Anda di halaman 1dari 12

32 |JURNAL AGASTYA VOL 9 NO 1 JANUARI 2019

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (MODUL) SEJARAH INDONESIA BERBASIS CANDI-


CANDI DI BLITAR UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH
Wafiyatu Maslahah
Pendidikan IPS, Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Raden Rahmat Malang
Lailatul Rofiah
Pendidikan IPS, Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Raden Rahmat Malang
Abstrak
Penelitian ini memiliki tujuan jangka panjang yakni supaya pembelajaran sejarah
Indonesia lebih bermakna dan mampu menanamkan sikap kepada peserta didik. Target yang
ingin dicapai dalam penelitian ini yakni dapat menghasilkan sebuah produk bahan ajar
(modul) yang dapat digunakan untuk melengkapi pembelajaran sejarah Indonesia pada
Madrasah Aliyah Swasta Se-Kabupaten Blitar serta dapat menumbuhkan kesadaran sejarah
pada siswa. Rencana penelitian akan menggunakan model pengembangan (Research and
Development). Langkah-langkah yang akan dilakukan yaitu 1.) studi pendahuluan dilakukan
dengan menerapkan pendekatan deskriptif kualitatif, 2.) tahap observasi untuk
mengumpulkan informasi tentang candi-candi di Blitar, 3.) tahap pengembangan desain bahan
ajar (modul) yaitu a.) Mendesain, b.)Validasi desain oleh ahli, c.) Revisi desain, d.) Uji coba
produk, e.) Mengevaluasi dan merevisi produk, f.) Uji coba pemakaian, g.) Revisi produk, h.)
Produksi, 4.) tahap uji efektifitas bahan ajar (modul) untuk meningkatkan keasadaran sejarah
dengan eksperimen quasi dengan tahap sebagai berikut a.) Uji normalitas, b.) Uji Homogenitas,
dan b.) Uji t. Hasil dari penelitian ini bahwa 1.) pengembangan bahan ajar (modul) sejarah
indonesia berbasis candi-candi di kabupaten blitar untuk meningkatkan kesadaran sejarah
memiliki kelayakan karena telah dilakukan validasi oleh validator dengan diperoleh nilai rata-
rata 3,75. Dilakukan uji terbatas dan uji lebih luas dengan masing-masing rata-rata yang
diperoleh 3,5 dan 3,775. 2.) Efektifitas pengembangan bahan ajar (modul) sejarah Indonesia
berbasis candi-candi di Kabupaten Blitar yang dikembangkan untuk meningkatkan kesadaran
sejarah sangat efektif diketahui bahwa thit : 4,823 > ttab 1,683 dengan nilai signifikansi 0,000 <
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
Kata Kunci: modul,candi, kesadaran sejarah

Pendahuluan materi ajar pelajaran sejarah difokuskan


Pendidikan yang bermutu akan pada sejarah Indonesia supaya generasi
mencetak sumber daya manusia yang muda tetap memiliki perilaku kesadaran
handal dan mampu bersaing di era global. sejarah, nasionalisme dan cinta tanah air di
Salah satu upaya pemerintah dalam era global. Penjelasan Ammert dkk (2017:
meningkatkan mutu pendidikan dalam 5) bahwa formal education is an arena where
menghadapi tantangan globalisasi yakni historical and moral conciousness are
diterbitkannya kurikulum 2013. Pada expected to be cultivated along the lines
kurikulum tersebut upaya pengembangan stipulated in the curriculum, but in school as
mutu dalam mata pelajaran sejarah juga well as elsewhere people also learn-and even
dilakukan. Mata pelajaran sejarah berubah more-informal education. Penanaman
nama menjadi sejarah Indonesia. Muatan kesadaran sejarah dalam pendidikan formal
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (MODUL) SEJARAH INDONESIA………| 33

