Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL PENELITIAN OPSI

(JUDUL)
DEBORA BR SITEPU
NEO ABRAM SITEPU

Psikologi Pendidikan
SMA Santa Maria Kabanjahe

Kabupaten Karo, Sumatera Utara


2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa
yang mencakup perubahan biologi, kognitif, sosial dan emosional. Pada masa ini, remaja akan
mengalami banyak perubahan mulai dari mental dan perilaku. Mental remaja yang baik
melibatkan cara mengelola waktu dengan tepat, menjaga diri tetap dalam hal positif dan
kemampuan menjaga emosi dengan baik dan stabil. Mental remaja yang baik akan berperilaku
positif seperti percaya diri, mudah bersosialisasi dan mandiri. Namun, sekarang ini banyak remaja
yang terlihat jauh dari kriteria mental yang baik. Remaja sekarang ini banyak kesulitan dalam
mengelola waktu, kesulitan dalam menjaga emosi dan susah untuk fokus terhadap suatu kegiatan.
Bahkan remaja sekarang ini banyak yang mengalami depresi berlebihan karena memiliki masalah
yang sulit mereka tangani, seperti rasa insecure atau tidak percaya diri sehingga membuat mereka
melakukan hal yang negatif, seperti melukai diri sendiri dan emosi yang berlebih.
Remaja sekarang ini banyak yang merasa tertekan oleh beberapa aspek seperti; sekolah, orang
tua, teman dan lainnya. Survei kesehatan mental nasional pertama yang mengukur angka kejadian
gangguan mental pada remaja 10-17 tahun di Indonesia ini menunjukkan bahwa satu dari
tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental. Selain itu, satu dari dua puluh remaja
Indonesia juga memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Secara umum, gangguan
mental yang dialami remaja saat ini seperti gangguan kecemasan, gangguan bipolar dan terlalu
menutup diri atau bahkan tidak percaya diri. Remaja yang memiliki gangguan mental biasanya
menutup diri dan tidak mau berbagi cerita dengan orang lain, sehingga mereka memendam
masalah tersebut dan menolak untuk membuka diri. Ketika mereka sudah masuk ke dalam fase
muak terhadap gangguan tersebut maka mereka akan melakukan hal buruk, bahkan melukai diri
mereka sendiri atau disebut self-harm. Seseorang yang menyakiti diri sendiri secara sengaja akan
merasa tenang sehingga penderita self-harm akan melakukannya secara berulang untuk mendapat
ketenangan. Hal tersebut menyebabkan banyak remaja yang candu menyakiti diri mereka sendiri
seperti membenturkan kepala ke benda yang keras, barcode self-harm, dan meminum obat tidur
berlebihan.
Remaja yang melakukan self-harm akan sangat berdampak buruk bagi diri mereka sendiri
bahkan bagi orang lain seperti keluarga dan lingkungan sekitar. Dampak yang akan dialami oleh
penderita seperti, gangguan kesehatan, dan rasa candu melakukan self-harm. Gangguan kesehatan
yang dialami bisa seperti infeksi yang disebabkan oleh pisau yang digunakan untuk barcode
tangan, bahkan bisa saja penderita tidak sengaja memotong urat nadi yang ada ditangan dan
menyebabkan kematian. Rasa candu yang dirasakan oleh penderita akan menambah banyak
dampak negatif bagi diri mereka sendiri. Selain Kesehatan, dampak lainnya seperti bekas luka
ditangan,kepala,dan bagian tubuh lainnya bisa menyebabkan kurangnya percaya diri dari si
penderita dan merugikan masa depannya. Sedangkan dampak buruk bagi orang lain, seperti orang
tua dari penderita, orang tua akan merasa kewalahan untuk membujuk anak tersebut supaya
berhenti dan orang disekitar akan merasa bahwa sang anak sudah tidak waras karena orang
disekitar tidak mengerti tujuan dari perbuatan sang penderita.
Oleh karena hal tersebut peneliti akan membuat program yang akan dilaksanakan di SMA
Santa Maria Kabanjahe. Program ini akan berjalan sesuai dengan minat dan bakat dari siswa/i
tersebut, serta para siswa/i akan diberi apresiasi setiap 3 bulan sekali, sehingga mereka merasa
dihargai atas pencapaian yang mereka raih. Peneliti akan bekerjasama dengan organisasi yang
berhubungan dengan mental remaja seperti PMR,

