Anda di halaman 1dari 8

Membangun Hubungan Manusiawi antara Siswa dan Guru dalam

Pembelajaran Sejarah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

Yang diampu oleh Dr. Yuyus Suherman, M.Si.

Disusun Oleh :

Aliffah
NIM 1630881

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016
2

Membangun Hubungan Manusiawi antara Siswa dan Guru dalam


Pembelajaran Sejarah

Pendahuluan:

Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu


institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis, dapat
dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang. Pada tingkat mikro,
pencapaian kualitas pembelajaran merupakan tanggungjawab profesional seorang
guru, misalnya melalui penciptaan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa
dan fasilitas yang didapat siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
Pada tingkat makro, melalui sistem pembelajaran yang berkualitas, lembaga
pendidikan bertanggungjawab terhadap pembentukan tenaga pengajar yang
berkualitas, yaitu yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan intelektual,
sikap, dan moral dari setiap individu peserta didik sebagai anggota masyarakat.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran, baik secara


eksternal maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor
eksternal mencakup guru, materi, pola interaksi, media dan teknologi, situasi
belajar dan sistem. Masih ada pendidik yang kurang menguasai materi dan dalam
mengevaluasi siswa menuntut jawaban yang persis seperti yang ia jelaskan.
Dengan kata lain siswa tidak diberi peluang untuk berfikir kreatif. Guru juga
mempunyai keterbatasan dalam mengakses informasi baru yang memungkinkan ia
mengetahui perkembangan terakhir dibidangnya dan kemungkinan perkembangn
yang lebih jauh dari yang sudah dicapai sekarang. Sementara itu materi
pembelajaran dipandang oleh siswa terlalu teoritis, kurang memanfaatkan
berbagai media secara optimal.

Selama KBM guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya


sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual
yang diperlukan unuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar
3

sampai pada tingkat pemahaman. Siswa belum mampu mempelajari fakta, konsep,
prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka
belum mampu menerapkannya secara efektif dalam pemecahan. Di era globalisasi
ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar siswa mampu
memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai dan
menggunakan informasi, serta melahirkan gagasan kreatif untuk menentukan
sikap dalam pengambilan keputusan.

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya sejarah, sering


dianggap sebagai pelajaran hafalan dan membosankan. Pembelajaran ini dianggap
tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan urutan peristiwa yang harus diingat
kemudian diungkap kembali saat menjawab soal-soal ujian. Kenyataan ini tidak
dapat dipungkiri, karena masih terjadi sampai sekarang. Pembelajaran sejarah
yang selama ini terjadi di sekolah-sekolah dirasakan kering dan membosankan.
Menurut cara pandang Pedagogy Kritis, pembelajaran sejarah seperti ini dianggap
lebih banyak memenuhi hasrat dominan group seperti rezim yang berkuasa,
kelompok elit, pengembang kurikulum dan lain-lain, sehingga mengabaikan peran
siswa sebagai pelaku sejarah zamannnya..

Tidak dipungkiri bahwa pendidikan sejarah mempunyai fungsi yang sangat


penting dalam membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan masyarakat
Indonesia umumnya. Agaknya pernyataan tersebut tidaklah berlebihan. Namun
sampai saat ini masih terus dipertanyakan keberhasilannya, mengingat fenomena
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia khususnya generasi muda makin
hari makin diragukan eksistensinya. Dengan kenyataan tersebut artinya ada
sesuatu yang harus dibenahi dalam pelaksanaan pendidikan sejarah.

Isi:

Beberapa pakar pendidikan sejarah maupun sejarawan memberikan


pendapat tentang fenomena pembelajaran sejarah yang terjadi di Indonesia
diantaranya masalah model pembelajaran sejarah, kurikulum sejarah, masalah
materi dan buku ajar atau buku teks, profesionalisme guru sejarah dan lain
sebagainya.
4

Sistem pembelajaran sejarah yang dikembangkan sebenarnya tidak lepas


dari pengaruh budaya yang telah mengakar sebelumnya. Model pembelajaran
yang bersifat satu arah dimana guru menjadi sumber pengetahuan utama dalam
kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit untuk dirubah. Pembelajaran sejarah
saat ini mengakibatkan peran siswa sebagai pelaku sejarah pada zamannya
menjadi terabaikan. Pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa
sebelumnya atau lingkungan sosialnya tidak dijadikan bahan pelajaran di kelas,
sehingga menempatkan siswa sebagai peserta pembelajaran sejarah yang pasif.
Dengan kata lain, kekurangcermatan pemilihan strategi mengajar akan berakibat
fatal bagi pencapaian tujuan pengajaran itu sendiri. Itu merupakan salah satu
alasan mengapa sebagian siswa menganggap bahwa belajar sejarah
membosankan. Padahal pelajaran sejarah itu merupakn salah satu pelajaran yang
sangat penting kita pelajari. Mengapa? Ingat dengan kata-katanya Bung Karno?
Yang terkenal dengan sebutan JASMERAH? ya Jangan pernah sekali-kali
melupakan Sejarah sebab bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
sejarahnya. Untuk itu kita sebagai generasi muda memang dituntut untuk tahu
bagaimana sejarah atau peristiwa di masa lampau yang terjadi di negeri ini
maupun di dunia. Baik itu peristiwa kelam maupun peristiwa yang penuh dengan
suka cita tetap harus kita pelajari. Sebab sejarah merupakan guru kehidupan.
Karena dengan mempelajari sejarah maka kita akan belajar dari masa lalu untuk
menjadi pribadi atau bangsa yang lebih baik di masa yang akan datang. Nah
bagaimanakah agar siswa mampu menyukai dengan pelajaran sejarah ini? Yang
pasti semuanya itu harus diawali terlebih dahulu dengan adanya kesinambungan
hubungan anatara guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang disebut dengan
hubungan manusiawi. Berikut akan dipaparkan bagaimana caranya agar
membutuk hubungan manusia antara guru dan siswa dalam pembelajaran sejarah
yang diharapkan siswa tersebut mampu tertarik untuk belajar sejarah.

Hubungan manusiawi sendiri adalah hubungan antara guru-siswa yang


menampilkan kedua belah pihak sebagai manusia secara utuh, termasuk aspek
emosinya. Hubungan itu ditandai oleh tindakan guru yang berkualitas penuh kasih
sayang dan bimbingan sehingga suasana kelas menjadi lebih menyenangkan.
Guru-siswa saling menghargai, sehingga menggairahkan belajar siswa untuk lebih
5

semangat dan giat. Hubungan yang manusiawi berdampak praktis bagi kualitas
profesional guru sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang tentang
Sisdiknas (2003) dan tentang Guru dan Dosen (2005); dan akan menciptakan
iklim pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas keterlibatan dan prestasi
siswa. Dalam jangka panjang akan terbentuk nurturing effects yang menyehatkan
mental dan mengoptimalkan perkembangan siswa, terutama dari sisi kesehatan
emosi. Nurturing effects yang hendak dibentuk, perlu sengaja dituangkan dalam
Rencana Pembelajaran.

Dalam rangka meningkatkan kualitas, tindakan yang diperlukan adalah


peningkatan kualitas emosi dan ekpresi emosi guru. Sesuai dengan temuan
penelitian, usaha yang perlu dilakukan adalah guru memahami makna perilaku
siswa dari sisi perkembangan emosi anak dan pengaruh lingkungan, bukan
semata-mata dari sudut pandang kelancaran atau ketenangan proses pembelajaran
di kelas atau disiplin kelas yang kaku. Di samping itu, guru juga perlu
meningkatkan wawasan tentang hakikat anak, hakikat hubungan guru-siswa,
hakikat dan tujuan pembelajaran sejarah secara lebih luas yang bukan hanya
menitikberatkan pada aspek kognitif siswa.

Sebagai seorang pendidik, guru harus paham betul mengenai alasan atau
penyebab mengapa para siswa tidak suka dengan pelajaran tersebut. Untuk itu,
seorang guru harus memulainya dengan menjalin suatu hubungan yang terjaga
antara murid dan guru. Dimana, bisa dimulai dengan mengadakan pembelajaran
yang lebih menarik dari sebelumnya yang hanya mengadalkan metode ceramah.
Contoh metode pembelajarannya antara lain seperti dengan mengajak siswanya ke
beberapa tempat bersejarah, dimana ketika itu guru memberikan sebuah tugas dan
menyuruh siswanya untuk mencari sendiri bagaimana peristiwa atau ada apakah
di masa lalu sehingga masih dikenang dan diabadikan sampai sekarang. Selain
melatih kemandirian, siswa juga akan dilatih untuk lebih bekerja keras dalam
belajar sehingga bisa menjadi kebiasaan yang baik untuk kedepannya. Nah, selain
ada juga beberapa trik lain dalam mengajar sejarah antara lain:

1. Bermain Lorong Waktu


6

Selama ini siswan mungin menganggap sejarah hanya hidup dalam buku saja,
bagaimana kalau menghidupkannya juga dalam dunia nyata? Wah pasti bakal
seru nih! Caranya? Bisa dengan mengadakan mini drama dari peristiwa sejarah.
Para murid nantinya diperbolehkan untuk menggunakan properti atau kostum
untuk mendukung cerita ini supaya lebih menjiwai.