demikian dapat muncul pada siswa jika pembelajaran tersebut guru tidak memiliki
terjadi pembelajaran yang bermakna di bahan ajar maka pembelajaran menjadi
dalam mata pelajaran sejarah Indonesia. tidak sitematis. Selain itu perlu dilakukan
Pembelajaran akan menjadi pengembangan bahan ajar supaya pelajaran
bermakna jika dalam pembelajaran terdapat sejarah Indonesia lebih menarik dan tidak
kesinambungan antara guru dan siswa. membosankan. Pembelajaran sejarah di
Sejalan dengan pendapat Agung (2013: 3) sekolah juga memiliki anggapan yang
bahwa, pembelajaran dapat diartikan negatif yakni memiliki daya tarik yang
sebagai proses kerja sama antara guru dan rendah pada siswa bahkan dianggap sebagai
siswa dalam memanfaatkan segala potensi mata pelajaran yang membosankan serta
dan sumber yang ada. Terwujudnya kerja tidak memiliki manfaat dan kegunaan. Hal
sama yang baik diawali dengan interaksi itu menunjukkan indikator bahwa siswa
yang baik. Interaksi utama dalam tidak memiliki kesadaran sejarah.
pembelajaran yakni guru, siswa dan bahan Agar pembelajaran sejarah Indonesia
ajar. Pada pembelajaran bahan ajar tidak kaku, terjadi interaksi yang baik
merupakan sarana terjadinya interaksi antara guru dan siswa, serta mampu
antara guru dan siswa. menumbuhkan kesadaran sejarah di era
Bahan ajar merupakan bagian yang globalisasi maka guru dapat
sangat penting dari suatu proses mengembangkan bahan ajar berupa modul
pembelajaran secara keseluruhan (Ramdani berbasis lingkungan yang berupa objek-
2012: 50). Bahan ajar merupakan unsur objek sejarah di daerah siswa. Bahan ajar
yang penting dalam kegiatan pembelajaran (modul) yang dikembangkan lebih
karena mengandung rambu-rambu materi mempermudah siswa mehami materi.
yang akan diajarkan. Tanpa adanya bahan Peserta didik bisa menganalisis objek-objek
ajar guru tidak dapat berinteraksi dengan sejarah dengan dikaitkan pada materi
siswa dalam memberikan materi pelajaran yang ada di sekolah.
pembelajaran. Bahan pembelajaran yang Selain itu peserta didik akan lebih
harus dikuasai oleh guru tidak hanya bahan tertarik dalam mempelajari sejarah
inti sebab pembelajaran akan menjadi kaku. Indonesia karena mengeksplore objek-objek
Perlu adanya pengembangan bahan ajar sejarah. Tidak adanya bahan ajar yang
supaya pembelajaran lebih menarik. mengakomodir materi sejarah membuat
Pada pembelajaran sejarah peserta didik relatif kesulitan untuk
Indonesia diperlukan bahan pembelajaran memahami peristiwa sejarah (Lazmihfa
yang jelas sebab terkait dengan periodisasi dkk., 2014: 74). Fenomena pembelajaran
atau pembabakan waktu sejarah. Jika dalam sejarah Indonesia yang kurang bermakna
34 |JURNAL AGASTYA VOL 9 NO 1 JANUARI 2019

terjadi pada Madrasah Aliyah (MA) Swasta pengembangan modul. Mengingat


di Kabupaten Blitar. Hasil observasi awal keterbatasan ekonomi pihak madrasah dan
berdasarkan wawancara kepada pengawas peserta didik, sarana pembelajaran, serta
Kementrian Agama Kabupaten Blitar bahan ajar yang hanya menggunakan buku
menunjukkan beberapa permasalahan dan LKS. Solusi pengembangan modul
terkait pembelajaran sejarah Indonesia terbaik karena dapat digunakan untuk
yaitu (1) pada proses pembelajaran yang mendalami materi lebih lanjut. Modul juga
sudah menerapkan kurikulum 2013 guru dapat dijadikan sebagai wahana yang
hanya menggunakan buku paket dan menyediakan pengalaman yang bersifat self
Lembar Kerja Siswa (LKS) (2) kurangnya contained dan self directed sehingga siswa
sarana pembelajaran yang berupa media dapat berinteraksi dengan materi (bahan
pembelajaran (3) siswa menganggap pelajaran) dan memperoleh makna tentang
pembelajaran sejarah menjenuhkan dan belajar tersebut.
susah dipahami (4) siswa tidak memahami Modul yang akan dikembangkan
peninggalan-peninggalan sejarah di dalam penelitian ini yakni modul berbasis
Kabupaten Blitar sehingga kesadaran candi-candi di Blitar. Objek sejarah di
sejarah tidak muncul pada individu. pusatkan pada candi sebab siswa sangat
Berdasarkan fenomena tersebut, minim pengetahuan tentang peninggalan
untuk mewujudkan pembelajaran yang Hindu-Buddha yang ada di Blitar.
bermutu dan bermakna pada MA Swasta di Pengembangan bahan ajar (modul) sejarah
Kabupaten Blitar perlu adanya Indonesia berbasis objek sejarah candi-
pengembangan dalam proses pembelajaran candi di Kabupaten Blitar akan membantu
yakni pengembangan bagan ajar. dalam proses pembelajaran.
Harapannya mampu melengkapi informasi Alasannya yakni pertama, problem
utama yang hanya didapatkan dari buku perekonomian yang menjadikan siswa tidak
paket dan LKS. dapat mengunjungi satu persatu lokasi
Pengembangan dalam pembelajaran candi-candi menjadikan siswa terbantu.
sejarah agar lebih bermakna dan Kedua, siswa akan mendapatkan makna
terintegrasi dengan berbagai bidang dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang
keilmuan lainnya, sekurang-kurangnya bersumber dari lingkungan disekitar. Hal
terdapat berbagai bidang yang seyogianya ini menunjukkan, bahwa fungsi lingkungan
mendapat perhatian (Aman, 2011:7). merupakan faktor yang penting dalam
Pengembangan bahan ajar dalam proses proses belajar mengajar (Hamalik, 2011:
pembelajaran sejarah Indonesia di MA 194). Ketiga, bahan ajar yang relevan
Swasta perhatian dipusatkan pada dengan kebutuhan siswa di daerah akan
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (MODUL) SEJARAH INDONESIA………| 35

