Anda di halaman 1dari 8

PERANAN PENTING SEJARAH LOKAL

DALAM KURIKULUM DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Yeni Wijayanti *
Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP-Universitas Galuh Ciamis
Jl. R. E. Martadinata No. 150 Ciamis, 46274 Jawa Barat

ABSTRAK
Kurikulum pendidikan sejarah dapat dikembangkan dengan memanfaatkan muatan lokal, dalam
hal ini sejarah lokal. Muatan lokal dalam kurikulum pendidikan sejarah sangat penting apalagi jika
mengingat kurikulum mempunyai fungsi pengintegrasian yaitu bahwa kurikulum berfungsi mendidik
pribadi-pribadi yang terintegrasi dengan masyarakat. Pemerintah melalui kebijakannya secara serentak
menerapkan kurikulum nasional (Kurikulum 2013) sebagai program yang terencana dalam membentuk
manusia Indonesia yang bermartabat.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ciamis. Tujuan penulisan ini diharapkan mampu
memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengembangan ilmu kependidikan terutama yang berkaitan
dengan kurikulum sejarah lokal.
Pengembangan kurikulum pendidikan dilakukan dengan menggunakan pendekatan. Pendekatan
integratif atau pendekatan terpadu dalam mengembangkan kurikulum bertitik tolak dari suatu
keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan terstruktur. Dalam hal ini, pendidikan anak adalah
pendidikan yang menyeluruh. Oleh karena itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga
mampu mengembangkan pribadi yang utuh. Mata pelajaran hanyalah sebagian kecil faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak, karena ada komponen lain yaitu bangunan, fasilitas, orang di
sekitar, gambar, dan sebagainya. Disinilah pentingnya sejarah lokal dimasukkan ke dalam kurikulum
pendidikan. Akan tetapi, muatan lokal (sejarah lokal) khususnya di sekolah-sekolah menengah atas di
Kabupaten Ciamis masih belum menjadi sebuah mata pelajaran tersendiri.

Kata Kunci: Peranan, Sejarah Lokal, Kurikulum

ABSTRACT
History education curriculum can be developed by making use of local content, in this case the
local history. Local content in the curriculum of history education is very important especially when
considering the integration of the curriculum has the function of which is that the curriculum serves to
educate individuals who are integrated with the community. The government through its policies
simultaneously implement the national curriculum (Curriculum 2013) as a planned program in a
dignified Indonesian human form.
This research was conducted in the district of Ciamis. The purpose of this paper is expected to
contribute ideas towards the development of science education, especially relating to local history
curriculum.
Curriculum development is done using the approach. The integrated approach or an integrated
approach in developing the curriculum starting point of a whole or unity meaningful and structured. In
this case, the education of children is a well-rounded education. Therefore, the curriculum should be
structured such that it is able to develop the whole person. Subjects only a small part factors that affect
child development, because there are other components, namely buildings, facilities, people around,
images, and so forth. This is where the importance of local history incorporated into the educational
curriculum. However, local content (local history), especially in upper secondary schools in Ciamis still
not become a separate subject.

Keywords: Role, Local History, Curriculum

*
Penulis Koresponden
E-mail address: yeniwijayanti@unigal.ac.id
doi: Copyright©2017 Jurnal Artefak e-ISSN: 2580-0027

