demikian dapat muncul pada siswa jika pembelajaran tersebut guru tidak memiliki
terjadi pembelajaran yang bermakna di bahan ajar maka pembelajaran menjadi
dalam mata pelajaran sejarah Indonesia. tidak sitematis. Selain itu perlu dilakukan
Pembelajaran akan menjadi pengembangan bahan ajar supaya pelajaran
bermakna jika dalam pembelajaran terdapat sejarah Indonesia lebih menarik dan tidak
kesinambungan antara guru dan siswa. membosankan. Pembelajaran sejarah di
Sejalan dengan pendapat Agung (2013: 3) sekolah juga memiliki anggapan yang
bahwa, pembelajaran dapat diartikan negatif yakni memiliki daya tarik yang
sebagai proses kerja sama antara guru dan rendah pada siswa bahkan dianggap sebagai
siswa dalam memanfaatkan segala potensi mata pelajaran yang membosankan serta
dan sumber yang ada. Terwujudnya kerja tidak memiliki manfaat dan kegunaan. Hal
sama yang baik diawali dengan interaksi itu menunjukkan indikator bahwa siswa
yang baik. Interaksi utama dalam tidak memiliki kesadaran sejarah.
pembelajaran yakni guru, siswa dan bahan Agar pembelajaran sejarah Indonesia
ajar. Pada pembelajaran bahan ajar tidak kaku, terjadi interaksi yang baik
merupakan sarana terjadinya interaksi antara guru dan siswa, serta mampu
antara guru dan siswa. menumbuhkan kesadaran sejarah di era
Bahan ajar merupakan bagian yang globalisasi maka guru dapat
sangat penting dari suatu proses mengembangkan bahan ajar berupa modul
pembelajaran secara keseluruhan (Ramdani berbasis lingkungan yang berupa objek-
2012: 50). Bahan ajar merupakan unsur objek sejarah di daerah siswa. Bahan ajar
yang penting dalam kegiatan pembelajaran (modul) yang dikembangkan lebih
karena mengandung rambu-rambu materi mempermudah siswa mehami materi.
yang akan diajarkan. Tanpa adanya bahan Peserta didik bisa menganalisis objek-objek
ajar guru tidak dapat berinteraksi dengan sejarah dengan dikaitkan pada materi
siswa dalam memberikan materi pelajaran yang ada di sekolah.
pembelajaran. Bahan pembelajaran yang Selain itu peserta didik akan lebih
harus dikuasai oleh guru tidak hanya bahan tertarik dalam mempelajari sejarah
inti sebab pembelajaran akan menjadi kaku. Indonesia karena mengeksplore objek-objek
Perlu adanya pengembangan bahan ajar sejarah. Tidak adanya bahan ajar yang
supaya pembelajaran lebih menarik. mengakomodir materi sejarah membuat
Pada pembelajaran sejarah peserta didik relatif kesulitan untuk
Indonesia diperlukan bahan pembelajaran memahami peristiwa sejarah (Lazmihfa
yang jelas sebab terkait dengan periodisasi dkk., 2014: 74). Fenomena pembelajaran
atau pembabakan waktu sejarah. Jika dalam sejarah Indonesia yang kurang bermakna
34 |JURNAL AGASTYA VOL 9 NO 1 JANUARI 2019
menjadikan siswa memiliki kesadaran dengan penelitian ini. Fokus kajian dalam
sejarah sehingga ikut serta dalam penelitian ini yaitu modul candi-candi di
melestarikan peninggalan-peninggalan Kabupaten Blitar serta pada MA swasta.
sejarah. Hal tersebut sesuai dengan Berdasarkan uraian yang sudah
Peraturan Mendiknas No.22 tahun 2006 dipaparkan, maka akan mengembangkan
bahwa salah satu tujuan dari mata pelajaran bahan ajar (modul) berbasis candi-candi di
sejarah di SMA yakni menumbuhkan Blitar yang dapat dijadikan sebagai
apresiasi dan penghargaan peserta didik penunjang dalam pembelajaran sejarah
terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti Indonesia. Berbasis candi-candi di Blitar
peradaban bangsa Indonesia di masa akan memunculkan kesadaran sejarah pada
lampau. Monumen sejarah adalah bagian peserta didik. Dengan demikian formulasi
yang sangat penting dari warisan masa penelitian yang spesifik adalah
lampau. Monumen perlu dipelihara untuk Pengembangan Bahan Ajar (Modul) Sejarah
mengabdikan budaya bagi generasi Indonesia Berbasis Candi-Candi Di Blitar
mendatang (Kochhar, 2008: 41). Untuk Meningkatkan Kesadaran Sejarah.
