Anda di halaman 1dari 8

IJHE 5 (1) (2017)

Indonesian Journal of History Education

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijhe

Identifikasi dan Pemanfaatan Potensi Sumber Belajar Berbasis Peninggalan


Sejarah di Ambarawa Kabupaten Semarang

Laiva Mailina, Cahyo Budi Utomo, Tsabit Azinar Ahmad

Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis relevansi peninggalan sejarah di Ambarawa sebagai
Diterima Maret 2017 sumber belajar untuk mata pelajaran sejarah, menganalisis pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai
Disetujui April 2017 sumber belajar bagi siswa SMA di Ambarawa serta mengetahui kendala yang dihadapi dalam
Dipublikasikan Mei 2017 pemanfaatan sumber belajar berbasis peninggalan sejarah di Ambarawa. Penelitian ini
________________ menggunakan pendekatan penelitian kualititatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi
Keywords: peninggalan sejarah di Ambarawa yang menjadi obyek penelitian sebagai sumber belajar sudah
historical heritage, historical layak untuk dijadikan sebagai sumber belajar. Peninggalan sejarah yang ada di Ambarawa
learning resources, historical diantaranya Stasiun Kereta Api Ambarawa, Palagan Ambarawa dan Museum Isdiman, Makam Dr.
heritage as learning resource. Cipto Mangunkusumo, Benteng Williem I dan Candi Gedong Songo. Peninggalan tersebut memiliki
____________________ nilai historis yang tinggi dan materi yang terkandung didalam peninggalan sejarah tersebut sesuai
dengan materi dalam SK dan KD yang terdapat kurikulum yang berlaku. Pemanfaatan situs sejarah
sebagai sumber belajar yang sudah dilaksanakan di SMA di Ambarawa berbeda-beda di MA Al
Bidayah, SMA Taman Madya dan SMA Kanisius Bakti Awam. Kendala yang dihadapi guru sejarah
dalam pelaksanaan pemanfaatan situs sejarah yang ada di Ambarawa juga berbeda tergantung
kepada bentuk pemanfaatan situs sejarah itu.

Abstract
___________________________________________________________________
The purpose of this research are analyzing the relevance of historical heritage in Ambarawa as a learning resource
for the subjects of history, analyzing the utilization of historical heritage as a learning resource for high school
students in Ambarawa and to know the obstacles faced in the utilization of learning resources based on heritage
in Ambarawa. This research uses qualitative research approach. The results showed that the condition of
historical relics in Ambarawa which became the object of research as a source of learning is feasible to serve as a
source of learning. Historical relics in Ambarawa include Ambarawa Railway Station, Palagan Ambarawa and
Isdiman Museum, Tomb of dr. Cipto Mangunkusumo, Williem I Fort and Gedong Songo Temple. The relics
have high historical value and the material contained in the historical heritage in accordance with the material
in SK and KD that there is a valid curriculum. Utilization of historical sites as learning resources that have been
implemented in high school in Ambarawa vary in MA Al Bidayah, Taman Madya High School and SMA
Kanisius Bakti Awam. The constraints faced by history teachers in implementing the utilization of historical
sites in Ambarawa also differ depending on the use of the historical site.

© 2017 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6641
Gedung C5 Lantai 1 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: sejarahunnes@gmail.com

