Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEJARAH

Disusun oleh:

RIKY RAHMADANI
IBNU ZAKI
ADITYA HERMAWAN
ALVIN NABIL SAPUTRA
M.RIDHO SAPUTRA

X TP
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi


Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan Inayah nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Samarinda. November 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pelajaran sejarah adalah salah satu pelajaran yang termasuk ke dalam


kurikulum nasional di SD, SMP, dan SMA. Di Sekolah Dasar, Sejarah
dikategorikan dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), untuk Sekolah
Menengah Pertama, Sejarah juga di kategorikan ke dalam pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), sedangkan untuk Sekolah Menengah Atas, Sejarah
dipisahkan dari Geografi, Ekonomi, dan Sosiologi. Sejarah menjadi pelajaran
tersendiri untuk SMA. Pelajaran sejarah di sekolah membutuhkan kurikulum
yang mampu menopang pelajaran sejarah hingga mewujudkan tujuan
pelajaransejarah di kehidupan sehari – hari. Sesuai dengan penjelasan di atas,
pemerintah mengeluarkan penyempurnaan Kurikulum 2006 menjadi
Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 lebih memperdalam pelajaran sejarah untuk memperkuat


Kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap siswa. Kurikulum 2013
Membagi pelajaran sejarah menjadi 2 bagian. Yang pertama adalah pelajaran
Sejarah Wajib dan yang kedua adalah Sejarah Peminatan. Sejarah Peminatan
Adalah bagian dari Sejarah Wajib. Pelajaran sejarah peminatan adalah
pelajaran Untuk jurusan Ilmu – Ilmu Sosial (IIS).

Pembelajaran sejarah Peminatan yang baik adalah pembelajaran yang


Mampu menumbuhkan kemampuan siswa melakukan konstruksi kondisi
masa Sekarang dengan mengaitkan atau melihat masa lalu yang menjadi basis
topiknya. Oleh karena itu, sudah semestinya dalam pembelajaran sejarah
Peminatan guru
Tidak hanya sekedar mengajar dan siswa tidak sekedar belajar. Guru sejarah
Peminatan tidak hanya sekedar mengajar agar materi yang disampaikan cepat
Selesai, dan siswa tidak sekedar belajar dengan menghafalkan materi agar
Mendapat nilai yang baik. Guru dan siswa seharusnya dapat melakukan
Pembelajaran sejarah Peminatan dengan bermakna.

Pelajaran Sejarah Peminatan bertujuan agar siswa memperoleh


Kemampuan berpikir historis dan pemahaman Sejarah Peminatan, selain itu
agar Siswa menyadari keragaman pengalaman hidup pada masing-masing
masyarakat Dan adanya cara pandang yang berbeda terhadap masa lampau
untuk memahami Masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman
untuk menghadapi Masa yang akan datang. Namun, pembelajaran Sejarah
Peminatan di sekolah, Senantiasa memiliki persepsi yang kurang baik dari
siswa.

Ketertarikan siswa terhadap pelajaran Sejarah Peminatan di kelas X IIS


Selalu dianggap rendah. Bahkan, Sejarah Peminatan dianggap sebagai salah
satu Mata pelajaran yang membosankan. Kecenderungan yang muncul
adalah, sikap Bahwa Sejarah Peminatan itu tidak memiliki manfaat atau
kegunaan. Selain itu, Penempatan jam pelajaran Sejarah Peminatan juga
menjadi salah satu alasan siswa Enggan untuk belajar Sejarah Peminatan.
Mata pelajaran Sejarah Peminatan masih Dinilai memiliki metode
pembelajaran yang membosankan bagi siswa sehingga Hampir tidak diminati.
Pembelajaran Sejarah Peminatan dinilai memprihatinkan Karena tidak
dihargai.

Pelajaran Sejarah Peminatan harus mampu diterima siswa dengan


Menggali sendiri informasi dari berbagai sumber, melakukan diskusi, dan
Mempresentasikan materi yang sudah dipelajari. Belajar Sejarah Peminatan di
Kelas X sering membuat siswa mudah bosan dan mengantuk. Hal itu terjadi
karena Proses pembelajarannya memakai metode menghafal. Guru harus
mampu Membangkitkan semangat belajar siswa. Untuk membangkitkan
minat siswa Terhadap pembelajaran Sejarah Peminatan diperlukan peran guru
Sejarah Peminatan dalam kelas. Seorang guru Sejarah Peminatan dalam
proses belajar Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi tetapi juga
harus berupaya agar Materi pelajaran yang disampaikan menyenangkan dan
mudah dipahami oleh Siswa. Selain itu guru harus banyak membaca,
pelajaran Sejarah Peminatan juga Bisa diaplikasikan oleh guru lewat
kehidupan sehari-hari. Apabila guru tidak dapat Menyampaikan materi secara
tepat dan menarik hal ini dapat menimbulkan Kesulitan belajar siswa.