Fauziah dkk. (2014) dalam Penelitian ini bertujuan untuk
penelitiannya yang berjudul Pengembangan Mengembangkan dan efektifitas bahan ajar
Media Interaktif Berbasis Situs Candi di (modul) Sejarah Indonesia berbasis candi-
Jawa Tengah Untuk Meningkatkan Hasil candi di Kabupaten Blitar untuk
Belajar dan Kesadaran Keberagaman meningkatkan kesadaran sejarah.
Budaya Siswa MAN 1 Kota Magelang,
Tinjauan Pustaka
memiliki perbedaan dengan penelitian ini.
A. Bahan Ajar Modul
Penelitian di fokuskan pada sekolah swasta Modul pada dasarnya merupakan
dengan tujuan siswa pada MA Swasta bahan ajar yang secara sistematis dengan
dengan segala keterbatasannya supaya menggunakan bahasa yang mudah dipahami
mendapatkan pengetahuan yang sepadan oleh siswa sesuai dengan tingkat
dengan siswa pada sekolah negeri dan dapat pengetahuan dan usianya agar mereka
menumbuhkan kesadaran sejarah. dapat belajar mandiri atau tanpa bimbingan
Menurut hasil penelitian Lazmihfa yang minimal dari guru (Nilasari dkk., 2016:
dkk. (2014) dengan judul Pengembangan 1399). Berdasarkan hal tersebut modul
Bahan Ajar Sejarah (Modul) Berbasis membuat siswa lebih mandiri dalam belajar
Diorama Museum Benteng Vredeburg Untuk disaat minimnya bimbingan dari guru serta
Meningkatkan Kesadaran Sejarah Siswa harus disusun secara sistematis sesuai
Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Kalasan Sleman
Yogyakarta, memiliki perbedaan dengan
36 |JURNAL AGASTYA VOL 9 NO 1 JANUARI 2019
dengan usia dengan menggunakan bahasa umat Hindu atau Buddha. Berbagai macam
yang mudah dipahami. candi yang memiliki wujud dan fungsi
Penyusunan sebuah modul tersendiri di jelaskan sebagai berikut:
pembelajaran diawali dengan urutan 1. Candi adalah bangunan tempat
kegiatan sebagai berikut (Hamdani, 2011: menyimpan abu jenazah dan
221-222): memuliakan roh seorang raja dan
1. Menetapkan judul modul yang akan pembesar yang telah bersatu dengan
disusun. dewata penitisnya.
2. Menyiapkan buku-buku sumber atau 2. Candi merupakan tempat penghormatan
referensi yang lain. dan pemujaan dewata atau para arwah
3. Melakukan identifikasi terhadap nenek moyang.
kompetensi dasar, melakukan kajian 3. Bangunan suci punden berundak yang
terhadap materi pembelajarannya, serta dibangun sejak zaman prasejarah dan
merancang bentuk kegiatan berorientasi kepada puncak gunung.
pembelajaran yang sesuai. Bangunan ini dianggap sebagai tempat
4. Mengidentifikasi indikator pencapaian tinggal arwah leluhur yang
kompetensi dan merancang bentuk dan berkedudukan setara dewata.
jenis penilaian yang akan disajikan. 4. Pentirtaan adalah pemandian yang
5. Merancang format penulisan modul. disucikan oleh pemeluk Budha dan
6. Penyusunan draft modul. Hindu.
7. Validasi. 5. Gapura sebagai pintu untuk keluiar
8. Finalisasi. masuk, baik yang beratap atau tidak.
B. Candi 6. Stupa adalah bangunan khas agama
Menurut Rusdi (2010: 18) Budha. Merupakan tempat merayakan
menjelaskan bahwa candi biasanya orang yang telah mencapai nirwana serta
mengacu pada berbagai macam bentuk dan menghomati kehidupan sang Budha yang
fungsi suatu bangunan. Fungsi bangunan sebelumnya.
yang dimaksud antara lain adalah sebagai 7. Umat Hindu menganggap candi sebagai
tempat ibadah, pusat pengajaran agama, tempat dimana para deata berdiam
tempat penyimpanan abu jenazah para raja, selama suatu upacara dilakukan.
tempat pemujaan atau tempat 8. Bagi umat Islam cenderung kepada
bersemayamnya para dewa, petirtaan kepercayaan asli (agami Jawa) dan umat
(pemandian), dan gapura. Dari fungsi yang Hindu, bangunan purbakala dipercaya
telah di paparkan bahwa candi merupakan tempat kediaman para arwah leluhur dah
tempat suci untuk kegiatan keagamaan roh-roh lain.