32
Laiva Mailina, Cahyo BU, dan Tsabit Azinar Ahmad / Indonesian Journal of History Education 5 (1) (2017)

PENDAHULUAN terhadap pembelajaran yang dilakukan


khususnya pada mata pelajaran sejarah.
Pendidikan sejarah merupakan suatu Pembelajaran dengan memanfaatkan situs
proses internalisasi nilai-nilai, pengetahuan, dan sejarah sebagai sumber belajar dapat menjadi
ketrampilan kesejarahan serangkaian dari salah satu alternatif dalam mengatasi masalah
peristiwa yang dirancang dan disusun metode mengajar yang monoton, sehingga
sedemikian rupa untuk mendukung terjadinya pembelajaran dapat menjadi lebih menarik dan
proses belajar siswa. Sejarah mengandung arti rekreatif (Supriyono, 2010:1).
kejadian yang dibuat manusia atau yang Apabila kita berbicara mengenai sejarah
mempengaruhi manusia, perubahan, atau berarti juga berbicara tentang rangkaian adanya
kejadian yang berubah dari satu keadaan ke peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia
keadaan yang lainnya. Pembelajaran sejarah itu diwaktu yang lampau dalam berbagai aspeknya.
sangat penting bagi kehidupan siswa. Tujuan Kemudian apabila kita berbicara tentang
dari pelajaran sejarah sendiri adalah agar siswa pengajaran sejarah itu berarti membawa
dapat memahami apa yang terjadi dimasa rangkaian peristiwa kehidupan manusia kedalam
lampau, sehingga dapat menarik hikmah dari apa kelas untuk diinformasikan dan disimak murid.
yang telah dipelajari dari peristiwa masa lampau Pembelajaran sejarah selalu menjadi bagian dari
untuk dijadikan pandangan dan pedoman hidup komponen yang terkait secara terpadu untuk
dimasa yang akan datang. Pembelajaran sejarah mencapai tujuan pendidikan nasional.
biasanya menekankan pada pengembangan Pembelajaran ini memiliki arti khusus untuk
konsep serta struktur peristiwa. Namun pembentukan watak dan jati diri bangsa. Karena
kadangkala pembelajaran sejarah sering dengan mempelajari sejarah siswa mampu
dianggap hanya sebagai urutan peristiwa. Hal memupuk perasaan bangga terhadap tanah air
tersebut terjadi disebabkan karena metode melalui rentetan peristiwa sejarah yang terjadi
pembelajaran yang digunakan guru kurang dilingkungan sekitar kita. Peristiwa sejarah itu
bervariatif sehingga pemahaman mengenai terjadi, maka peristiwa itu akan lenyap, yang
hakikat dibalik peristiwa sejarah kurang dapat tertinggal hanyalah jejak-jejak dari peristiwa
dipahami siswa (Wasino, 2007). yang kemudian dijadikan sumber dalam
Menurut Purnamasari dikutip dalam menyusun sejarah yang sering disebut
Jurnal Paramita (2011:203) pembelajaran peninggalan sejarah (Widja, 1989).
sejarah yang selama ini dirasakan oleh sekolah- Sanjaya (2010) menjelaskan bahwa upaya
sekolah dirasakan kering dan membosankan untuk mewujudkan arti penting dari
karena masih berkutat pada pendekatan chronicle pembelajaran sejarah dilakukan dengan optimali
dan cenderung menuntut anak agar menghafal sumber belajar. Fungsi sumber belajar adalah
suatu peristiwa, Siswa tidak dibiasakan untuk untuk memotivasi siswa, terutama untuk siswa
mengartikan suatu peristiwa guna memahami yang rendah tingkatannya, dimaksudkan untuk
dinamika suatu perubahan. Terpinggirkannya memotivasi mereka terhadap mata pelajaran
pembelajaran sejarah disekolah menengah yang diberikan. Sumber belajar dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yang salah membangkitkan minat, mendorong partisipasi,
satunya adalah faktor model pembelajaran dan merangsang pertanyaan-pertanyaan,
dukungan media pembelajaran yang relevan. memperjelas masalah. Sumber belajar untuk
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh tujuan pengajaran yaitu untuk mendukung
salah satu media massa di Surabaya menunjukan kegiatan belajar mengajar. Kriteria ini paling
hasil bahwa mata pelajaran sejarah dianggap umum dipakai dengan maksud untuk
oleh sebagian besar siswa SMA adalah mata memperluas bahan pelajaran, melengkapi
pelajaran yang membosankan. Metode berbagai kekurangan bahan sebagai kerangka
pembelajaran yang tidak variatif tentunya belajar yang sistematis. Sumber belajar untuk
menimbulkan rasa jenuh dan bosan dari siswa penelitian merupakan bentuk yang dapat

33
Laiva Mailina, Cahyo BU, dan Tsabit Azinar Ahmad / Indonesian Journal of History Education 5 (1) (2017)

diobservasi, dianalisis, dicatat secara teliti, dan mengenai peristiwa sejarah yang terjadi di
sebagainya. Jenis sumber belajar ini diperoleh lingkungan sekitar sekolah. Siswa dapat
secara langsung dari masyarakat atau mengetahui bahwa sebenarnya di lingkungan
lingkungan. sekitar sekolah terdapat peninggalan sejarah
Upaya untuk mewujudkan sumber belajar yang didalamnya terdapat peristiwa sejarah yang
sejarah dengan efektif dan optimal adalah tercantum dalam materi pelajaran yang mereka
dengan memanfaatkan sumber belajar di sekitar ikuti. Siswa yang awalnya tidak tahu menjadi
siswa. Salah satunya yaitu bertujuan memiliki rasa ingin tahu lebih dalam mengenai
menguatkan pemahaman siswa mengenai peristiwa sejarah ini. Tentunya ini akan menjadi
sejarah lokal. Peristiwa sejarah lokal sangat pembelajaran yang menarik bagi siswa. Dengan
penting untuk dipelajari terutama untuk pengajaran sejarah yang menarik dapat
pengenalan pada diri bangsa. Pembelajaran ini membantu siswa dalam mempelajari dan
juga mengandung makna memberikan memahami suatu peristiwa dengan lebih baik,
pemahaman terhadap lingkungan kepada anak tentu saja dengan peninggalan sejarah itu akan
didik. Bukti-bukti atau peninggalan-peninggalan membantu guru dalam melaksanakan tugasnya.
terjadinya suatu peristiwa sejarah misalnya yang Karena dengan cara tersebut siswa akan bisa
terdapat di museum, monumen ataupun berupa mengerti dengan memvisualisasikan jejak-jejak
situs sejarah merupakan sumber belajar yang peristiwa sejarah.
dapat memudahkan siswa memahami materi Pemanfaatan sumber belajar di
pembelajaran sejarah yang telah disampaikan Ambarawa sudah pernah dijelaskan oleh Eko
oleh guru pada proses belajar mengajar di kelas. Sulistyanto (2013). Namun demikian penelitian
Lingkungan di sekitar siswa yang terdapat bukti itu masih hanya mengulas mengenai satu
peristiwa sejarah yang dapat membantu guru peninggalan sejarah saja dan belum ada upaya
untuk mengembangkan pemahaman siswa identifikasi yang menyeluruh terhadap potensi
tentang masa lalu dan membuat siswa mengerti sumber belajar yang ada di Ambarawa dan
bahwa sesungguhnya sejarah bukan hanya cerita, adanya keterkaitan dengan kurikulum. Selama
akan tetapi adalah sebuah peristiwa yang ini belum ada kajian mengenai identifikasi
memang benar-benar terjadi pada masanya. peninggalan sejarah di Ambarawa untuk
Salah satu wilayah yang memiliki potensi pembelajaran sejarah. Dengan demikian penulis
peninggalan sejarah adalah ambarawa. fokus terhadap identifikasinya dan analisis
Ambarawa merupakan salah satu bagian terhadap pemanfaatan peninggalan sejarah yang
administratif dari Kabupaten Semarang Provinsi belum berlangsung dengan baik dan minim
Jawa Tengah. Pada tahun 1738, Ambarawa terdapat kajian mengenai bangunan tersebut.
pernah menjadi ibukota Kabupaten Semarang. Untuk mengenalkan dan melestarikan
Ambarawa adalah kota kecil yang memiliki peninggalan sejarah yang ada di Ambarawa
banyak potensi, maka seharusnya kota sekiranya penulis perlu pengidentifikasian
Ambarawa cocok untuk dipromosikan untuk terlebih dahulu untuk selanjutnya bisa menjadi
kota wisata sejarah. Selama ini Ambarawa potensi sumber belajar sejarah yang baik bagi
banyak dikenal peninggalan bersejarahnya siswa.
seperti Stasiun Kereta Api Ambarawa, Palagan
Ambarawa dan Museum Isdiman, Makam Dr. METODE
Cipto Mangunkusumo, Benteng Williem I dan
Candi Gedong Songo. Penelitian ini merupakan penelitian
Peninggalan sejarah di Ambarawa sangat kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan
berpotensi sebagai sumber belajar. Sangat fenomenologis. Metode penelitian kualitatif
disayangkan bila tidak dimaksimalkan dengan adalah metode penelitian yang berlandaskan
baik. Sebenarnya melalui pemanfaatan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
peninggalan sejarah ini siswa dapat mengetahui meneliti pada obyek dalam kondisi alamiah

34
Laiva Mailina, Cahyo BU, dan Tsabit Azinar Ahmad / Indonesian Journal of History Education 5 (1) (2017)

dimana peneliti sebagai instrumen kunci, data yang kurang, peneliti dapat mencari kembali
pengambilan sampel data secara purposive dan data yang diperlukan di lapangan.
snowball, analisis data bersifat induktif dan hasil
penelitian menekankan makna daripada HASIL DAN PEMBAHASAN
generalisasi (Sugiyono, 2015:15). Dalam
penelitian kualitatif, peneliti ingin Relevansi Peninggalan Sejarah di Ambarawa
memberdayakan individu untuk menyampaikan sebagai Sumber Belajar Sejarah
apa yang ada di lapangan. Untuk itu perlu untuk Setiap daerah tentu memiliki kisah dan
mengidentifikasi pendekatan agar dapat sejarah tersendiri dalam perjalanannya. Begitu
menyajikannya secara spesifik. Dalam penelitian pula dengan peninggalan sejarahnya, tentu
ini mengambil obyek penelitian yaitu obyek yang memiliki keberagaman sesuai dengan khas
berupa peninggalan sejarah di Ambarawa dan masing-masing daerah. Peninggalan sejarah
obyek yang berupa sekolahan setingkat SMA. tersebut tentunya memiliki arti penting sebagai
Obyek peninggalan sejarah adalah obyek yang bukti dari peristiwa bersejarah dimasa lampau
digunakan untuk melihat macam-macam pada daerah tersebut. Seperti di Ambarawa,
peninggalannya. Obyek yang berupa daerah ini memiliki cerita sejarah yang memiliki
peninggalan sejarah terdiri dari enam peran cukup penting dari masa ke masa. Kota
peninggalan sejarah yaitu Stasiun Kereta Api kecil dengan berbagai peninggalan sejarah baik
Ambarawa, Palagan Ambarawa dan Museum pada masa kolonial maupun klasik yang dapat
Isdiman, Makam Dr. Cipto Mangunkusumo, dijadikan potensi sumber belajar siswa.
Benteng Williem I dan Candi Gedong Songo. Sumber belajar merupakan segala sesuatu
Kemudian untuk sekolah berkaitan dengan yang tersedia disekitar lingkungan belajar yang
pemanfaatan obyek-obyek peninggalan sejarah berfungsi untuk membantu optimalisasi hasil
sebagai sumber belajar. Untuk pemanfaatan belajar. Optimalisasi hasil belajar ini dapat
peninggalan sejarah sebagai sumber belajar, dilihat tidak hanya dari hasil belajar saja, namun
peneliti mengambil lokasi di tiga sekolah di juga dilihat dari proses pembelajaran yang
Ambarawa. Lokasi tersebut dipilih karena berupa interaksi siswa dengan berbagai sumber
letaknya yang dekat dengan peninggalan sejarah belajar yang dapat memberikan rangsangan
tersebut. Peneliti mengambil penelitian di untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan
ambarawa dikarenakan di ambarawa sendiri penguasaan bidang ilmu yang dipelajari. Sumber
belum ada pengidentifikasian mengenai belajar akan lebih bermakna bagi peserta didik
peninggalan-peninggalan sejarah tersebut dan maupun guru apabila sumber belajar diorganisir
juga sangat disayangkan bila tidak dimanfaatkan melalui satu rancangan yang memungkinkan
sebagai sumber belajar sejarah. seseorang dapat memanfaatkannya sebagai
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber belajar. Dalam hal ini, sumber belajar
informan, peninggalan sejarah, aktifitas dan penting sekali karena itu menunjang siswa itu
kajian dokumen. Teknik pengumpulan data tidak hanya membaca dan mengkhayal saja,
dalam penelitian ini adalah wawancara, tetapi siswa dapat juga merasakan langsung
observasi dan dokumentasi. Teknik yang peristiwa sejarah tersebut. Sehingga siswa dapat
digunakan penulis dalam penelitian ini ialah mencerna lebih mudah materi yang diberikan.
dengan triangulasi sumber. Triangulasi sumber Dengan adanya sumber belajar sejarah
untuk menguji kredibilitas data dilakukan menunjukkan bukti otentik dan bukti nyata
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh bahwa sejarah bukan hanya omong kosong tapi
melalui sumber. Kaitannya dengan penelitian benar-benar kejadian dan bukti fisiknya masih
ini, penulis menggunakan analisis interaksi. ada di sekitar lingkungan siswa. Peristiwa sejarah
Analisis interaksi atau interactive analysis dipilih di sekitar siswa diharapkan dapat membantu
karena reduksi data dan sajian data saling memahami bentuk-bentuk peristiwa masa lalu
berinteraksi satu sama lain dan apabila terdapat dan terjadinya suatu peristiwa masa lalu. Selain

35
Laiva Mailina, Cahyo BU, dan Tsabit Azinar Ahmad / Indonesian Journal of History Education 5 (1) (2017)

itu siswa mampu menggambarkan suatu Pertempuran Palagan


peristiwa sejarah. Dalam pengajaran sejarah Ambarawa)
lokal murid akan mendapatkan banyak contoh- Menganalisis Perkembangan
Ekonomi-Keuangan dan
contoh dan pengalaman dari berbagai tingkat
Politik pada Masa Awal
perkembangan lingkungan masyarakatnya, Museum
Kemerdekaan sampai Tahun
termasuk situasi masa kininya. Dengan kata lain, Isdiman
1950(pada materi
mereka lebih mudah menangkap konsep waktu Pertempuran Palagan
atau perkembangan yang menjadi kunci Ambarawa)
Menganalisis Perkembangan
penghubung masa lampau, masa kini dan masa
Ekonomi-Keuangan dan
yang akan datang. Kelebihan dari pengajaran Politik pada Masa Awal
menggunakan sejarah lokal ini dibandingkan Benteng
Kemerdekaan sampai Tahun
William I
dengan sejarah yang konvensional adalah 1950(pada materi
kemampuan untuk membawa siswa dalam Pertempuran Palagan
Ambarawa)
situasi riil di lingkungannya. Dilihat secara
Menganalisis Hubungan
sosiologis psikologis bisa dikatakan bahwa ini Makam Dr. antara Perkembangan Paham-
akan membawa murid secara langsung mengenai Cipto paham Baru dan Transformasi
serta menghayati lingkungan masyarakatnya, Mangunkusum Sosial dengan Kesadaran dan
dimana mereka adalah bagian saja daripadanya. o Pergerakan Kebangsaan (pada
(Widja, 1989) materi nasionalisme)
Menganalisis perkembangan
Penggunaan peristiwa sejarah di sekitar kehidupan negara-negara
siswa dapat juga digunakan sebagai contoh Candi Gedong
kerajaan Hindu-Buddha di
Songo
untuk menerangkan konsep kesejarahan. Dari Indonesia (pada materi
hasil penelitian, guru mengetahui potensi sumber Kerajaan Mataran Kuno)
belajar yang ada disekitar siswa. Seperti halnya
Museum Kereta Api, Monumen Palagan Berbicara mengenai kelebihan pengajaran
Ambarawa, Museum Isdiman, Makam Dr. dengan memanfaatkan peninggalan sejarah,
Cipto Mangunkusumo, Benteng William I dan hendaknya diartikan sebagai usaha
Candi Gedongsongo. Peninggalan sejarah mengidentifikasikan unsur-unsur yang bisa
tersebut berada dalam lingkungan sekitar siswa, mengurangi kelemahan yang umum dijumpai
sehingga bisa dijadikan sebagai sumber belajar dalam pengajaran sejarah. Dalam hubungan ini
bagi siswa. Seperti pada prinsip pendidikan terdapat aspek positif yang dimiliki oleh
bahwa pendidikan harus dimulai dari lingkungan pembelajaran dengan pembelajaran sejarah lokal
terdekat kemudian berkembang ke lingkungan baik yang bersifat edukatif, psikologis ataupun
terjauh. yang bersifat kesejarahan itu sendiri. Kelebihan
Tabel 1. Relevansi peninggalan sejarah khusus yang dimiliki dengan pembelajaran ini
Ambarawa dengan materi pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran
Peninggalan konvensional adalah kemampuan untuk
Kompetensi Dasar membawa murid pada situasi riil di
Sejarah
Menganalisis Perkembangan lingkungannya (Widja, 1989:112). Secara lebih
Pengaruh Barat dan khusus dikatakan bahwa ini akan membawa
Perubahan Ekonomi, siswa secara langsung mengenal serta
Stasiun Kereta
Demografi, dan Kehidupan
Api Ambarawa menghayati lingkungan masyarakatnya dimana
Sosial, Budaya, Masyarakat di
Indonesia pada masa Kolonial mereka adalah bagian daripadanya.
(pada materi Politik Etis) Disamping kelebihan diatas, kiranya juga
Menganalisis Perkembangan terdapat kelemahan dalam memanfaatkan
Ekonomi-Keuangan dan sumber belajar berbasis peninggalan sejarah. Sub
Monumen
Politik pada Masa Awal
Palagan pokok materi yang minim menjadi kendalanya.
Kemerdekaan sampai Tahun
1950(pada materi Seperti contoh pada materi hindu budha terdapat

36
Laiva Mailina, Cahyo BU, dan Tsabit Azinar Ahmad / Indonesian Journal of History Education 5 (1) (2017)

penjelasan mengenai kerajaan-kerajaan Hindu- Satu kompleks dengan Monumen


Budha di Indonesia, pada sub materi mataram Palagan, terdapat juga Museum Isdiman. Pada
kuno hanya terkesan materi “ sisipan” dan peninggalan sejarah ini juga dimanfaatkan untuk
mendapatkan waktu yang minim untuk sumber belajar. Sekolah yang memanfaatkan
memberikan penjelasan terhadap siswa karena adalah MA Al Bidayah dan SMA Kanisius Bakti
harus berbagi waktu dengan menjelaskan Awam. Kedua sekolah ini memanfaatkannya
Kerajaan Hindu-Budha lainnya. Selain itu juga karena pada peninggalan sejarah ini terdapat
waktu yang dibutuhkan lebih banyak dalam relevansinya dalam hal pertempuran palagan
pembelajaran ini. Dalam pembelajaran pada sesi ambarawa yang terdapat pada materi kelas XII.
praktek dan teori itu berbeda. Pada saat Peninggalan sejarah yang ada di Ambarawa yang
pemberian teori hanya memberikan penjelasan diteliti adalah Makam Dr. Cipto
materi kepada siswa saja dan itu berlangsung Mangunkusumo. Sekolah yang memanfaatkan
dikelas, sedangkan pada saat praktek terkadang peninggalan sejarah ini adalah SMA Kanisius
anak terlalu asyik jadi anak terlalu bersemangat Bakti Awam. Dengan adanya Makam Dr Cipto
untuk bertanya sehingga waktu yang diperlukan ini, diharapkan siswa dapat meneladani sikap
pun bertambah. kepahlawanan, perjuangan serta rasa
nasionalisme beliau.
Pembelajaran Sejarah melalui Pemanfaatan Peninggalan sejarah di Ambarawa yang
Situs Sejarah di Ambarawa sebagai Sumber berpotensi sebagai sumber belajar adalah
Belajar Benteng William I. Saat ini sekolah yang
Sumber belajar adalah semua sumber baik memanfaatkan peninggalan sejarah ini hanya
yang berupa data. orang dan wujud tertentu yang SMA Kanisius Bakti Awam Ambarawa. Dalam
dapat digunakan oleh siswa dalam mengajar baik benteng William I terdapat cerita heroik adanya
secara terpisah maupun secara terkombinasi, mempertahankan Ambarawa dari kepungan
sehingga mempermudah siswa dalam mencapai sekutu dalam peristiwa palagan Ambarawa.
tujuan belajar (Daryanto,2010). Di Ambarawa, Benteng William ini dapat dijadikan
peninggalan sejarah yang menjadi obyek pembelajaran oleh siswa dengan melihatkan
penelitian adalah Stasiun Kereta Api Ambarawa, peninggalan dan bukti adanya peristiwa tersebut.
Palagan Ambarawa dan Museum Isdiman, Peninggalan sejarah lainnya yang dapat
Makam Dr. Cipto Mangunkusumo, Benteng digunakan sebagai sumber belajar adalah Candi
Williem I dan Candi Gedong Songo. Gedong Songo. Sekolah yang memanfaatkan
Peninggalan sejarah tersebut berada di peninggalan ini sebagai sumber belajar adalah
lingkungan sekitar siswa yang sangat berpotensi MA Al Bidayah dan SMA Taman Madya. Pada
sebagai sumber belajar. materi Hindu Budha juga siswa diberikan
Pada peninggalan sejarah Stasiun Kereta wawasan mengenai gambaran candi gedong
Api, sekolah yang memanfaatkan peninggalan songo yang merupakan peninggalan dari
ini sebagai sumber belajar adalah SMA Kanisius kerajaan mataram kuno. Dari ketiga sekolah
Bakti Awam. Sekolah ini adalah sekolah yang yang dikaji oleh peneliti, terdapat perbedaan
mendukung untuk pembelajaran berbasis dalam pembelajaran memanfaatkan peninggalan
peninggalan sejarah. Di Stasiun Kereta Api siswa sejarah sebagai sumber belajar. Setiap sekolah
diberikan pembelajaran mengenai politik etis memiliki cara dan permasalahan tersendiri
dimana stasiun ini berperan dalam proses migrasi dalam pengaplikasiannya dalam pembelajaran
pada zaman belanda. sejarah. Tetapi hal tersebut tidak menjadi
Pada peninggalan sejarah Monumen masalah yang berarti karena dalam pembelajaran
Palagan Ambarawa, sekolah yang tersebut dapat dikatakan berhasil dan dapat
memanfaatkan peninggalan sejarah ini untuk memperoleh tujuan pembelajaran yang lebih
sumber belajar adalah MA Al Bidayah, SMA baik daripada pembelajaran dengan
Taman Madya dan SMA Kanisius Bakti Awam. konvensional.

37
Laiva Mailina, Cahyo BU, dan Tsabit Azinar Ahmad / Indonesian Journal of History Education 5 (1) (2017)

Kendala dalam Penerapan Sumber Belajar Untuk itu pembelajaran


Berbasis Peninggalan Sejarah dengan memanfaatkan
Dalam suatu pembelajaran pasti terdapat peninggalan sejarah
menggunakan metode
suatu yang dapat menghambat suatu kegiatan ceramah dan hanya
tersebut. Pertama-tama ketika sebelum memulai didalam kelas saja. Hal ini
suatu pembelajaran pasti mempersiapkan karena adanya
segalanya agar kegiatan tersebut berlangsung keterbatasan dana dan
tanpa kurang suatu apapun. Kendala yang waktu yang diperlukan
untuk pembelajaran ini.
dihadapi oleh ibu Mundrikah dalam persiapan Kendala yang dihadapi
proses pembelajaran ini adalah kesiapan siswa dalam hal pengkondisian
dalam menerima pelajaran. Karena juga harus siswa saja, karena memang
memperhitungkan adanya konsumsi dan keadaan siswanya yang
transportasi yang digunakan oleh siswa untuk berbeda dengan sekolah
lain. Kendala dimana Ibu
menuju kesana. Berbeda dengan kendala yang Rinta ini yang lulusan dari
dialami oleh Ibu Rinta Yunita dimana siswa Bahasa Jepang bukan dari
menjadi memang tidak bisa dikondisikan untuk SMA Taman Pendidikan Sejarah. Beliau
semuanya mengikuti pelajaran tersebut. Hanya Madya tidak dapat mata kuliah
beberapa orang saja yang bisa mengikuti mengenai pembelajaran
sejarah sehingga sulit
pembelajaran tersebut dan tentunya ini untuk mengaplikasikan
menjadikan tidak bisa merata untuk pembelajaran sejarah yang
penyampaian materinya. Jika dua sekolah semestinya karena sangat
tersebut memiliki kendala dengan muridnya, berbeda dengan apa yang
pembelajaran sejarah oleh Ibu Nor Hayati didapatnya pada saat
perkuliahannya.
siswanya tidak memiliki permasalahan untuk
Sulitnya
pembelajaran dengan memanfaatkan mengkoordininasikan
peninggalan sejarah. Pemasalahan hanya ada SMA Kanisius
suasana pembelajaran oleh
Bakti Awam
dalam penyusunan RPP dimana hanya siswa karena lokasinya
dicantumkan jam pelajaran yang hanya 2 jam yang lumayan luas.
pelajaran. Dengan waktu yang singkat juga
Selain hal tersebut juga kesulitan yang
pengkondisian siswa menjadi sulit. Oleh karena
dialami dalam pengajaran sejarah lokal yang
itu pembelajaran ini tidak mengacu pada RPP
berkaitan dengan sumber-sumber sejarah lokal
dalam pelaksanaanya tetapi tujuan pembelajaran
itu sendiri yaitu menghadapkan guru dengan
tetap dapat tercapai. Dan ini tidak menjadi
sumber sejarah. Sumber sejarah tersebut
masalah selagi masih dalam satu tujuan
mulanya harus dikumpulkan, dikaji, dikritik,
pembelajaran.
serta diinterpretasikan sebelum menjadi bahan
Tabel 2. Kendala yang dihadapi dalam
pembelajaran sejarah (Widja, 1989:115). Ini
pelaksanaan pembelajaran berbasis peninggalan
memang bukan hal yang mudah karena memang
sejarah
diperlukan ketrampilan dan pengetahuan yang
Nama Sekolah Kendala yang dihadapi
Kendala dalam persiapan memadai. Memang sebenarnya dalam
proses pembelajaran pengajaran ini lebih ditekankan oleh prosesnya
langsung di lokasi dibandingkan hasilnya. Dengan demikian
peninggalan sejarah adalah diperlukan pengetahuan yang memadai
kesiapan siswa dalam mengenai identifikasi dari peninggalan sejarah
MA Al Bidayah menerima pelajaran.
Karena juga harus tersebut.
memperhitungkan adanya
konsumsi dan transportasi
yang digunakan oleh siswa
untuk menuju kesana.

38
Laiva Mailina, Cahyo BU, dan Tsabit Azinar Ahmad / Indonesian Journal of History Education 5 (1) (2017)

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan hasil penelitian dan Purnamasari, Iin dan Wasino. 2011. ‘Pengembangan
pembahasan mengenai identifikasi dan Model Pembelajaran Sejarah Berbasis Situs
Sejarah Lokal di SMA Negeri Kabupaten
pemanfaatan sumber belajar berbasis
Temanggung’. Paramita Jurnal Sejarah dan
peninggalan sejarah di Ambarawa Kabupaten
Pembelajaran Sejarah, Vol. 21 No. 2. Hlm. 202-
Semarang, maka dapat diperoleh simpulan 212. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
sebagai berikut: (1) Kondisi peninggalan sejarah Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi
di Ambarawa yang menjadi obyek penelitian Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada
dalam kaitannya pemanfaatan situs tersebut Media.
sebagai sumber belajar sudah layak untuk Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dijadikan sebagai sumber belajar. Peninggalan dan R&D. Bandung: Alfabeta.
sejarah yang ada di Ambarawa memiliki nilai Supriono, Agus. 2010. “Pemanfaatan Situs Sejarah untuk
Mengembangkan Pembelajaran Sejarah
historis yang tinggi dan materi yang terkandung
Bermakna”. Makalah disajikan dalam Seminar
didalam peninggalan tersebut sesuai dengan
Nasional Penemuan Situs-situs baru dan
materi dalam SK dan KD yang terdapat Pemanfaatannya sebagai Sumber Belajar,
kurikulum yang berlaku. (2) Pemanfaatan situs UNNES, Semarang 8 Mei.
sejarah sebagai sumber belajar yang sudah Wasino. 2007. Dari Riset hingga Tulisan Sejarah.
dilaksanakan di SMA berbeda-beda di setiap Semarang: UNNES Press.
sekolah tergantung dari faktor-faktor pendukung Widja, I Gede. 1989. Sejarah Lokal Suatu Perspektif
pembelajaran dari masing-masing sekolah. dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud.
Untuk MA Al Bidayah pelaksanaan
pemanfaatan situs sejarah yang sudah dilakukan
yaitu melalui media gambar sedangkan untuk
SMA Taman Madya melalui lawatan sejarah
maupun power point. Untuk SMA Kanisius Bakti
Awam pelaksanaan pemanfaatan situs sejarah
yang sudah dilakukan lebih bervariasi lagi yaitu
melalui penelitian sejarah dimana siswa turun
langsung kelapangan untuk mengetahui keadaan
riil lokasi peninggalan sejarah serta mencari
informasi dari narasumber lain. (3) Kendala yang
dihadapi guru sejarah dalam pelaksanaan
pemanfaatan situs sejarah yang ada di
Ambarawa berbeda-beda tergantung kepada
bentuk pemanfaatan situs sejarah itu sendiri dan
faktor-faktor pendukung pembelajaran dari
masing-masing sekolah. Antara satu sekolah
dengan sekolah lain memiliki karakter yang
berbeda dalam pembelajaran sejarah. Dengan
adanya kendala tersebut guru mencari solusi
untuk memperbaikinya. Adapun upaya yang
dilakukan oleh guru sejarah untuk mengatasi
kendala yang dihadapi bervariasi sesuai dengan
kendala yang dihadapi.

39

Anda mungkin juga menyukai