menjadikan siswa memiliki kesadaran dengan penelitian ini. Fokus kajian dalam
sejarah sehingga ikut serta dalam penelitian ini yaitu modul candi-candi di
melestarikan peninggalan-peninggalan Kabupaten Blitar serta pada MA swasta.
sejarah. Hal tersebut sesuai dengan Berdasarkan uraian yang sudah
Peraturan Mendiknas No.22 tahun 2006 dipaparkan, maka akan mengembangkan
bahwa salah satu tujuan dari mata pelajaran bahan ajar (modul) berbasis candi-candi di
sejarah di SMA yakni menumbuhkan Blitar yang dapat dijadikan sebagai
apresiasi dan penghargaan peserta didik penunjang dalam pembelajaran sejarah
terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti Indonesia. Berbasis candi-candi di Blitar
peradaban bangsa Indonesia di masa akan memunculkan kesadaran sejarah pada
lampau. Monumen sejarah adalah bagian peserta didik. Dengan demikian formulasi
yang sangat penting dari warisan masa penelitian yang spesifik adalah
lampau. Monumen perlu dipelihara untuk Pengembangan Bahan Ajar (Modul) Sejarah
mengabdikan budaya bagi generasi Indonesia Berbasis Candi-Candi Di Blitar
mendatang (Kochhar, 2008: 41). Untuk Meningkatkan Kesadaran Sejarah.
Fauziah dkk. (2014) dalam Penelitian ini bertujuan untuk
penelitiannya yang berjudul Pengembangan Mengembangkan dan efektifitas bahan ajar
Media Interaktif Berbasis Situs Candi di (modul) Sejarah Indonesia berbasis candi-
Jawa Tengah Untuk Meningkatkan Hasil candi di Kabupaten Blitar untuk
Belajar dan Kesadaran Keberagaman meningkatkan kesadaran sejarah.
Budaya Siswa MAN 1 Kota Magelang,
Tinjauan Pustaka
memiliki perbedaan dengan penelitian ini.
A. Bahan Ajar Modul
Penelitian di fokuskan pada sekolah swasta Modul pada dasarnya merupakan
dengan tujuan siswa pada MA Swasta bahan ajar yang secara sistematis dengan
dengan segala keterbatasannya supaya menggunakan bahasa yang mudah dipahami
mendapatkan pengetahuan yang sepadan oleh siswa sesuai dengan tingkat
dengan siswa pada sekolah negeri dan dapat pengetahuan dan usianya agar mereka
menumbuhkan kesadaran sejarah. dapat belajar mandiri atau tanpa bimbingan
Menurut hasil penelitian Lazmihfa yang minimal dari guru (Nilasari dkk., 2016:
dkk. (2014) dengan judul Pengembangan 1399). Berdasarkan hal tersebut modul
Bahan Ajar Sejarah (Modul) Berbasis membuat siswa lebih mandiri dalam belajar
Diorama Museum Benteng Vredeburg Untuk disaat minimnya bimbingan dari guru serta
Meningkatkan Kesadaran Sejarah Siswa harus disusun secara sistematis sesuai
Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Kalasan Sleman
Yogyakarta, memiliki perbedaan dengan
36 |JURNAL AGASTYA VOL 9 NO 1 JANUARI 2019