1
dan PIK-R, sehingga peneliti akan dimudahkan dalam melaksanakan program tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat oleh peneliti yakni:
bagaimana mengatasi masalah self-harm bagi siswa/i di SMA Santa Maria Kabanjahe?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengatasi masalah self-harm bagi siswa/i di SMA
Santa Maria Kabanjahe.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini meliputi:
1. Siswa
Bisa mengerti dampak dari perbuatan self-harm dan paham bahwa self-harm bukan perbuatan
yang dapat mengatasi permasalahan namun memperburuk keadaan.

2. Peneliti
Bisa mengerti bagaimana cara mengatasi perbuatan self-harm di kalangan remaja khususnya
di SMA Santa Maria Kabanjahe.
3. Orang tua / guru
Bisa memahami bagaimana kondisi yang dirasakan seorang anak/siswa sehingga orang tua
atau guru bisa mengatasi perbuatan dari penderita.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku menyakiti diri sendiri (self-harm) telah menjadi perhatian serius dalam bidang
kesehatan mental, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Fenomena ini menunjukkan
peningkatan yang mengkhawatirkan dan menuntut pemahaman mendalam serta intervensi yang
efektif. Self-harm atau perilaku merusak diri biasanya merupakan perilaku yang biasanya ditandai
dengan adanya bekas atau tanda di tangan setelah melakukan melukai diri, mengigit diri sendiri,
terbakar, merusak mata, dan kulit yang rusak (Pattison & Kahan, 1983). Menurut para psikologi, self-
harm dilakukan untuk melampiaskan atau mengatasi emosi berlebih yang tengah dihadapi, misalnya
stres, marah, cemas, benci pada diri sendiri, sedih, kesepian, putus asa, mati rasa, atau rasa
bersalah. Bisa juga sebagai cara untuk mengalihkan perhatian dari pikiran yang mengganggu.
American Psychiatric Association (APA) menggambarkan self-harm sebagai perilaku yang disengaja,
tidak-suicidal, yang menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri, dan bertujuan untuk meredakan
ketidaknyamanan emosional atau mengatasi masalah psikologis tertentu. World Health Organization
(WHO), mengklasifikasikan self-harm sebagai tindakan di mana individu dengan sengaja merusak
dirinya sendiri tanpa maksud bunuh diri. Mereka menggambarkan self-harm sebagai indikator yang
mungkin terkait dengan stres atau gangguan mental yang lebih dalam. Dari pengertian yang sudah
diberikan oleh para ahli, maka peneliti bisa menyimpulkan bahwa self-harm adalah kegiatan yang
dilakukan sengaja oleh penderita untuk melampiaskan rasa stres,marah,cemas,gelisah dan lain lain.

Faktor internal seperti gangguan kesehatan mental, termasuk depresi, kecemasan, atau
gangguan kepribadian, berkontribusi terhadap risiko self-harm, menekankan pentingnya intervensi
yang tepat dalam penanganan masalah kesehatan mental. Menurut para ahli kesehatan mental dan
psikologi, faktor eksternal yang dapat mempengaruhi self-harm meliputi:

1. Paparan terhadap lingkungan yang mendukung atau menormalisasi self-harm, baik dalam
konteks fisik maupun online, dapat mempengaruhi individu untuk meniru perilaku tersebut.
2. Konflik dalam hubungan interpersonal, termasuk pertengkaran dengan keluarga, teman, atau
pasangan, serta pengalaman pelecehan atau kekerasan, dapat meningkatkan risiko self-harm
sebagai respons terhadap tekanan emosional.
3. Ketersediaan benda-benda yang digunakan untuk self-harm, seperti pisau, gunting, atau obat-
obatan, di sekitar individu juga dapat meningkatkan risiko pelaksanaan tindakan self-harm.
4. Peristiwa hidup yang menekan, seperti kehilangan orang yang dicintai, perubahan besar
dalam kehidupan, atau trauma masa lalu, juga dapat menjadi pemicu eksternal bagi self-harm.

