Anda di halaman 1dari 10

i

PAPER

KONTRIBUSI SEKOLAH DAN GURU DALAM


MENGEMBANGKAN SOFT SKILLS DAN HARD SKILLS
SISWA DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH

Dosen Pengampu

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Landasan Filosofi Pembelajaran


Sejarah

DISUSUN OLEH :

Yoga Fernando Rizqi S861902014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELEAS MARET
SURAKARTA
2019
1

Latar Belakang

Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan memberikan watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerda skan ke- hidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (Pasal 3, UU Nomor 20/2003).
Dalam pelaksanaannya pendidikan sebagai proses pembinaan bangsa,
masih sangat memprihatinkan. Perkembangan kehidupan masyarakat masih
ditandai dengan berbagai ketimpangan moral, akhlak, masalah - masalah
sosial, ekonomi, politik dan jati diri bangsa. Inilah problem - problem yang
kini banyak mengemuka di Indonesia. Ditambah lagi perkembangan ilmu
dan tehnologi yang sangat cepat dan menuntut perubahan dan perkembangan.
Sebagai seorang guru sejarah memiliki tanggung jawab yang besar dalam
menyelaraskan kemajuan ilmu dan teknologi yang berkembang pesat dengan
cara yang harus dilakukan dalam mengajarkan materi sejarah kepada siswanya.
Walaupun dalam kenyataanya sering muncul keluhan dari siswa – siswi
bahwa pembelajaran sejarah itu membosankan , karena fakta-fakta, tahun-tahun,
tokoh-tokoh dan seterusnya yang harus dihafalkan. Senada dengan (Kasim,
1992). Persoalan klasik pembelajaran sejarah di sekolah adalah adanya pengaruh
yang sangat kuat di kalangan siswa bahwa mata pelajaran sejarah adalah mata
pelajaran yang bersifat hafalan, kurang menarik, dan membosankan. Entah mulai
kapan hal ini muncul, sejak penulis menjadi mahasiswa 30 tahun lalu banyak
skripsi dan tesis tentang pendidikan sejarah ditulis mahasiswa dengan latar
belakang yang menuliskan bahwa pembelajaran sejarah membosankan. Selama ini
penulis belum menemukan ada penelitian yang mengaji hal tersebut dengan
memuaskan, tetapi gambaran tersebut terus menggelinding dari waktu ke waktu
seolah tanpa dapat dihentikan oleh siapapun.
2

Dengan demikian sebagai guru sejarah sudah seharusnya kita lebih


meningkatkan pembelajaran sejarah lebih menyenangkan lagi dengan tidak
mengajarkan dengan cara menghapal tetapi lebih kepada pembelajaran yang
melakukan analisis terhadap peristiwa – peristiwa yang terjadi. Namun, kondisi
ini masih kurang efektif jika sekolah kurang memperhatikan pembelajaran yang
dilakukan di kelas khususnya pembelajaran sejarah. Disinilah pentingnya
konstribusi sekolah dalam pengembangan pembelajaran sejarah untuk menghapus
stikma siswa mengenai pembelajaran sejarah yang dinilai membosankan. Maka
perlu adanaya pengembangan soft skills siswa dan hard skills dalam pembelajaran
khususnya pembelajaran sejarah.

Tujuan
1. Untuk mengetahui kontribusi sekolah terhadap pengembangan
pengembangkan soft skills dan hard skills pembelajaran sejarah.
2. Untuk Mengetahui peran guru dalam membimbing siswa dalam
mengembangkan soft skills dan hard skills.

Pembahasan
Kontribusi sekolah dalam mengembangkan soft skills dan hard skills
pembelajaran sejarah

Menurut Joko (2013:9). Kondisi pembelajaran sejarah yang terjdi di


sekolah memiliki berbeda-beda, untuk tingkat SD dan SMP pembelajaran sejarah
masuk dalam mata pelajaran IPS, untuk SMA berdiri dapat sendiri sebagai mata
pelajaran, dan untuk SMK bergabung dengan mata pelajaran PKn. Kondisi ini
memang sangat memengaruhi performansi pembelajaran sejarah di sekolah. Di
tingkat SD dan SMP karena tidak berdiri sendiri, sedangkan mata pelajaran
sejarah harus menyesuaikan dengan persoalan subtansi akademis dan teknis yang
tidak mungkin dihindari. Masalah subtansi akademis menyangkut materi sejarah
dalam mapel IPS, dan masalah teknis menyangkut persoalah guru pengajar dan
pembagian waktu jam belajar. Keluhan yang selama ini terdengar lebih pada
persoalan teknis, yakni jumlah waktu pelajaran yang diberikan untuk mapel
3