dengan usia dengan menggunakan bahasa umat Hindu atau Buddha. Berbagai macam
yang mudah dipahami. candi yang memiliki wujud dan fungsi
Penyusunan sebuah modul tersendiri di jelaskan sebagai berikut:
pembelajaran diawali dengan urutan 1. Candi adalah bangunan tempat
kegiatan sebagai berikut (Hamdani, 2011: menyimpan abu jenazah dan
221-222): memuliakan roh seorang raja dan
1. Menetapkan judul modul yang akan pembesar yang telah bersatu dengan
disusun. dewata penitisnya.
2. Menyiapkan buku-buku sumber atau 2. Candi merupakan tempat penghormatan
referensi yang lain. dan pemujaan dewata atau para arwah
3. Melakukan identifikasi terhadap nenek moyang.
kompetensi dasar, melakukan kajian 3. Bangunan suci punden berundak yang
terhadap materi pembelajarannya, serta dibangun sejak zaman prasejarah dan
merancang bentuk kegiatan berorientasi kepada puncak gunung.
pembelajaran yang sesuai. Bangunan ini dianggap sebagai tempat
4. Mengidentifikasi indikator pencapaian tinggal arwah leluhur yang
kompetensi dan merancang bentuk dan berkedudukan setara dewata.
jenis penilaian yang akan disajikan. 4. Pentirtaan adalah pemandian yang
5. Merancang format penulisan modul. disucikan oleh pemeluk Budha dan
6. Penyusunan draft modul. Hindu.
7. Validasi. 5. Gapura sebagai pintu untuk keluiar
8. Finalisasi. masuk, baik yang beratap atau tidak.
B. Candi 6. Stupa adalah bangunan khas agama
Menurut Rusdi (2010: 18) Budha. Merupakan tempat merayakan
menjelaskan bahwa candi biasanya orang yang telah mencapai nirwana serta
mengacu pada berbagai macam bentuk dan menghomati kehidupan sang Budha yang
fungsi suatu bangunan. Fungsi bangunan sebelumnya.
yang dimaksud antara lain adalah sebagai 7. Umat Hindu menganggap candi sebagai
tempat ibadah, pusat pengajaran agama, tempat dimana para deata berdiam
tempat penyimpanan abu jenazah para raja, selama suatu upacara dilakukan.
tempat pemujaan atau tempat 8. Bagi umat Islam cenderung kepada
bersemayamnya para dewa, petirtaan kepercayaan asli (agami Jawa) dan umat
(pemandian), dan gapura. Dari fungsi yang Hindu, bangunan purbakala dipercaya
telah di paparkan bahwa candi merupakan tempat kediaman para arwah leluhur dah
tempat suci untuk kegiatan keagamaan roh-roh lain.
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (MODUL) SEJARAH INDONESIA………| 37

9. Umat Budha berziarah ke bangunan suci Menurut Aman (2011: 34), indikator-
sebagai tanda kehirmatan orang-orang indikator kesadaran sejarah dapat
yang telah mencapai nirwana dan untuk dirumuskan mencakup sebagai berikut:
bermeditasi (Lestari, 2011:8-9). 1. Menghayati makna dan hakekat sejarah
Menurut Arifin (dalam Arifin, 2015: bagi masa kini dan masa yang akan
14-17) beberapa fakta bahasa yang datang.
ditemukan dalam candi Hindu yakni: 2. Mengenal diri sendiri dan bangsanya
Bhūrloka, Bhuwahloka, Swargaloka, Lingga, 3. Membudayakan sejarah bagi pembinaan
Yoni, Suluran, Jaladara, Makara, Gana, budaya bangsa.
Simbar, Durgamahiṣāsuramardini, Ganesa, 4. Menjaga peninggalan sejarah bangsa.
Agastya, Mahakala, Nandiswara, Ratna, Metode Penelitian
Kinara-kinari, dan Naga. Penamaan candi Penelitian ini menggunakan metode
berdasarkan bentuk dikategorikan bagian penelitian pengembangan (Research and
candi Hindu yang memiliki satu kesatuan Development) yang digunakan untuk
yang utuh dan termasuk di dalamnya menghasilkan produk tertentu dan menguji
merupakan ornamen maupun arcanya. keefektifan produk tersebut (Sugiyono,
Ciri relief di Jawa Timur dengan 2013: 407). Produk yang diharapkan dari
Jawa Tengah berbeda. Ciri relief ercandian penelitian ini berupa bahan ajar (modul).
Jawa Tengah rata-rata berukuran besar, Berikut tahap-tahap dalam penelitian
bentuknya natural, proporsi seperti ini yang dilakukan yaitu:
mengikuti patokan tertentu, tiga dimensi, 1. Tahap studi pendahuluan dilakukan
sedangkan Jawa Timur hampir dengan menerapkan pendekatan
kebalikannya (Soebroto, 2012: 14). deskriptif kualitatif yakni dengan
C. Kesadaran Sejarah melakukan wawancara terhadap
Historical consciousness becomes a pengawas di Kementerian Agama
hermeneutic concept that deals with the Kabupaten Blitar.
totality of history and historical 2. Tahap observasi untuk mengumpulkan
undestanding; it take a meta-perspective on informasi tentang candi-candi di Blitar
history and individual’s conceptions of history yakni pada dua belas candi antara lain;
(Thorp, 2014: 15). Berdasarkan penjelasan candi Penataran, candi Sawentar, candi
terbebut bahwa kesadaran sejarah akan Simping, candi Wringin Branjang, candi
muncul jika kita memahami sejarah secara Bacem, candi Tepas, candi Gambar
total (menyeluruh). Karena pemahaman Wetan, candi Kotes, candi Kali Cilik, candi
sejarah yang utuh membentuk konsep Plumbangan, candi Rambut Monte, dan
pemahaman individu tentang sejarah. candi Sumbernanas.
38 |JURNAL AGASTYA VOL 9 NO 1 JANUARI 2019

