Anda di halaman 1dari 4

TUGAS UAS ARTIKEL ESSAY

Nama : Adinda Izzatul Karimah


Nim : 3621027
Kelas : B.indonesia MD A

Pengaruh Kesehatan Mental dan Keinginan Untuk Melukai Diri Sendiri Pada Remaja

Apa sih yang kalian ketahui tentang mental healthy (kesehatan mental) dan selfharm
atau self injury (melukai diri sendiri) ?. Bicara mengenai kesehatan mental dan melukai diri
sendiri, pasti sering kita dengar dikalangan remaja zaman sekarang yang selalu dikait-kaitkan
dengan rasa stress atau depresi yang tak kunjung membaik. Terkadang tidak semua orang
dapat memahami dengan permasalahan mental healthy dan selfharm ini, dikarenakan
kurangnya membaca atau mencari tahu lebih detail mengenai kedua gangguan mental ini.
Maka dari itu, mari kita menganalisi bersama-sama.

Mental Healthy merupakan kemampuan untuk beradaptasi dengan diri kita sendiri,
orang lain dan penduduk serta lingkungan tempat kita tinggali (Daradjat, 1982:12). Mental
healthy itu mencakup kesejahteraan emosional, psikologis dan sosial manusia. Terkadang
seseorang yang mengalami gangguan mental cenderung lebih senang menyendiri dari
khalayak ramai, sering merasa cemas yang berlebih tanpa diketahui sebab akibatnya, malas
untuk melakukan kegiatan apapun, dan lain sebagainya. Menurut definisi yang lebih meluas
dan bersifat umum, seseorang yang fit jiwanya adalah seseorang yang dapat mengendalikan
segala keadaan dalam hidupnya, sehingga seseorang dapat terhindar dari perasaan tertekan
atau hal-hal yang dapat menimbulkan depresi.1

Terkadang kita juga harus menjaga dan menahan cara bicara kita terhadap orang lain,
karena kita tidak tahu ucapan kita yang manakah yang dapat menyakiti hatinya. Seperti ada
orang yang sering mengatakan “gitu aja baper”, “gitu aja dipost, dasar alay!”, dan lain
sebagainya, perkataan-perkataan seperti itu lah yang dapat menyakiti hati seseorang dan
kebahagiaan seseorang itu berbeda-beda kita tidak dapat menyamaratakan kebahagiaan
mereka dengan kita, sudah pasti itu akan berbeda. Maka dari itu, kita juga diharusan
mengenal orang tersebut, mendalami dan mengkaji orang lain dari semua sudut secara

1
Noer Rohmah, Pengantar Psikologi Agama, (Yogyakarta: Penerbit Teras), h. 199
objektif. Dan kita tidak boleh melihat dan menilai orang lain secara subjektif, yaitu menurut
perasaan dan persepsi kita, tetapi kita juga harus berusaha mengenali ciri-ciri orang itu selain
kekurangan atau kelemahannya..2

Membicarakan tentang kesehatan mental, sebagai peran orang tua yang mengerti
tentang kesehatan mental harus mengajarkan parenting kepada anak-anaknya untuk terbuka
terhadap mereka sebagai orang tua, ajari anak sedari mereka (anak) kecil. Karena terbuka
terhadap hal apapun akan membuat kita tahu bahwa anak-anak juga sebetulnya membutuhkan
teman untuk berbincang-bincang. Dan sebagai orang tua juga harus mau untuk
mendengarkannya, memberikan solusi atau merespon dengan baik. Karena banyak anak-anak
remaja diluaran sana yang terganggu kesehatan mentalnya dikarenakan kurangnya perhatian
dari orang tua yang mungkin terlalu sibuk dengan pekerjaannya, atau mungkin kurang
keharmonisan di dalam keluarga, dan lain sebagainya, sehingga mereka pendam sendiri
masalah tersebut sampai pikirannya pun tak kuat untuk menampungnya lagi dan kebanyakan
remaja zaman sekarang mengakhiri hidupnya dan melukai dirinya sendiri, karena mereka
tidak tahu harus bercerita ke siapa sehingga emosionalnya meluap.

Keharmonisan orang tua juga sangat berpengaruh terhadap psikologis anak maupun
orang tua. Memang terkadang sebagai orang tua juga terlalu egois, mereka selalu ingin
didengar, tapi tidak ingin mendengar, seolah-olah anak remaja juga tidak mempunyai masalah
yang begitu fatal sehingga disepelekan. Sampai banyak anak remaja zaman sekarang yang
pergi konsultasi ke psikolog atau psikiater melalui offline atau online hanya untuk bercerita,
dikarenakan minimnya perhatian yang diberikan oleh orang tua. Jika mereka yang tidak
mempunyai biaya untuk pergi ke psikolog atau psikiater, mereka hanya memendamnya
seorang diri. Karena jika ia bercerita dengan temannya dipastikan teman-temannya pun hanya
beradu nasib dan hanya sekedar ingin tahu. Semakin dewasa seseorang pasti akan merasa
kesepian tanpa adanya teman berbincang dan bertukar pikiran.