Self-harm memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi penderitanya antara lain :

1. Kesejahteraan emosional: Self-harm seringkali merupakan cara yang tidak efektif untuk
mengatasi tekanan emosional sementara. Meskipun mungkin memberikan perasaan lega
sesaat, namun justru dapat meningkatkan rasa malu, bersalah, atau keputusasaan jangka
panjang.
2. Penyimpangan pola pikir: Melalui self-harm, individu mungkin mengembangkan pola pikir
yang merugikan tentang diri mereka sendiri, seperti perasaan tidak berharga atau tidak dapat
diatasi. Hal ini dapat memperburuk masalah kesehatan mental yang mendasarinya.
3. Risiko bunuh diri: Meskipun self-harm bukanlah tindakan bunuh diri secara langsung, tetapi
individu yang melakukan self-harm memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mencoba bunuh
diri di masa depan. Self-harm juga dapat menjadi pertanda bahwa individu tersebut sedang
mengalami kesulitan emosional yang serius.

3
4. Gangguan psikologis :Self-harm dapat menjadi gejala dari berbagai gangguan kesehatan
mental, seperti depresi, kecemasan, gangguan kepribadian, atau trauma. Perilaku self-harm
seringkali memerlukan intervensi profesional untuk menangani masalah-masalah ini.

4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada kali ini adalah metode kualitatif. Pengertian
penelitian kualitatif menurut para ahli: Bogdan & Biklen, s (1992: 21) mengemukakan pendapat
bahwa penelitian kualitatif adalah langkah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa tulisan
atau ucapan, serta perilaku orang yang diamati. Penelitian ini bertujuan mendapatkan pemahaman
yang bersifat umum terhadap kenyataan sosial dari sudut pandang partisipan. Berdasarkan
pemahaman diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah mengumpulkan data
deskriptif untuk memahami kenyataan sosial dari perspektif partisipan, menangkap nuansa dan
kompleksitas fenomena yang diamati. Maka di dalam penelitian ini, penelitian akan menggunakan
metode kualitatif ini untuk dapat melihat perlakuan yang diberikan kepada penderita self-.harm dapat
mengatasi penyakit atau tidak.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


A. Lokasi Penelitian
Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah SMA Santa Maria Kabanjahe, Jl. Jamin Ginting
Gg.Garuda, No.100.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dimulai 1 minggu setelah proposal ini disetujui oleh Panitia OPSI, dan
berlangsung sekitar 1 semester (6 bulan).
3.3 Populasi dan Sampel
A. Populasi
Menurut MP UL' fah Hernaeny populasi adalah keseluruhan dari kelompok yang akan
diambil datanya. Populasi menurut Sugiyono (2017:215) adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Maka populasi
yang digunakan pada penelitian ini yakni seluruh siswa/i di SMA Santa Maria Kabanjahe
yang diindikasi pernah melakukan kegiatan self-harm.

B. Sampel
Sugiyono (1997:57) dikutip Riduwan (2003:10) memberikan pengertian bahwa sampel adalah
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel pada penelitian ini
yakni 2-3 orang siswa yang mengidap penyakit selfharm yang dipilih dengan menggunakan
teknik simple random sampling, yakni mengambil sampel secara acak dengan sederhana
menggunakan undian atau menggunakan pendekatan bilangan acak.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Setelah melakukan perlakuan terhadap siswa yang terkena penyakit self-harm, maka peneliti akan
mengumpulkan data untuk dilakukan pembahasan dari yang telah dialami sampel. Maka, Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipan (participant observation). Metode
ini dilakukan dengan melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam
keseharian informan.

5
3.5 Teknik pengolahan data
Tahapan dalam teknik pengolahan data kualitatif terdiri dari beberapa langkah, antara lain:

1. Reduksi data, proses penyederhanaan, penggolongan serta pembuangan bagian data yang
sekiranya tidak perlu digunakan dan tidak berpengaruh pada hasil analisis data
2. Display data, penyajian data dengan cara menyusun data secara sistematis dan mudah
dipahami
3. Kesimpulan dan verifikasi, merupakan langkah akhir dari proses analisis data. Namun
kesimpulan yang diambil dapat mengalami perubahan jika ditemukan bukti yang mendukung
untuk tahap pengumpulan data berikutnya.

6
BAB IV
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai