Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Baru-baru ini media gencar memberitakan seorang anak bernama Afi Nihaya
Paradisa yang dikisahkan memilki kecerdasan dalam menulis. Ia berhasil membuat
publik terkejut dengan karya-karyanya yang ia publikasikan di laman facebook
pribadinya. Masyarakat bisa dengan mudah membaca tulisan Afi yang dianggap di
atas rata-rata anak seusianya. Berdasarkan isi tulisannya tersebut, orang-orang
beranggapan bahwa Afi adalah anak yang sangat cerdas dan dewasa. Ia dianggap
memiliki kepekaan sosial tingkat tinggi dalam menyikapi suatu masalah yang
terjadi di masyarakat. Tak hanya berhasil menarik perhatian khalayak biasa, Afi
juga berhasil menarik perhatian Pak Jokowi yang tak lain adalah presiden
Indonesia. Ia berhasil diundang ke istana dalam rangka dedikasinya dalam menulis.
Namun, seiring berjalannya waktu muncul berita-berita lain yang seolah
membantah kelebihan Afi yang begitu dielu-elukan masyarakat ketika itu. Afi
dianggap telah melakukan pembohongan publik dengan mengatakan bahwa semua
karya yang dia tulis di laman facebooknya adalah hasil karyanya sendiri dan bukan
hasil plagiat karya orang lain. Tetapi setelah dilakukan penyelidikan ternyata ada
beberapa karya-karya Afi yang dinilai adalah hasil plagiat dari internet. Beberapa
karnyanya tersebut ternyata sudah dipublikasikan jauh lebih awal dari waktu ketika
Afi mempublish. Sayangnya Afi tidak mau mengakui kesalahannya itu dan malah
menganggap orang-orang telah melakukan fitnah sekaligus bullying terhadap
dirinya.
Benar atau pun tidak mengenai kasus Afi, disini kita bisa mengambil pelajaran
mengenai plagiarisme yang sebenarnya apabila kita tilik kejadian ini tidak hanya
terjadi pada satu individu saja, tetapi juga terjadi pada individu-individu lainnya.
Memang, semakin hari pekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kian pesat.
Informasi yang ada pun semakin mudah untuk didapat. Namun seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, mengakibatkan budaya
plagiarisme kian marak. Seseorang dapat dengan mudah menyalin suatu karya tulis
milik orang lain tanpa izin dan dijadikan seolah-olah karya pribadinya. Tentunya
2

hal ini tidak sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah yang baik dan benar dan
juga melanggar etika kejujuran.
Di zaman globalisasi ini, para siswa dari semenjak sekolah dasar pada dasarnya
sudah dituntut untuk dapat menggunakan media pembelajaran dari Internet,
dikarenakan kemudahan dalam mengakses dan tidak berbayar. Tentunya hal ini bisa
mempermudah siswa dalam belajar. Tetapi dengan adanya kemudahan inilah, justru
dikhawatirkan siswa malah menyalahgunakan manfaat dari adanya Internet.
Mereka dianggap kurang diberi pengetahuan tentang arti plagiarisme sejak dini
sehingga mereka dengan mudah menyalin karya seseorang tanpa mencantumkan
sumber atau penulis yang sesungguhnya dan menganggap bahwa itu adalah hasil
buatannya sendiri. Parahnya kebiasaan ini dirasa kian hari makin membudaya dan
siswa pun seolah tidak menyadari akan hal itu.
Berdasarkan fenomena tersebut kelompok kami akan mengkaji sebuah masalah
dengan judul “Meretas Kebiasaan Plagiarisme yang Membudaya di Kalangan
Generasi Muda di Indonesia”. Kami akan mengkaji dari persfektif literasi media
dan informasi dengan pertimbangan hasil riset yang telah dilakukan sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa saja perilaku generasi muda yang mengisyaratkan bahwa itu masuk kedalam
kategori plagiarisme?
2. Bagaimanakah kebiasaan plagiarisme yang ada pada generasi muda sekarang
ini?
3. Mengapa kebiasaan plagiarisme ini bisa terjadi?
4. Bagaimanakah cara pengajaran yang dilakukan saat ini dalam meredam
fenomena plagiarisme?
5. Bagaimana tanggapan seorang guru khususnya yang mengampu mata pelajaran
B. Indonesia dalam menyikapi fenomena tersebut?
6. Bagaimanakah solusi yang paling tepat untuk meretas kebiasaan plagiarisme
yang membudaya pada generasi muda di Indonesia?
3

C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan di atas, maka kami mempunyai tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini. Adapun tujuan tersebut meliputi:
1. Untuk memperoleh informasi mengenai apa saja perilaku generasi muda yang
mengisyaratkan bahwa itu masuk kedalam kategori plagiarisme.
2. Untuk memperoleh informasi mengenai kebiasaan plagiarisme yang ada pada
generasi muda sekarang ini.
3. Untuk mengetahui awal mula kebiasaan plagiarisme ini bisa terjadi.
4. Untuk memperoleh informasi mengenai cara pengajaran yang dilakukan saat ini
dalam meredam fenomena plagiarisme.
5. Untuk mengetahui tanggapan guru khususnya yang mengampu mata pelajaran
B. Indonesia dalam menyikapi fenomena plagiarisme.
6. Untuk menemukan solusi yang paling tepat dalam meretas kebiasaan
plagiarisme yang membudaya pada generasi muda di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian dalam makalah ini adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah gambaran umum
mengenai apa saja perilaku generasi muda yang mengisyaratkan bahwa itu
masuk kedalam kategori plagiarisme.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah gambaran umum
mengenai kebiasaan plagiarisme yang ada pada generasi muda sekarang ini.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah gambaran umum
mengenai awal mula kebiasaan plagiarisme ini bisa terjadi.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah gambaran umum
mengenai cara pengajaran yang dilakukan saat ini dalam meredam fenomena
plagiarisme.
5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah gambaran umum
mengenai tanggapan guru, khususnya yang mengampu mata pelajaran B.
Indonesia dalam menyikapi fenomena plagiarisme.
6. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusidalam meretas
kebiasaan plagiarisme yang membudaya pada generasi muda di Indonesia.
4

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Tinjauan tentang Plagiarisme

1. Definisi Plagiarisme

Menurut kamus Merriam-Webster (dalam Herqutanto, 2013, hlm. 1), kata


plagiarisme berasal dari kata kerja transitif. Kata ‘to plagiarize’ berarti “to steal
and pass off (the ideas or words of another) as one’s own; use (another’s
production) without crediting the source”. Sebagai kata kerja intransitif, kata
tersebut berarti “to commit literary theft; present as new and original an idea or
product derived from an existing source”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
plagiarisme adalah kata benda, yang artinya “penjiplakan yang melanggar hak
cipta”. Tindakan melakukan plagiarisme disebut plagiat, yang berarti “pengambilan
karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-olah
karangan (pendapat dan sebagainya) sendiri, misalnya menerbitkan karya tulis
orang lain atas nama dirinya sendiri; jiplakan”. Orang yang melakukan tindakan
plagiat disebut plagiator, yaitu “orang yg mengambil karangan (pendapat dan
sebagainya) orang lain dan disiarkan sebagai karangan (pendapat dan sebagainya)
sendiri; penjiplak”.