3. Tahap pengembangan desain bahan ajar Madrasah Nurul Islam Wates sebagai kelas
(modul) yaitu 1.) Mendesain, 2.)Validasi kontrol sejumlah 40 siswa. Pada kelas X IIS
desain, 3.) Revisi desain, 4.) Uji coba kelompok wajib dalam kurikulum 2013.
produk, 5.) Mengevaluasi dan merevisi Pada uji coba terbatas dilakukan dengan
produk, 6.) Uji coba pemakaian, 7.) Revisi mengambil lima orang siswa dari
produk , 8.) Produksi. perwakilan masing-masing kelas. Uji coba
4. Tahap uji efektifitas bahan ajar (modul) terbatas dan uji kelas lebih luas dilakukan
untuk meningkatkan kesadaran sejarah pada kelas eksperimen.
dengan eksperimen quasi dengan tahap Teknik yang digunakan dalam
sebagai berikut 1.) Uji normalitas, 2.) Uji mengumpulkan data seperti berikut ini:
Homogenitas, dan 3.) Uji t. 1. Wawancara
Penelitian ini dilakukan pada Wawancara dilakukan untuk
Madrasah Aliyah Swasta Se-Kabupaten mengumpulkan informasi awal dalam
Blitar. Terletak di Provinsi Jawa Timur. penelitian. Wawancara dilakukan kepada
Blitar merupakan wilayah yang kaya akan pengawas Madrasah dengan asumsi
peninggalan sejarah salah satunya pengawas lebih mengetahui kondisi
peninggalan Hindu-Budha yang berupa Madrasah Aliyah Swasta di Kabupaten
candi. Populasi dalam penelitian yakni Blitar. Wawancara juga digunakan untuk
seluruh Madrasah Aliyah Swasta di mengumpulkan informasi tentang candi-
Kabupaten Blitar. Sample dalam penelitian candi di Blitar dengan mewawancarai
ini diambil dengan menggunakan metode juru pelihara candi.
Cluster Random Sampling. 2. Angket
Menurut Riduwan dan Akdon (2007: Angket disusun dengan
241) Random sampling adalah cara menggunakan kaidah-kaidah distribusi skor
pengambilan sample dari anggota populasi sebagai berikut:
dengan menggunakan acak tanpa Tabel 1. Skor dengan Skala Likert
memperhatikan strata (tingkatan) dalam No. Jawaban Skor
anggota populasi tersebut. Cluster sampling 1. Sangat Setuju 5
adalah prosedur sampling yang ideal ketika 2. Setuju 4
peneliti merasa tidak mungkin 3. Tidak Mempuyai Pilihan 3
mengumpulkan daftar semua elemen yang 4. Tidak Setuju 2
membentuk populasi (Creswell, 2010: 218). 5. Sangat Tidak Setuju 1
Didapatkan sample Madrasah Aliyah (Sumber : Furchan, 2011: 280)
Assalam Jambewangi Selopuro sebagai kelas Dalam hal ini angket kesadaran
eksperimen sejumlah 40 siswa dan sejarah akan di bagikan kepada siswa kelas
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (MODUL) SEJARAH INDONESIA………| 39

X IIS kelompok wajib kurikulum 2013 di MA mengetahui tingkat korelasi dapat


Assalam Jambewangi Selopuro Blitar dan menggunakan daftar sebagai berikut:
MA Nurul Islam Wates. Sebelum dibagikan a. 0,80-1,00 reliabilitas sangat tinggi.
angket telah dilakukan penilaian kelayakan b. 0,60-0,80 reliabilitas tinggi.
oleh validator angket yang juga merupakan c. 0,40-0,60 reliabilitas sedang.
validator bahan ajar (modul) yakni guru, d. 0,20-0,40 reliabilitas rendah.
pengawas, ahli materi, dan ahli bahasa. e. 0,00-0,20 reliabilitas sangat rendah
Setelah angket dinilai oleh validator (Azwar, 184: 2013).
kemudian diuji cobakan pada kelas yang Kriteria yang digunakan dalam
tidak diberi perlakuan dengan jumlah butir penelitian ini yakni dikatakan reliabel jika
angket sebanyak 50. Selanjutnya dilakukan ≥ 0,70. Setelah dilakukan penghitungan
validitas angket dengan penghitungan menggunakan bantuan SPSS 20 diperoleh
menggunakan bantuan program SPSS 20, reliabilitas 0,905 Demikian dapat
rumus koefisien korelasi Product Moment dinyatakan bahwa angket reliabel.
dari Karl Pearson. Teknik analisis data yang digunakan
Biasanya dalam pengembangan dan yaitu dengan menggunakan pendekatan
penyusunan skala-skala psikologi, kualitatif dan kuantitatif. Data berupa saran
digunakan harga koefisien korelasi yang dan kritik dari ahli/pakar dan siswa
minimal sama dengan 0,30. Dengan dianalisis dengan pendekatan kualitatif dan
demikian, semua pernyataan yang dimiliki kuantitatif. Data kelayakan modul dan
korelasi dengan skor skala kurang dari pada pendapat mengenai kesesuaian modul
0,30 dapat kita sisihkan dan penyataan- diolah dengan deskriptif kualitatif. Uji
pernyataan yang akan diikutkan dalam normalitas dilakukan untuk mengetahui
skala sikap diambil dari aitem-aitem yang apakah populasi berdistribusi normal.
memiliki korelasi 0,30 ke atas dengan Uji normalitas pada penelitian ini
pengertian semakin tinggi korelasi itu menggunakan program SPSS 20 yaitu uji
mendekati angka 1,00 maka semakin baik Kolmogorov Smornov. Pada penelitian ini uji
pula konsistensinya (Azwar, 2013: 153). homogenitas dilakukan dengan bantuan
Penelitian ini kriteria butir soal program SPSS 20. Bantuan yang digunakan
angket yang dipakai jika ≥ 0,30. Hasil yaitu uji Test of Homogeneity of Variances.
validitas angket dari 50 butir diperoleh 40 Sedangkan uji t dilakukan dengan bantuan
butir angket yang valid. Langkah program SPSS 20 dengan uji Independent
selanjutnya setelah dilakukan uji validitas Samples Test. Berikut rancangan penelitian
kemudian uji reliabilitas angket. Untuk pengembangan yang dilakukan pada
40 |JURNAL AGASTYA VOL 9 NO 1 JANUARI 2019

penelitian ini dengan mengembangkan Berbagai macam candi yang


rancangan di dalam Sugiyono (2013: 409) memiliki wujud dan fungsi tersendiri di
sebagai berikut: jelaskan sebagai berikut (Lestari, 2011:8-9).
1. Candi adalah bangunan tempat
menyimpan abu jenazah dan
memuliakan roh seorang raja dan
pembesar yang telah bersatu dengan
dewata penitisnya.
2. Candi merupakan tempat penghormatan

Hasil dan Pembahasan dan pemujaan dewata atau para arwah


nenek moyang.
A. Pengembangan bahan ajar (modul)
3. Bangunan suci punden berundak yang
sejarah Indonesia berbasis candi-
dibangun sejak zaman prasejarah dan
candi di Kabupaten Blitar.
berorientasi kepada puncak gunung.
Pengembangan bahan ajar (modul)
Bangunan ini dianggap sebagai tempat
sejarah Indonesia berbasis candi-candi di
tinggal arwah leluhur yang
Kabupaten Blitar disusun dengan
berkedudukan setara Dewata.
menghimpun data dengan mewawancarai
4. Pentirtaan adalah pemandian yang
juru pelihara candi meliputi candi
disucikan oleh pemeluk Budha dan
Penataran, candi Sawentar, candi Simping,
Hindu.
candi Wringin Branjang, candi Bacem, candi
5. Gapura sebagai pintu untuk keluiar
Tepas, candi Gambar Wetan, candi Kotes,
masuk, baik yang beratap atau tidak.
candi Kali Cilik, candi Plumbangan, candi
6. Stupa adalah bangunan khas agama
Rambut Monte, dan candi Sumbernanas.
Budha. Merupakan tempat merayakan
Desain bahan ajar/modul candi-candi di
orang yang telah mencapai nirwana serta
Blitar sebagai berikut:
menghomati kehidupan sang Budha yang
sebelumnya.
7. Umat Hindu menganggap candi sebagai
tempat dimana para deata berdiam
selama suatu upacara dilakukan.
8. Bagi umat Islam cenderung kepada
kepercayaan asli (agami Jawa) dan umat
Hindu, bangunan purbakala dipercaya
Gambar 1. Desain Bahan Ajar (Modul)
tempat kediaman para arwah leluhur dah
roh-roh lain.
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (MODUL) SEJARAH INDONESIA………| 41

