Anda di halaman 1dari 12

Departemen Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM
RUMAH SAKIT KHUSUS PROVINSI MAKASSAR

Trini Andini Muhtar


70900119015

CI LAHAN CI INSTITUSI

[ ] [ ]

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
Gangguan Proses Fikir (Waham)
A. Kasus (Masalah Utama)
Gangguan proses pikir : waham

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat,
2006).Waham adalah keyakinan tentan g suatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang
kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu, (Maramis, 2009).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal
melalui proses interaksi/informasi secara akurat, (Yosep, 2009).
2. Jenis-jenis Waham
a. Waham kejaran, misalnya pasien yakin bahwa ada orang atau komlpotan
yang sedang mengganggunya atau bahwa ia sedang di tipu, dimata-matai,
atau dikejar.
b. Waham somatic atau hipondrik, adalah keyakinan tentang (sebagian)
tubuhnya yang tidak mungkin benar, misalnya ususnya sudah busuk, ada
seekor kuda dalam perutnya.
c. Waham kebesaran, adalah bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan,
kepandaian atau kekayaan yang luar biasa, misalnya : mempunyai puluhan
rumah atau mobil, atau dapat membaca pikiran orang lain.
d. Waham keagamaan : waham dengan tema keagamaan
e. Waham dosa, adalah keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau
kesalahan yang besar, yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia
bertanggung jawab atas suatu kejadian yang tidak baik, misalnya
kecelakaan keluarga, karena pikiran yang tidak baik.
f. Waham pengaruh, adalah bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya
diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau suatu kekuasaan yang aneh
g. Waham sindiran (ideas of reference) : ia dibicarakan orang lain
h. Waham nihilistic adalah bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa ia
sendiri dan/atau orang lain sudah mati, (Maramis, 2009)
3. Etiologi
Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri : harga
diri rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan.
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal
yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat
yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
4. Manifestasi Klinis
a. Usaha bunuh diri atau membunuh orang lain
b. Menolak makan/obat
c. Gembira atau takut
d. Gerakan tidak terkontrol
e. Mudah tersinggung
f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
g. Tidak bisa membedakan antara yang nyata dan tidak nyata.
h. Menghindar dari orang lain
i. Mendominasi pembicaraan
j. Mengajukan kegiatan keagamaan secara berlebihan atau sama sekali
tidak melaksanakannya
k. Permusuhan dan curiga
l. Perwatan diri terganggu
m. Merasa dirinya kaya, walaupun sebenarnya tidak punya
5. Rentang Respon
Respon adaptif Respon Maladaptif
Pikiran logis Distorsi pikian Gangguan
Persepsi akurat Ilusi pikiran/delusi
Emosi konsisten Reaksi emosi -/+ Halusinasi
Perilaku sosial Perilaku aneh Sulit berespon emosi
Berhubungan sosial Menarik diri Perilaku disorganisasi
Isolasi sosial
a. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.

b. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra


yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang
sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman: yaitu manifestasi perasaan yang
konsisten atau afek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan
biasanya berlangsung tidak lama.
d. Perilaku sesuai hubungan sosial: perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan budaya umum yang berlaku.
e. Hubungan sosial harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut
hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam
bentuk kerjasama.
f. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi
impuls eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran
sensorik pada area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan
kejadian yang telah dialami sebelumnya.
g. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang.
h. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan
nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma – norma
sosial atau budaya umum yang berlaku.
i. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial
atau budaya umum yang berlaku.
j. Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
k. Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam
berinteraksi

C. Pohon Masalah

Kerusakan Resiko perilaku


Efek
komunikasi verbal kekerasan

Gangguan proses
CP
pikir: waham

Causa
Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Masalah Keperawatan
a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Kerusakan komunikasi : verbal
c. Gangguan proses pikir : waham
d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
1) Data objektif
2. Data yang perlu dikaji
Masalah Data yang perludikaji
keperawatan
Resiko tinggi Subjektif
mencederai diri, Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal
orang lain dan pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang
lingkungan mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak
barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri
Obektif
 Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dan keras,
bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak
dan melempar barang-barang.
Kerusakan Subjektif
komunikasi : Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
verbal Obektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang
didengar dan kontak mata kurang
Gangguan proses Subjektif
pikir : waham Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
Obektif
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat
waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah
klien tegang, mudah tersinggung
D. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan proses pikir : waham
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Kerusakan komunikasi verbal
4. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1: Gangguan proses pikir : waham
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat
harga dirinya.
2. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(waktu, tempat dan topik pembicaraan)
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
3) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
4) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis
3) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
d. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Tindakan :
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
1) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
Diagnosa Keperawatan 2: Resiko perilaku kekerasan
1. Tujuan Umum:
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
2. Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
2) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
4) Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak menjawab.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
1) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
3) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan
sikap tenang.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
1) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
2) Observasi tanda perilaku kekerasan.
3) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
1) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
3) Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
1) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
2) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
3) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
Tindakan :
1) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
2) Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang
kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
3) Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
4) Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk
diberi kesabaran.
g. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
1) Bantu memilih cara yang paling tepat.
2) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
3) Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
4) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
5) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
h. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
1) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga.
2) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
i. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
1) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
2) Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu).
3) Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
Diagnosa Keperawatan 3: kerusakan komunikasi verbal
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
2. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
1) Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
topik, waktu, tempat).
2) Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai
ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu
dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
3) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan
perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman,
gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
4) Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan
diri.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
1) Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
2) Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan
saat ini yang realistis.
3) Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan perawatan
diri).
4) Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
1) Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
2) Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
3) Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
5) Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
d. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
1) Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan
waktu).
2) Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
3) Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
1) Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat.
2) Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat,
dosis, cara dan waktu).
3) Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
4) Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
f. Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
1) Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala
waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
2) Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R,. (2003). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. RSJD Dr. Amino Gondoutomo:
Semarang.

Keliat B. A.. (2006). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. EGC: Jakarta.

Maramis, W. F. & Maramis, A.A. (2009), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, ed. 2, Pusat
Penerbitan dan Percetakan (AUP), Surabaya

Stuart & Sundeen. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (5 th ed.).
St.Louis Mosby Year Book.

Tim Direktorat Keswa. (2000). Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.
RSJP: Bandung

Townsend M.C. (1998). Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman


untuk pembuatan rencana keperawatan. EGC: Jakarta.

Yosep, I. (2009), Keperawatan jiwa, ed. Revisi, Refika Aditama, Bandung


…………..Pelatihan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Semarang.
20 – 22 Novembr 2004. unpublished

Anda mungkin juga menyukai