Plagiarisme juga berasal dari bahasa Latin plagiari(us) yang berarti penculik dan
plagium yang berarti menculik. Kata tersebut pertama kali diperkenalkan oleh
penyair Romawi, Marcus Valerius Martialis, pada abad pertama masehi. Pada saat
itu ia mengeluhkan puisi lain yang kata-katanya sama dengan yang telah dibuatnya.
Pada tahun 1601, kata Latin itu dimasukkan ke dalam bahasa Inggris oleh Ben
Johnson menjadi plagiarism. Melihat akar katanya, jelas bahwa plagiarisme dalam
penulisan laporan akademis atau hal lainnya mengandung unsur ‘pencurian’
intelektual karena terjadi pengambilan paksa katakata/gagasan tanpa seizin
pemiliknya (Herqutanto, 2013, hlm. 1).

Pemerintah Indonesia sendiri melalui Permendiknas No. 17 tahun 2010 (dalam


Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI, 2016, hlm. 43) mendefinisikan plagiat
sebagai perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau
mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip
5

sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai
karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai.

2. Bentuk-Bentuk Tindakan Plagiat

Tindakan yang dapat masuk dalam jenis plagiat cukup beragam dan luas. Jenis-
jenis tindakan tersebut menurut Weber-Wullf (2014) (dalam Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah UPI, 2016, hlm. 43 - 47) meliputi tindakan-tindakan atau hal-hal
berikut ini:

1. Copy & paste. Tindakan ini adalah yang paling populer dan sering dilakukan.
Plagiator mengambil sebagian porsi teks yang biasanya dari sumber online
kemudian dengan dua double keystrokes (CTRL + C dan CTRL + V) salinan
dokumen kemudian diambil dan disisipkan ke dalam tulisan yang dibuat.
2. Penerjemahan. Penerjemahan tanpa mengutip atau merujuk secara tepat juga
sering dilakukan. Plagiator biasanya memilih bagian teks dari bahasa sumber
yang akan diterjemahkan kemudian secara manual atau melalui software yang
ditulis dalam karyanya tanpa mencantumkan sumber.
3. Plagiat terselubung. Yang dimaksud plagiat terselebung di sini adalah tindakan
mengambil sebagian porsi tulisan orang lain untuk kemudian mengubah
beberapa kata atau frasa dan menghapus sebagian lainnya tanpa mengubah sisa
dan konstruksi teks lainnya.
4. Shake & paste collections. Tindakan ini mengacu pada pengumpulan berbagai
sumber tulisan untuk kemudian mengambil darinya ide dalam level paragraf
bahkan kalimat
5. Clause quilts. Tindakan ini adalah mencampurkan kata-kata yang dibuat
dengan potongan tulisan dari sumber-sumber yang berbeda.
6. Plagiat struktural. Jenis tindakan plagiat ini adalah terkait peniruan pola
struktur tulisan, dari mulai struktur retorika, sumber rujukan, metodologi,
bahkan sampai tujuan penelitian.
7. Pawn sacrifice. Tindakan ini merupakan upaya mengaburkan berapa banyak
bagian dari teks yang memang digunakan walaupun penulis menuliskan
sumber kutipannya.
6

8. Cut & slide. Pada dasarnya mirip dengan pawn sacrifice dengan sedikit
perbedaan. Plagiator biasanya mengambil satu porsi teks dari sumber lain.
Sebagian teks tersebut dikutip dan diberi pengakuan dengan cara yang benar
dengan kutipan langsung tanpa modifikasi dibiarkan begitu saja masuk dalam
tulisannya.
9. Self-plagiarism. Jenis tindakan ini adalah menggunakan ide dari tulisan-tulisan
sendiri yang telah dibuat sebelumnya namun menggunakannya dalam tulisan
baru tanpa kutipan dan pengakuan yang tepat.
10. Other dimensions. Jenis-jenis tindakan plagiat lainnya dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Plagiator dapat menjiplak dari sumber atau lebih, atau
menggabungkan dua atau lebih bentuk plagiat yang disebutkan di atas dalam
tulisan yang dibuatnnya.

3. Penyebab dari Tindakan Plagiat

Beberapa tindakan plagiat memang terjadi di sekitar kita. Tentu saja hal ini
cukup menjadi perhatian kita semua, sehingga menjadi sangat penting bagi kita
untuk mengantisipasi tindakan ini. Tindakan plagiat akan mencoreng dan
memburamkan dunia akademis kita dan tidak berlebihan jika plagiarisme dikatakan
sebagai kejahatan intelektual. Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh Istiana
& Purwoko (2016, hlm. 3 – 4) pemicu atau faktor pendorong terjadinya tindakan
plagiat yaitu:
1. Terbatasnya waktu untuk menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang menjadi
beban tanggungjawab seseorang, sehingga terdorong untuk copy‐paste atas
karya orang lain.
2. Rendahnya minat baca dan minat melakukan analisis terhadap sumber referensi
yang dimiliki.
3. Kurangnya pemahaman tentang kapan dan bagaimana harus melakukan
kutipan.
4. Kurangnya perhatian dari guru, dosen dan pembimbing akademik terhadap
persoalan plagiarisme.

4. Ciptaan yang dilindungi


7

Hak cipta secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata “hak” berarti suatu kewenangan yang diberikan
kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak. Sedangkan
kata “cipta” atau “ciptaan” tertuju pada hasil karya manusia dengan menggunakan
akal pikiran, perasaan, pengetahuan, imajinasi dan pengalaman. Sehingga dapat
diartikan bahwa hak cipta berkaitan erat dengan intelektual manusia.

Istilah hak cipta diusulkan pertama kalinya oleh Sultan Mohammad Syah, SH
pada Kongres Kebudayaan di Bandung pada tahun 1951 (yang kemudian di terima
di kongres itu) sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dianggap kurang luas
cakupan pengertiannya, karena istilah hak pengarang itu memberikan kesan
“penyempitan” arti, seolah-olah yang di cakup oleh pengarang itu hanyalah hak dari
pengarang saja, atau yang ada sangkut pautnya dengan karang-mengarang saja,
padahal tidak demikian. Istilah hak pengarang itu sendiri merupakan terjemahan
dari istilah bahasa Belanda Auteurs Rechts (Munandar & Sitanggang, 2008, hlm.
32).

UU Republik Indonesia N0.19 Tahun 2002, Tentang Hak Cipta dalam (Soetanto,
2014, Hlm. 8) dijelaskan bahwa pada pasal 12 ada beberapa karya yang dilindungi
diantaranya:

1. Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:
buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang
diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
2. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
5. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
6. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
7. Arsitektur;
8. Peta;
9. Seni batik;
10. Fotografi;
8

11. Sinematografi;
12. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil
pengalihwujudan.

5. Sanksi Plagiarisme

Undang‐Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal


25 ayat 2 dan pasal 70 dalam (Istiana & Purwoko, 2016, hlm. 7) mengatur sanksi
bagi masyarakat yang melakukan plagiat, khususnya yang terjadi di lingkungan
akademik. Sanksi tersebut adalah sebagai berikut :

(Pasal 25) ayat 2:


Lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh
gelar akademik, profesi, atau vokasi terbukti merupakan jiplakan dicabut gelarnya.
(Pasal 70):
Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar
akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Ayat (2)
terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2010 dalam (Istiana & Purwoko, 2016,
hlm. 7) telah mengatur sanksi bagi mahasiswa yang melakukan tindakan plagiat.
Jika terbukti melakukan plagiasi maka seorang mahasiswa akan memperoleh sanksi
sebagai berikut:
1. Teguran
2. Peringatan tertulis
3. Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa
4. Pembatalan nilai
5. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa
6. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa
7. Pembatalan ijazah apabila telah lulus dari proses pendidikan.

B. Tinjauan tentang Penulisan Karya Ilmiah

Seperti yang pernah dikemukan oleh Rektor UPI Prof. H. Furqon, MA., Ph.D.
dalam Peraturan Rektor UPI mengenai Pedoman Penulisan Karya Ilmah UPI (2015,
9

hln. iii) bahwa menulis karya ilmiah merupakan bagian yang tak dapat dilepaskan
dari kehidupan akademik seorang mahasiswa saat menjalani perkuliahan. Berbagai
bentuk tulisan akademik menjadi hal yang perlu dipahami oleh setiap mahasiswa,
mengingat karya tulis yang dibuat menjadi refleksi pemahaman dari setiap bidang
ilmu yang dipelajari. Begitu pun dengan siswa SMA yang apabila kita tilik ternyata
dalam keseharian aktivitas sekolahnya diwarnai oleh tugas yang tidak jauh dari
penulisan karya ilmiah hanya saja pada tingkatan yang berbeda.

Pada dasarnya pemahaman mengenai penulisan karya ilmiah ini sebenarnya


sudah ada dalam materi pembelajaran pada tingkat SMA. Hal ini pastinya memiliki
tujuan untuk memberikan pemahaman lebih mengenai pentingnya memperhatikan
aturan-aturan dalam penulisan karya ilmiah. Tetapi dalam lapangan itu kembali lagi
pada guru yang bersangkutan. Sehingga tentunya pula tidak akan sama antara
pemhaman siswa satu dengan lainnya mengenai penulisan karya ilmiah ini. Berikut
akan kami paparkan mengenai penjelasan karya ilmiah.

Menulis mempunyai banyak manfaat yang dapat dipetik dalam kehidupan ini,
diantaranya adalah: (a) peningkatan kecerdasan, (b) pengembangan daya inisiatif
dan kreatif, (c) penumbuhan keberanian, dan (d) pendorongan kemauan dan
kemampuan mengumpulkan informasi. Menulis merupakan tindak komunikasi
yang pada hakikatnya sama dengan berbicara. Persamaan itu terletak pada tujuan
dan muatannya. Tujuan menulis adalah untuk menyampaikan sesuatu kepada orang
lain, sedangkan muatannya adalah pikiran, perasaan, gagasan, pesan, dan pendapat
(Tarigan, 2008, hlm. 21-22).

Ada dua hal yang penting dan diperlukan dalam menulis, yaitu bahan tulisan
serta bagaimana cara menuliskannnya. Salah satu skema dan bentuk tulisan yang
berdasar pemikiran kritis dan dengan tata cara penulisan yang baku adalah karya
ilmiah. Karya ilmiah adalah tulisan yang dibuat oleh praktisi akademik dalam
memenuhi syarat ataupun untuk memenuhi tugas akademik. Karya ilmiah
merupakan tulisan yang didasarkan atas penelitian ilmiah (Dalman, 2012, hlm. 1-
2).

Karya ilmiah merupakan tulisan yang didasarkan atas hasil dari penelitian
ilmiah. Namun, dewasa ini mulai berkembang paradigma baru bahwa suatu karya
10

ilmiah tidak harus berdasarkan pada penelitian ilmiah, melainkan bisa juga suatu
kajian terhadap suatu masalah yang dianalisis oleh ahlinya secara profesional.
Tradisi keilmuan bukan sekedar menjadi penerima ilmu atau pelaksana teori yang
sudah ada. Akan tetapi, sekaligus sebagai pemberi (penyumbang) ilmu. Dengan
demikian, tugas kaum intelektual dan cendekiawan tidak hanya dapat membaca,
tetapi juga harus dapat menulis tentang tulisan-tulisan ilmiah. Apalagi bagi seorang
mahasiswa sebagai calon ilmuwan wajib menguasai tata cara penulisan karya
ilmiah (Widiantoko, 2014, hlm. 32).

Arifin (2003) (dalam Widiantoko, 2014, hlm. 33) mengklasifikasikan karangan


menurut bobot isinya atas tiga jenis, yaitu: (1) karangan ilmiah, (2) karangan seni
ilmiah atau ilmiah popular, dan (3) karangan non ilmiah. Yang tergolong ke dalam
karangan ilmiah, aantara lain: makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi; yang
tergolong karangan seni ilmiah, antara lain: artikel, editorial, opini, feuture,
reportase; yang tergolong ke dalam karangan non ilmiah, antara lain: enekdot,
dongeng, hikayat, cerpen, novel, roman, dan naskah drama. Ketiga jenis karangan
tersebut memiliki karaktersitik yang berbeda. Karangan ilmiah memiliki aturan
baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan pengguanaan
bahasa, sedangkan karangan non ilmiah adalah karangan yang tidak terikat pada
karangan baku. Sementara itu, karangan semi ilmiah berada diantara keduanya.

Karya tulis ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu pengetahuan yang berbentuk
tulisan menggunakan sistematika yang dapat diterima oleh komunitas keilmuan
melalui suatu sistematika penulisan yang disepakati. Dalam karya tulis ilmiah, ciri-
ciri keilmiahan dari suatu karya harus dapat dipertanggungjawabkan secara empiris
dan objektif. Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan
dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber
pengetahuan ilmiah yang digunakan dalam penulisan. Penulisan ilmiah harus
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang tidak bisa
diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan predikat serta hubungan apa
antara subjek dan predikat kemungkinan besar merupakan informasi yang tidak
jelas. Penggunaan kata harus dilakukan secara tepat, artinya kita harus memilih
kata-kata yang sesuai dengan pesan yang disampaikan (Tarigan, 2008, hlm.30).
11

Dalam penelitian, yang digunakan sebagai bahan penulisan karya ilmiah dapat
berupa kutipan atas pernyataan orang lain sebagai dasar atau landasan penyusunan
penelitian. Pernyataan ilmiah ini digunakan untuk bermacam-macam tujuan sesuai
dengan bentuk argumentasi yang diajukan. Pernyataan tersebut dapat digunakan
sebagai sebagai definisi dalam menjelaskan suatu konsep, atau dasat digunakan
sebagai premis dalam pengambilan kesimpulan pada suatu argumentasi.

Pernyataan ilmiah yang harus kita gunakan dalam tulisan harus mencakup
beberapa hal, yaitu: 1) Harus dapat kita identifikasikan orang yang membuat
pernyataan tersebut; 2) Harus dapat kita identifikasikan media komunikasi ilmiah
dimana pernyataan disampaikan apakah dalam makalah, buku, seminar, lokakarya;
3) Harus dapat diidentifikasikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah
tersebut beserta tempat domisili dan waktu penerbitan dilakukan dan apabila tidak
diterbitkan, maka harus disebutkan tempat, waktu, dan lembaga yang mekukan
kegiatan (Dalman, 2012, hlm. 5-6).

C. Tinjaun tentang Pemahaman

Pemahaman merupakan suatu proses, perbuatan dan kemampuan menangkap


makna, arti serta penguasaan terhadap bahan-bahan yang dipelajari. Pemahaman
meletakkan pola dasar suatu kegiatan belajar, tanpa hal tersebut maka suatu
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan tidak akan bermakna serta
proses belajar yang dialami oleh peserta didik tidak membawa hasil yang maksimal
(Widiantoko, 2014, hlm. 44 – 45).

Menurut Taksonomi Bloom (Daryanto, 2011, hlm. 106), pemahaman dapat


dibedakan kedalam beberapa kategori, yaitu; 1) tingkat terendah adalah
pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya,
mengartikan dan menerapkan prinsip prinsip; 2) tingkat kedua adalah pemahaman
penafsiran, yaitu menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian,
membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok; dan 3) tingkat ketiga
merupakan tingkat yang tertinggi yaitu pemahaman ekstrapolasi. Memiliki
pemahaman tingkat ekstrapolasi berarti seseorang mampu melihat dibalik yang
tertulis, dapat membuat random tentang konsekuensi atau kemampuan membuat
estimasi, prediksi berdasarkan atas pengertian dan kondisi-kondisi yang
12

diterangkan dalam ide- ide atau simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan
yang berhubungan dengan implikasi dan konsekuensinya.

Seseorang dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan


penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan
menggunakan daya pikirnya yang kemudian ditekspresikan atau
diimplementasikan dalam tindakan nyata. Kemampuan pemahaman dapat
dijabarkan menjadi tiga, yaitu: menerjemahkan (translation), menginterpretasi
(interpretation), mengekstrapolasi (extrapolation) (Widiantoko, 2014, hlm. 46).

D. Tinjauan tentang Mahasiswa

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang


Pendidikan Tinggi Pasal 1 Ayat (15), mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang
Pendidikan Tinggi yang merupakan jenjang setelah Sekolah Menengah Atas atau
Sekolah Menengah Kejuruan. Mahasiswa yang diamaksud adalah pelajar yang
mengenyam pendidikan untuk memperoleh gelar sarjana stara satu. Mahasiswa
disiapkan untuk menjadi pemuda yang cerdas dan cendekia.

Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena mengenyam


pendidikan di perguruan tinggi yang diharapkan menjadi calon-calon pemimpin
bangsa. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang
memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga
merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan
masyarakat yang sering kali menciptakan gerakan-gerakan kearah pembaharuan.
Mahasiswa mempunyai peran dan fungsi dalam bidang moral, sosial, dan
intelektual yang tentu saja harus jauh dari kata plagiat (Widiantoko, 2014, hlm. 48).

E. Tinjauan tentang Siswa SMA

Siswa SMA merupakan masa peralihan menuju dewasa. Apa yang dia lakukan
ketika SMA akan menjadi bekal bagi dia di kemudian hari. Maka dari itu sangat
penting sekali memberikan pemahaman mengenai plagiarisme semenjak dini agar
siswa tidak tumbuh menjadi generasi instan.
13

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu SMA Negeri 15 Bandung di Jl.


Sarimanis I No. 1 Bandung, Sarijadi-Bandung, Jawa Barat serta SMA Negeri 05
Bandung yang berlokasi di Jl. Belitung No.8, Bandung, Jawa Barat. Adapun
alasan penelitian kami dilaksanakan pada dua tempat tersebut karena selain lokasi
yang cukup berdekatan dengan instansi kami, lokasi-lokasi itu memenuhi kriteria
penelitian.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang kami gunakan adalah metode deskriptif, yaitu:
menurut Singarimbun (1989) metode ini memberikan gambaran tentang
fenomena tertentu atau aspek kehidupan tertentu dari masyarakat. Metode
deskriptif tidak hanya terbatas pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis dan
interpretasi tentang arti data itu.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian kami bedasarkan judul yang kami kaji, yaitu
kalangan mahasiswa dan siswa SMA. Hal ini dikarenakan populasi dalam
penelitian ini mencakup keseluruhan karakteristik yang dibutuhkan yaitu untuk
mengetahui tindakan pencegahan plagiarisme apa saja yang sudah dilakukan
dikalangan mahasiswa maupun siswa SMA dan juga untuk mengetahui secara
rinci dan mendalam perihal kesadaran tindakan plagiarisme. Adapun yang
menjadi anggota populasi untuk penelitian kami untuk wawanacara adalah
seorang guru dan lima orang siswa dari SMA Negeri 15 Bandung serta seorang
guru dan lima orang siswa dari SMA Negeri 15 Bandung. Kemudian kami juga
mewawancara lima orang mahasiswa dari jurusan yang berbeda sedangkan, untuk
mengenai angket anggota populasi yang akan kami tuju adalah mahasiswa dan
siswa SMA.
Dalam pemilihan anggota sampel untuk wawancara dalam penelitian kali ini,
kami menggunakan teknik cluster, agar mendapatkan hasil yang berbeda dan juga
dapat dibandingkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sedangkan
14

