Dosen Pengampu
Dr. Musa Pellu, S.Pd., M.Pd
Disusun oleh:
Aditya Prawira : S861902001
M. Afrillyan Dwi Syahputra : S861902008
Rahman Abidin : S861902011
Yoga Fernando Rizqi : S861902014
1
demonstrasi mahasiswa, baik dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk lisan.
Misalnya, mencaci maki, berkata kasar dan kotor, serta tawuran yang terjadi antar
mahasiswa
Kasus kekerasan dikalangan pelajar sangat meresahkan sekaligus menodai
dunia pedidikan Indonesia yang masih dihantui banyak masalah. Apalagi kasus
kekerasan yang terjadi menimbulkan kerusakan, perampasan dan luka fisik.
Persoalan ini menegaskan ada kesalahan dalam system pendidikan Indonesia. Jika
tidak segera diatasi kerasan dalam pendidikan terus berulang. Faktor-faktor
Terjadinya Kekerasan dalam Pendidikan dapat dilihat dalam bagan berikut
(Tamsil Muis, dkk 2011 : 64):
2
pendidikan afektif menyebabkan berkurangnya proses humanisasi dalam
pendidikan.
3. Kekerasan dalam dunia pendidikan dipengaruhi juga oleh lingkungan
masyarakat dan tayangan media massa yang memang belakangan ini kian
vulgar dalam menampilkan aksi-aksi kekerasan.
4. Kekerasan dalam dunia pendidikan bisa dipengaruhi oleh latar belakang
sosial-ekonomi pelaku. Pelaku kekerasan sering muncul karena Ia
mengalami himpitan sosial-ekonomi.
3
sikap masing-masing kutub yang saling menyalahkan. Misalnya, orang tua di
rumah (keluarga) menyalahkan pihak sekolah (guru), atau menyalahkan
masyarakat, demikian pula sebaliknya. Bila kita kaji dengan jujur, maka
kesalahan itu terjadi pada masing-masing kutub, dan tidak ada faktor (kutub) yang
berdiri sendiri, satu sama lain saling berkaitan.
Menanggapi hal itu, kelompok kami memikirkan bahwa kita perlu mencari
akar permasalahan atas terjadinya berbagai kekerasan pelajar. Ada beberapa
faktor yang harus ditinjau
1. Implementasi Pendidikan karakter
Implementasi Pendidikan karakter sangat diperlukan di sekolah untuk
penanaman diri pada peserta didik yang dilakukan oleh pendidik. Dengan
menanamkan nilai karakter yang baik siswa diharapkan dapat menjadi
pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Menangani persoalan
tersebut, maka implementasi pendidikan karakter menjadi suatu
keniscayaan. Melihat bahwa pendidikan karakter merupakan
pengembangan kemampuan pada pembelajar untuk berperilaku baik siswa
yang ditandai dengan perbaikan berbagai kemampuan yang akan
menjadikan manusia sebagai makhluk yang berketuhanan (tunduk patuh
pada konsep ketuhanan), dan mengemban amanah sebagai pemimpin di
dunia. Sehingga, hakikat pendidikan karakter adalah proses bimbingan
peserta didik agar terjadi perubahan perilaku, perubahan sikap, dan
perubahan budaya, yang akhirnya kelak mewujudkan komunitas yang
beradab.
2. Spritualitas dalam pendidikan.
Pada dasarnya siswa merindukan pendidikan spiritual untuk
menyiapkan mereka membangun inter-connection (silaturahmi, baik
dengan tuhan , manusia dan alam), compassion (rasa kasih saying dan
kepedulian) dan character (ahlak mulia) agar dapat mengisi kehidupan
mereka.
4
3. Penegakan hukum yang tegas dari pihak sekolah
Pemberian hukuman sebaiknya tidak dipahami dari sudut pandang
negatif saja. Sebab hukuman diberikan untuk memberikan efek jera supaya
siswa yang melanggar peraturan menjadi enggan dan takut untuk kembali
melakukan kesalahan-kesalahan, kemudian membuat siswa menjadi lebih
patuh terhadap peraturan-peraturan yang dibuat oleh sekolah.
Referensi