Halaman | 53
Jurnal Artefak:
History and Education, Vol.4 No.1 April 2017

PENDAHULUAN menjadi manusia yang bermartabat sesuai


dengan tujuan pendidikan nasional.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan Yang menarik adalah banyak situs
teknologi sangat begitu pesat dan tidak dapat peninggalan sejarah dan tradisi di wilayah
dipungkiri lagi akan berdampak pada lahirnya Kabupaten Ciamis yang semuanya mempunyai
arus globalisasi yang mengakibatkan terjadinya makna tinggi, baik dari peristiwa sejarah
pergeseran dalam struktur masyarakat. Derasnya maupun nilai-nilai tradisi, masih belum
arus globalisasi telah membawa pengaruh dimanfaatkan untuk pendidikan. Seperti yang
terhadap terkikisnya rasa kecintaan dan rasa kita ketahui, peninggalan Kerajaan Sunda
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Apabila (Galuh-pen) di Ciamis yang berupa tinggalan
hal ini dibiarkan maka yang terjadi adalah tidak arkeologis antara lain Situs Astana Gede di
adanya rasa cinta dan bangga terhadap bangsa Kawali, Situs Karangkamulyan, Situs Gunung
sendiri. Pendidikan melalui sekolah-sekolah kita Padang Cikoneng, Situs Gunung Susuru, Situs
selama ini lebih banyak berorientasi pada hasil Patilasan Sanghyang Cipta Permana Prabu
tingginya nilai hasil belajar/prestasi Kearifan Digaluh di Cimaragas, dan Situs Nagara Pageuh
lokal yang terdapat dalam sejarah lokal tidak di Panawangan (Lubis, dkk 2013:88-131). Di
sempat diperkenalkan kepada mereka melalui sisi lain, kita mengetahui tradisi yang ada di
pendidikan formal maupun non-formal. Kabupaten Ciamis antara lain, Nyangku,
Perkenalan dengan sejarah lokal sering terjadi Merlawu, Nyiar Lumar, Ngikis, Misalin, dan
secara kebetulan atau usaha pribadi atau lain-lain.
kelompok kecil tertentu saja. Tidak ada usaha Nilai-nilai sejarah dan tradisi lokal ini bisa
berencana serta terus menerus agar anak-anak diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan di
didik kita sejak kecil mengenal peninggalan sekolah setingkat SMA di Kabupaten Ciamis.
sejarahnya yang sarat dengan nilai-nilai luhur. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana
Dengan demikian, mereka tidak sempat implementasi dan peranan sejarah lokal dalam
memanfaatkan kearifan lokal dalam kurikulum pendidikan khususnya kurikulum
pembangunan karakter bangsa. Karena itu 2013 untuk satuan pendidikan SMA dan yang
janganlah heran kalau pembangunan kita selama sederajat di Ciamis?
ini menyebabkan kita sebagai bangsa yang kian
tak berkarakter. Oleh karena itu, diperlukan
pengembangan kurikulum dengan METODE PENELITIAN
mengintegrasikan sejarah lokal didalamnya.
Kurikulum merupakan salah satu alat Berdasarkan konteks permasalahannya,
untuk menciptakan sosok manusia yang maka metode yang dipilih adalah metode
mempunyai kecakapan hidup pada masa kini dan kualitatif deskriptif. Tulisan deskriptif dirancang
masa mendatang. Kecakapan ini tentunya bukan untuk memperoleh informasi tentang status
hanya penguasaan materi pelajaran, tetapi juga gejala saat penelitian dilakukan. Tujuan
kecakapan dalam sikap dan ketrampilan. penulisan ini adalah untuk melukiskan variabel
Pengembangan kurikulum harus berdasarkan atau kondisi “apa yang ada” dalam suatu situasi
pada filasafat, kemasyarakatan, kebudayaan, (Furchan, 2011:447).
psikologi belajar, pertumbuhan dan
perkembangan siswa, serta organisasi kurikulum
(Hamalik, 2013:58). PEMBAHASAN
Pengembangan dan penyempurnaan
kurikulum dilakukan oleh pemerintah Republik Dasar hukum pendidikan kita adalah
Indonesia untuk peningkatan kualitas Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
pendidikan di Indonesia, seperti yang Tahun 1945 Pasal 31 ayat 3, pemerintah
diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional mengusahakan dan menyelenggarakan satu
yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
tahun 2003. Pemerintah telah mengembangkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak manusia
kurikulum dan sampai akhirnya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
menyempurnakan Kurikulum 2013, tentunya yang diatur dengan undang-undang. Hal ini
dengan harapan bahwa peserta didik akan menunjukkan bahwa karakter bangsa dibentuk
oleh pendidikan, seperti yang dijelaskan dalam

Halaman | 54
Suyanti
Analisis Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMKN 1 Wonosari (Studi Pada Pembelajaran Sejarah)

Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang pengembangan kurikulum merupakan suatu


Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 bahwa proses perencanaan yang kompleks, mulai dari
pendidikan nasional berfungsi untuk penilaian kebutuhan, identifikasi hasil-hasil
mengembangkan kemampuan dan membentuk belajar yang diharapkan, serta persiapan
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat pembelajaran untuk mencapai tujuan dan
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pemenuhan kebutuhan budaya, sosial, dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta personal (Hamalik, 2013:186). Kurikulum harus
didik agar menjadi manusia yang beriman dan disusun secara komprehensif untuk mencapai
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kompetensi atau tujuan yang telah ditetapkan.
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, Untuk itulah dibutuhkan sebuah kurikulum
mandiri, dan menjadi warga negara yang terpadu yang mengintegrasikan seluruh aspek.
demokratis serta bertanggung jawab. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan untuk membentuk manusia Indonesia seperti
nasional tersebut diperlukan profil kualifikasi yang diharapkan dalam tujuan pendidikan
kemampuan lulusan yang dituangkan dalam nasional3 di atas adalah dengan menerapkan
standar kompetensi lulusan. Dalam penjelasan Kurikulum 2013. Seperti yang diketahui bahwa
pasal 35 Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 pembelajaran dalam Kurikulum 2013
dijelaskan bahwa standar kompetensi lulusan dilaksanakan secara holistik dan integratif
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang berfokus pada alam, sosial, dan budaya dengan
mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan pendekatan saintifik (Rusman, 2015: 115).
peserta didik yang harus dipenuhi atau Namun, perlu diingat bahwa implementasi
dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada Kurikulum ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
jenjang dasar dan menengah. kompetensi lulusan seperti yang dikemukakan Oemar Hamalik,
satuan pendidikan dasar dan menengah tertuang yaitu karakteristik kurikulum, strategi
dalam Permendikbud No. 20 tahun 2016. implementasi, dan karakteristik pengguna
Standar kompetensi lulusan dicapai dengan kurikulum. Berbeda dengan Hamalik, Marsh
menetapkan standar isi1 dan standar isi justru memandang bahwa faktor guru lebih
disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan berpengaruh, selain faktor dukungan kepala
nasional dalam domain sikap spiritual dan sikap sekolah, dukungan rekan sejawat, dan dukungan
sosial, pengetahuan, dan keterampilan. internal di dalam kelas. Menurutnya, apabila
Karakteristik kompetensi beserta perbedaan guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik,
proses pemerolehannya mempengaruhi standar maka implementasi kurikulum tidak akan
isi2. Standar isi inilah yang kemudian dapat berhasil (Hamalik, 2013: 239). Hal yang senada
tergambarkan dalam materi mata pelajaran. dengan Marsh disampaikan oleh Nana Syaodih
Pengembangan kurikulum harus mengacu Sukmadinata, bahwa implementasi kurikulum
pada kerangka umum yang berisikan hal-hal hampir seluruhnya bergantung pada kreativitas,
yang diperlukan dalam pembuatan keputusan. kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan guru.
Dengan mengambil definisi tentang kurikulum Guru hendaknya mampu memilih dan
sebagai sebuah rencana untuk mencapai hasil- menciptakan situasi-situasi belajar yang
hasil yang diharapkan, maka dapat dilihat menggairahkan siswa, mampu memilih dan
komponen kurikulum yang terdiri dari hasil melaksanakan metode mengajar yang sesuai
belajar dan struktur. Konsekuensi dari ini adalah dengan kemampuan siswa, bahan pelajaran, dan
bahwa dasar teoritis untuk pengembangan membuat siswa aktif (Sukmadinata, 2013: 200).
kurikulum adalah pada pembelajaran Satuan pendidikan rintisan kurikulum
(instruction). Sekaitan dengan hal tersebut, 2013 tingkat menengah atas di wilayah Ciamis,

1
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas: mengetahui, memahami,
tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah beberapa menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun Keterampilan diperoleh melalui aktivitas: mengamati, menanya,
2015 tentang perubahan kedua atas PP No. 19 tahun 2005 tentang mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
3
Standar Nasional Pendidikan ditetapkan bahwa standar isi adalah Secara alur hirarkis, dapat digambarkan bahwa Tujuan
kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi Pendidikan Nasional (TPN), (dijabarkan ke dalam) Standar
untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis Kompetensi Lulusan (SKL), (dijabarkan ke dalam) Kompetensi
pendidikan tertentu. Inti (KI), (dijabarkan ke dalam) Kompetensi Dasar (KD), yang
2
Di dalam Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi pada akhirnya berujung secara praksis dikembangkan secara
Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan, bahwa proses potensial aktual menjadi kompetensi-kompetensi peserta melalui
pemerolehan sikap dibentuk melalui aktivitas-aktivitas: menerima, proses belajar, pembelajaran, serta kehidupan nyata.
menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan.

Halaman | 55
Jurnal Artefak:
History and Education, Vol.4 No.1 April 2017

tercatat ada SMAN 1 Ciamis, SMAN 2 Ciamis, satuan pendidikan berisi muatan dan proses
SMAN Kawali, SMKN 1 Ciamis, SMKN 2 pembelajaran tentang potensi dan keunikan
Ciamis, SMK Taruna Bangsa, dan SMKN lokal; (2) Muatan lokal dikembangkan dan
Kawali. Penelitian pendahuluan pada beberapa dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan.
sekolah rintisan tersebut di atas menunjukkan Di sisi lain, beberapa siswa ada yang tidak
bahwa beberapa guru sejarah di sekolah-sekolah mengetahui mengenai sejarah Kerajaan Galuh.
tersebut menggunakan metode yang Hal ini disebabkan karena memang tidak tahu
konvensional (ceramah) dalam mengajar, ada dan juga karena ada siswa yang berasal dari luar
yang mengkombinaskan dengan game, dan ada Ciamis. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh guru
yang menggunakan media power point. yang tidak berkreasi dalam menyampaikan
Kurikulum 2013 yang menekankan pada materi Kerajaan Galuh. Materi pelajaran Sejarah
dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, Indonesia yang dapat dihubungkan antara lain
yaitu menggunakan pendekatan ilmiah pada kelas X, yaitu penelitian sejarah, Kerajaan
(scientific approach)4 memerlukan metode yang Hindu-Budha, dan wujud akulturasi budaya.
lebih kreatif dari yang disebutkan di atas. Pada Pendekatan yang tepat untuk
saat penulis mengamati kegiatan belajar dan mengolaborasikan antara sejarah lokal dengan
mengajar, dapat digambarkan bahwa proses kurikulum adalah dengan pendekatan
mengamati, menalar, mencoba, dan membentuk interdisipliner. Hal ini didasarkan pada
jejaring masih belum terlihat. Padahal, proses- permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-
proses tersebut dapat dilakukan dengan hari ternyata tidak mungkin ditinjau dari satu
memanfaatkan keadaan di sekitar sekolah yang segi saja. Setiap gejala sosial akan saling
notabene banyak peninggalan arkeologis dari berkaitan satu dengan yang lainnya, baik dari
Kerajaan Galuh5. Guru juga masih kesulitan segi sosial, politik, ekonomi, budaya dan
menghubungkan materi mata pelajaran Sejarah sebagainya (Hamalik, 2013: 33). Jenis
Indonesia dengan sejarah yang ada di Ciamis pendekatan interdisipliner yang sesuai dengan
(Kerajaan Galuh). Alasannya antara lain adalah sejarah lokal di Ciamis adalah pendekatan
waktunya yang tidak memadai dengan jumlah daerah (interfiled)6. Pendekatan daerah Ciamis
materi yang harus disampaikan dan sumber- dalam hal ini adalah daerah yang merupakan
sumber sejarah Galuh minim bagi kalangan wilayah Kerajaan Galuh pada masa lampau yang
guru. Apabila melakukan studi ekskursi untuk dapat dipelajari aspek biografi7, adat istiadat,
mengenalkan peninggalan sejarah, terkendala seni, atau aspek yang lainnya.
waktu, biaya, dan ijin dari kepala sekolah. Dan Keterlibatan siswa dengan lingkungan
jika situs-situs yang ada di Ciamis sekitar membantu siswa untuk memahami materi
dikembangkan menjadi video pembelajaran agar dan makna yang terkandung didalamnya. Seperti
kegiatan belajar mengajar efektif, guru yang dikemukakan oleh Gregor Fountain, dkk
terkendala kemampuan dalam mengembangkan (2011) bahwa situs-situs memiliki potensi untuk
media tersebut. membantu siswa menjadi mengerti maknanya,
Hal ini sangat disayangkan tentunya aktif dan kritis terhadap "isi" dari masa lalu dan
karena dalam Kurikulum 2013, muatan lokal penerapannya hingga saat ini. Peringatan dan
menjadi perhatian yang khusus, seperti yang situs warisan menawarkan banyak peluang bagi
tercantum dalam Pasal 77 N Peraturan para guru dan siswa untuk terlibat dengan arti
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang penting sejarah dan untuk mengembangkan alat
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 intelektual agar lebih memahami bagaimana
Tahun 2005 tentang Standar Nasional hubungan masa lalu dan masa kini. Model
dinyatakan bahwa: (1) Muatan lokal untuk setiap pembelajaran ini memiliki manfaat yang cukup

4
Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sebagaimana yang bareng Galunggung, Ciung Wanara, Carita Waruga Guru,
dimaksud meliputi mengamati (observing), menanya (asking), Sajarah Bogor, Sanghyang Siksakanda ng Karesian, dan Carita
menalar (associating), mencoba (experimenting), dan membentuk Parahyangan Wildan, dkk., 2005: vi).
6
jejaring (networking). Pendekatan daerah bertitik tolak dari pemilihan suatu daerah
5
Sumber informasi mengenai Kerajaan Galuh terdapat dalam tertentu sebagai subjek pelajaran. Berdasarkan daerah tersebut,
Prasasti Kawali I-VI. Prasasti tersebut ditulis dengan bahasa dan kemudian akan dipelajari aspek biografi, ekonomi, antropologi,
aksara Sunda Kuno, antara lain memberitakan bahwa ada seorang adat istiadat, bahasa, dan aspek lainnya. Aspek-aspek yang
raja yang bernama Raja Wastu yang tidak lain adalah Niskala dipelajari tentu saja merupakan hal yang relevan dengan daerah
Wastu ancana, putra Prabu Maharaja yang gugur dalam Perang tersebut dan berada dalam bidang studi yang sama (Hamalik,
Bubat. Kebesaran Kerajaan Galuh diceritakan dalam berbagai 2013:35).
7
naskah kuno dan kisah-kisah klasik, seperti Carios Wiwitan Raja- Misalnya bigrafi Raja Niskala Wastu Kancana, Bupati Galuh
Raja di Pulo Jawa, Wawacan Sejarah Galuh, Sejarah Galuh R.A.A. Kusumadiningrat (Kanjeng Prebu), dan yang lainnya.

Halaman | 56
Suyanti
Analisis Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMKN 1 Wonosari (Studi Pada Pembelajaran Sejarah)

besar dalam menginformasikan bagaimana pondasi pembinaan karakter siswa. Contoh dari
kaum muda belajar untuk berpikir secara peninggalan arkeologis Kerajaan Galuh di
historis, ada lebih banyak pekerjaan dibutuhkan Astana Gede Kawali, Prasasti Kawali II yang
untuk mengembangkan pendekatan ini, melalui berbunyi “aya ma nu ngớsi iwớ kawali ini
berpikir tentang makna sejarah yang tidak hanya pakena ker ta bener pakớn nanjớr na juritan”
mencerminkan tampilan disiplin subjek tetapi terjemahannya “kepada yang mengisi (wilayah)
juga dimensi sosial dan budaya (Fountain, dkk, Kawali (ini) berani(lah) menerapkan kebenaran
2011: 26). agar bertahan dalam perjuangan” (Hasan Djafar
Penny dan Kathleen juga sependapat dan Ayatrohaedi dalam Lubis, dkk: 2013:16).
dengan Fountain dan mereka menyimpulkan Pesan yang disampaikan dalam prasasti tersebut
adanya perubahan dalam diri siswa ke arah sangat eksplisit mengajak manusia agar
positif dengan diujicobakanya pola keterlibatan berpegang teguh pada kebenaran. Pesan lain juga
siswa dalam konteks integrasi kurikulum. terdapat pada Prasasti Kawali II, yang berbunyi
Tujuan utama integrasi kurikulum adalah untuk “ini pớrớ ti (η) gal nu atisti rasa aya ma nu ηớsi
mengupayakan penyatuan individu dan sosial dayớh iwớ ulah botoh bisi kokoro”,
melalui penyelenggaraan kurikulum di sekitar terjemahannya “berani (menahan) kotoran
masalah yang signifikan dan isu-isu, kolaboratif tinggallah isi dari rasa, kepada yang mengisi
diidentifikasi oleh pendidik dan peserta didik, (kehidupan) di wilayah ini jangan berlebihan
tanpa memperhatikan batasan antar mata agar tidak sengsara (kekurangan)” (Hasan Djafar
pelajaran. Integrasi kurikulum dengan dan Ayatrohaedi dalam Lubis, dkk: 2013: 20-
melibatkan lingkungan sekitar juga menuntut 21). Secara eksplisit, dapat digambarkan bahwa
pendidik agar mempunyai persiapan materi yang sesuatu yang berlebihan akan membawa
lebih. Persiapan guru akan berbeda pada tiap kesengsaraan atau kekurangan. Oleh karena itu,
jenjang pendidikan yang berbeda pula. Semakin lebih baik hidup dalam kesederhanaan.
tinggi pendidikan, semakin banyak hal/materi Selain peninggalan arkeologis Kerajaan
yang harus dipersiapkan (Bishop dan Kathleen Galuh, Ciamis juga sarat dengan tradisi-tradisi
Brinegar, 2011:207). Keterlibatan siswa juga yang sudah ada sejak lama, seperti tradisi
akan membawa perubahan sikap seperti rasa Nyangku di Panjalu, Merlawu di Kertabumi dan
bangga terhadap bangsanya, karena sistem Wanasigra, Misalin di Bojong Salawe, Ngikis di
Kolonial serta pendidikannya menyebabkan Karangkamulyan, dan yang lainnya. Di Ciamis
keterasingan terhadap kebudayaan serta juga ada kampung adat seperti Kampung Kuta.
sejarahnya dan yang menimbulkan kehilangan Semuanya itu dapat dimanfaatkan untuk
identitas bangsa. Kesadaran sejarah merupakan pembelajaran sejarah yang dikaitkan dengan
hal yang penting untuk menemukan kembali pencapaian kompetensi sikap sosial 8 seperti
identitas bangsa. Sekolah adalah sarana yang menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
tepat untuk membangkitkan kesadaran sejarah jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,
karena dalam pembelajaran yang diadakan di toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif
sekolah lebih terstruktur. sebagai bagian dari solusi atas permasalahan
Untuk itu, pembinaan identitas, dalam berinteraksi secara efektif dengan
kepribadian serta kesejatian diri bangsa harus lingkungan sosial dan alam serta menempatkan
bersumber pada kesadaran sejarah sebagai diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
bangsa, ialah memahami bangsanya sendiri. dunia.
Pembinaan kesadaran sejarah bermakna pula Contoh nilai-nilai luhur yang dapat
bagi pemberdayaan bangsa. Suatu kesalahan diambil dari tradisi, tradisi Nyangku9 misalnya,
yang terbesar adalah tidak mau belajar dari adalah pembersihan yang diperagakan melalui
sejarah. Pembangunan bangsa dan watak bangsa kegiatan membersihkan benda-benda pusaka
selama ini tidak pernah mendasarkan diri pada keturunan leluhur Panjalu mempunyai makna
wawasan sejarah sebagai fondamen (Daliman, bahwa hakikatnya pembersihan itu harus
2012:x). senantiasa dilakukan manusia baik untuk dirinya
Wawasan sejarah lokal sejarah Galuh dan maupun lingkungan sebagai makhluk Tuhan.
tradisinya dapat dijadikan muatan lokal sebagai Seperti yang dikemukakan Budhi Santoso dalam

8 9
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) Upacara Nyangku merupakan upacara penjamasan (pencucian)
kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan benda pusaka yang dilakukan masyarakat Desa Panjalu,
(4) keterampilan. Kecamatan Panjalu, yang selalu dilaksanakan setiap bulan Maulud
atau bulan Rabiul Awal (Masduki, 2003: 97).

Halaman | 57
Jurnal Artefak:
History and Education, Vol.4 No.1 April 2017

Masduki, fungsi upacara tradisional patriotisme, wawasan humaniora, di samping


mengandung 4 fungsi yaitu sebagai: (1) norma kecakapan akademik, yang sampai sekarang
sosial, (2) pengendalian sosial, (3) media sosial, belum disosialisasikan secara intensif sehingga
dan (4) pengelompokkan sosial. Upacara substansi utama dari kurikulum tersebut kurang
tradisional Nyangku dilihat dari fungsi norma mencapai sasaran. Untuk mewujudkan itu
sosial dan pengendalian sosial terdapat dalam semua, maka diperlukan usaha peningkatan
sesaji yang merupakan simbol norma atau kualitas pendidikan nasional secara terus
aturan-aturan yang mencerminkan nilai atau menerus (Aman, 2011:3). Pembaruan dalam
asumsi apa yang baik dan apa yang tidak baik, pembelajaran sejarah untuk peningkatan kualitas
sehingga dapat dipakai sebagai pengendalian tentunya bukan hanya sekedar mengganti
sosial dan pedoman berperilaku bagi strategi, metode, ataupun menambahkan waktu,
masyarakat. Fungsi sebagai media sosial dari tetapi lebih dari itu adalah penekanan dalam
upacara Nyangku, yaitu sebagai obyek sikap proses pembelajarannya yang berorientasi pada
emosional yang menghubungkan masa lampau student centre. Dan guru mempunyai peranan
dengan masa sekarang. Yang terakhir, fungsi penting dalam proses pembelajaran tersebut.
sebagai pengelompokkan sosial yaitu sebagai Kreativitas guru dituntut dalam menggunakan
alat pengikat perseorangan dalam kelompok metode-metode yang menarik bagi siswa, dan
sosial yang berlandaskan persamaan nilai mengatur waktu agar mencukupi dengan
budaya dan kepercayaan (Masduki, 2003: 98- memasukkan materi sejarah lokal.
102). Pembelajaran sebagai sebuah sistem
Pendidikan yang bisa dipetik dari mempunyai kombinasi terorganisasi yang
peristiwa sejarah tentunya terkait dengan guna meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
sejarah. Seperti yang dijelaskan oleh fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
Kuntowijoyo, bahwa orang tidak akan belajar berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan
sejarah kalau tidak ada gunanya. Kenyataan (Hamalik dalam Leo Agung, 2013: 32). Unsur
bahwa sejarah terus ditulis orang, disemua manusiawi dalam sistem pembelajaran terdiri
peradaban dan disepanjang waktu, sebenarnya atas siswa, guru/pengajar, serta orang-orang
cukup menjadi bukti bahwa sejarah itu perlu. yang mendukung terhadap keberhasilan proses
Sejarah berguna secara intrinsik dan ekstrinsik. pembelajaran, termasuk pustakawan, laboran,
Fungsi sejarah secara intrinsik adalah sebagai tenaga administrasi, bahkan mungkin penjaga
sumber pengetahuan. Sejarah (sebagai kisah) kantin sekolah. Materi adalah berbagai pelajaran
merupakan media untuk mengetahui masa yang dapat disajikan sebagai sumber belajar,
lampau, yaitu mengetahui peristiwa-peristiwa misalnya buku-buku, film, slide suara, foto,
penting dengan berbagai pemasalahannya. Guna compact disc (CD), dan lainnya. Fasilitas dan
ekstrinsik secara umum adalah sebagai fungsi perlengkapan adalah segala sesuatu yang dapat
pendidikan, yaitu sebagai pendidikan: moral, mendukung terhadap jalannya proses
penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa pembelajaran, misalnya ruang kelas,
depan, keindahan, dan ilmu bantu (Kuntowijoyo, penerangan, perlengkapan komputer, audio
1995: 19, 24). Fungsi sejarah yang penting untuk visual, dan lain sebagainya. Prosedur adalah
dipahami adalah fungsi pendidikan (edukatif), kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses
diantaranya pendidikan moral dan kebijakan pembelajaran, pelaksanaan evaluasi, dan
dan/kebijaksanaan. Sejarah sarat dengan sebagainya (Agung dan Sri Wahyuni, 2013: 34).
pendidikan moral, karena sejarah mengungkap Muatan lokal di Ciamis dengan
peristiwa yang pada dasarnya memuat dua sifat, memasukkan Sejarah Galuh menjadi hal yang
antara lain: baik dan buruk, benar dan salah, sangat mungkin apabila pihak pemerintah daerah
berhak dan tidak berhak, cinta dan benci. Kabupaten Ciamis berkoordinasi dengan
Peristiwa atau masalah tertentu, baik secara pemerintah Provinsi Jawa Barat dan kemudian
tersurat maupun tersirat menunjukkan adanya mengelola muatan lokal pada pendidikan dasar
kebijakan atau kebijaksanaan. Kebijakan/- dan pendidikan menengah, seperti yang
kebijaksanaan di masa lampau itu mungkin tercantum dalam Pasal 77 P Peraturan
dapat dijadikan bahan acuan dalam menghadapi Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 antara lain
kehidupan di masa kini. dinyatakan bahwa: (1) Pemerintah daerah
Dalam konsepsi pembelajaran sejarah, provinsi melakukan koordinasi dan supervisi
tujuan-tujuan pendidikan lebih terwujud secara pengelolaan muatan lokal pada pendidikan
spesifik seperti kesadaran sejarah, nasionalisme, menengah; (2) Pemerintah daerah

Halaman | 58
Suyanti
Analisis Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMKN 1 Wonosari (Studi Pada Pembelajaran Sejarah)

kabupaten/kota melakukan koordinasi dan mengamati situs-situs yang ada di sekitar


supervisi pengelolaan muatan lokal pada sekolah. Apabila pengamatan ini terkendala
pendidikan dasar; (3) Pengelolaan muatan lokal biaya, waktu, dan perijinan, gurulah yang
meliputi penyiapan, penyusunan, dan evaluasi seharusnya mengkreasikan materi pelajaran
terhadap dokumen muatan lokal, buku teks sesuai dengan buku pegangan dengan
pelajaran, dan buku panduan guru; dan (4) menyelipkan materi sejarah lokal.
Dalam hal seluruh kabupaten/kota pada 1 (satu) Sejarah lokal Ciamis sebagai muatan lokal
provinsi sepakat menetapkan 1 (satu) muatan penting disampaikan dalam pembelajaran karena
lokal yang sama, koordinasi dan supervisi komponen dalam pembelajaran bukan hanya
pengelolaan kurikulum pada pendidikan dasar siswa, guru, materi, dan sarana, tetapi juga
dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi. lingkungan sekitar. Lingkungan di Ciamis yang
Kurikulum mempunyai peranan yang banyak peninggalan sejarah dan tradisinya
penting bagi pendidikan siswa, antara lain menjadi bagian proses belajar mengajar. Dari
peranan konservatif, peranan kritis atau peninggalan tersebut, banyak nilai-nilai yang
evaluatif, dan peranan kreatif. Peranan dapat dicontoh untuk kehidupan pada masa kini.
konservatif kurikulum adalah mentransmisikan Penyampaian sejarah Galuh dan tradisinya
dan menafsirkan warisan sosial pada generasi membantu siswa menjadi mengerti maknanya,
muda. Peranan yang bersifat kritis merujuk pada aktif dan kritis terhadap isi dari masa lalu dan
kurikulum yang dapat menjadi kontrol sosial dan penerapannya hingga saat ini. Perubahan positif
memberi penekanan pada unsur berpikir kritis, pada diri siswa dengan mengenalkan sejarah
sedangkan peranan kreatif menuntut kurikulum lokal Ciamis adalah tumbuhnya nasionalisme,
menciptakan hal yang baru sesuai dengan kesadaran sejarah, berpikir kritis, gotong
kebutuhan masyarakat (Hamalik, 2013: 11-13). royong, dan sebagainya. Hasil yang diharapkan
Kurikulum 2013 yang berperan dalam dengan diterapkannya kurikulum 2013 yang
mentransmisikan dan menafsirkan warisan terintegrasi dengan sejarah lokal Ciamis adalah
sosial sejarah Galuh dan tradisinya pada generasi munculnya manusia Indonesia beriman dan
muda saat ini. Di sisi lain, kekritisan siswa akan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
diuji dengan dikenalkannya sumber-sumber dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
cerita rakyat yang berkembang di situs-situs mandiri, dan menjadi warga negara yang
yang ada di Ciamis. Kurikulum berperan kreatif demokratis serta bertanggung jawab.
dapat dilihat dari adanya produk baru yang
dihasilkan, misalnya adalah adanya produk baru
dalam media audio visual yang berisi situs-situs DAFTAR PUSTAKA
di wilayah Ciamis.
Agung, Leo dan Sri Wahyuni. 2013.
Perencanaan Pembelajaran Sejarah.
PENUTUP Yogyakarta: Ombak
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran
Simpulan Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Keberhasilan pendidikan di Indonesia Bishop, Penny A dan Kathleen Brinegar. 2011.
yaitu dengan tercapainya tujuan pendidikan “Student Learning And Engagement In
nasional dan kurikulum sebagai program yang The Context Of Curriculum Integration”.
terencana adalah sarana untuk membentuk Middle Grades Research Journal. 6.4.
manusia Indonesia yang bermartabat. Untuk itu, p207.
pemerintah menerapkan Kurikulum 2013 Daliman, A. 2012. Manusia dan Sejarah.
dengan pendekatan saintifik. Pemberlakuan Yogyakarta: Ombak.
kurikulum ini sudah dimulai tahun 2014/2015 Fountain, Gregor; Michael Harcourt dan Mark
dengan beberapa sekolah rintisan. Implementasi Sheehan. 2011. “Historical Significance
Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan And Sites Of Memory”. Set: Research
menengah rintisan Kurikulum 2013 di Ciamis Information for Teachers (Wellington).
dengan pendekatan saintifik masih belum sesuai p26.
yang diharapkan. Proses mengamati yang Furchan, A. 2011. Pengantar Penelitian Dalam
dilakukan masih berkisar pada sumber-sumber Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
buku dan internet. Padahal, dalam proses
pengamatan, siswa dapat secara langsung

Halaman | 59
Jurnal Artefak:
History and Education, Vol.4 No.1 April 2017

Hamalik, Oemar. 2013. Dasar-Dasar


Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Rosdakarya.
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah.
Yogyakarta: Bentang Budaya.
Lubis, Nina Herlina., dkk. 2013. Sejarah
Kerajaan Sunda. Bandung: Yayasan MSI.
Masduki, Aam. 2003. Arti dan Fungsi Upacara
Tradisional Nyangku pada Masyarakat
Desa Panjalu Kecamatan Panjalu
Kabupaten Ciamis. Laporan Penelitian.
Bandung: Balai Kajian Sejarah dan Nilai
Tradisional Bandung.
Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu:
Teori Praktek Dan Penilaian. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013.
Pengembangan Kurikulum: Teori dan
Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wildan, Dadan., dkk. 2005. Kabupaten Ciamis
dalam Perspektif Sejarah. Ciamis:
Kerjasama Pemerintah Kabupaten Ciamis
dengan LPPM Universitas Galuh.

Halaman | 60

Anda mungkin juga menyukai