dalam pemilihan anggota sampel untuk angket menggunakan tekik random, hal ini
dikarenakan angket diperuntukan untuk semua kalangan mahasiswa dan siswa
tingkat SMA. Keseluruhan sempel ini dianggap dapat mencerminkan permasalahan
dalam penelitian ini karena tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji tindakan
plagiarism di kalangan mahasiswa maupun siswa.
Berikut adalah hasil yang telah dihitung bedasarkan angket :
1. Profil Responden
Dalam penelitian ini, kami mengambil 110 sampel pelajar. Dengan profil
sebagai berikut:

Kriteria Sub kriteria Jumlah


Jenis Laki-Laki 33,6%
Kelamin Perempuan 66,4%
Usia 16-18 16,5%
19-20 77,2%
21-23 06,3%
Instansi Universitas/Politeknik 97,3%
SMA/SMK/MA 02,7%

Tabel 1. Profil Responden


2. Analisis Hasil Penelitian
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa mengenai plagiatisme, kami
menganalisisnya dengan berdasarkan respons dari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam kuesioner, kami membuat frekuensi sebagai berikut:

Pertanyaan Presentase Skor Nilai


Apakah anda pernah mencontek? Ya 93,6% 102 Baik
Tidak 6,4%
Apakah anda pernah menyalin karya Ya 79,1% 87 Baik
oranglain? Tidak 20,9%
Apakah anda menyadari bahwasanya Ya 95,5% 105 Baik
melakukan hal tersebut adalah sebuah Tidak 4,5%
kesalahan?
15

Apakah anda mengetahui apa itu Ya 93,6% 102 Baik


plagiarisme? Tidak 6,4%
Apakah anda mengetahui hukum Ya 71,8% 78 Cukup
meniru karya orang lain? Tidak 28,2%
Apakah di lingkungan anda mencontek Ya 70% 77 Cukup
atau meniru karya orang lain sudah Tidak 30%
seperti kebiasaan?
Dalam mengerjakan tugas, jika 0%-30%= 29 Kurang
dipresentasekan berapa persen tugas 66,4%
anda yang menyalin karya/jawaban 31%-60%=
milik orang lain? 30,9%
61%-90%=
2,7%

Apakah anda pernah diarahkan Ya 84,5% 92 Baik


bagaimana cara mengutip dari karya Tidak 15,5%
milik orang lain?
Menurut anda, apakah penting Ya 90% 99 Baik
pembelajaran tentang tata cara Tidak 10%
mengutip tulisan milik orang lain?
Apakah anda pernah diberikan Ya 95,5% 105 Baik
pemahaman bahwa melakukan Tidak 4,5%
tindakan plagiarisme adalah hal yang
tidak diperbolehkan?
Tabel 2. Frekuensi Respon dari Pertanyaan yang diajukan
Presentase pada tabel di dapatkan dari hasil respons yang diberikan responden,
Untuk skor pada tabel dilihat dari respons yang tertera dimana, dalam pemberian
skor ini menggunakan metode guttman yang merupakan suatu bentuk kaidah
pedoman penelitian. Karena kami bertumpu pada skala Guttman maka hasilnya
adalah jawaban yang di dapatkan sangat tegas dan objektif yaitu ya dan tidak. Untuk
jawaban ya diberi nilai 1 dan jawaban tidak diberi nilai 0. Sedangkan Rentang nilai
yang diambil yaitu dilihat dari banyakya presentase, yaitu:
16

Rentang Nilai
Presentase (%)
25-50 Kurang
51-75 Cukup
76-100 Baik
Tabel 3. Rentang Nilai dari Banyaknya Presentase
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penelitian ini yaitu
menguunakan angket. Kami membuat daftar beberapa pertanyaan yang kemudian
diserahkan atau disebarkan kepada responden untuk diisi. Teknik ini kami pilih
karena biaya yang digunakan relatif murah. Namun pertanyaan dalam angket
dapat salah ditafsirkan dan tidak ada kesempatan mendapatkan penjelasan. Untuk
mengatasi kekurangan dari angket maka kami juga melakukan wawancara kepada
siswa SMA dan juga guru Bahasa Indonesia di sekolah tersebut. Dimana kami
mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung kepada responden tersebut
yang kemudian kami catat atau direkam. Dan yang terakhir yaitu observasi, kami
mengamati hasil dari karya tulis siswa terutama makalah dalam memperoleh data
untuk disimpulkan nantinya.
17

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Obyek Penelitian
Pusat dan sasaran penelitian yang kami teliti adalah kaum akademisi
diantaranya yaitu mahasiswa, siswa dan juga guru. Alasan kami memilih obyek
penelitian tersebut karena tindakan plagiarisme ini sekarang sedang marak terjadi.
Tujuan kami mewawancarai guru adalah untuk mengetahui tindakan preventif apa
saja yang telah dilakukan oleh seorang figur guru. Dari hasil wawancara guru
tersebut juga dapat diketahui bahwa figur guru sangatlah penting keberadaannya
untuk dijadikan contoh atau panutan siswa. Selain itu alasan mengapa kami
melakukan wawancara terhadap beberapa mahasiswa dan juga beberapa siswa
adalah untuk mengetahui dan mengenal kalangan mahasiswa dan siswa di era
millennial ini. Kami juga ingin mengetahui bagaimana sebesar dan seluas apa
pengetahuan yang dimiliki siswa tingkat SMA perihal plagiarisme. Tidak hanya
wawancara saja, dari angket yang kami sebarkan juga dapat memperkuat hasil yang
akan disimpulkan nantinya.
B. Analisis Data
Dari hasil angket dan hasil wawancara yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat
diketahui bahwa plagairisme adalah hal yang memang sudah tidak asing lagi di
kalangan akademisi. Berdasarkan hasil angket dari 110 responden yang terdapat
mayoritas mahasiswa yang memiliki jumlah 107 orang dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden mengetahui apa itu plagiarisme. Dilihat dari hasil angket
yang menunjukkan angka pencapaian angka 93.6% mereka juga mengetahui
keberadaan hukum yang mengatur tindakan plagiarisme. Terdapat 105 orang yang
telah menapatkan pemahaman mengenai tindakan plagiarisme adalah sebuah
kasalahan. Namun sangat disayangkan pada fakta lapangannya banyak menunjukan
bahwa tindakan plagiarisme adalah hal yang lumrah terjadi. Dapat dilihat dari
pengalaman menyontek dan menyalin menunjukan angka presentase yang besar.
Namun dalam pengerjaan tugas angka presentase menunjukan bahwa mayoritas
dari mereka hanya menjadikan karya atau jawaban milik orang lain sebagai contoh
ide, bukan untuk menyalin jawaban tersebut. Perihal pengutipan dalam sebuah
18

karya tulis maupun makalah mayoritas dari responden sudahmengetahui tata cara
mengutip karena angka presentase menunjukan bahwa 92 orang sudah
mengetahuinya dan 99 orang menganggap bahwa pembelajaran tentang tata cara
pengutipan tulian itu penting.
Dari hasil wawancara lima orang dari SMA Negeri 15 Bandung dan lima orang
dari SMA Negeri 5 Bandung menunjukkan bahwa adanya persamaan hasil sehingga
dapat ditemukan bahwa dikalangan siswa sudah mengenal dan mengetahui perihal
plagiarisme namun dengan istilah yang berbeda, mereka lebih mengenal dengan
istilah copas. Selain itu, kami menemukan bahwa tugas karya tulis dan makalah
adalah hal yang lumrah bagi mereka, mereka sering mendapatkan tugas dalam
bentuk tersebut. Sumber yang digunakan oleh mereka buku dan internet tetapi
mereka lebih sering menggunakan internet karena mudah diakses. Untuk proses
pembuatan makalah atau karya tulis, mereka terlebih dahulu mencari materi dari
internet maupun buku, kemudian mereka membuat rancangannya, lalu setelah itu
mereka mulai untuk membentuk sebuah makalah atau karya tulis sesuai pedoman
atau tata cara yang diberikan oleh guru. Dalam pencarian materi, mereka hanya
mengambil bagian yang penting untuk tugas makalahnya, kemudian setelah
menemukan banyak hal-hal penting yang berpotensi untuk mengisi pembahasan
materinya, mereka kemudian menyimpulkan materi tersebut sehingga mendapatkan
suatu pembahasan yang sangat sesuai. Untuk pedoman karya tulis atau makalah
mereka sudah diajarkan oleh guru. Namun untuk tata-cara pengutipan dan bagian
daftar pustaka sumber buku maupun internet belum diajarkan. Sehingga bisa dilihat
dari makalah yang mereka buat tidak terdapat kutipan meskipun terdapat daftar
pustaka. Hal tersebut bisa kami simpulkan bahwa mereka melakukan tindakan
plagiarisme.
Dari hasil wawancara dengan 5 orang mahasiswa dari jurusan yang berbeda-
beda dan berbeda tingkatan, kami dapat menyimpulkan bahwa kata plagiarism
sudah tidak asing lagi bagi mereka, dan mereka mengetahui bahwa hal tersebut
merupakan sebuah kesalahan. Ketahuan mereka bisa dibuktikan dengan sedikit
demi sedikit menjauhi tindakan plagiarisme itu. kami menyimpulkan seperti itu,
karena setelah melihat beberapa makalah dari mereka sudah mulai menggunakan
kutipan. Hanya saja, kami temukan beberapa makalah yang kutipannya tidak sesuai
19

dengan daftar pustaka ada juga yang terdapat daftar pustaka tetapi tidak ada kutipan.
Bisa kami simpulkan bahwa mereka sudah mengetahui bagaimana cara mengutip
karena memang oleh dosen mereka sudah diajarkan bagaimana cara mengutip dan
sudah diberikan pemahaman bahwa tindakan plagiarisme itu sangat tidak
dianjurkan. Namun, pemahaman mereka tidak dibarengi dengan tindakan yang
sesuai, karena masih ada yang melakukan tindakan plagiarisme. Tindakan
plagiarisme dan bagaimana tata-cara mengutip baru mereka pahami ketika duduk
dibangku perkuliahan, karena pada saat mereka di bangku SMA ketika membuat
makalah itu hanya copas saja dari internet tanpa menggunakan kutipan sama sekali.
Karena berdasarkan penjelasan mereka guru lebih menekankan kepada prosedur
sistematika penulisannya dan menghiraukan bagaimana cara untuk mendapatkan
sumber kemudian mengutipnya. Dari hal tersebut, kami dapat berasumsi bahwa
mengapa mahasiswa masih melakukan tindakan plagiarisme terutama dalam hal
penulisan karya ilmiah karena kebiasaan yang sudah sering mereka lakukan ketika
mereka duduk dibangku SMA. Selain hal tersebut, mereka menganggap bahwa
copas dari internet itu lebih mudah dan tidak memakan waktu yang lama.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh kelompok kami kepada
bapak Drs. Yayat Sudayat selaku guru bahasa Indonesia di SMA N 5 Bandung dan
ibu Rosani, S.Pd, M.Pd selaku guru bahasa Indonesia di SMA N 15 Bandung ,
kelompok kami menemukan bahwa di kedua sekolah tersebut sudah melakukan
pencegahan terhadap tindakan plagiarisme. Menurut keterangan guru tersebut,
semua guru mata pelajaran di sekolah tersebut selalu mengingatkan bahwa tindakan
plagiarisme adalah hal yang sangat buruk. Para guru menghimbau siswanya dengan
cara mengingatkan dan mengajarkan bagaimana cara membuat karya tulis dengan
baik dan benar. Untuk mengetahui makalah atau karya tulis tersebut dibuat sendiri
dan tidak meniru orang lain para guru biasanya menanyakan kembali perihal materi
tugas yang diberikan atau biasanya mereka dapat mengetahui sendiri dari segi
tatanan bahasa. Karena menurut mereka bahasa yang digunakan oleh siswa tingkat
SMA sangat berbeda dengan bahsa yang digunakan oleh mahasiswa ataupun bahasa
yang digunakan dalam buku. Jika guru menemukan tindakan plagiarisme pada
siswa hukuman yang diberikan biasanya disesuaikan dengan kesalahan yang
dilakukan. Gurupun menyesuaikan hukuman tersebut dengan psikologi remaja
20

yang berlaku, intinya hukuman yang diberikan dapat menyadarkan siswa bahwa
tindakan yang dilakukan itu adalah kesalahan besar. Hukuman yang diberikanpun
bermakna untuk memberikan sebuah pondasi yang kuat agar siswa tidak melakukan
kesalahan yang sama. Namun, berdasarkan penuturan dari ibu Rosani memang
untuk hal pengutipan di SMA itu kurang diperhatikan
Plagiarisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penjiplakan yag
melanggar hak cipta, sementara itu menurut Neville mengemukakan bahwa
plagiarisme sebagai suatu tindakan yang mengambil ide atau tulisan orang lain
tanpa menyebutkan rujukan dan diklaim sebagai milikya sendiri. Kemudiann
plagiarisme mempunyai beberapa jenis, yaitu ada plagiarisme ide, plagiarisme isi,
plagiarisme kata, kalimat, paragraf, dan pragiarisme total. Ketiga plagiarisme ini
sering terjadi di kalangan mahasiswa. Menurut Suliata alasan mengenai seseorang
melakukan plagiarism adalah kurangnya kesadaran beretika, kemudian fasilitas
internet yang menunjang, lalu adanya perangkat teknologi tinggi dengan mobilitas
yang tinggi dan juga kinginan untuk mendapatkan prestas akademik dengan
berbagai cara.
Kutipan-kutipan yang telah disertakan sesuai dengan hasil penelitian dari
tersebarnya angket di kalangan mahasiswa maupun siswa tingkat SMA, menurut
kami dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa sudah banyak
mahasiswa yang mengetahui apa itu plagiarisme, namun mungkin asing untuk di
kalangan siswa tingkat SMA faktor itu disebabkan karena siswa tingkat SMA lebih
mengenali istilah copas untuk mengartikan plagiarisme.
21

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Plagiarisme adalah suatu tindakan yang disengaja ataupun tidask yang
melanggar hak cipta dengan mengambil ide atau rujukan dan diklam sebagai
miliknya sendiri. Seseorang yang melakukan plagiat terhadap suatu karya, gagasan
atau ide dapat dikenakan sanksi, sanksi yang sesuai dengan bentuk tindakannya
seperti yang sudah dirumuskan dalam Undang-undang.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa para responden yang semuanya itu merupakan kalangan akademisi sudah
memahami apa itu tindakan plagiarisme dan tahu bahwa tindakan tersebut
merupakan tindakan yang tidak diperbolehkan. Namun, meskipun mereka
mengetahui bahwa tindakan tersebut salah, tetapi banyak dari mereka yang
melakukan tindakan plagiarisme. Contoh kecilnya seperti menyontek, mengambil
ide dan tulisan orang lain tanpa menuliskan rujukannya. Hal tersebut mereka
lakukan karena mereka menganggap bahwa menjiplak karya orang lain itu lebih
mudah dan lebih murah. Di zaman yang serba instan ini, semuanya mudah untuk
didapatkan. Semuanya dimanjakan dengan teknologi yang tersedia saat ini. Orang
mudah untuk menyebarluaskan karyanya, akan tetapi mudah juga untuk dicuri
karyanya karena mudah diakses. Keadaan seperti itulah yang membuat generasi
muda saat ini melakukan tindakan plagiarisme.
Dewasa ini sudah ada usaha untuk meminimalisir tindakan plagiarisme yaitu
dengan pengajaran sejak dini mengenai cara pengutipan oleh guru yang
bersangkutan, pengutipan yang diajarkan kepada siswa diajarkan dengan sangat
sederhana tetapi dengan tidak menghilangkan sumbernya, menanamkan sikap jujur
serta menghargai atau pengakuan utuh atas karya orang lain yang dilakukan guru
kepada murid juga merupakan salah satu tindakan pencegahan plagiarisme.
B. Saran
Berdasarkan hasil riset yang telah kami lakukan sekaligus kami kaji, maka
disini kami memilki beberapa saran / rekomendasi yang meliputi:
1. Perlu diadakannya penanaman mengenai kejujuran semenjak dini. Penanaman
kejujuran ini bisa dimulai dalam lingkup keluarga terlebih dahulu. Tentunya
22

disini peran orang tua sangat dibutuhkan demi mendukung perkembangan


perilaku sang anak agar kelak tumbuh menjadi pribadi yang jujur dan terhindar
dari perilaku menyimpang.
2. Perlu diadakannya pemahaman mengenai hak-hak orang lain dan saling
menghargai karya orang lain. Pengakuan terhadap karya orang lain yang
dijadikan bahan pustaka merupakan salah satu tindakan jujur seorang penulis
karena hal ini merupakan salah satu faktor yang memengaruhi berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Perlu adanya peningkatkan peran pendidik dalam pencegahan plagiarisme.
Pendidik harus bisa menjadi teladan yang baik dan juga menjadi pembimbing
yang baik dengan memberikan pemahaman yang baik mengenai arti penting
pencegahan plagiarisme dalam berbagai karya.
4. Perlu adanya pengoptimalan alat atau aplikasi yang bisa mendeteksi adanya
tindakan plagiarisme.
5. Siswa atau pun mahasiswa harus mampu meningkatkan minat bacanya sehingga
bisa mempermudah dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya
6. Perlu adanya pembiasaan menulis dengan menggunakan pendapat sendiri
7. Siswa maupun mahasiswa harus mampu mengaplikasikan apa yang menjadi
pedoman penulisan karya ilmiah sehingga bisa terhindar dari proses plagiarisme.
23

DAFTAR RUJUKAN

Sumber Buku

Dalman. (2012). Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Daryanto. (2011). Manajemen Pemasaran: Sari Kuliah. Bandung: Satu Nusa.

Istiana, Purwani & Purwoko. (2016). Panduan Anti Plagiarisme. Yogyakarta:


Perpustakaan Universitas Gajah Mada.

Munandar, Haris & Sitanggang, Sally. (2008). Mengenal Hak Kekayaa,


Intelektual, Hak Cipta, Paten, Merek dan Seluk -beluknya. Jakarta: Erlangga

Peraturan Rektor UPI. (2016). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun
Akademik 2016. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Peraturan Rektor UPI. (2015). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun
Akademik 2016. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tarigan. & Guntur, H. (2008). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa.


Bandung : angkasa

Sumber Jurnal

Herqutanto. (2013). Plagiarisme, Runtuhnya Tembok Kejujuran Akademik. Jurnal


Universitas Indonesia. Vol. 1, No. 1, Hlm. 1-3. [Online]. Diakses dari
http://journal.ui.ac.id/index.php/eJKI/article/viewFile/1589/1335.

Soetanto, Hendrawan. (2014). Memahami Plagiarisme Akademik. Jurnal


Universitas Brawijaya Malang. Vol. 1, No. 1, Hlm. 1-10. [Online]. Diakses
dari http://ppikid.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/Plagiarisme-
Akademik-2014.pdf

Peraturan Perundangan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Penanggulan Plagiat di Perguruan Tinggi.

Undang-Undang Republik Indonesia No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan


Tinggi Pasal 1 Ayat (15).
24

Undang‐Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 25


ayat 2 dan pasal 70.

Sumbet Skripsi / Tesis / Desertasi

Widiantoko, M. A. (2014). Plagiat Pada Tugas Akhir Mahasiswa Fakultas Ilmu


Sosial UNY. (Skripsi). Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. [Online]. Diakses dari
http://eprints.uny.ac.id/24101/3/BAB%20II%20KAJIAN%20TOERI.pdf
25

LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian

INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam penelitian kali ini kami ingin mengetahui bagaimana fenomena kebiasan
plagiarisme bisa membudaya di generasi muda sekaligus menemukan solusi yang
paling tepat untuk meretas kebiasaan tersebut dengan menggunakan metode
penelitian kuantitatif dan kualitatif. Agar kami mendapatkan informasi yang kami
peelukan untuk dapat menggambarkan fenomena tersebut kami mengambil
beberapa item pertanyaan yang kemudian kami rumuskan sebagai berikut.

Rumusan Masalah:

1. Apa saja perilaku generasi muda yang mengisyaratkan bahwa itu masuk
kedalam kategori plagiarisme?
2. Bagaimanakah kebiasaan plagiarisme yang ada pada generasi muda sekarang
ini?
3. Mengapa kebiasaan plagiarisme ini bisa terjadi?
4. Bagaimanakah cara pengajaran yang dilakukan saat ini dalam meredam
fenomena plagiarisme?
5. Bagaimana tanggapan seorang guru yang mengampu mata pelajaran B.
Indonesia dalam menyikapi fenomena tersebut?
6. Bagaimanakah solusi yang paling tepat untuk meretas kebiasaan plagiarisme
yang membudaya pada generasi muda di Indonesia?

Landasan Teori:

Menurut kamus Merriam-Webster dalam (Herqutanto, 2013:1), kata plagiarisme


berasal dari kata kerja transitif. Kata ‘to plagiarize’ berarti “to steal and pass off
(the ideas or words of another) as one’s own; use (another’s production) without
crediting the source”. Sebagai kata kerja intransitif, kata tersebut berarti “to
commit literary theft; present as new and original an idea or product derived from
an existing source”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, plagiarisme adalah
kata benda, yang artinya “penjiplakan yang melanggar hak cipta”. Tindakan
melakukan plagiarisme disebut plagiat, yang berarti “pengambilan karangan
26

(pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan


(pendapat dan sebagainya) sendiri, misalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas
nama dirinya sendiri; jiplakan”. Orang yang melakukan tindakan plagiat disebut
plagiator, yaitu “orang yg mengambil karangan (pendapat dan sebagainya) orang
lain dan disiarkan sebagai karangan (pendapat dan sebagainya) sendiri; penjiplak”.

Metode Penelitian

Kuantitatif :Metode penelitian yang kami gunakan adalah metode kuantitatif yaitu
pendekatan yang berhubungan dengan angka-angka statistik dan angka-angka yang
dalam pengolahan datanya mengunakan skoring, indeks, tabel frekuensi dan tabel
silang. Pada penelitian kuntitatif kami akan mencari pendapat umum serta khusus
yang terjadi pada responde mengenai plagiarisme untuk menyimpulkan data yang
telah kami olah untuk menemukan keseragaman dalam setting penelitian kami.

Kualitatif: Dalam penelitian ini selain menggunakan metode kuantitatif kami juga
menggunakan pendekatan kualitatif sebagai cara untuk menganalisis kondisi yang
ada di dalam masyarakat. Metode kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data
deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis dan tingkah laku yang dapat
diamati dari orang-orang yang diteliti.

Instrumen Penelitian Kualitatif

Informan:

Guru SMAN 5 Bandung dan SMAN 15 Bandung

Perwakilan siswa SMAN 5 Bandung dan SMAN 15 Bandung

Setting:

Lokasi: SMAN 5 Bandung dan SMAN 15 Bandung

Waktu: tanggal 3-4 Oktober 2017

Draft Pertanyaan yang diajukan:

Untuk Guru:
27

1. Sudah banyak terdapat kasus plagiarisme yang terjadi dikalangan siswa mauun
mahasiswa. Apa tanggapan anda mengenai hal tersebut?
2. Setelah mengetahui realita di lapangan, apakah anda turut ikut atau melkukan
hal pencegahan plagiarisme? (Jika jawaban “iya” beri penjelasan)
3. Sulit untuk mengetahui mana karya yang asli dan karya hasil orang lain, Apakah
anda bisa tolong jelaskan bagaimana cara anda unruk mengetahui hal tersebut?
4. Bagaimana cara anda untuk menghimbau murid anda untuk tidak melakukan
plagiarisme?
5. Jika anda menemukan tindakan plagiarisme pada siswa, apa yang akan anda
lakukan?

Untuk siswa:

1. Apakah anda sering atau pernah membuat tugas semacam karya tulis ilmiah
seperti makalah misalnya?
2. Bagaimana proses dalam pembuatannya?
3. Sumber untuk materi biasanya dari buku atau internet?
4. Apakah selalu diselipkan kutipan atau hanya menyalin saja semua materi yang
ada di buku ataupun di internet?
5. Apakah anda pernah mempelajari bagaimana pembuatan karya tulis yang baik
dan cara mengutip dari berbagai sumber rujukan?
6. Apakah anda pernah menyontek ketika mengerjakan tugas?
7. Apa yang anda ketatahui mengenai plagiarisme?
8. Apakah anda sadar bahwa budaya menyontek merupakan indikasi seorang
plagiarisme karena menyalin karya orang lain?
9. Apakah anda sadar ketika mengerjakan tugas makalah atau karya tulis lainnya
hanya menyalin dari buku dan intenet tanpa mengutip itu tindakan plagiarisme?
10. Apakah guru anda pernah menganjurkan untuk tidak melakukan hal tersebut?
Terutama dalam pembuatan tugas?

Instrumen Penelitian Kuantitatif

Informan:

Pelajar/Mahasiswa/Umum
28

Waktu:

03 Oktober s/d

Draft Kuisioner di google form:


29
30
31
32
33
34
35
36

Lampiran 2. Surat Izin Observasi


37

Lampiran 3. Dokumentasi saat observasi


38
39
40

Lampiran 4. Contoh Salah Satu Tugas Karya Ilmiah Siswa


41
42
43
44
45
46
47
48

Lampiran 5. Hasil Kuisioner dari Google Drive

Anda mungkin juga menyukai