Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN RANCANGAN PSIKOEDUKASI PELATIHAN & NON-PELATIHAN

“Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran, serta Penanganan Self-Hatred/Self-Loath


pada Remaja Akhir”

Disusun Oleh :

Kelompok 2
Kelas Dasar-Dasar Intervensi Psikologis C-2

Nadhira Halizah Putri (112111133085)


Thoriq Muhammad Syamil (112111133086)
Annisa Nadiah (112111133087)
Husna Fatiha (112111133144)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan fase di mana individu mengalami peralihan antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa. Pada fase ini individu akan mengalami banyak perubahan, mulai
dari perubahan fisik maupun perubahan lingkungan. Selain itu, masa remaja juga memiliki
karakteristik yang identik dengan masalah emosi yang relatif lebih bergejolak, seperti pandangan
G. Stanley Hall terkait konsep "storm and stress" yang mengatakan bahwa masa remaja adalah
masa penuh gejolak yang sarat dengan konflik dan perubahan suasana hati (Santrock, 2019).
Maka dari itu, hal-hal inilah yang mengakibatkan individu remaja mengalami kewalahan dan
kebingungan ketika harus mencerna dan menerima semua perubahan yang seketika terjadi pada
hidupnya, yang mana pada akhirnya mereka menjadi lebih rentan untuk mengalami
permasalahan psikologis. Salah satu isu yang kerap terjadi pada usia remaja adalah perilaku
self-hatred atau self-loathing. Self Hatred sendiri merupakan kondisi dimana individu secara
berkelanjutan memiliki perasaan bersalah, tidak cukup, tidak mampu, dan rasa kepercayaan diri
yang rendah. Jika kondisi ini tidak segera disadari dan dibiarkan begitu saja maka self hatred
perlahan akan menjadi berbahaya untuk kesehatan individu. Gangguan yang dapat muncul
sebagai akibat dari perasaan self hatred ini misalnya adalah gangguan kecemasan dan depresi.
Efek dari self hatred yang cukup serius membuat permasalahan ini harus ditangani
secepat mungkin. Salah satu cara untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan dilakukannya
psikoedukasi. Berdasarkan kode etik Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) pasal 69
dijelaskan bahwa psikoedukasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman dan atau keterampilan sebagai usaha pencegahan dari munculnya dan atau
meluasnya gangguan psikologis di suatu kelompok, komunitas atau masyarakat. Serta
meningkatkan pemahaman bagi lingkungan (terutama keluarga) tentang gangguan yang dialami
seseorang setelah menjalani psikoterapi. Psikoedukasi dapat berbentuk (a) pelatihan dan (b)
tanpa pelatihan (non-training). Nantinya, psikoedukasi yang akan kami lakukan adalah berupa
pelatihan maupun non pelatihan. Dengan dilakukannya psikoedukasi pada individu remaja, maka
diharapkan mereka akan lebih mengenal, menyadari, dan mengetahui bagaimana cara untuk
mengatasinya self-hatred atau self-loathing yang rawan mereka alami.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi dan Ciri-ciri