Selfharm merupakan hal yang sangat familiar dikalangan remaja atau generasi z, tapi
apakah kalian mengetahui bahwa di indonesia selfharm sering terjadi pada remaja?selain
selfharm para remaja di Indonesia juga sering melakukan suicide (bunuh diri). Selfharm atau
Self Injury adalah suatu tindakan menyakiti diri sendiri yang disengaja untuk mengatasi rasa
tertekan dan luka emosional. Selfharm bukan suatu hal yang wajar untuk dilakukan,
umumnya selfharm dilakukan untuk orang-orang yang tidak mengerti untuk menuangkan rasa
emosionalnya dan kurang dikelilingi oleh orang-orang yang supportif. Sehingga pada saat
2
Ibid, h. 200
pelaku sedang menyakiti diri sendiri muncul perasaan yang tenang dan senang. Selfharm
dilakukan karena pelaku menghukum diri sendiri, pengaruh pada masa kecil dan memandang
rendah diri sendiri untuk melakukan selfharm. Suicide adalah suatu pikiran ataupun Tindakan
yang bertujuan untuk mengakhiri hidupnya secara terencana, yang nantinya akan
menyebabkan memar, rasa sakit, dan lain-lain Dan Fenomena sosial di masyarakat sangat
mempengaruhi seseorang dalam melakukan bunuh diri.

Dan ketika seseorang mulai merasa kacau terhadap dirinya dan terbesit dipikirannya
untuk melakukan selfharm dianjurkan untuk menjauhkan diri dari benda-benda yang tajam
seperti, pisau,cutter, gunting, dan yang lain-lain. Biasanya ‘pelaku’ melakukan selfham dalam
beberapa macam seperti menyayat dengan silet, menjambak rambut, mengiris, hingga
membakar dibagian tubuh tertentu atau bentuk-bentuk yang lainnya yang intinya untuk
menyakiti diri sendiri dan mereka akan mencintai rasa sakitnya sebagai bentuk pelampiasan
terhadap emosinya. Maka dari itu, orang tua harus mensupport anaknya untuk melakukan
hobby mereka selama itu berdampak baik untuk dirinya maupun lingkungan sekitar, karena
jika anak dipaksa untuk menuruti sesuai dengan kehendak orang tuanya maka itu akan
berpengaruh kepada psikologis anak, karena anak merasa tertekan atau stress.

Ketika seorang wanita melukai dirinya sendiri, dia dilihat masih memiliki harapan
terkait hubungan sosial, sehingga lebih cenderung melampiaskan emosionalnya untuk
menyakiti diri sendiri dibandingkan dengan bunuh diri. Sementara itu, laki-laki dilihat dan
dinilai memiliki kesulitan dalam mengekspresikan rasa emosional dan kesulitan dalam
hubungan sosial yang menyebabkan stress yang berlebih. Mereka cenderung menyadari
keadaan emosional saat situasi semakin buruk. Pada perkara yg lebih serius, demi
melampiaskan emosinya, pria lebih cenderung menentukan melakukan percobaan bunuh diri
dibandingkan self-harm (Gilligan & Machoian, 2002). Bunuh diri adalah suatu fenomena
yang sangat kompleks pada kalangan remaja, Tindakan berbahaya itu banyak membuat para
remaja meninggal karena depresi yang berlebih dan mereka mencari jalan yang mudah yaitu
bunuh diri. Padahal bunuh diri bukanlah suatu keputusan yang tepat untuk menyelesaikan
suatu masalah.3

Dibanding dengan kelompok usia lainnya, risiko NSSI (Nonsuicidal Self-Injury) lebih
tinggi pada usia remaja. Pada data BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat bahwasanya terdapat
2 hingga 3 orang yang bunuh diri dalam sehari di Indonesia. Sebagian besar peneliti juga

3
Gerald A. Juhnke, dkk, Suicide, self injury, and violence in the schools, (Kanada: New jersey, 2011), h. 7
menyarankan bahwa remaja adalah grup terbesar yg memuaskan diri mereka sendiri melalui
konduite menyakiti diri sendiri & praktik ini adalah perkara kesehatan rakyat yg primer pada
poly negara (Morgan, et al., 2017).4 Tindakan melukai diri sendiri atau melukai diri sendiri di
masa depan sudah waktunya bagi remaja untuk dipertimbangkan dianggap serius tidak hanya
untuk energi kesehatan, tetapi juga buat remaja itu sendiri & lingkungan. Remaja sebagai
generasi penerus bangsa, sebagai akibatnya perhatian spesifik wajib diberikan pada diberikan
pada individu dalam periode remaja.

Daftar Pustaka

Thesalonika & Apsari Nurliana C. 2022. Perilaku Selfharm atau melukai diri sendir yang
dilakukan oleh remaja. Jurnal Pekerjaan Sosial. Vol. 4. No. 2. Universitas Negeri Padjajaran.

Gerald A. Juhnke, dkk, Suicide, self injury, and violence in the schools, (Kanada: New jersey,
2011).

Rohmah Noer, Pengantar Psikologi Agama, (Yogyakarta: Penerbit Teras).

4
Thesalonika & Nurliana C Apsari. 2022. Perilaku Selfharm atau melukai diri sendir yang dilakukan oleh
remaja. Jurnal Pekerjaan Sosial. Vol. 4. No. 2. Hlm. 216-217

Anda mungkin juga menyukai