sejarah tidak sama antara satu jurusan dengan jurusan lain, sementara materi yang
harus diselesaikan tidak berbeda jauh.
Menurut Abd Rahim dan Abd Rashid (2001). Mengatakan perlu adanya
keterkaitan antara peran pihak sekolah dan guru dalam pembelajaran agar lebih
berkesan kepada siswa selaku penerima pendidikan secara formal dan istematis.
Dalam pembelajaran yang dilakukan disekolah tidak terlepas dengan kurikulum
yang di terapkan seperti: Kurikulum 2013, kurikulum ini menitik beratkan adanya
peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kedudukan kompetensi yang
semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran
dikembangkan dari kompetensi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk
meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang
berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Fadlillah, 2014:16).
Menurut (Hamalik, 2013:58). Kurikulum merupakan salah satu alat untuk
menciptakan sosok manusia yang mempunyai kecakapan hidup pada masa kini
dan masa mendatang. Kecakapan ini tentunya bukan hanya penguasaan materi
pelajaran, tetapi juga kecakapan dalam sikap dan ketrampilan. Pengembangan
kurikulum harus berdasarkan pada filasafat, kemasyarakatan, kebudayaan,
psikologi belajar, pertumbuhan dan perkembangan siswa, serta organisasi
kurikulum. Kurikulum yang diterapkan disekolah harus dijalankan dengan
semestinya terutama diterapkan dalam perangkat pembelajaran (RPP) yang
merupakan suatu bentuk rancangan pembelajaran yang dibuat oleh guru. Namun
dalam perangkat perlu adanya pengecekan yang mendalam dilakukan oleh sekolah
agar rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru dapat benar – benar
berjalan dengan semestinya.
Tujuan sekolah ada dua alasan yang mendasar yaitu untuk membantu
membangun kembali masyarakat dengan cara mendorong langkah kembali pada
tujuan asli agar tetap konsisten, kemudian menyalurkan informasi dan
ketrampilan-ketrampilan yang perlu agar berhasil dalam tatanan sosial yang ada
sekarang. Dalam mengembangkan soft skills dan hard skills siswa dapat lebih
4

percaya diri dalam menghadapi permasalahan yang di hadapi dengan ilmu dan
keterampilan yang dimiliki. Salah satu upaya sekolah untuk mengembangkan soft
skills iyalah melengkapi buku – buku yang ada di perpus, mengajak siswa untuk
lebih dekat dengan perpus, memberi himbauan di setiap sudut ruangan akan
baiknya minat membaca sebagai jendela dunia, memberikan pembelajaran yang
dilakukan di perpustakaan. Sedangkan dalam mengembangkan hard skills sekolah
memberikan sarana atau fasilitas yang diberikan untuk menunjang pengembangan
hard skills siswa seperti memberikan kendaraan transportasi khusus untuk sekolah
dan memberikan izin melakukan pembelajaran yang dilakukan di luar sekolah
seperti museum ataupun tempat bersejarah yang berada dilingkungan sekitar
sekolah sebagai bentuk apresiasi sekolah dalam menunjang pembelajaran yang
dapat membuat siswa meningkatkan keterampilan seperti mengamati,
menganalisis, peristiwa – peristiwa ataupun kejadian – kejadian yang sedang
diamati oleh siswa. Sehingga pengembangan soft skills dan hard skills khususnya
mata pelajaran sejarah dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Peran guru dalam membimbing siswa dalam mengembangkan soft skills dan
hard skills.

Guru merupakan tenaga pengajar dalam institusi pendidikan. Guru adalah


pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, pendidikan menengah
dan pendidikan atas. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional (UU No 14 Tahun 2005). Guru sebagai
pengajar dituntut memiliki kompetensi atau kemampuan paedagogi sehingga
mampu mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya. Dalam
proses pendidikan guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan
(transfer of knowledge) tetapi juga menjalankan fungsi menanamkan nilai (value)
serta membangun karakter (character building) peserta didik secara berkelanjutan
5