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (MODUL) SEJARAH INDONESIA………| 37
9. Umat Budha berziarah ke bangunan suci Menurut Aman (2011: 34), indikator-
sebagai tanda kehirmatan orang-orang indikator kesadaran sejarah dapat
yang telah mencapai nirwana dan untuk dirumuskan mencakup sebagai berikut:
bermeditasi (Lestari, 2011:8-9). 1. Menghayati makna dan hakekat sejarah
Menurut Arifin (dalam Arifin, 2015: bagi masa kini dan masa yang akan
14-17) beberapa fakta bahasa yang datang.
ditemukan dalam candi Hindu yakni: 2. Mengenal diri sendiri dan bangsanya
Bhūrloka, Bhuwahloka, Swargaloka, Lingga, 3. Membudayakan sejarah bagi pembinaan
Yoni, Suluran, Jaladara, Makara, Gana, budaya bangsa.
Simbar, Durgamahiṣāsuramardini, Ganesa, 4. Menjaga peninggalan sejarah bangsa.
Agastya, Mahakala, Nandiswara, Ratna, Metode Penelitian
Kinara-kinari, dan Naga. Penamaan candi Penelitian ini menggunakan metode
berdasarkan bentuk dikategorikan bagian penelitian pengembangan (Research and
candi Hindu yang memiliki satu kesatuan Development) yang digunakan untuk
yang utuh dan termasuk di dalamnya menghasilkan produk tertentu dan menguji
merupakan ornamen maupun arcanya. keefektifan produk tersebut (Sugiyono,
Ciri relief di Jawa Timur dengan 2013: 407). Produk yang diharapkan dari
Jawa Tengah berbeda. Ciri relief ercandian penelitian ini berupa bahan ajar (modul).
Jawa Tengah rata-rata berukuran besar, Berikut tahap-tahap dalam penelitian
bentuknya natural, proporsi seperti ini yang dilakukan yaitu:
mengikuti patokan tertentu, tiga dimensi, 1. Tahap studi pendahuluan dilakukan
sedangkan Jawa Timur hampir dengan menerapkan pendekatan
kebalikannya (Soebroto, 2012: 14). deskriptif kualitatif yakni dengan
C. Kesadaran Sejarah melakukan wawancara terhadap
Historical consciousness becomes a pengawas di Kementerian Agama
hermeneutic concept that deals with the Kabupaten Blitar.
totality of history and historical 2. Tahap observasi untuk mengumpulkan
undestanding; it take a meta-perspective on informasi tentang candi-candi di Blitar
history and individual’s conceptions of history yakni pada dua belas candi antara lain;
(Thorp, 2014: 15). Berdasarkan penjelasan candi Penataran, candi Sawentar, candi
terbebut bahwa kesadaran sejarah akan Simping, candi Wringin Branjang, candi
muncul jika kita memahami sejarah secara Bacem, candi Tepas, candi Gambar
total (menyeluruh). Karena pemahaman Wetan, candi Kotes, candi Kali Cilik, candi
sejarah yang utuh membentuk konsep Plumbangan, candi Rambut Monte, dan
pemahaman individu tentang sejarah. candi Sumbernanas.
38 |JURNAL AGASTYA VOL 9 NO 1 JANUARI 2019
3. Tahap pengembangan desain bahan ajar Madrasah Nurul Islam Wates sebagai kelas
(modul) yaitu 1.) Mendesain, 2.)Validasi kontrol sejumlah 40 siswa. Pada kelas X IIS
desain, 3.) Revisi desain, 4.) Uji coba kelompok wajib dalam kurikulum 2013.
produk, 5.) Mengevaluasi dan merevisi Pada uji coba terbatas dilakukan dengan
produk, 6.) Uji coba pemakaian, 7.) Revisi mengambil lima orang siswa dari
produk , 8.) Produksi. perwakilan masing-masing kelas. Uji coba
4. Tahap uji efektifitas bahan ajar (modul) terbatas dan uji kelas lebih luas dilakukan
untuk meningkatkan kesadaran sejarah pada kelas eksperimen.
dengan eksperimen quasi dengan tahap Teknik yang digunakan dalam
sebagai berikut 1.) Uji normalitas, 2.) Uji mengumpulkan data seperti berikut ini:
Homogenitas, dan 3.) Uji t. 1. Wawancara
Penelitian ini dilakukan pada Wawancara dilakukan untuk
Madrasah Aliyah Swasta Se-Kabupaten mengumpulkan informasi awal dalam
Blitar. Terletak di Provinsi Jawa Timur. penelitian. Wawancara dilakukan kepada
Blitar merupakan wilayah yang kaya akan pengawas Madrasah dengan asumsi
peninggalan sejarah salah satunya pengawas lebih mengetahui kondisi
peninggalan Hindu-Budha yang berupa Madrasah Aliyah Swasta di Kabupaten
candi. Populasi dalam penelitian yakni Blitar. Wawancara juga digunakan untuk
seluruh Madrasah Aliyah Swasta di mengumpulkan informasi tentang candi-
Kabupaten Blitar. Sample dalam penelitian candi di Blitar dengan mewawancarai
ini diambil dengan menggunakan metode juru pelihara candi.