Pembelajaran sejarah Peminatan yang berlangsung di SMA Hang Tuah


Belawan, siswa lebih memperhatikan pelajaran sejarah ketika guru
menggunakan media yang menarik dan inovatif. Maka dari itu guru dituntut
untuk dapat menjadikan pembelajaran sejarah Peminatan lebih menarik dan
bermakna. Melalui media pembelajaran yang menarik, penyampaian
informasi ketika proses pembelajaran sejarah Peminatan akan berlangsung
dengan baik dan membuat penyampaian materi mata pelajaran tidak terkesan
menjenuhkan, karena media merupakan bagian dari proses komunikasi.
Kegunaan media dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya sekedar alat bantu
guru, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan Demikian seorang guru dapat
memusatkan tugasnya pada aspek-aspek lain seperti Pada kegiatan bimbingan
dan penyuluhan individual dalam kegiatan pembelajaran.

Guru-guru Sejarah Peminatan bisa meningkatkan mutu pembelajaran


yang Kreatif dan menarik. Guru hendaknya berani mencari metode sendiri
untuk Menarik minat siswa, pelajaran Sejarah Peminatan penting guna
membentuk Karakter siswa dan sering dilupakan. Sikap dapat timbul karena
pengaruh Lingkungan sosial yang ada di sekitar individu. Sikap siswa
terhadap pelajaran Sejarah Peminatan di sekolah maka, yang mempengaruhi
adalah lingkungan yang Ada di sekitar sekolah baik guru mata pelajaran, mata
pelajaran itu sendiri maupun Siswa yang ada di lingkungan sekolah tersebut.

Berkaitan dengan uraian di atas dan untuk mengetahui sikap siswa


tentang Pelajaran Sejarah Peminatan, maka peneliti mengambil judul “SIKAP
SISWA TERHADAP PELAJARAN SEJARAH PEMINATAN KELAS X TP
DI SMK NEGERI 6 SAMARINDA.

1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikembangkan
suatu identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Daya tarik pelajaran Sejarah Peminatan bagi siswa SMA Hang Tuah
Belawan
2. Pendalaman substansi pelajaran Sejarah Peminatan bagi siswa SMA
Hang Tuah Belawan
3. Rendahnya minat siswa terhadap pelajaran Sejarah Peminatan
4. Peran guru Sejarah Peminatan dalam menumbuhkan sikap siswa terhadap
pelajaran sejarah peminatan
5. Sikap siswa terhadap pelajaran sejarah peminatan

1.3.Rumusan Masalah.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah
1. Bagaimana sikap siswa terhadap pelajaran Sejarah Peminatan ?

1.2.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan
Sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap model pembelajaran dalam proses
Pembelajaran sejarah peminatan
2. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap media dalam proses pembelajaran
Sejarah peminatan
3. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap penggunaan sumber belajar
Sejarah peminatan dalam proses pembelajaran sejarah peminatan
4. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap materi yang disampaikan guru
Sejarah peminatan pada pelajaran sejarah peminatan
1.5. Manfaat penelitian
1. Kegunaan Teoretis
Penelitian ini dapat memberi rekomendasi pada dunia
Pendidikan tentang Kemampuan guru dalam melaksanakan
Pembelajaran yang tentunya sesuai Dengan kurikulum nasional
(Kurikulum 2013), untuk selanjutnya Memberikan motivasi pada siswa
Dalam mempelajari sejarah peminatan.