Seperti namanya, self-hatred atau self-loathing adalah perasaan benci berlebihan terhadap
diri sendiri. Perasaan benci ini dapat berupa berbagai bentuk : merasa diri kita tidak cukup baik,
merasa tidak pantas untuk mendapatkan hal-hal baik di kehidupan, terlalu fokus pada
kekurangan diri, atau terlalu mengkritik diri sendiri secara berlebihan saat melakukan kesalahan.
Dari pengertian diatas self-hatred memiliki ciri-ciri yang dapat dijadikan sebagai
tanda-tanda orang yang sering melakukan self self-hatred seperti :
1. Pemikiran all-or-nothing
Melihat sesuatu hal secara sempit dan memiliki batasan. Seseorang yang mempunyai
pemikiran ini cenderung melihat sesuatu sebagai hitam dan putih. Ketika melakukan
kesalahan individu dengan pemikiran ini cenderung berpikir bahwa dunianya selesai.
Dengan membuat kesalahan tersebut individu merasa tidak memperbaiki dan pasrah tidak
melakukan apapun karena merasa sudah menemukan jalan buntu.
2. Berfokus pada sisi negatif
Ketika individu dihadapkan suatu persoalan ia hanya berfokus pada hal negatif yang
terjadi. Individu cenderung memikirkan hal-hal buruk yang akan terjadi atau
akibat-akibat yang akan ia rasakan daripada melihat sisi positif persoalan yang sedang
individu hadapi.
3. Mempercayai perasaan sebagai fakta
Individu dengan pemikiran ini lebih berfokus pada perasaan yang ia rasakan. Ketika ia
mengalami kegagalan bukannya berpikir “aku baru saja melakukan kegagalan”, individu
malah berpikir bahwa “aku adalah kegagalan”
4. Self-esteem rendah
Merasa diri sendiri tidak cukup baik, tidak layak, dan tidak sebanding dengan orang lain.
Akibatnya, orang yang terjebak dalam self-hatred jadi mengabaikan berbagai kesempatan
karena merasa tidak cukup berkualitas untuk mengambil kesempatan tersebut.
5. Takut dan cemas akan relasi yang positif
Self-hatred bisa membuat seseorang menolak untuk berteman atau menjalin hubungan
karena takut mereka akan meninggalkannya setelah mengenal dirinya dengan lebih dekat
6. Keras pada diri sendiri
sulit memaafkan diri sendiri apabila gagal melakukan sesuatu. Selain itu, orang yang
terjebak dalam self-hatred biasanya punya penyesalan mendalam akan hal yang pernah ia
lakukan di masa lalu atau sesuatu yang gagal ia dapatkan.

2.2 Penyebab Self-Hatred/Self-Loath


Self-hatred atau self-loath tentu saja memiliki penyebab yang membuat individu
merasakan perasaan benci terhadap diri sendiri. Hal ini tentu saja tidak muncul dengan
sendirinya. Self-hatred atau Self-loath memiliki beberapa faktor yang menyebabkan individu
dapat mengalami hal tersebut diantaranya :
1. Trauma masa kecil (Bullying, pengabaian/abuse)
Kondisi masa lalu individu yang pernah mengalami pembulian, kekerasan, maupun
diabaikan bisa memberikan dampak yang serius bagi kondisi individu di masa depan.
Efek dari masa lalu tersebut dimana individu seringkali diabaikan dan menerima cemooh
hingga kekerasan dapat membuat individu merasa bahwa ia tidak berharga dan
membenci dirinya sendiri. Hal ini lah yang membuat individu mengalami self-hatred atau
self-loath.
2. Ekspektasi yang terlalu tinggi
Ekspektasi individu yang terlalu tinggi juga bisa menjadi faktor penyebab terjadinya
Self-Hatred atau Self-Loath. Keadaan ini bisa terjadi dikarenakan ekspektasi individu
akan suatu hal terlalu tinggi menyebabkan individu mengerahkan semua tenaga agar
ekspektasi tersebut bisa terpenuhi. Namun ketika ekspektasi tersebut tidak dapat
terpenuhi individu akan membenci diri sendiri.
3. People-pleasing
People-pleasing adalah tindakan bagi seseorang yang selalu berusaha untuk
menyenangkan orang-orang di sekitarnya. Bagi para wanita, sifat ini juga bisa disebut
dengan good girl syndrome. Seorang people pleaser akan memiliki kecenderungan untuk
melakukan apa pun agar orang lain tidak kecewa terhadapnya.
4. Perfectionist
Orang yang perfeksionis biasanya punya ciri berupa ambisi tinggi terhadap
kesempurnaan suatu hasil kerja. Saat melakukan sesuatu, tak boleh ada kesalahan sedikit
pun. Bahkan, ia sering kali memperhatikan sesuatu yang tak terlalu diperhatikan orang
lain.
5. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain
Membandingkan diri juga menjadi penyebab seseorang menjadi self-hatred atau
self-loath. Membandingkan diri dengan orang lain sebenarnya memiliki dampak yang
positif jika dilakukan dengan cara yang tepat dan sesuai porsi. Membandingkan diri
sendiri dengan orang lain membuat kita lebih termotivasi untuk menjadi versi yang lebih
baik. Akan tetapi jika dilakukan dengan cara yang negatif dan berlebihan
membandingkan diri sendiri akan menimbulkan perasaan selalu kurang dan tidak
berharga.