Cluster Random Sampling. 2. Angket
Menurut Riduwan dan Akdon (2007: Angket disusun dengan
241) Random sampling adalah cara menggunakan kaidah-kaidah distribusi skor
pengambilan sample dari anggota populasi sebagai berikut:
dengan menggunakan acak tanpa Tabel 1. Skor dengan Skala Likert
memperhatikan strata (tingkatan) dalam No. Jawaban Skor
anggota populasi tersebut. Cluster sampling 1. Sangat Setuju 5
adalah prosedur sampling yang ideal ketika 2. Setuju 4
peneliti merasa tidak mungkin 3. Tidak Mempuyai Pilihan 3
mengumpulkan daftar semua elemen yang 4. Tidak Setuju 2
membentuk populasi (Creswell, 2010: 218). 5. Sangat Tidak Setuju 1
Didapatkan sample Madrasah Aliyah (Sumber : Furchan, 2011: 280)
Assalam Jambewangi Selopuro sebagai kelas Dalam hal ini angket kesadaran
eksperimen sejumlah 40 siswa dan sejarah akan di bagikan kepada siswa kelas
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (MODUL) SEJARAH INDONESIA………| 39
di Blitar atau berbasis yang lainnya Sejarah Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri
1 Kalasan Sleman Yogyakarta. Jurnal
sehingga dapat mengatasi problem
Historika, 15 (2), 71-82.
pembelajaran Sejarah Indonesia. Lestari, Garsinia. 2011. Mengenal Lebih
Dekat: Candi Nusantara. Jakarta. Pacu
Daftar Pustaka Minat Baca.
Agung, Leo S. 2013. Perencanaan Maryanto, D.A. 2007. Mengenal Candi.
Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta. Jakarta. Citra Aji Parama.
Ombak. Nilasari, Efi, dkk. 2016. Pengaruh
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Penggunaan Modul Pembelajaran
Sejarah. Yogyakarta. Ombak. Kontekstual Terhadap Hasil Belajar
Ammert, Niklas, dkk. 2017. Bridging Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal
Historical and Moral Consciousness: Pendidikan, 1(7), 1399-1404.
Promises and challenges. Historical Ramdani, Yani. 2012. Pengembangan
Encounters; A Journal of Historical Instrumen dan Bahan Ajar Untuk
Consciousness, Historical Cultures, and Meningkatkan Kemampuan
History Education, 4 (1), 1-13. Komunikasi, Penalaran, dan Koneksi
Arifin, Ferdi. 2015. Representasi Simbol Matematis Dalam Konsep Integral.
Candi Hindu Dalam Kehidupan Jurnal Penelitian Pendidikan, 13 (1),
Manusia: Kajian Linguistik 14-52.
Antropologis. Jurnal Penelitian Riduwan dan Akdon. 2007. Rumus dan Data
Humaniora, 16 (2), 12-20. Dalam Statistika. Bandung. Alfabeta.
Azwar, Syaifuddin. 2013. Sikap Manusia Rusdi. 2010. Wajah Cantik Nan Misterius
Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta. Borobudur dan Prambanan.
Pustaka Pelajar. Jogjakarta: Flashbooks
Creswell, John W. 2009. Research Design Soebroto, R.G.B. 2012. Kajian Estetika Yang
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Beda Relief Candi Jawa Timur. Jurnal
Mixed. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Arsitektu Universitas Bandar
Fauziah, A.S. dkk. 2014. Pengembangan Lampung, 2 (2), 14-27.
Media Interaktif Berbasis Situs Candi Soetarno. 2007. Aneka Candi Kuno di
di Jawa Tengah Untuk Meningkatkan Indonesia. Semarang. Effhar Offset
Kesadaran Sejarah Siswa Kelas XI IPS Semarang.
SMA Negeri 1 Kalasan Sleman Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Yogyakarta. Jurnal Historika, 15 (2), Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
83-92. Kualitatif, dan R&D. Bandung.
Furchan, Arief. 2011. Pengantar Penelitian Alfabeta.
dalam Pendidikan. Yogyakarta. Thorp, Robert. 2014. Historical
Pustaka Pelajar. Consciousness, Historical Media,
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar History Education. Omslag-Sandra
Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Olsson. Umea Universitet.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: Pustaka Setia.
Kochhar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah;
Teaching of History. Jakarta: Grasindo.
Lazmihfa, dkk. 2014. Pengembangan Bahan
Ajar Sejarah (Modul) Berbasis
Diorama Museum Benteng Vredeburg
Untuk Meningkatkan Kesadaran