2.Kegunaan Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
Manfaat berupa
a. Bagi peneliti
Memberikan masukan sebagai bekal untuk tenaga pengajar
Sesungguhnya.

b. Bagi guru
Guru dapat menerapkan dan menggunakan strategi pembelajaran yang
sesuai dengan perkembangan zaman sehingga siswa senang mengikuti
proses belajar mengajar sejarah peminatan.
c. Bagi siswa
Siswa lebih memiliki sikap yang baik terhadap pelajaran sejarah
peminatan.
d. Bagi sekolah
Memberi tolak ukur tentang kemampuan guru dalam mengelola dan
Menyampaikan materi sehingga dapat membantu dalam peningkatan
Prestasi belajar peserta didik sesuai dengan kurikulum tingkat satuan
Pendidikan dalam pembelajaran sejarah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Catatan sejarah

Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah


Indonesia; masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing.
Tidak ada orang Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya
sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George Cœdès
mempublikasikan penemuannya dalam koran berbahasa Belanda dan
Indonesia. Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap “San-fo-
ts’i”, sebelumnya dibaca “Sribhoja”, dan beberapa prasasti dalam Melayu
Kung merujuk pada kekaisaran yang sama.
Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa
menyebutnya Shih-li- fo-shih atau San-fo-ts'i atau San Fo Qi. Dalam bahasa
Sanskerta dan bahasa Pali, kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh.
Bangsa Arab menyebutnyaZabaj dan Khmer menyebutnya Malayu.
Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit
ditemukan. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang
adanya 3. pulau Sabadeibei yang kemungkinan berkaitan dengan Sriwijaya.
Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan
berpendapat bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit
Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatera Selatan
sekarang), tepatnya di sekitar situs Karanganyar yang kini dijadikan Taman
Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Pendapat ini didasarkan dari foto udara tahun
1984 yang menunjukkan bahwa situs Karanganyar menampilkan bentuk
bangunan air, yaitu jaringan kanal, parit, kolam serta pulau buatan yang
disusun rapi yang dipastikan situs ini adalah buatan manusia. Bangunan air ini
terdiri atas kolam dan dua pulau berbentuk bujur sangkar dan empat persegi
panjang, serta jaringan kanal dengan luas areal meliputi 20 hektar. Di
kawasan ini
Ditemukan banyak peninggalan purbakala yang menunjukkan bahwa
kawasan ini pernah menjadi pusat permukiman dan pusat aktifitas manusia.
Namun sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak
pada kawasan sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara
Tembesi (di provinsi Jambi sekarang), dengan catatan Malayu tidak di
kawasan tersebut, jika Malayu pada kawasan tersebut, ia cendrung kepada
pendapat Moens, yang sebelumnya juga telah berpendapat bahwa letak dari
pusat kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara Takus (provinsi
Riau sekarang), dengan asumsi petunjuk arah perjalanan dalam catatan Tsing,
serta hal ini dapat juga dikaitkan dengan berita tentang pembangunan candi
yang dipersembahkan oleh raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu ma tian hwa
atau Sri Cudamaniwarmadewa) tahun 1003 kepada kaisar Cina yang
dinamakan cheng tien wan shou (Candi Bungsu, salah satu bagian dari candi
yang terletak di Muara Takus). Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh
Rajendra Chola 1. Berdasarkan prasasti Tanjore. Sriwijaya telah beribu kota
di Kadaram (Kedah sekarang).
B. Pembentukan dan pertumbuhan

Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan.


Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim,
namun kerajaan ini tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah
kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi
Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat. Beberapa ahli masih memperdebatkan
kawasan yang menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya, selain itu kemungkinan
kerajaan ini biasa memindahkan pusat pemerintahannya, namun kawasan
yang menjadi ibukota tetap diperintah secara langsung oleh penguasa,
sedangkan daerah pendukungnya diperintah Oleh datu setempat

Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan | Tsing,
dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di
bawah kepemimpinan Dapunta. Hyang. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa
mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi
bagian kemaharajaan Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang yang
berangka tahun 686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah
menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga
Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah
melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak
berbakti kepada Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya
Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang
kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil
mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka. Selat Sunda. Laut
China Selatan. Laut Jawa. dan Selat Karimata.

Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan


Sriwijaya mengontrol dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara.
Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di
Thailand dan Kamboja. Di abad ke-7, pelabuhan Cham di sebelah timur
Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk
mencegah hal tersebut, Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan
ke kota-kota pantai di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di
awal abad ke-8 berada di bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan
dominasinya atas Kamboja, sampai rajaKhmer Jayawarman II. pendiri
imperium Khmer, memutuskan hubungan dengan Sriwijaya pada abad yang
sama. Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain
Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut
catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan
berkuasa disana. Di abad ini pula, Langkasuka di semenanjung Melayu
menjadi bagian kerajaan. Di masa berikutnya, Pan Pan dan Trambralinga,
yang terletak di sebelah utara Langkasuka, juga berada di bawah pengaruh
Sriwijaya.

Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa


pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis,
Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk
memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya,
ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.