9. Umat Budha berziarah ke bangunan suci B. Efektifitas pengembangan bahan ajar


sebagai tanda kehirmatan orang-orang (modul) sejarah Indonesia berbasis
yang telah mencapai nirwana dan untuk candi-candi di Kabupaten Blitar
bermeditasi. Efektifitas pengembangan modul
Pada penelitian ini candi-candi yang sejarah Indonesia berbasis candi-candi
ada yakni candi Hindu yang berfungsi Kabupaten Blitar yang dikembangkan untuk
sebagai tempat ibadah dan makam atau meningkatkan kesadaran sejarah sangat
penyimpan abu jenazah. Setelah dilakukan efektif setelah dilakukan uji normalitas, uji
uji validasi bahan ajar (modul) diperoleh homogenitas dan uji hipotesis (uji t). Uji
hasil bahwa memiliki kelayakan karena normalitas digunakan untuk mengetahui
telah dilakukan validasi oleh validator apakah data yang digunakan berdistribusi
dengan nilai rata-rata 3,75. Selain dilakukan normal atau tidak. Data suatu variabel
penilaian oleh validator juga dilakukan uji dinyatakan normal apabila uji normalitas
coba kelas terbatas dengan jumlah siswa 9 menghasilkan probabilitas lebih besar dari
orang dan uji coba kelas lebih luas dengan 0,05. Berdasarkan perhitungan dengan
jumlah siswa 40 orang. Pada uji coba bantuan program SPSS 20 diperoleh nilai
terbatas memiliki total nilai 35 dengan rata- signifikansi sebesar 0,132 untuk kelas
rata nilai yakni 3,5 sedangkan uji coba lebih eksperimen dan 0,361 untuk kelas kontrol.
luas memiliki jumlah nilai keseluruhan 151 Maka dapat disimpulkan bahwa data
dengan rata-rata nilai 3,775. berdistibusi normal baik kelas eksperimen
Menurut Nilasari dkk. (2016: 1399) maupun kelas kontrol karena masing-
Modul pada dasarnya bahan ajar yang masing nilai signifikansi > 0,05. Uji
secara sistematis dengan menggunakan homogenitas dilakukan untuk mengetahui
bahasa yang mudah dipahami oleh siswa apakah beberapa varian populasi adalah
sesuai dengan tingkat pengetahuan dan sama atau tidak.
usianya agar mereka dapat belajar mandiri Dasar pengambilan keputusan
atau tanpa bimbingan yang minimal dari adalah jika nilai signifikansi (sig) lebih besar
guru. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari 0,05 maka varian dari dua kelompok
bahwa siswa dapat memahami dengan baik atau lebih adalah sama. Sebaliknya apabila
bahan ajar (modul) yang dikembangkan nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka
dalam penelitian ini. Karena modul telah varian dari dua kelompok atau lebih tidak
disusun sesuai dengan bahasa yang mudah sama. Berdasarkan perhitungan dengan
dipahami siswa tingkat Madrasah Aliyah. menggunakan program SPSS 20 diperoleh
Selain bahasa yang mudah dipahami juga nilai signifikansi (sig) sebesar 0,247
disusun berdasarkan usia siswa. sehingga dapat disimpulkan bahwa data
42 |JURNAL AGASTYA VOL 9 NO 1 JANUARI 2019

kesadaran sejarah siswa baik kelas (modul) dalam pembelajaran sejarah


eksperimen maupun kontrol berasal dari mendapatkan.
populasi yang homogen atau mempunyai
Penutup
varian yang sama.
A. Kesimpulan
Pengujian hipotesis dalam penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang
ini menggunakan uji-t karena sampel yang
dilakukan maka kesimpulannya adalah
digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan bahan ajar (modul) sejarah
sampel bebas yang tidak berhubungan.
indonesia berbasis candi-candi di
Adapun hipotesis yang diuji dalam
Kabupaten Blitar memiliki kelayakan karena
penelitian ini adalah efektifitas
telah dilakukan validasi materi, bahasa
pengembangan bahan ajar (modul) sejarah
maupun guru dengan diperoleh nilai rata-
Indonesia berbasis candi-candi di
rata 3,75. Sedangkan untuk uji coba terbatas
Kabupaten Blitar untuk meningkatkan
penilaian rata-rata 3,5, dan uji lebih luas
kesadaran sejarah Berdasarkan hasil
memiliki rata-rata nilai 3,775. Untuk
analisis perhitungan menggunakan program
efektifitas pengembangan bahan ajar
SPSS 20, diketahui bahwa thit : 4,823 > ttab
(modul) sejarah Indonesia berbasis candi
1,683 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05
Kabupaten Blitar sangat efektif. Terbukti thit:
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
4,823 > ttab 1,683 dengan nilai signifikansi
perbedaan antara kelompok eksperimen
0,000 < 0,05. Maka disimpulkan bahwa
dan kelompok kontrol.
terdapat perbedaan antara kelompok
Historical consciousness becomes a
eksperimen dan kelompok kontrol.
hermeneutic concept that deals with the
B. Saran
totality of history and historical
Sebagai bahan pertimbangan maka
undestanding; it take a meta-perspective on
setelah penelitian ini dilakukan terdapat
history and individual’s conceptions of history
beberapa saran, antara lain:
(Thorp, 2014: 15). Sesuai dengan pernyatan
1. Guru dapat mengembangkan bahan ajar
tersebut bahwa setelah siswa memahami
(modul) lebih lanjut dalam proses
konsep secara utuh tentang peninggalan
pembelajaran Sejarah Indonesia.
sejarah berupa candi-candi di Blitar melalui
2. Pihak sekolah hendaknya memotivasi
bahan ajar (modul), terdapat peningkatan
guru untuk mengembangkan bahan ajar
kesadaran sejarah.
(modul) guna memenuhi keterbatasan
Hal tersebut berbeda dengan hasil
materi ajar.
yang diperoleh dari kelas kontrol yang tidak
3. Para peneliti dapat mengembangkan
dilakukan pengembangan bahan ajar
bahan ajar (modul) berbasis candi-candi
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (MODUL) SEJARAH INDONESIA………| 43