2.3 Dampak dari Self-Hatred/Self-Loath


Self-hatred atau self-loath memiliki dampak yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
sehari-hari. Keadaan ini dapat menghambat seseorang dalam membuat keputusan, bersosialisasi
dengan orang lain, hingga mencapai kesuksesan. Berikut merupakan beberapa dampak dari
adanya self-hatred/self-loath :
1. Diri sendiri
Jika seseorang terlalu merendahkan atau berpikir negatif terhadap dirinya sendiri, maka ia
akan semakin sulit untuk melihat dirinya secara positif sehingga kepercayaan diri yang
dimiliki akan semakin berkurang.
2. Lingkungan kerja
Seseorang yang mengalami self-hatred cenderung merasa tidak cukup baik dalam
melakukan banyak hal sehingga sulit untuk bisa bekerja sama dengan orang lain dan
kinerja yang terlihat akan sangat terbatas. Keadaan ini berdampak pada lingkungan kerja
karena membutuhkan performance based yang baik.
3. Hubungan sosial
Seseorang yang mengalami self-hatred cenderung sering melakukan negative self-talk
serta memiliki pemikiran yang negatif. Hal ini dapat menghambat seseorang dalam
bersosialisasi dengan orang lain karena terbebani dengan pemikiran yang perfeksionis,
tingginya ekspektasi terhadap diri sendiri hingga terlalu cemas dengan penilaian orang
lain.

2.4 Cara Mengatasi Self-Hatred/Self-Loath


Seseorang yang mengalami self-hatred akan merasa overwhelming, lelah, atau bahkan
hingga mengisolasi diri sendiri. Oleh karena itu, keadaan ini harus diatasi agar tidak adanya
perkembangan yang destruktif. Berikut merupakan beberapa cara untuk mengatasi self-hatred :
1. Identifikasi perasaan
Ketika muncul pemikiran yang negatif terhadap diri sendiri, seseorang harus bisa
membedakan antara perasaan yang muncul dengan fakta yang ada.
2. Ketahui potensi diri
Dengan mengetahui potensi diri, seseorang akan merasa lebih percaya diri. Potensi diri
seorang individu bisa saja disadari oleh dirinya sendiri ataupun disadari oleh orang lain.
3. Belajar untuk menerima pujian dari orang lain
Jika seseorang lebih sering memandang dirinya dengan cara yang negatif maka akan sulit
bagi individu tersebut menerima sebuah pujian. Dengan belajar untuk menerima pujian
maka hal tersebut dapat membantu seseorang untuk mengembalikan kepercayaan dirinya.
4. Kembangkan kemampuan self-compassion
Self-compassion merupakan keadaan dimana individu dapat menerima, memahami,
bertahan, dan menyadari makna dari adanya sebuah kesulitan sebagai sesuatu hal yang
positif.
BAB III
TRAINING NEED ANALYSIS

3.1 Pemaparan Hasil Asesmen


Dari kuesioner yang kami bagikan kepada remaja akhir dari usia 18-22 tahun mengenai
“Self-Hatred/Self-Loathing”, didapatkan hasil data sebagai berikut. Dari 32 responden, 18 orang
(56,3%) merasa sudah mengenali dirinya sendiri. 20 orang (62,5%) sudah pernah mendengar
istilah self-hatred. 22 orang (68,8%) merasa pernah membenci dirinya sendiri. 29 orang (90,6%)
merasa bahwa dirinya tidak cukup baik atau tidak layak dalam banyak hal. 25 orang (78,1%)
merasa lebih mudah menyebutkan kekurangan dari dirinya sendiri dibandingkan kelebihannya.
22 orang (68,8%) memandang masalah dengan cara yang positif. 23 orang (71,9%) merasa
sering menyalahkan diri sendiri saat membuat kesalahan. 24 orang (96%) merasa memerlukan
adanya pelatihan terhadap self-hatred dari 25 jawaban.

3.2 Analisis Hasil Asesmen dan Kebutuhan


Dari hasil survei, ditemukan bahwa mayoritas individu dalam rentang usia 18-21 tahun
merasa sudah mengenal diri sendiri. Dengan begitu, hasil yang kami peroleh yaitu bahwa
mayoritas dari individu yang mengisi kuesionernya yaitu mereka sudah pernah mendengar istilah
self-hatred, merasa pernah membenci dirinya sendiri, merasa bahwa dirinya tidak cukup baik
atau tidak layak dalam banyak hal, merasa lebih mudah menyebutkan kekurangan dirinya sendiri
dibandingkan menyebutkan kelebihan, merasa sering menyalahkan diri sendiri saat membuat
kesalahan, tetapi mayoritasnya juga memandang masalah dengan cara yang positif.
Survei ini mengindikasikan bahwa mayoritas individu sudah mengerti dengan istilah
self-hatred dan apa yang mereka lalui saat mengalami fase tersebut. Secara keseluruhan, survei
ini menunjukkan bahwa self-hatred dapat terjadi ke siapapun dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya pertanyaan terakhir dari kuesioner kami tentang apakah diperlukan adanya
pelatihan terhadap topik tersebut, mayoritas menjawab ada perlunya pelatihan. Maka dari itu,
kelompok kami akan membuat psikoedukasi terhadap topik terkait.
BAB IV
DETAIL RANCANGAN PSIKOEDUKASI PELATIHAN

4.1 Deskripsi Pelatihan


Pelatihan dengan judul “Avoid Self-Hatred: How to love yourself more” ini mengangkat
topik self-hatred atau self-loath, yakni sebuah kondisi di mana individu secara berkelanjutan
memiliki perasaan bersalah, tidak cukup, tidak mampu, dan rasa kepercayaan diri yang rendah.
Pelatihan ini dirancang untuk memberikan pengetahuan kepada peserta pelatihan terkait dengan
topik self-hatred atau self-loath, sehingga kemudian peserta diharapkan dapat mengenal lebih
jauh tentang self-hatred atau self-loath dan dapat mengaplikasikan teori atau pengetahuan
tersebut pada permasalahan nyata terutama untuk pada kondisi diri sendiri. Pelatihan ini
menggunakan metode ceramah, diskusi, refleksi, dan meditasi.

4.2 Target Peserta


Target peserta pada pelatihan ini adalah individu remaja akhir dengan rentang usia 18-21
tahun. Kami memilih target dengan rentang usia ini karena pada masa remaja individu akan lebih
rentan mengalami permasalahan-permasalahan seperti topik yang kami angkat, yaitu isu
self-hatred atau self-loath. Pelatihan ini terbuka untuk umum atau untuk siapa saja selama
mereka memenuhi kriteria usia target peserta.

4.3 Tujuan Pelatihan


Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan dapat :
a. Menjelaskan apa itu self-hatred/self-loath.
b. Mengenali & mencirikan perilaku self-hatred/self-loath.
c. Mengetahui cara mengatasi self-hatred/self-loath.

4.4 Susunan Kegiatan


Hari/ Tanggal : Minggu, 18 Desember 2022
Waktu : 09.00 - 12.15 WIB
Tempat : Aula Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Tema : Avoid Self-Hatred: How to love yourself more
4.5 Rundown Acara

Waktu Durasi Kegiatan Keterangan

09.00-09.30 30’ Registrasi Peserta -Peserta memasuki aula dan melakukan


absen dengan menggunakan QR
-Peserta diarahkan menuju kursi yang
sesuai dengan nomor yang sudah
dibagikan saat pendaftaran

09.30-09.40 10’ Pembukaan -Mc membuka acara dan menjelaskan


secara singkat rangkaian acara

09.40-09.45 5’ Pre assessment -Peserta melakukan Pre assessment


melalui link google form yang
dibagikan

09.45-10.05 20’ Pemaparan Materi 1 -Pemateri menjelaskan mengenai apa


itu self hatred
-Pemateri menjelaskan mengenai
penyebab self hatred

10.05-10.10 5’ Sesi Tanya Jawab -Peserta diperkenankan untuk bertanya


mengenai materi yang sudah
disampaikan

10.10-10.15 5’ Mobilisasi peserta -Peserta dibariskan di depan dan


diberikan penutup mata
- Peserta dipersilahkan menutup mata
- Panitia memasangkan peserta secara
acak

10.15-10.35 20’ Aktivitas 1: sstt! I got your


Waktu Durasi Kegiatan Keterangan

back - Peserta 1 diharuskan untuk bercerita


dengan tujuan untuk menemukan hal
buruk apa yang berdampak hingga saat
ini (5 menit)
- Peserta 2 memberikan feedback dan
dukungan (5 menit)
- Peserta 2 bergantian bercerita dengan
mekanisme yang sama (5 menit)
- Peserta 1 memberikan feedback dan
saran (5 menit)

Kegiatan ini bertujuan menemukan dan


menyadari kejadian apa yang membuat
peserta mengalami self hatred serta
mendapatkan dukungan dari individu
lain tanpa harus mengungkap identitas

10.35-10.40 5’ Mobilisasi Peserta -Peserta kembali ke tempat duduk


masing-masing

10.40-10.50 10’ Pemaparan Materi 2 -Pemateri menjelaskan mengenai cara


mengatasi self hatred

10.50-10.55 Sesi Tanya Jawab -Peserta diperkenankan untuk bertanya


mengenai materi yang sudah
disampaikan

10.55-11.00 5’ Pembagian Kelompok -Panitia membagi peserta menjadi


Waktu Durasi Kegiatan Keterangan

kelompok dengan 4 anggota

11.00-11.30 30’ Aktivitas 2: Kamu -Peserta menulis kekurangan yang


Istimewa dimiliki pada kertas lalu disimpan (3
menit)
- Peserta secara bergantian
menceritakan tentang dirinya meliputi:
1. Hobi
2. Prestasi yang pernah dicapai
3. Keunikan dalam dirinya
(masing-masing 4 menit)

- Peserta menuliskan hal-hal positif


kepada anggota kelompok yang lain
setelah mendengarkan cerita
masing-masing anggota kelompok
- Peserta memberikan kertas yang
sudah tertulis kepada anggota yang lain
- Peserta membaca kertas yang
diberikan anggota lain lalu menyobek
kertas yang berisi kekurangan

Kegiatan ini bertujuan agar peserta


memiliki sudut pandang baru yang
lebih positif terhadap dirinya.

11.30-12.00 Aktivitas 3: Meditasi dan -Peserta dibimbing oleh coach


perenungan melakukan refleksi terhadap apa yang
pernah menyakiti. Pada akhir meditasi
Waktu Durasi Kegiatan Keterangan

diberikan afirmasi untuk berdamai dan


melepaskan beban yang selama ini
dirasakan agar lebih mencintai diri
sendiri.

12.00-12.05 5’ Post assessment -Peserta melakukan Post assessment


melalui link google form yang
dibagikan

12.05-12.15 10’ Penutupan Closing

4.6 Rancangan Evaluasi Hasil Intervensi


Rancangan evaluasi yang digunakan adalah Post assessment dimana evaluasi ini
digunakan untuk mengukur sejauh mana pemahaman subjek atau peserta mengenai materi yang
disampaikan oleh narasumber dan aktivitas yang sudah dilakukan sebelumnya. Poin-poin yang
akan dinilai oleh peserta meliputi waktu pelaksanaan, pemaparan materi oleh narasumber,
perilaku dan sikap fasilitator dalam mendampingi, kejelasan instruksi yang diberikan dan
penilaian secara keseluruhan dari workshop ini. Indikator penilaian terdiri dari angka 1 (buruk),
angka 2 (kurang), angka 3 (cukup), angka 4 (baik), dan angka 5 (memuaskan). Selain terdapat
poin-poin yang harus dinilai oleh peserta terdapat juga pertanyaan singkat mengenai reaksi
peserta, apakah merasa senang dan nyaman dan apakah workshop ini bermanfaat bagi dirinya.
Pertanyaan ini diajukan untuk mengukur apakah intervensi yang dilakukan sudah efektif atau
tidak.
BAB V
DETAIL RANCANGAN PSIKOEDUKASI NON PELATIHAN

5.1 Detail Rancangan Psikoedukasi Non Pelatihan


Berdasarkan hasil asesmen, kami memutuskan untuk menyusun psikoedukasi
non-pelatihan dengan tagar “Memahami Self-Hatred/Self-Loathing”. Dalam psikoedukasi ini,
kami mengangkat topik self-hatred atau kebencian terhadap diri sendiri, sebuah fenomena yang
dialami dari remaja hingga kalangan lanjut usia, tetapi kami akan berfokus terutama kepada
remaja akhir.
Kami memutuskan untuk merancang poster sebagai media psikoedukasi non-pelatihan.
Poster dipilih karena memiliki visual yang menarik bagi target intervensi juga dapat menjelaskan
komponen dalam self-hatred. Poster yang kami susun akan disebarkan di platform sosial media
yaitu Instagram. Kami memilih untuk menyebarkan di platform Instagram karena merupakan
salah satu platform terbesar di dunia dengan pengguna bulanan aktif sebanyak dua miliar dari
seluruh dunia dan khususnya 99,9 juta pengguna per laporan dataindonesia.id, 2 Agustus 2022
lalu. Poster yang telah kami rancang akan diunggah melalui akun pribadi masing-masing anggota
kelompok yang berjumlahkan 4 orang. Kami juga akan menggunakan fitur Instagram Story
untuk mendapatkan viewers yang lebih banyak. Adapun detail rancangan psikoedukasi
non-pelatihan yang kami rancang sebagai berikut,