dan berkesinambungan. Peran guru menjadi sangat strategis dalam menyiapkan


SDM yang berkualitas. Karena itu peningkatan profesionalisme guru secara terus-
menerus perlu dilakukan.
Pengembangan profesionalisasi guru dilakukan berdasarkan kebutuhan
institusi, kelompok guru, dan guru sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Danim
(dalam Syaefudin Sa’ud, 2010) bahwa pengembangan guru dimaksudkan untuk
merangsang, memelihara, dan meningkatkan kualitas staf dalam memecahkan
masalah-masalah keorganisasian. Hal ini di dukung dengan kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) yang dilakukan guru mencakup
pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Namun demikian,
peningkatan profesionalisme guru tidak hanya dengan caracara ketiga aktivitas
tersebut melainkan juga dengan memberikan layanan yang berkualitas.
Sebagaimana dijelaskan dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
013/U/2002 tentang petunjuk teknis penilaian angka kredit jabatan fungsional
guru bahwa unsur pengembangan profesi dapat diperoleh guru, melalui (1) karya
tulis ilmiah, (2) penemuan teknologi tepat guna, (3) karya seni monumental, (4)
keterlibatan dalam pengembangan kurikulum, dan (5) membuat alat peraga.
Dengan menjadi guru yang profesional dan memiliki pengalaman dalam
proses pembelajaran sehingga dapat mempermudah proses pembelajaran. Dalam
penelitian Berger, Girardet, Vaudroz, & Crahay (2018) guru yang mempunyai
pengalaman mengajar dapat memanajemen kelas. Guru yang memiliki
pengalaman mengajar memiliki keterampilan dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran, membimbing peserta didik dan keterampilan
bertanya, menjelaskan, mengelola kelas serta dapat menggunakan media
pembelajaran. Keterampilan-keterampilan tersebut secara tidak langsung dapat
melatih transferable skills guru. Dalam proses mengajar, guru harus terampil
dalam menyampaikan informasi kepada siswa, dapat berkomunikasi dengan
baik, dapat memecahkan masalah pembelajaran, serta dapat menggunakan
teknologi komputer dalam menyampaikan materi. Dengan demikian, pengalaman
mengajar dapat memengaruhi kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran
dikelas dan keberhasilan guru dalam mengajar dipengaruhi oleh tingkat
6

keterampilan seperti komunikasi. Hal ini akan sangat membantu guru dalam
mengembangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang dimiliki siswa.
Apa itu soft skills dan hard skills. Soft skills didefinikan sebagai
keterampilan, kemampuan dan sifat – sifat yang berhubungan dengan kepribadian
sikap perilaku dari pada pengetahuan formal atau teknis. Soft skills merujuk pada
kompetensi interpersonal atau kepribadian. Terdapat bermacam-macam
kompetensi interpersonal yang sudah teridentifikasi. Berdasarkan publikasi Career
Opportunities News disebutkan bahwa soft skills meliputi keterampilan yang
positif untuk mendukung kepribadian. Soft skills dapat berupa: motivasi,
menghormati orang lain, bekerja dalam tim, disiplin diri, percaya diri,
penyesuaian terhadap norma-norma yang berlaku umum, dan kecakapan
berbahasa atau berkomunikasi baik lisan maupun tertulis. Guru yang mempunyai
soft skills positif diharapkan dapat menguasai komunikasi secara lisan dan tertulis
serta mempunyai motivasi kerja yang tinggi sehingga mampu bekerja secara
intensif di bawah tekanan target produk dan batas waktu (deadline). Sedangkan
menurut I. Lavy soft skills merupakan sebuah keterampilan emosional. Dapat
disimpulkan bahwa soft skills merupakan kompetensi yang sulit didefinisikan
karena bersifat subjektif.
Sedangkan Hard Skills didefinisikan sebagai kemampuan pengetahuan
koknitif. Menurut Sirnawati (2014:1217). Hard skill merupakan penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan
bidang ilmunya sehingga dapat diartikan sebagai keahlian seseorang yang sesuai
dengan bidangnya. Menurut Faizal (2012). Hard skills adalah pengetahuan dan
kemampuan teknis yang dimiliki seseorang yang dapat dipelajari di sekolah atau
universitas yang memiliki tujuan meningkatkan kemampuan intelektual yang
berhubungan dengan subyek yang dipelajari. Sehingga dapat disimpulkan hard
skills merupakan suatu pengetahuan dan kompetensi berbasis disiplin ilmu yang
dapat ditransfer melalui keterampilan dari seorang ahli. Dimana ahli didefinisikan
sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan
yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman.
7

Sehingga sebagai guru yang profesional dan berpengalaman dalam belajar


mengajar perlu adanya pengembangan soft skills dan hard skills yang dimiliki
siswa dalam mata pelajaran sejarah, pengembangan yang dilakukan guru
menggunakan soft skills dalam materi pembelajaran bisa dilakukan dengan
penanaman sikap nasionalisme yang bisa di tanamkan melalui perasaan, motivasi,
dan sebagainya. Sedangkan pengembangan yang dilakukan guru sejarah
menggunakan hard skills bisa dilakukan pembelajaran yang kompleks yag dapat
di pelajari di dalam kelas maupun di luar sekolah seperti mengamati secara
langsung dan didasarkan terhadap peristiwa – peristiwa kejadian yang diamati.