C. Masa kejayaan

Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim, mengandalkan


hegemoni pada kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran,
jalur perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis
sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal
dagang, memungut cukai serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan
kekuasaanya.

Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah
melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara,
antara lain: Sumatera, Jawa. Semenanjung Malaya, Thailand.Kamboja.
Vietnam, dan Filipina. Dominasi atasSelat Malaka dan Selat Sunda,
menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan
perdagangan lokal yang mengenakan biaya atas setiap kapal yang lewat.
Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya sebagai pelabuhan dan gudang
perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India.

Sriwijaya juga disebut berperan dalam menghancurkankerajaan Medang


di Jawa, dalam prasasti Pucangandisebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya
yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana Haji
Wurawari dari Lwaramyang kemungkinan merupakan raja bawahan
Sriwijaya, pada tahun 1006 atau 1016 menyerang dan menyebabkan
terbunuhnya raja Medang terakhir Dharmawangsa Teguh

D. Masa Kemunduran
Tahun 1017 dan 1025. Rajendra Chola 1. Raja dari dinasti Chola di
Koromandel. Indiaselatan, mengirim ekspedisi laut untuk menyerang
Sriwijaya, berdasarkan prasasti Tanjorebertarikh 1030. Kerajaan Chola telah
menaklukan daerah-daerah koloni Sriwijaya, sekaligus berhasil menawan raja
Sriwijaya yang berkuasa waktu itu Sangrama- Vijayottunggawarman. Selama
beberapa dekade berikutnya seluruh imperium Sriwijaya telah berada dalam
pengaruh dinasti Chola. Meskipun demikian Rajendra Chola I tetap
memberikan peluang kepada raja-raja yang ditaklukannya untuk tetap
berkuasa selama tetap tunduk Kepadanya. Hal ini dapat dikaitkan dengan
adanya berita utusan San-fo-ts’i ke Cina tahun 1028.

Namun demikian pada masa ini Sriwijaya dianggap telah menjadi bagian
dari dinasti Chola, dari kronik Tiongkok menyebutkan bahwa pada tahun
1079 Kulothunga Chola 1(Ti-hua- ka-lo) raja dinasti Chola disebut juga
sebagai raja San-fo-ts’i, yang kemudian mengirimkan utusan untuk membantu
perbaikan candi dekat Kanton. Selanjutnya dalam berita Cina yang berjudul
Sung Hui Yaodisebutkan bahwa kerajaan San-fo-tsi pada tahun 1082 masih
mengirimkan utusan pada masa Cina di bawah pemerintahan Kaisar Yuan
Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan
San-fo-tsi, yang merupakan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara
San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong
pakaian. Kemudian juga mengirimkan utusan berikutnya di tahun 1088.
Pengaruh invasi Rajendra Chola I, terhadap hegemoni Sriwijaya atas raja-raja
bawahannya melemah, beberapa daerah taklukan melepaskan diri, sampai
muncul Dharmasraya sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai
kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya,
Sumatera, sampai Jawa bagian barat.

Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada


tahun1178, Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara
terdapat dua kerajaan yang Sangat kuat dan kaya, yakni San-fo-ts’i dan Cho-
po (Jawa). Di Jawa dia menemukan bahwa Rakyatnya memeluk agama Budha
dan Hindu, sedangkan rakyat San-fo-ts’i memeluk Budha, dan
memiliki 15 daerah bawahan yang meliputi: Si-lan (Kamboja), Tan-ma-
ling(Tambralingga. Ligor, selatan Thailand), Kia-lo-hi (Grahi, Chaiya
sekarang, selatan Thailand), Ling-ya-si-kia (Langkasuka), Kiluntan
(Kelantan), Pong-fong (Pahang). Tong-va-nong (Terengganu), Fo-lo- an
(muara sungai Dungun daerah Terengganu sekarang), Ji-lo-ring (Cherating,
pantai timur semenanjung malaya), Ts'ien-mai (Semawe, pantai timur
semenanjung malaya), Pa-t'a (Sungai Paka. pantai timur Semenanjung
Malaya), Lan-wu-li(Lamuri di Asch). Pa-lin- fong (Palembang), Kien-pi
(Jambi), dan Sin-t'o (Sunda).
Namun demikian, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi
identik dengan Sriwijaya, melainkan telah identik dengan Dharmasraya, dari
daftar 15 negeri bawahan San-fo- tsi tersebut merupakan daftar jajahan
kerajaan Dharmasraya, walaupun sumber Tiongkok tetap menyebut San-fo-tsi
sebagai kerajaan yang berada di kawasan laut Cina Selatan. Hal ini karena
dalam Pararaton telah menyebutkan Malayu, disebutkan Kertanagara raja
Singhasari mengirim sebuah ekspedisi Pamalayu atau Pamalayu, dan
kemudian menghadiahkan Arca Amoghapasa kepada raja Melayu, Srimat
Tribhuwanaraja. Mauli Warmadewa di Dharmasraya sebagaimana yang
tertulis pada prasasti Padang Roco. Peristiwa ini kemudian dikaitkan dengan
manuskrip yang terdapat pada prasasti Grahi. Begitu juga dalam
Nagarakretagama, yang menguraikan tentang daerah jajahan Majapahitjuga
sudah tidak menyebutkan lagi nama Sriwijaya untuk kawasan yang
sebelumnya merupakan kawasan Sriwijaya.

