Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA II
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN POLA PIKIR (WAHAM)

NAMA : HARTINI
NIM : 14.20.2484

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES CAHAYA BANGSA
BANJARMASIN
2017
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN POLA PIKIR (WAHAM)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan


orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada
realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak
dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons
secara akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin
menakutkan.
Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu
yaitu fungsi kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan
fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan
kemampuan menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan
sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu yang tampak dari perilaku
non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan
hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas terkait dengan fungsi
otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons neurobiologik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Waham?
2. Apa saja tanda dan gejala dari Waham?
3. Apa itu macam – macam Waham?
4. Apa saja penyebab dan akibat dari Waham?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu supaya pembaca dapat mengerti dan
memahami definisi dari Waham, tanda gejala waham, macam – macam waham
dan pembaca juga dapat mengetahui penyebab dan akibat dari gangguan proses
pikir waham.
BAB II
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas


yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan
perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang,
pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna Keliat,1999).
Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak
sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah
dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.
(Tim Keperawatan PSIK FK UNSRI, 2005).
Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat dikurangi
dengan menggunakan logika (Ann Isaac, 2004)

B. Tanda dan Gejala :


1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran,
2. kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak
sesuai kenyataan
3. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
4. Curiga
5. Bermusuhan
6. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
7. Takut, sangat waspada
8. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
9. Ekspresi wajah tegang
10. Mudah tersinggung
C. Macam ..
3

C. Macam – macam waham yaitu :

1. Waham agama: percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan


supranatural atau alat supranatural
2. Waham somatik: percaya adanya gangguan pada bagian tubuh
3. Waham kebesaran: percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa
4. Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan atau irasional dan tidak percaya
dengan orang lain
5. Siar pikir: percaya bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar
6. Sisip pikir: percaya ada pikiran orang lain yang masuk dalam pikirannya
7. Kontrol pikir: merasa perilakunya dikendalikan oleh pikiran orang lain

D. RENTANG RESPON WAHAM

Respon Adaptif <-----------------------------------> Respon Maladaptif


( Pikiran Logis ) Distorsi Pikiran ( Gangguan Pikiran )

1. Persepsi Kuat 1. Ilusi 1. Sulit Berespon


2. Emosi Konsisten 2. Reaksi Emosi 2. Emosi
Dengan Pengalaman Berlebihan 3. Perilaku kacau
3. Perilaku Sesuai
4. Berhubungan Sesuai

E. Penyebab

Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan
konsep diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal
diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan.

Tanda ...
4

Tanda dan Gejala :

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakhiri kehidupannya. ( Budi Anna Keliat,
1999)

F. Akibat dari Waham

Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri,


orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
1. Memperlihatkan permusuhan
2. Mendekati orang lain dengan ancaman
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
5. Mempunyai rencana untuk melukai

G. Proses Berpikir

Proses berpikir itu meliputi proses pertimbangan (“judgment”), pemahaman


(”comprehension”), ingatan serta penalaran (“reasoning”). Proses berpikir yang
normal mengandung arus idea, symbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan
dan yang dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan yang menghantarkan
kepada suatu penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan.

Berbagai ...
5

Berbagai macam factor mempengaruhi proses berpikir itu, umpamanya


factor somatic (gangguan otak, kelelahan), factor psikologik (gangguan emosi,
psikosa) dan factor social (kegaduhan dan keadaan sosial yang lain) yang sangat
mempengaruhi perhatian atau konsentrasi si individu. Kita dapat membedakan tiga
aspek proses berpikir yaitu: bentuk pikiran, arus pikiran dan isi pikiran, ditambah
dengan pertimbangan.

Gangguan bentuk pikiran, Dalam kategori ganggauan bentuk pikiran termasuk


semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logik, dan terarah kepada tujuan.

1. Dereisme atau pikiran dereistik, titik berat pada tidak adanya sangkut paut
terjadi antara proses mental individu dan pengalamannya yang sedang
berjalan. Proses mentalnya tidak sesuai dengan atau tidak mengikuti
kenyataan, logika, atau pengalaman. Umpamanya seorang kepala kantor
pemerintah pernah mengatakan, “Seorang pegawai negeri dan seorang
warga negara yang baik harus kebal korupsi, biarpun gajinya tidak cukup,
biarpun keluarganya menderita; bila tidak tahan silakan keluar…”, atau
seorang lain lagi, “Kita harus memberantas perjudian dan pelacuran, karena
hal-hal itu merupakan ‘exploitation de I’home parr I’home’; adalah ‘homo
homini lupus’ adalah ‘machiavellisme’; karena itu kita harus mengikis habis
segala bentuknya, tanpa kecuali…”.

2. Pikiran otistik; menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi ialah dari
dalam pasien itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham atau
halusinasi. Cara berpikir seperti ini hanya akan memuaskan keinginannya
yang tak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya; hidup dalam
alam pikirannya sendiri. Kadang-kadang istilah ini dipakai juga untuk pikiran
dereistik.

3. Bentuk ....
6

3. Bentuk pikiran yang non-realistik: bentuk pikiran yang sama sekali tidak
berdasarkan kenyataan, umapamanya: menyelidiki sesuatu yang
spektakuler dan revolusioner bila ditemui; mengambil kesimpulan yang aneh
serta tidak masuk akal (merupakan gejala yang menonjol pada skizoprenia
hebefrenik di samping tingkah laku kekanak-kanakan). Dibedakan dari
pikiran dereistik dan otistik tapi kadang-kadang ketiga gangguan bentuk
pikiran ini dijadikan satu dengan salah satu istilah itu.

I. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir : waham

Data Subjektif : Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,


kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
Data objektif : Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat
waspada, tidak tepat menilai lingkungan/ realitas, ekspresi wajah
klien tegang, mudah tersinggung.

Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

Intervensi Keperawatan :
Diagnosa :
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan
waham.
Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya
dengan perawat.

Rasional ...
7

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk


kelancaran hubungan interaksinya.
Tindakan : Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,
perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(topik, waktu, tempat).
Jangan membantah dan mendukung waham klien :
katakan perawat menerima keyakinan klien "saya
menerima keyakinan anda" disertai ekspresi
menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai
ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi
waham klien.
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi :
katakan perawat akan menemani klien dan klien
berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan
dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas
harian dan perawatan diri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.


Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan
memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang
bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya.
Tindakan : Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realistis.
Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang realistis.
Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan
perawatan diri).

Jika ....
8

Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai


kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa
klien sangat penting.

3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.


Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi
perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih
memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa
nyaman dan aman.
Tindakan : Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di
rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.

4. Klien dapat berhubungan dengan realitas.


Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu
lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien
dapat menghilangkan waham yang ada.
Tindakan : Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,
tempat dan waktu).
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi
realitas.
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

5. klien ...
9

5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.


Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan
mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan
efek samping obat.
Tindakan : Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping minum obat.
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

6. Klien dapat dukungan dari keluarga.


Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan
mambentu proses penyembuhan klien.
Tindakan: Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga
tentang : gejala waham, cara merawat klien, lingkungan
keluarga dan follow up obat.
Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan selalu dikemukakan
berulang-ulang. Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis
Mosby Year Book, 1995
http://iloslayers.blogspot.com/2011/05/asuhan-keperawatan-pasien-dengan.html
http://gladiolstrange.blogspot.com/2009/05/gangguan-pikir-bentuk-isi-dan-arus.html

Anda mungkin juga menyukai