Kesimpulan

Dalam pelaksanaannya pendidikan sebagai proses pembinaan bangsa,


masih sangat memprihatinkan. Perkembangan kehidupan masyarakat masih
ditandai dengan berbagai ketimpangan moral, akhlak, masalah - masalah
sosial, ekonomi, politik dan jati diri bangsa. Inilah problem - problem yang
kini banyak mengemuka di Indonesia. Dengan demikian sebagai guru sejarah
sudah seharusnya kita lebih meningkatkan pembelajaran sejarah lebih
menyenangkan lagi dengan tidak mengajarkan dengan cara menghapal tetapi lebih
kepada pembelajaran yang melakukan analisis terhadap peristiwa – peristiwa yang
terjadi. Disinilah pentingnya konstribusi sekolah dalam pengembangan
pembelajaran sejarah untuk menghapus stikma siswa mengenai pembelajaran
sejarah yang dinilai membosankan. Maka perlu adanaya pengembangan soft skills
siswa dan hard skills dalam pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah.

Kontribusi sekolah dalam mengembangkan soft skills dan hard skills


pembelajaran sejarah
Dalam mengembangkan soft skills dan hard skills.Upaya sekolah untuk
mengembangkan soft skills iyalah melengkapi buku – buku yang ada di perpus,
mengajak siswa untuk lebih dekat dengan perpus, memberi himbauan di setiap
sudut ruangan akan baiknya minat membaca sebagai jendela dunia, memberikan
pembelajaran yang dilakukan di perpustakaan. Sedangkan dalam mengembangkan
hard skills sekolah memberikan sarana atau fasilitas yang diberikan seperti
8

memberikan kendaraan transportasi dan memberikan izin melakukan


pembelajaran yang dilakukan di luar sekolah seperti museum ataupun tempat
bersejarah yang berada dilingkungan sekitar sekolah sehingga dapat menunjang
pembelajaran yang dapat membuat siswa meningkatkan keterampilan seperti
mengamati, menganalisis, peristiwa – peristiwa ataupun kejadian – kejadian yang
sedang diamati oleh siswa.

Peran guru dalam membimbing siswa dalam mengembangkan soft skills dan
hard skills
Sebagai guru yang profesional dan berpengalaman dalam belajar mengajar
perlu adanya pengembangan soft skills dan hard skills yang dimiliki siswa dalam
mata pelajaran sejarah, pengembangan yang dilakukan guru menggunakan soft
skills dalam materi pembelajaran bisa dilakukan dengan penanaman sikap
nasionalisme yang bisa di tanamkan melalui perasaan, motivasi, dan sebagainya.
Sedangkan pengembangan yang dilakukan guru sejarah menggunakan hard skills
bisa dilakukan pembelajaran yang kompleks yag dapat di pelajari di dalam kelas
maupun di luar sekolah seperti mengamati secara langsung dan didasarkan
terhadap peristiwa – peristiwa kejadian yang diamati.
9

Daftar Pustaka

Abd Rahim Abd Rashid. 200 I. Nilai-nilai murni dalam pendidikan: Menghadapi
perubahan dan cabaran alaf baru. Kuala Lumpur: Utusan Publications &
Distributors Sdn. Bhd.

Berger, J. L., Girardet, C., Vaudroz, C., & Crahay, M. (2018). Teaching
Experience, Teachers’ Beliefs, and Self-Reported Classroom Management
Practices: A Coherent Network. SAGE Open, 8(1).
https://doi.org/10.1177/2158244017754119

Danim, Sudarwan. 2010. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung:


Alfabeta.

Fadlillah. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,


SMP/MTS, SMA/MA. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Hamalik, Oemar. 2013. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:


Rosdakarya.

I. Lavy & Yadin, A.,”Soft skills An Important Key for Employability in the Shift
to a Service Driven Economy”, International Journal of e-Education, e-
Business, e-Management and e-Lerarning. Vol.3, No.5, (2013), hlm. 416-
420.

Kemendikbud, 2012. Tentang Kebijakan Pengembangan Profesi Guru.

Kasim, Sultan. 1992. Beberapa Catatan tentang Pengajaran Sejarah di SMA.


Majalah Sejarah. Jakarta: Gramedia & Masyarakat Sejarawan Indonesia.

Ni Kadek Sinarwati, “Apakah Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Mampu


Meningkatkan Soft Skills dan Hard Skills Mahasiswa?”, Jurnal Ilmiah
Akuntansi dan Jumanika, Volume 3, No 2, Singaraja, Juni, 2014, h. 1217

Sayono Joko. 2013.Pembelajaran Sejarah Di Sekolah Dari Pragmatis ke Idealis.


Jurusan Sejarah FIS Universitas Negeri Malang.

Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang‐Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Anda mungkin juga menyukai