di Blitar atau berbasis yang lainnya Sejarah Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri
1 Kalasan Sleman Yogyakarta. Jurnal
sehingga dapat mengatasi problem
Historika, 15 (2), 71-82.
pembelajaran Sejarah Indonesia. Lestari, Garsinia. 2011. Mengenal Lebih
Dekat: Candi Nusantara. Jakarta. Pacu
Daftar Pustaka Minat Baca.
Agung, Leo S. 2013. Perencanaan Maryanto, D.A. 2007. Mengenal Candi.
Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta. Jakarta. Citra Aji Parama.
Ombak. Nilasari, Efi, dkk. 2016. Pengaruh
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Penggunaan Modul Pembelajaran
Sejarah. Yogyakarta. Ombak. Kontekstual Terhadap Hasil Belajar
Ammert, Niklas, dkk. 2017. Bridging Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal
Historical and Moral Consciousness: Pendidikan, 1(7), 1399-1404.
Promises and challenges. Historical Ramdani, Yani. 2012. Pengembangan
Encounters; A Journal of Historical Instrumen dan Bahan Ajar Untuk
Consciousness, Historical Cultures, and Meningkatkan Kemampuan
History Education, 4 (1), 1-13. Komunikasi, Penalaran, dan Koneksi
Arifin, Ferdi. 2015. Representasi Simbol Matematis Dalam Konsep Integral.
Candi Hindu Dalam Kehidupan Jurnal Penelitian Pendidikan, 13 (1),
Manusia: Kajian Linguistik 14-52.
Antropologis. Jurnal Penelitian Riduwan dan Akdon. 2007. Rumus dan Data
Humaniora, 16 (2), 12-20. Dalam Statistika. Bandung. Alfabeta.
Azwar, Syaifuddin. 2013. Sikap Manusia Rusdi. 2010. Wajah Cantik Nan Misterius
Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta. Borobudur dan Prambanan.
Pustaka Pelajar. Jogjakarta: Flashbooks
Creswell, John W. 2009. Research Design Soebroto, R.G.B. 2012. Kajian Estetika Yang
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Beda Relief Candi Jawa Timur. Jurnal
Mixed. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Arsitektu Universitas Bandar
Fauziah, A.S. dkk. 2014. Pengembangan Lampung, 2 (2), 14-27.
Media Interaktif Berbasis Situs Candi Soetarno. 2007. Aneka Candi Kuno di
di Jawa Tengah Untuk Meningkatkan Indonesia. Semarang. Effhar Offset
Kesadaran Sejarah Siswa Kelas XI IPS Semarang.
SMA Negeri 1 Kalasan Sleman Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Yogyakarta. Jurnal Historika, 15 (2), Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
83-92. Kualitatif, dan R&D. Bandung.
Furchan, Arief. 2011. Pengantar Penelitian Alfabeta.
dalam Pendidikan. Yogyakarta. Thorp, Robert. 2014. Historical
Pustaka Pelajar. Consciousness, Historical Media,
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar History Education. Omslag-Sandra
Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Olsson. Umea Universitet.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: Pustaka Setia.
Kochhar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah;
Teaching of History. Jakarta: Grasindo.
Lazmihfa, dkk. 2014. Pengembangan Bahan
Ajar Sejarah (Modul) Berbasis
Diorama Museum Benteng Vredeburg
Untuk Meningkatkan Kesadaran

Anda mungkin juga menyukai