhya sendiri.
2
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis berpendapat bahwa body
shame merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri, secara fisik, berat
tubuh, dan keseluruhan.
1) Jenis Kelamin
Menurut Cash dan Pruzinsky, jenis kelamin merupakan faktor yang
mempengaruhi perkembangan body shaming seseorang.
Seperti yang kita ketahui, body shaming tidak hanya terjadi pada
kaum wanita saja, namun juga pada kaum lelaki. Meskipun begitu,
ketidakpuasan pada bentuk tubuh (body shaming) ini sendiri lebih sering
terjadi pada wanita.
2) Perkembangan
Faktor lain yang menyebabkan body shame adalah perkembangan.
Khususnya pada remaja wanita yang mengalami perubahan hormon dan
mengalami mestruasi. Saat mengalami menstruasi terjadi pula perubahan
sekunder yang menjadi salah satu pendorong timbulnya body shaming/body
image. Dimana perubahan sekunder ini akan menjadi hal yang sangat
sensitif hingga membuat wanita tersebut merasa tidak percaya diri dan tidak
tertarik dengan fisik atau bentuk tubuhnya.
3) Media Massa
Menurut Cash dan Pruzinsky media massa yang muncul dimana-
mana memberikan gambaran ideal mengenai figure perempuan dan lak-laki
yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang.
Media massa merupakan salah satu faktor penyebab body shaming
karena di era yang sudah canggih ini, kebanyakan orang terbiasa
berkomunikasi melalui media sosial. Kini pengguna media sosial pun tidak
hanya digunakan oleh kaum dewasa, melainkan juga kaum remaja bahkan
kaun anak-anak. Dan kebanyakan orang masih belum dapat menggunakan
media sosial secara pintar. Seperti contohnya pada penggunaan instagram.
Aplikasi tersebut memberikan fitur agar kita dapat memberikan komentar
kepada orang ‘postingan’ orang lain. Terkadang pengguna media sosial
tanpa sadar memberikan komentar tidak baik yang dapat menyebabkan
3
seseorang tersebut mengalami tidak kepercayaan diri dan tidak puas dengan
dirinya sendiri.
4) Hubungan Interpersonal
Hubungan Interpesonal membuat seseorang cenderung
membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima
mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan
terhadap penampilan fisik. Selain itu, masyarakat akan lebih cenderung
menilai penampilan seseorang. Trend juga dapat mempengaruhi timbulnya
body shaming, seperti adanya trend bentuk tubuh ideal. Hal inilah yang
sering membuat orang merasa cemas dengan penampilannya dan gugup
ketika orang lain memberikan penilaian atau tanggapan terhadap dirinya.
Menurut Cash dan Pruzinsky, menyatakan feedback terhadap
penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan
interpersonal dapat mempegaruhi bagaimana pandangan dan perasaan
mengenai tubuh dan penampilan diri sendiri.
1) Depresi
4
2) Perubahan Perilaku
Salah satu dampak dari body shaming ini dapat pula terjadi pada
remaja yang kondisi psikisnya sedang labil. Perubahan perilaku yang
banyak dijumpai adalah seseorang akan mendadak menjadi lebih posesif
terhadap penampilannya sendiri setelah mendapatkan kritik dari orang lain.
Seseorang tersebut akan selalu merasa kurang puas dengan penampilannya
atau bentuk tubuhnya. Selain itu, perubahan perilaku lainnya yang dapat
terjadi adalah, mendadak menjadi pendiam dan menyendiri. Seorang remaja
yang megalami body shaming akan merasa dirinya berbeda dengan orang
lain, dan merasa terkucilkan hingga harus menyendiri. Ini salah satu dampak
yang ditakuti dari body shaming.
3) Kecemasan
Penutup
Berdasarkan karya tulis diatas, dapat disimpulkan bahwa body shaming
merupakan salah satu tindakan bullying terhadap berat atau fisik orang lain.
Tindakan ini terjadi karena beberapa faktor. Faktor yang paling utama adalah
adanya media sosial. Media sosial yang mempermudah masyarakat untuk memberi
tanggapan kepada orang lain, dapat disalah gunakan, contohnya dengan menilai
keburukan orang lain. Body shaming memiliki dampak negatif yang sangat banyak,
salah satunya adalah depresi yang berujung dengan kematian. Dengan adanya
artikel ini, penulis berharap masyarakat akan lebih pintar lagi dalam menggunakan
media sosial dan tidak men judge fisik atau bentuk tubuh orang lain. Karena semua
yang manusia miliki merupakan ciptaan Tuhan yang patut untuk disyukuri.
Daftar Rujukan
Dayakisni, Tri, Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang. UMM Press.
Chairani, Lisa. 2018. Body Shame dan Gangguan Makan Kajian Meta-Analisis.
Jurnal Psikologi, 15-16.
5
Nurvita, Victoria. 2015. Hubungan Aantara Self-esteem dengan Body Image pada
Remaja Awal yang Mengalami Obesitas. Jurnal Psikologi, 44, 46.
Thurston, Nancy. 2004. Shame And Negative Body Image In Adolescent Females.
Newberg Oregon. Digital Commons George Fox.