Untuk pelaksanaannya, setiap murid nanti akan dibagi dalam kelompok dan
diberikan peristiwa sejarah yang berbeda antara kelompok. Dengan begitu, setiap
kelompok akan menguasai suatu peristiwa, lalu ketika menampilkannya didepan
teman-temannya juga akan belajar satu sama lain.

Dengan metode ini diharapkan kelas juga lebih interaktif dan membuat pelajaran
sejarah jadi lebih seru! Jangan lupa guru juga harus memberi apresiasi untuk
kelompok yang persiapan dan tampilannya paling maksimal, supaya mereka pun
bias lebih bersemnagat untuk kedepannya

2. Belajar Dari Film Bertema Sejarah

Biar kelas lebih seru, sesekali guru haru mencoba ajak murid untuk menonton
film bertema sejarah di kelas. Tapi jangan film dokumenter yang cenderung
membosankan. Nanti yang ada murid malah semakin mengantuk dan tidak
memperhatikan filmnya sama sekali.

Usahakan untuk menayangkan film terbaru supaya murid lebih semangat


menonton. Apalagi sekarang semakin banyak film produksi Indonesia yang
berlatar peristiwa sejarah. Misalnya seperti Merah Putih, Jenderal
Soedirman, Soekarno, Gie, atau bahkan film animasi seperti Battle of Surabaya.

Setelah menonton film, ajak murid untuk berdiskusi bersama mengenai film
tersebut. Bisa juga dengan memberikan tambahan fakta sejarah yang terkait
dengan film. Setelah melihat keseruan film, pasti murid lebih tertarik untuk
mendengarkan

4. Jadi Reporter Sejarah

Selain aktivitas di kelas, bisa juga dengan memberikan tugas yang menyenangkan.
Misalnya dengan menjadikan murid sebagai reporter. Minta murid untuk
7

mewawancarai seseorang yang memiliki pengalaman di peristiwa sejarah, bisa


saja seperti kakek nenek mereka. Atau bahkan seseorang yang memiliki peran
terhadap sejarah, seperti pakar sejarah atau tour guide di situs sejarah.

Supaya murid lebih semangat, jangan jadikan ini tugas individu. Coba bagi dalam
kelompok kecil saja seperti 2-3 orang.

5. Tugas Biografi

Dengan mencoba mengajak siswa untuk bercerita mengenai tokoh sejarah yang ia
kagumi. Seperti kisah mengenai perjuangannya dan juga alasan mengapa mereka
memilih tokoh tertentu. Nantinya, mintalah murid untuk bercerita di depan kelas
dan bebaskan mereka untuk menceritakan sekreatif mungkin ya!

Bisa juga dengan memilih murid yang jago presentasi, supaya murid yang lain
juga semangat mendengarkan ceritanya. Pastikan juga tokoh yang akan
diceritakan bervariasi ya! Supaya murid tidak merasa bosan.

6. Mengajar Seperti Bercerita

Saat memberikan materi, jangan menjelaskan dengan terlalu kaku. Coba untuk
membuat diri untuk lebih luwes, supaya materi yang diberikan akan seperti
bercerita mengenai kejadian sehari-hari. Gunakan juga bahasa yang ringan dan
ekspresi yang lebih antusias juga ya! Dengan menunjukkan semangat kita,
nantinya bisa menular para murid untuk turut semangat juga untuk
mendengarkan cerita.

Penutup:

Nah dengan menggunakan metode-metode yang tidak membosankan


tersebut diharapkan akan tercipta hubungan manusiawi antara guru dan siswa
sehingga seorang siswa tersebut bisa lebih tertarik untuk mempelajari sejarah
sehingga bisa mengamalkannya dikehidupan nyata. Tidak hanya tertarik dengan
pelajarannya, tetatpi juga lebih bisa mengahargai gurunya yang mungkin
sebelumnya murid tersebut kurang menghargai gurunya.
8

Artinya, metode pembelajaran sejarah yang cocok untuk menjadikan siswa


aktif dan guru sebagai fasilitatornya adalah kontruktivisme, inquiry, dan
cooperatif learning. Kontruktivisme adalah bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas. Pembelajaran sejarah kontruktivisme berkaitan dengan pembelajaran
yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa dalam
kehidupan sehari-hari. Metode inquiry juga sesuai dalam pembelajaran sejarah.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Penggunaan model pembelajaran cooperatif learning menempatkan guru sebagai
fasilitator, director-motivator dan evaluator bagi siswa dalam upaya membantu
siswa mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan berfikir kritis, agar
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, mampu bekerjasama dengan orang lain,
dan mampu berinteraksi sosial dengan masyarakat.

Sumber:

Prawitasari, JE (2011). Psikologi Terapan. Yogyakarta: Erlangga.

Syamsuddin, Abin (2012). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai