MATA KULIAH
PERSPEKTIF PENDIDIKAN SD
(MK PDGK4104)
Oleh:
Nama : BINTI NISWATIN
NIM : 858853989
Lembaga : SDIT Ulul Albab Loceret Nganjuk
POKJAR : Mastrip
Tahun masa registrasi 2023.2
UPBJJ-UT MALANG
POKJAR KABUPATEN NGANJUK
2023.2
TUGAS TUTORIAL KE-1/2/3*
PDGK4104/PERSPEKTIF
PENDIDIKAN SD/4SKS
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Wardani, dkk (2021) dalam materi mata kuliah PDGK 4104 modul 1 menegaskan
bahwa anak usia SD/MI berada dalam tahap perkembangan kognitif Praoperasional
sampai konkret. Pada usia ini anak memerlukan bimbingan sistematis dan sistemik
guna membangun pengetahuannya. Sehingga sanagat diperlukan pemahaman yang
komprehensif tentang pendidikan. Pengembangan pendidikan sekolah dasar
memerlukan landasan filosofis, psikologis-pedagogis, dan sosiologis-antropologis
karena ketiga landasan tersebut saling melengkapi dan memberikan pemahaman yang
komprehensif tentang pendidikan. Berikut adalah penjelasan mengapa setiap landasan
tersebut penting:
Menurut Wardani, dkk (2021) dalam materi mata kuliah PDGK 4104 modul 1 bahwa
landasan historis, idiologis, dan yuridis pendidikan sekolah dasar pada bagian ini akan
dibahas dari sudut pandang pemikiran tentang sistem pendidikan nasional sejak
Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 sampai dengan sekarang.
Fungsi landasan historis, ideologis, dan yuridis memiliki peran yang penting dalam
pengembangan pendidikan sekolah dasar. Berikut adalah penjelasan singkat tentang
masing-masing landasan:
1. Landasan Historis:
Landasan historis mencakup sejarah perkembangan pendidikan sekolah dasar. Ini
melibatkan pemahaman terhadap perubahan dan perkembangan sistem pendidikan dari
masa ke masa. Landasan historis membantu dalam memahami konteks dan evolusi
pendidikan sekolah dasar, serta memberikan wawasan tentang kebijakan dan praktik
yang telah ada sebelumnya. Dengan memahami landasan historis, kita dapat
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan sistem pendidikan sebelumnya dan
menggunakan pengalaman masa lalu untuk memperbaiki pendidikan saat ini
2. Landasan Ideologis:
Landasan ideologis mencakup nilai-nilai, prinsip, dan tujuan yang mendasari
pendidikan sekolah dasar. Ini melibatkan pemahaman terhadap pandangan filosofis,
ideologi, dan teori pendidikan yang menjadi dasar bagi pengembangan kurikulum,
metode pengajaran, dan tujuan pendidikan. Landasan ideologis membantu dalam
membentuk visi dan misi pendidikan sekolah dasar, serta memberikan arah dalam
merancang program pendidikan yang relevan dan bermakna bagi peserta didik.
3. Landasan Yuridis:
Landasan yuridis mencakup hukum dan peraturan yang mengatur pendidikan sekolah
dasar. Ini melibatkan pemahaman terhadap undang-undang, peraturan pemerintah, dan
kebijakan pendidikan yang berlaku. Landasan yuridis memberikan kerangka hukum
yang mengatur pendidikan sekolah dasar, termasuk hak dan kewajiban peserta didik,
guru, dan lembaga pendidikan. Landasan yuridis juga melindungi hak-hak peserta didik
dan menetapkan standar kualitas pendidikan yang harus dipenuhi.
Dengan memahami dan menerapkan landasan historis, ideologis, dan yuridis dengan
baik, pengembangan pendidikan sekolah dasar dapat dilakukan secara holistik dan
berkelanjutan, sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.
1. Karakteristik Umum:
Pendidikan SD mempunyai ciri khas yang membedakan dari satuan pendidikan
lainnya. Paling tidak ada 4 sasaran utama dalam pendidikan SD yaitu sebagai
berikut: (Ditjen Dikti, 2006).
a. Kemelekwacanaan atau Kemampuan Literasi: Pendidikan SD memiliki
fokus yang kuat pada pengembangan kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung. Berbeda dengan tingkat SMP dan SMA yang lebih menekankan
pada kemampuan akademik. Hal ini penting untuk membangun dasar yang
kuat bagi siswa dalam memahami informasi dan berkomunikasi secara
efektif.
b. Kemampuan Berkomunikasi: Pendidikan SD juga menekankan pentingnya
kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Siswa
diajarkan untuk dapat menyampaikan ide, pendapat, dan informasi dengan
jelas dan terstruktur.
c. Kemampuan Memecahkan Masalah (problem solving): Pendidikan SD
mengajarkan siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah sejak dini. Mereka diajarkan untuk berpikir kritis, menganalisis
situasi, dan mencari solusi yang tepat.
d. Kemapuan bernalar (reasoning) yaitu menggunakan logika dan bukti –
bukti secara sistematis dan konsisten untuk sampai pada kesimpulan.
Pendidikan SD diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berfikir logis
sehingga kemampuan bernalarnya berkembang.
2. Karakteristik Khusus:
a. Karakteristik Siswa: Pendidikan SD melibatkan siswa dalam usia
perkembangan yang penting. Menurut Wardani, dkk (2021) dalam materi
mata kuliah PDGK 4104 modul 2, bahwa dari segi kemampuan kognitif,
siswa SD berada pada tahap praoperasional , operasional konkret, dan awal
operasional abstrak, sedangkan siswa SMP dan SMA sudah berada pada
tahap operasional abstrak. Karakteristik siswa pada tingkat ini termasuk
tingkat kematangan fisik, emosional, sosial, dan kognitif yang berbeda-beda.
Guru perlu memahami perbedaan ini dan menyediakan pendekatan
pembelajaran yang sesuai.
b. Karakteristik Guru: Guru di SD harus memiliki pemahaman yang baik
tentang perkembangan anak dan metode pengajaran yang efektif. Mereka
perlu memiliki keterampilan komunikasi yang baik, empati, dan kemampuan
untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan inklusif. Dalam hal
akademik, menurut Wardani, dkk (2021) dalam materi mata kuliah PDGK
4104 modul 2 bahwa guru SD adalah guru kelas yang wajib mengajarkan 5
mata pelajaran di SD, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan
PKn. Dalam kurikulum sekarang mapel-mapel tersebut terintegrasi dalam
satu mapel yaitu tematik.
c. Kurikulum: Kurikulum di SD didesain untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan siswa pada usia tersebut. Kurikulum ini mencakup berbagai
mata pelajaran seperti bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, seni,
olahraga, dan agama. Tujuan utamanya adalah membangun dasar
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
d. Pembelajaran: Pembelajaran di SD biasanya dilakukan melalui pendekatan
yang interaktif dan berbasis kegiatan. Guru menggunakan berbagai metode
dan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses
belajar-mengajar.
e. Gedung dan Fasilitas: Menurut Wardani, dkk (2021) dalam materi mata
kuliah PDGK 4104 modul 2 bahwa dibandingkan dengan gedung dan
fasilitas SMP dan SMA, gedung dan fasilitas SD pada umumnya lebih
terbatas. Pendidikan SD membutuhkan gedung dan fasilitas yang sesuai
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Fasilitas yang
diperlukan meliputi ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, lapangan
olahraga, dan fasilitas pendukung lainnya.
3. Lakukan analisis komparasi antara pendidikan sekolah dasar di jaman orde baru dan era
reformasi berdasarkan ketentuan UU yang berlaku, kebijakan strategis, isi dan proses
pendidikan
Analisis komparasi antara pendidikan sekolah dasar di zaman Orde Baru dan era
Reformasi dapat dilakukan berdasarkan beberapa aspek, yaitu ketentuan UU
yang berlaku, kebijakan strategis, isi, dan proses pendidikan. Berikut adalah
analisis komparasi antara kedua periode tersebut:
2. Kebijakan strategis:
- Zaman Orde Baru: Pemerintah memiliki kendali penuh terhadap kebijakan
pendidikan. Pendidikan diarahkan untuk menciptakan warga negara yang taat dan patuh
terhadap pemerintah.
- Era Reformasi: Kebijakan pendidikan lebih mengedepankan prinsip demokrasi,
partisipasi masyarakat, dan pemberdayaan sekolah. Pendidikan diarahkan untuk
menciptakan warga negara yang kritis, mandiri, dan berdaya saing global.
3. Isi pendidikan:
- Zaman Orde Baru: Kurikulum lebih cenderung bersifat nasionalis dan
mengedepankan pembentukan karakter yang sesuai dengan ideologi pemerintah. Materi
yang diajarkan lebih fokus pada pengetahuan dasar, seperti membaca, menulis, dan
berhitung.
- Era Reformasi: Kurikulum lebih berorientasi pada pengembangan kompetensi dan
kecakapan hidup. Materi yang diajarkan lebih beragam dan mencakup aspek sosial,
budaya, dan teknologi.
4. Proses pendidikan:
- Zaman Orde Baru: Proses pendidikan lebih terpusat dan terstruktur. Guru memiliki
peran yang dominan dalam mengajar, sedangkan siswa lebih pasif dalam menerima
pengetahuan.
- Era Reformasi: Proses pendidikan lebih berfokus pada pembelajaran aktif dan
kolaboratif. Guru berperan sebagai fasilitator dan siswa didorong untuk aktif
berpartisipasi dalam pembelajaran.
Perlu dicatat bahwa analisis ini bersifat umum dan tidak mencakup semua aspek
pendidikan di zaman Orde Baru dan era Reformasi. Selain itu, implementasi
kebijakan dan pelaksanaan pendidikan dapat bervariasi di berbagai daerah.