E. Struktur pemerintahan

Pembentukan satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik


Sriwijaya, dapat dilacak dari beberapa prasasti yang mengandung informasi
penting tentang kadātuan, vanua, samaryyāda, mandala dan bhūmi.

Kadātuan dapat bermakna kawasan dātu. (tnah rumah) tempat tinggal bini
haji, tempat disimpan mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasan yang
mesti dijaga. Kadātuan ini dikelilingi oleh vanua, yang dapat dianggap
sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang didalamnya terdapat vihara untuk
tempat beribadah bagi masyarakatnya. Kadātuan danvanua ini merupakan
satu kawasan inti bagi Sriwijaya itu sendiri.

F. Warisan sejarah

Meskipun Sriwijaya hanya menyisakan sedikit peninggalan arkeologi


dan terlupakan dari ingatan masyarakat pendukungnya, penemuan kembali
kemaharajaan bahari ini oleh Coedès pada tahun 1920-an telah
membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk persatuan politik raya, berupa
kemaharajaan yang terdiri atas persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah
bangkit, tumbuh, dan berjaya pada masa lalu.

Warisan terpenting Sriwijaya mungkin adalah bahasanya. Selama


berabad-abad perkembangan kekuatan ekononomi dan keperkasaan
militernya, Sriwijaya berperan besar atas tersebarluasnya penggunaan Bahasa
Melayu Kuno di Nusantara, setidaknya di kawasan pesisir. Bahasa ini menjadi
bahasa kerja atau bahasa yang berfungsi sebagai penghubung (lingua franca)
digunakan di berbagai bandar dan pasar di kawasan Nusantara. Tersebar
luasnya bahasa Melayu Kuno ini mungkin yang telah membuka dan
memuluskan jalan bagi Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Malaysia, dan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu Indonesia modern.

Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan


Sriwijaya sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau
Indonesia. Kegemilangan Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan
nasional dan identitas daerah, khususnya bagi penduduk kota Palembang.
Provinsi Sumatera Selatan, keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi seni
budaya, seperti lagu dan tarian tradisional Gending Sriwijaya. Hal yang sama
juga berlaku bagi masyarakat selatan Thailand yang menciptakan kembali
tarian Sevichaiyang berdasarkan pada keanggunan seni budaya Sriwijaya.

Di Indonesia, nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai


nama jalan di berbagai kota, dan nama ini juga digunakan oleh Universitas
Sriwijaya yang didirikan tahun 1960 di Palembang. Demikian pula Kodam II
Sriwijaya (unit komando militer), PT Pupuk Sriwijaya (Perusahaan Pupuk di
Sumatera Selatan), Sriwijaya Post (Surat kabar harian di Palembang),
Sriwijaya TV. Sriwijaya Air (maskapai penerbangan). Stadion Gelora
Sriwijaya, dan Sriwijaya Football Club (Klab sepak bola Palembang), semua
dinamakan demikian untuk menghormati, memuliakan, dan merayakan
kemaharajaan Sriwijaya yang gemilang.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan 1


Tsing, dari prasasti. Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui
imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang. Di abad ke-7
ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu
Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya.

Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam


sejarah Indonesia; masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh
sarjana asing.

Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat


ditemukan. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan
negara maritim, namun kerajaan ini tidak memperluas kekuasaannya di
luar wilayah kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian
berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat.

Para peneliti mengetahui adanya perlausan, raja-raja, masa kejayaan,


masa kemunduran, system pemerintahan, terbentuknya serta
peningalan-peninggalan dari berbagai prasasti dan candicandi yang
telah di bangun pada masa Kerajaan Sriwijaya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai