Anda di halaman 1dari 10

Irianto et al., Pemanfaatan Situs Seputih ….

PEMANFAATAN SITUS SEPUTIH DI DESA SEPUTIH KECAMATAN MAYANG


KABUPATEN JEMBER SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH

Hegusti Dunfa Safa Irianto, Sumarno, Marjono


Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember (UNEJ)
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
E-mail: umamahnurul@ymail.com

ABSTRAK
Situs Seputih adalah salah satu peninggalan budaya Megalitikum yang ada di Jember. Situs Seputih sebagai
benda purbakala peninggalan kebudayaan Megalitikum memiliki historisitas yang cukup tinggi dengan
kehidupan masa lampau. Dilihat dari aspek pendidikan situs Seputih memiliki potensi untuk dimanfaatkan
sebagai media pembelajaran sejarah. Situs Seputih memiliki relevansi dengan kurikulum dan materi
pelajaran sejarah pada kelas VII semester gasal tingkat SMP dan kelas X semester gasal tingkat SMA.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji historisitas situs Seputih dan mengkaji pemanfaatan situs Seputih
sebagai media pembelajaran sejarah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah
dengan langkah-langkah penelitian heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Peninggalan benda-benda
purbakala di situs Seputih terdiri atas sarkopagus, batu lumpang, batu kangkang, batu gandik, dan dolmen.
Benda-benda purbakala tersebut ada karena tradisi budaya serta masyarakat pendukung tradisi budaya di
situs Seputih. Situs Seputih dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran berupa media gambar, yakni
media papan flanel dan media slide.

Kata kunci: Historisitas, Media Pembelajaran, Situs Seputih


ABSTRACT
Seputih site is one of the megalithic culture artefact in Jember. It had high value in the past life. From
educational view, Seputih site can be used as teaching media of history lesson. Seputih site has relevance
with the curriculum and history subject of seventh grade and tenth grade in odd semester. The objectives
of the research were examining the historicity and the usage of Seputih site as teaching media. This
research methodology used historical research. The step of the research were heuristic, criticism,
interpretation, and historiography. There were sacophagus, mortar stone, straddle stone, gandik stone,
and dolmen in Seputih site. The existence of the artefact was caused the culture and the society. Seputih
site can be used as teaching media in the form of picture that was applied in flanel board and slide
media.
Keywords: Historicity, Teaching Media, Seputih Site

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-10


Irianto et al., Pemanfaatan Situs Seputih …. 2

PENDAHULUAN materi pelajaran sejarah, yakni pada kelas VII


Wilayah Indonesia memiliki beragam semester gasal tingkat SMP dan pada kelas X
peninggalan masa lampau yang tersebar diberbagai semester gasal tingkat SMA. Berdasarkan relevansi
wilayah kabupaten. Salah satunya adalah situs tersebut situs Seputih dapat dimanfaatkan sebagai
Seputih yang terletak di Kabupaten Jember. Penemuan media pembelajaran sejarah.
benda-benda purbakala berupa artefak menjadi bukti Media pembelajaran merupakan bagian yang
bahwa Kabupaten Jember pernah menjadi lintasan tak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi
sejarah manusia pada masa lalu dalam tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan
pengembaraannya mencari kehidupan layak dari masa tujuan pembelajaran pada khususnya (Arsyad,
ke masa, baik masa prasejarah sampai masa sejarah. 2011:2). Media pembelajaran sebagai alat bantu
Berdasarkan sumber inventarisasi dan deskripsi mengajar ada dalam komponen metodologi. Apabila
cagar budaya di Kabupaten Jember ditemukan dikaitkan dengan kurikulum, media pembelajaran
beberapa lokasi penemuan peninggalan benda-benda adalah alat yang digunakan guru agar dapat
purbakala antara lain. mempengaruhi siswa mencapai tujuan pendidikan.
1. Desa Kamal Arjasa (situs Klanceng, situs Kendal, Media pembelajaran dapat membantu guru
dan situs Duplang); menumbuhkan motivasi belajar siswa dan siswa dapat
2. Desa Sukosari Sukowono (situs Mojo dan situs lebih banyak melakukan kegiatan belajar seperti
Srino); mengamati, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
3. Desa Seputih Mayang (situs Seputih); Selama ini guru kurang memanfaatkan potensi
4. Desa Sucopangepok Jelbuk (situs Pakel); yang ada di sekitar secara optimal, seperti peninggalan
5. Desa Sukojember Jelbuk (situs Suko); sejarah sebagai media pembelajaran yang kontekstual,
6. Desa Rambipuji (situs Prasasti Batu Gong); terutama peninggalan sejarah yang ada di sekitar.
7. Desa Karangbayat Sumberbaru (situs Prasasti Penggunaan media pembelajaran dapat membantu
Congapan) (Kantor Pariwisata dan Kebudayaan keefektifan proses pembelajaran dan juga dapat
Kabupaten Jember, 2012:3). mebantu meningkatkan pemahaman siswa. Hal
Guna mewujudkan visi dari depdikbud untuk tersebut dapat dikaji dari hakekat pembelajaran
membentuk insan Indonesia yang cerdas dan sejarah yang pada dasarnya menyampaikan peristiwa
berkarakter kuat, lembaga pendidikan dituntut masa lalu kehidupan manusia kepada siswa, sehingga
profesional. Dapat dikatakan bahwa seorang pendidik dengan mudah para siswa menangkap dan menghayati
harus dapat merancang pembelajaran dengan gambaran peristiwa sejarah secara utuh (Soemarno,
memanfaatkan potensi yang ada di sekitarnya 2002:13). Salah satunya dengan memanfaatkan
khususnya pembelajaran sejarah. peninggalan benda-benda purbakla yang ada di sekitar
Situs Seputih sebagai benda purbakala sebagai media pembelajaran sejarah, seperti situs
peninggalan kebudayaan Megalitikum, memiliki Seputih. Benda-benda purbakala yang ada di situs
potensi terutama dilihat dari aspek pendidikan. Situs Seputih dapat dimanfaatkan sebagai media
Seputih memiliki relevansi dengan kurikulum dan pembelajaran berupa media gambar. Pemanfaatan

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-10


Irianto et al., Pemanfaatan Situs Seputih …. 3

media pembelajaran berupa media gambar dapat informassi dalam pengembangan ilmu
memberikan gambaran tentang peristiwa sejarah masa pengetahuan sebagai wujud nyata dalam
lampau terutama historisitas dari situs Seputih. rangka pelaksanaan Tri Dharma Perguruan
Tinggi yaitu dharma penelitian yang
Permasalahan yang di bahas adalah: selanjutnya akan menambah khasanah
Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh kepustakaan Universitas Jember.
rumusan masalah sebagai berikut:
1. bagaimana historisitas situs Seputih di
Kecamatan Mayang? METODE PENELITIAN
2. bagaimana pemanfaatan situs Seputih Metode penelitian yang digunakan adalah
Kecamatan Mayang sebagai media metode penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah
pembelajaran sejarah? terdiri atas empat langkah, yaitu heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi.

Tujuan penelitian ini adalah: Sumber data pada penelitian ini adalah Desa

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan Seputih Kecamatan Mayang Kabupaten Jember. Desa

penelitian ini adalah sebagai berikut: Seputih merupakan asal dari benda-benda purbakala

1. mengkaji historisitas situs Seputih di yang menjadi data pada penelitian ini.

Kecamatan Mayang; Penelitian ini menggunakan data primer dan

2. mengkaji pemanfaatan situs Seputih data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah

Kecamatan Mayang sebagai media benda-benda purbakala yang ada di situs Seputih dan

pembelajaran sejarah. informasi juru pelihara situs Seputih. Data primer


diperoleh dengan cara menggunakan metode observasi

Manfaat penelitian ini adalah: dan wawancara. Sedangkan data sekunder dalam

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan di penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

atas, manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini dokumen-dokumen tentang situs Seputih. Data

sebagai berikut: sekunder diperoleh dengan cara menggunakan metode


dokumentasi.
1. bagi ilmu pengetahuan, dapat menambah
khasanah ilmu pengetahuan baru terutama
yang berkaitan dengan media pembelajaran
sejarah; HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian
2. bagi masyarakat, dapat menambah referensi
dan pembahasan tentang historisitas situs Seputih dan
mengenai pentingnya menjaga situs-situs
cara pemanfaatan situs Seputih sebagai media
prasejarah di Kabupaten Jember sebagai
pembelajaran sejarah.
warisan budaya;
3. bagi FKIP Universitas Jember, dapat memberi A. Historisitas Situs Seputih

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-10


Irianto et al., Pemanfaatan Situs Seputih …. 4

1. Benda-Benda Purbakala Situs Seputih di Desa Panjang: 129 cm


Seputih Lebar: 57 cm
Situs Seputih terletak hanya disalah satu dusun Tinggi: 51 cm
di Desa Seputih, yakni Dusun Sumberjeding. Benda- Bahan: batuan sedimen
benda purbakala di situs Seputih memiliki macam dan Keterangan: secara keseluruhan aus karena
fungsi. Berikut adalah deskripsi mengenai benda- alam.
benda purbakala di situs Seputih. 3) Sarkopagus III

a. Sarkopagus Panjang: 103 cm


Sarkopagus adalah peti mati yang terbuat dari Lebar: 77 cm
batu utuh yang dibuat menyerupai lesung serta diberi Tinggi: 55 cm
tutup pada bagian atas (Pamungkas, 2014:478). Kedalaman palung: 19 cm
Sarkopagus berfungsi sebagai temapat penyimpanan Tebal palung: 13 cm
jenazah atau mumi dengan cara ditekuk. Sarkopagus Bahan: batu andesit
yang terdapat di situs Seputih berjumlah 3, namun Keterangan: kondisi utuh.
hanya 1 yang mempunyai tutup.berikut adalah data b. Batu Lumpang
kuantitatif dari ketiga sarkopagus di situs Seputih. Batu lumpang terbuat dari batu besar yang
1) Sarkopagus I dibentuk seperti trapesium terbalik dan diberi satu
Panjang: 103 cm lubang dipermukaannya (Sumarno, 1989:24). Batu
Lebar: 77 cm lumpang berfungsi sebagai tempat penyimpanan air
Tinggi: 55 cm suci untuk ritual, sebagai bekal kubur, dan sebagai
Kedalaman palung: 19 cm salah satu alat teknologi sederhana pada masa lalu.
Tebal bibir palung: 13 cm Batu lumpang yang terdapat di situs Seputih
Bahan: batuan sedimen berjumlah 2. berikut data kuantitatif dari kedua batu
Keterangan: kondisi benda utuh, ditemukan di lumpang di situs Seputih.
lereng pegunungan di Seputih. Saat ini menjadi 1) Batu Lumpang I
koleksi cagar budaya Kabupaten Jember. Panjang: 58 cm
2) Sarkopagus II Diameter badan: 92 cm
Panjang: 145 cm Tinggi: 22 cm
Lebar: 88 cm Diameter lubang: 21 cm
Tinggi: 62 cm Diameter palung: 20 cm
Kedalaman palung: 19 cm Bahan: batu andesit
Tebal bibir palung: 20 cm Keterangan: utuh, bentuk batu tidak beraturan,
Keterangan: secara keseluruhan utuh, bagian hanya bagian palung dari lesung dihaluskan.
atas aus karena alam. 2) Batu Lumpang II
Sarkopagus kedua ini memiliki tutup. Berikut adalah Panjang: 39 cm
data kuantitatif dari tutup sarkopagus II. Diameter badan: 50 cm

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-10


Irianto et al., Pemanfaatan Situs Seputih …. 5

Tinggi: 22 cm yang terdapat di situs Seputih berjumlah 1, dengan


Diameter lubang: 20 cm data kuantitatif sebagai berikut.
Diameter palung: 13 cm Panjang: 202 cm
Bahan: batu andesit Lebar: 186 cm
Keterangan: bentuk silinder, pada bagian bibir Tinggi: 216 cm
atas aus. Bahan: batu sedimen.
c. Batu Kangkang
Batu kangkang adalah batu yang memiliki ukiran
manusia bergaya kangkang (hockerstyle) 2. Tradisi Budaya Benda-Benda Prasejarah Situs

(Poesponegoro dan Notosusanto, 2009:444). Batu Seputih di Desa Seputih

kangkang di situs Seputih berjumlah 1. Berikut data Tradisi adalah kebiasaan yang turun-temurun

kuantitatif dari batu kangkang di situs Seputih. (Wiradnyana, 2011:297). Benda-benda purbakala di

Panjang: 270 cm situs Seputih dapat dikategorikan ke dalam tradisi

Diameter badan: 220 cm Megalitik, berdasarkan struktur konstruksinya.

Bahan: batu andesit Tradisi Megalitik diartikan sebagai tradisi budaya

Keterangan: utuh, bagian atas aus karena alam. manusia dalam mendirikan bangunan-bangunan

d. Batu Gandik monumental yang disusun dari batu-batu besar.

Batu gandik atau pastle merupakan batu yang Manusia yang meninggalkan bangunan-bangunan

berfungsi sebagai alat penumbuk, penghancur, dan megalitik adalah manusia yang hidup pada zaman

pembelah. Batu gandik memiliki beberapa bentuk, prasejarah. Dalam pengerjaanya batu-batu tersebut

yakni bentuk oval polos halus, bentuk bulat lonjong, biasanya tidak dikerjakan secara halus-halus, hanya

bentuk oval bertangkai, dan bentuk kerucut. Batu diratakan secara kasar saja untuk mendapatkan bentuk

gandik yang terdapat di situs Seputih berjumlah satu. yang diperlukan. Jadi, dapat dikatakan bahwa tradisi

Berikut data kuantitatif dari batu gandik di situs megalitik adalah suatu adat kebiasaan yang

Seputih. menghasilkan benda-benda atau bangunan dari batu

Panjang: 20,5 cm yang berhubungan dengan upacara atau penguburan.

Lebar: 7 cm Bangunan batu besar didirikan guna

Bahan: batu andesit mengabdikan jasa dari seorang kerabat yang sudah

Keterangan: bentuk batu oval halus. mati. Hal tersebut dilakukan berdasarkan kepercayaan

e. Dolmen akan adanya hubungan antara hidup dan yang mati.

Dolmen merupakan bangunan batu besar Keberadaan tradisi Megalitik sudah berlangsung sejak

yang bentuknya seperti meja, yaitu batu besar yang zaman dulu, yakni dimulai atau muncul pada masa

disangga oleh empat tiang batu (Soemarno, 2002:16). neolitik (masa bercocok tanam) dan berkembang pesat

Dolmen berfungsi sebagai tempat sesaji atau tempat pada masa perundagian (Geldren, dalam Sumarno,

pemujaan, akan tetapi fungsi dolmen yang sebenarnya 1989:7). Geldren menggolongkan tradisi megalitik

adalah untuk makan atau meletakkan mayat. Dolmen

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-10


Irianto et al., Pemanfaatan Situs Seputih …. 6

menjadi dua, yakni tradisi megalitik tua dan tradisi Setiap tradisi tidak dapat dipisahkan dari
megalitik muda. kehidupan sosial-budaya masyarakat/manusia
1) Tradisi Megalitik Tua pendukung tradisi tersebut, tidak terkecuali tradisi
Tradisi Megalitik Tua berkembang pada masa Megalitik di situs Seputih. Masyarakat pendukung
neolitik atau masa bercocok tanam. Bentuk-bentuk tradisi Megalitik memiliki konsep kepercayaan, yaitu
megalit yang dihasilkan sebagai peninggalan Tradisi kepercayaan akan adanya pengaruh nenek moyang
Megalitik Tua, seperti dolmen, undak batu, limas (yang telah meninggal dunia) terhadap perjalanan
(piramida) berundak, pelinggih, tembok batu, dan hidup manusia dan masyarakatnya atau kepercayaan
jalan batu (Geldern, dalam Poesponegoro dan akan adanya pengaruh kuat dari manusia yang telah
Notosusanto, 2009:249). masyarakat pada masa ini meninggal dunia (nenek moyang) terhadap kehidupan
memiliki kepercayaan terhadap alam kehidupan manusia serta kesuburan tanaman. Berdasarkan
sesudah mati. Dalam penguburannya mayat orang konsep kepercayaan masyarakat tersebut, artinya
yang meninggal diletakkan di suatu tempat dan masyarakat menganggap bahwa arwah/roh nenek
diarahkan ke suatu tempat yang dimaksud. Hal moyang yang sudah meninggal dunia masih memiliki
tersebut bertujuan roh orang yang meninggal tidak relasi dengan manusia yang masih hidup.
tersesat dalam perjalanan menuju tempat asal mereka. Orang yang sudah meninggal dianggap belum
2) Tradisi Megalitik Muda meninggalkan dunia seutuhnya, arwah/rohnya turun
Tradisi Megalitik Muda berkembang pesat ke dalam bangunan batu besar untuk langsung
pada masa perundagian, dengan menghasilkan bentuk- berhubungan dengan para pemujanya (Soekmono,
bentuk seperti kubur peti batu, dolmen, sarkofagus, 1973:77). Dapat dikatakan dengan adanya konsep
dan bejana batu (Geldern, dalam Poesponegoro dan kepercayaan yang demikian melatarbelakangi
Notosusanto, 2009:249). masayarakat pendukung tradisi Megalitik membuat
Berdasarkan klasifikasi tradisi Megalitik di bangunan-bangunan batu besar untuk kerabat yang
atas, peninggalan benda-benda purbakala yang ada di telah mati. Bangunan batu besar tersebut kemudian
situs Seputih termasuk dalam Tradisi Megalitik Muda menjadi medium penghormatan terhadap arwah nenek
Hal tersebut dikarenakan ragam benda-benda moyang sekaligus sebagai simbol bagi orang yang
peninggalan yang terdapat di situs Seputih sama sudah meninggal. Selain itu, orang yang sudah
dengan benda-benda peninggalan yang dihasilkan meninggal dalam penguburannya dibekali dengan
pada masa Tradisi Megalitik Muda. Benda-benda bermacam-macam barang keperluan sehari-hari,
peninggalan tersebut merupakan bentuk dari tradisi seperti perhiasan dan periuk yang dikubur bersama-
Megalitik berupa tradisi penguburan. sama.
Masyarakat pendukung tradisi Megalitik dalam
perkembangannya melaksanakan penguburan orang
yang meninggal dengan dua macam sistem, yaitu (1)
3. Kehidupan Sosial-Budaya Masyarakat/Manusia sistem penguburan dengan wadah, dan (2) sistem
Pendukung Tradisi Budaya di Situs Seputih penguburan tanpa wadah. Sistem penguburan dengan

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-10


Irianto et al., Pemanfaatan Situs Seputih …. 7

wadah dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (1) Pemanfaatan situs Seputih sebagai media
penguburan secara primer (langsung), dan (2) pembelajaran sejarah tidak hanya semata-mata
penguburan sekunder (tidak langsung) menjadikan situs Seputih sebagai media, melainkan
(Poesponegoro dan Notosusanto, 2009:247). harus ada relevansi antara situs tersebut dan
Dalam sistem penguburan selain terdapat bekal kurikulum di sekolah. Dengan demikian, seorang guru
kubur, kubur batu ini juga dihias dengan ukir-ukiran. dapat memahami dan menentukan metode atau cara
Ukir-ukiran yang dibuat menggambarkan muka memanfaatkan situs tersebut sebagai media
manusia (topeng), orang berjongkok dengan tangan pembelajaran sejarah secara tepat.
terangkat, dan binatang melata (cicak atau kadal). Media pembelajaran sangat diperlukan guna
Selain sebagai hiasan, ukir-ukiran tersebut juga membantu siswa lebih memahami materi yang
menggambarkan suatu hubungan dengan alam disampaikan oleh guru, khususnya pada mata
arwah/roh. Maksudnya, ukir-ukiran itu dianggap pelajaran sejarah. Selama ini guru sejarah hanya dapat
dapat melindungi arwah/roh menuju dunia arwah/roh menceritakan peristiwa sejarah berdasarkan buku,
dan juga dapat memberikan perlindungan kepada sehingga siswa hanya dapat melihat buku dan
keturunan yang maish hidup. mendengarkan saja. Dengan adanya media
Dilihat dari lokasi penguburan, kubur batu pembelajaran yang menarik siswa akan lebih mudah
biasanya terletak di daerah perbukitan. Seperti halnya memahami dan mengingat materi yang diterangkan
pada lokasi sarkopagus dan dolmen di situs Seputih oleh guru. Salah satunya dengan cara memanfaatkan
yang berada di daerah perbukitan. Masyarakat peninggalan-peninggalan purbakala yang ada di situs
pendukung tradisi Megalitik memilih lokasi perbukitan Seputih.
disebabkan adanya kepercayaan bahwa tempat-tempat Benda-benda peninggalan purbakala di situs
tinggi adalah tempat yang suci. Tempat suci yang Seputih memiliki potensi untuk dimanfaatkan menjadi
dipercayai masyarakat pendukung tradisi Megalitik media pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan situs
dianggap mampu menunjukkan jalan meninggalkan Seputih merupakan peninggalan kebudayaan tradisi
dunia dan menuju ke dunia arwah/roh nenek moyang. Megalitik. Kebudayaan tradisi Megalitik tersebut ada
Tradisi Megalitik di situs Seputih menghasilkan atau masuk dalam materi mata pelajaran IPS pada
bangunan-bangunan batu besar dan berada di daerah tingkat SMP dan materi mata pelajaran Sejarah pada
dataran tinggi (perbukitan). Berdasarkan lokasi tingkat SMA. Jadi, guru dapat memanfaatkan situs
penguburan yang berada di perbukitan, tidak Seputih sebagai media pembelajaran sejarah agar
memungkinkan bagi masyarakat pendukungnya siswa tidak merasa bosan dan dapat berfikir secara
melakukan secara individual. Sehingga dalam proses kritis dengan materi yang diterangkan.
penguburan dilakukan secara bergotong royong. Relevansi antara situs Seputih dapat dilihat
dalam materi pelajaran sejarah, yakni pada bab
B. Relevansi Situs Seputih sebagai Media kehidupan pada masa praaksara di Indonesia
Pembelajaran (peninggalan-peninggalan pada zaman Megalitikum).
Situs Seputih sebagai bukti peninggalan kebudayaan

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-10


Irianto et al., Pemanfaatan Situs Seputih …. 8

Megalitikum dapat membantu siswa mengetahui Kemudian dimanfaatkan menjadi media pembelajaran
secara real benda-benda purbakala di lingkungan berupa media gambar. Guru dapat menunjukkan
sekitar. Selain itu, situs Seputih juga relevan dengan kreativitasnya dalam membuat media pembelajaran,
Kurikulum KTSP 2006 dan Kurikulum 2013. seperti papan flanel, bulletin board, foto, dan slides.
Relevansi situs Seputih dengan Kurikulum KTSP Papan flanel dan bulletin board merupakan media
2006 dan Kurikulum 2013 adalah situs Seputih sesuai gambar yang termasuk dalam kelompok media grafis.
dengan mata pelajaran IPS/Sejarah kelas VII semester Foto merupakan media gambar yang termasuk dalam
gasal pada tingkat SMP dan sesuai dengan mata media gambar diam. Sedangkan slides merupakan
pelajaran sejarah kelas X semester gasal pada tingkat media gambar yang termasuk dalam media slides
SMA. (Susilana dan Riyana, 2007:13-17).
Berdasarkan beberapa macam media di atas,
guru dapat memilih media gambar yang sesuai guna
C. Metode atau Cara Pemanfaatan Situs Seputih siswa dapat mencapai kompetensi dalam proses
sebagai Media Pembelajaran Sejarah. belajar-mengajar. Media papan flanel dan media slide
Cara memanfaatkan situs Seputih sebagai merupakan media yang tepat dalam penerapan
media pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pemanfaatan situs Seputih sebagai media
cara. Banyak media yang dapat digunakan oleh guru pembelajaran sejarah, dibandingkan dengan bulletin
dalam pembelajaran sejarah, diantaranya peninggalan board dan foto. Hal tersebut dikarenakan bulletin
sejarah, media model atau tiruan, media cetak atau board dan foto kuranng menggunakan warna dan
grafis, media elektronik, dan ruang sejarah (Widja, ditampilkan secara simple. Sedangkan media papan
dalam Soemarno, 2002:14). Salah satunya adalah flanel dan slide dalam penyajiannya lebih banyak
dengan cara memanfaatkan situs Seputih sebagai menggunakan warna. Selain itu, media slide juga
media pembelajaran sejarah berupa media gambar. dapat direvisi sesuai dengan kebutuhan.
Lokasi situs Seputih yang mudah dijangkau,
memungkinkan situs Seputih dapat dikembangkan dan
dimanfaatkan sebagai obyek wisata maupun media KESIMPULAN DAN SARAN
pembelajaran mulai dari siswa SD, SMP, dan SMA. Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya,
Pemanfaatan situs Seputih sebagai media diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
pembelajaran akan lebih optimal apabila benar-benar
1. Historisitas situs Seputih adalah sebagai
diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar.
berikut.
Alat bantu mengajar atau media pembelajaran
a. Benda-benda peninggalan purbakala di
sangat diperlukan dalam pembelajaran sejarah. Hal
situs Seputih Desa Seputih Kecamatan
tersebut dikarenakan guru tidak mungkin
Mayang Kabupaten Jember terdapat 5 jenis.
menampilkan megalit-megalit yang terdapat di situs
Masing-masing megalit adalah sarkopagus
Seputih ke dalam kelas. Guru dapat
dengan jumlah 3 buah dan tutup 1 buah, batu
mendokumentasikan megalit-megalit di situs Seputih.

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-10


Irianto et al., Pemanfaatan Situs Seputih …. 9

lumpang 2 buah, batu kangkang 1 buah, batu Berdasarkan hasil penelitian tentang
gandik 1 buah, dan dolmen 1 buah. pemanfaatan situs Seputih di Desa Seputih
Kecamatan Mayang Kabupaten Jember sebagai
b. Benda-benda purbakala yang terdapat di
media pembelajaran sejarah, peneliti memberikan
situs Seputih Desa Seputih Kecamatan
saran dan masukan bagi pemerintah Kabupaten
Mayang Kabupaten Jember termasuk dalam
Jember, diharapkan lebih antusias dan berpartisipasi
kategori tradisi Megalitik (tradisi Megalitik
dalam menjaga dan melesatarikan situs-situs
Muda).
Megalitik sebagai kebudayaan daerah, serta
c. Masyarakat pendukung tradisi Megalitik
mengembangkannya dalam dunia pendidikan. Bagi
memiliki konsep kepercayaan. Konsepsi
guru Sejarah, diharapkan dengan adanya situs Seputih
kepercayaan masyarakat pendukungnya
guru dapat lebih kreatif memanfaatkan situs Seputih
adalah kepercayaan akan adanya hubungan
sebagai media pembelajaran yang menarik sehingga
antara yang hidup dan yang meninggal.
minat belajar siswa meningkat. Bagi masyarakat,
2. Relevansi situs Seputih sebagai media diharapkan Jember khususnya masyarakat di Desa
pembelajaran sejarah adalah sebagai berikut. Seputih ikut menjaga dan melestarikan peninggalan

a. Situs Seputih bisa dijadikan sebagai media prasejarah dari tradisi budaya Megalitik. Bagi

pembelajaran dalam pembelajaran sejarah Universitas Jember, diharapkan dapat menambah

karena relevan dengan kurikulum KTSP 2006 referensi dan memperkaya aktivitas penelitian sejarah.

dan kurikulum 2013, yakni terdapat pada Bagi juru pelihara situs, diharapkan bersedia tetap

materi IPS/Sejarah pada tingkat SMP kelas menjaga, merawat, dan melestarikan situs Seputih

VII semester gasal dan materi Sejarah pada sebagai peninggalan tradisi Megalitik.

tingkat SMA kelas X semester gasal.


UCAPAN TERIMA KASIH
b. Benda-benda purbakala di situs Seputih
Hegusti Sunfa Safa Irianto mengucapkan
memiliki potensi yang bisa dimanfaatkan
terimakasih kepada Bapak Drs. Sumarno, M.Pd dan
sebagai media pembelajaran Sejarah maupun
Bapak Drs. Marjono, M.Hum yang telah meluangkan
IPS/Sejarah. Hal tersebut dilakukan karena
waktu, memberikan bimbingan dan saran dengan
dapat meningkatkan sikap kritis siswa dan
penuh kesabaran demi terselesainya jurnal ini. Penulis
minat belajar siswa.
juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
c. Pemanfaatan situs Seputih bisa dilakukan yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
dengan cara menampilkan benda-benda membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
purbakala yang ada di situs Seputih di dalam
kelas. Hal tersebut dilakukan dengan DAFTAR PUSTAKA
menjadikan benda-benda peninggalan [1] Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran.
purbakala menjadi media gambar berupa Jakarta: Rajawali pers.

media papan flanel dan media slides. [2] Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Jember. 2012.

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-10


Irianto et al., Pemanfaatan Situs Seputih …. 10

Deskripsi dan Inventarisasi Cagar Budaya


Kabupaten Jember. Jember: Kantor Pariwisata
dan Kebudayaan Jember.

[3] Pamungkas, Danto. 2014. Kamus Sejarah


Lengkap. Yogyakarta: Mata Padi Pressindo.

[4] Poesponegoro, Marwati Djoned dan Notosusanto,


Nugroho. 2009. Sejarah Nasional Indonesia I.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

[5] Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah


Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

[6] Soemarno. 2002. Situs Sejarah di Kabupaten


Bondowoso dan Pemanfaatannya sebagai Media
Pembelajaran Sejarah di Sekolah. Jurnal
Pancaran Pendidikan. 51: p. 13-21.

[7] Sumarno. 1989. Peninggalan Budaya Besar di


Pakauman Kecamatan Grujugan Kabupaten
Bondowoso. Jember Unej..

[8] Susilana, Rudi dan Riyana, Cepi. 2007. Media


Pembelajaran Inovatif-progresif. Bandung:
CV. Wacana Prima.

[9] Wiradnyana, Ketut. 2011. Prasejarah Sumatera


Bagian Utara Kontribusinya pada Kebudayaan
Kini. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2015, I (1): 1-10

Anda mungkin juga menyukai