Bentuk Intervensi Psikoedukasi

Jenis Psikoedukasi Non-pelatihan tidak langsung (poster)

Media Intervensi Media sosial (Instagram)

Tujuan Intervensi 1. Target intervensi mampu memahami konsep


self-hatred/self-loathing
2. Meningkatkan kesadaran target intervensi terhadap
perilaku self-hatred/self-loathing yang sedang
dialami
3. Target intervensi memahami serta mengatasi
perilaku self-hatred/self-loathing yang sedang
dialami

Target Intervensi Individu yang berusia 18-21 tahun tanpa prasyarat


Judul Poster “How to Deal with Self-Hatred”

Isi Konten 1. Pengertian self-hatred/self-loathing


2. Ciri-ciri self-hatred/self-loathing
3. Penyebab self-hatred/self-loathing
4. Dampak self-hatred/self-loathing
5. Cara mengatasi self-hatred/self-loathing

Melalui psikoedukasi non-pelatihan yang kami susun, kami berharap bahwasannya


individu yang menjadi target intervensi mengubah perilaku undesirable menjadi desirable.
Dalam hal ini, mengerti apa saja yang menjadi penyebab perasaan self-loathing dan mengerti
cara menangani self-loathing adalah tujuan utama kami.

5.2 Rancangan Evaluasi Psikoedukasi Non Pelatihan


Pada rancangan evaluasi ini berbeda dengan evaluasi pada rancangan pelatihan. Kami
mengevaluasinya menggunakan cara post-measure yang berguna untuk mengetahui apakah
audiens/target intervensi kami paham dengan materi yang kami sajikan. Kami memberikan
beberapa pertanyaan melalui beberapa fitur yang disediakan oleh Instagram seperti scalling dan
polling.
Jika hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa target intervensi kami paham akan materi
yang kami sajikan maka hal tersebut menunjukkan bahwa tujuan intervensi kami sudah tercapai.
Namun, jika target intervensi menunjukkan ketidakpahaman atas materi yang kami sajikan maka
kami akan kembali menyajikan materi tentang self-hatred/self-loathing dengan cara yang lebih
sederhana lagi sehingga dapat dipahami dengan lebih mudah. Jika cara tersebut dianggap masih
kurang efektif maka kami akan mengadakan sebuah pelatihan dalam bentuk webinar.
BAB VI
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa self-hatred atau
self-loathing sangat rentan dialami oleh individu remaja akhir dengan rentang usia 18-21 tahun.
Individu yang mengalami self-hatred/self-loathing seringkali merasa bahwa dirinya tidak cukup
baik dan tidak layak dalam segala hal, menyalahkan dirinya sendiri, bahkan hingga membenci
dirinya sendiri. Jika kondisi ini dibiarkan begitu saja maka self hatred perlahan akan dapat
memunculkan gangguan-gangguan seperti kecemasan dan depresi. Sebagai upaya untuk
mengatasi permasalahan tersebut, maka kami melakukan psikoedukasi baik berupa pelatihan
maupun non pelatihan. Pelatihan yang akan dilakukan terdiri dari serangkaian kegiatan utama,
yakni ceramah, diskusi, refleksi, dan meditasi. Sedangkan, untuk psikoedukasi non pelatihan
nantinya akan berbentuk poster yang akan diposting pada Instagram. Dengan dilakukannya
psikoedukasi ini kami harap akan mampu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran remaja
akhir terhadap isu self-hatred atau self-loathing, serta mampu mengajarkan cara mengatasi
self-hatred pada individu remaja akhir.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, D. S. (2015). Self compassion dan loneliness. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 3(1),
154-164.
Jodi Clarke, MA, LPC/MHSP. 2022. “What Is Self-Loathing”. Retrieved 14th may 2022. From:
https://www.verywellmind.com/ways-to-stop-self-hatred-4164280.
Santrock, J.W. (2019). Life-span development. (17th ed). New York: McGraw-Hill.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai