Anda di halaman 1dari 10

p-ISSN 2355-5343 Article Received: 24/04/2017; Accepted: 14/08/2017

e-ISSN 2502-4795 Mimbar Sekolah Dasar, Vol 4(2) 2017, 172-181


http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar DOI: 10.23819/mimbar-sd.v4i2.6489

PENINGGALAN SITUS MEGALITIK SEKALA BRAK DAN IMPLIKASINYA


DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL DI SEKOLAH DASAR

Yulia Siska

STKIP PGRI Bandar Lampung


Alamat: Jalan Khairil Anwar 79, Kec. Tanjungkarang Pusat, Bandar Lampung
Email: yuliasiska1985@gmail.com

ABSTRACT ABSTRAK
The research aims to (1) describe in depth the Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan
megalithic relics of Sekala Brak sites; and (2) to peninggalan situs megalitik Sekala Brak; (2)
describe the design of local history learning mendeskripsikan rancangan materi
materials based on megaliths relic of Sekala pembelajaran sejarah lokal berbasis
Brak. This research method is descriptive peninggalan situs megalitik Sekala Brak. Melalui
qualitative. Techniques used in data collection metode penelitian deskriptif kualitatif, dengan
are techniques of observation, documentation, teknik pengumpulan datanya, observasi,
and literature study. Analysis of the data dokumentasi, dan studi literatur serta analisis
presented descriptively, that is to articulate and data yang disajikan secara deskriptif, hasil
describe the findings of the data according to penelitian menunjukkan bahwa: (1) Peninggalan
the problems studied. The results showed that: (1) arkeologi yang ditemukan di situs megalitik
The archeological relic found in the megalithic Lampung Barat terdiri dari Situs Batu Brak, Batu
sites of West Lampung consisting of Situs Batu Jagur, Megalitik Telaga Mukmin, Batu Bertulis
Brak, Batu Jagur, Megalitik Telaga Mukmin, Batu (Prasasti Hujung Langit), Batu Tameng, Batu
Bertulis (Prasasti Hujung Langit), Batu Tameng, Jaya, Batu Bertulis Belalau, Batu Spadu/Batu
Batu Jaya, Batu Bertulis Belalau, Batu Putri, Batu Nakka/Batu Tegak, dan Situs Batu
Spadu/Batu Putri, Batu Nakka/Batu Tegak, dan Raja; (2) Rancangan materi Sejarah Lokal
Situs Batu Raja; (2) Material Design Local History Lampung yang diimplementasikan dalam
Lampung implemented in Social Studies Learning pembelajaran IPS di SD meliputi: (a) Tempat
of Elementary School include: (a) Historic Sites, bersejarah, (b) Artefak dan peninggalan sejarah,
(b) Artifacts and heritage, (c) Local historical (c) Peristiwa sejarah lokal zaman pra sejarah,
events of prehistoric times, and (d) local dan (d) Peristiwa sejarah lokal zaman kerajaan
historical events of the archipelago era. nusantara.

Keywords: megalithic site sekal brak, local history Kata Kunci: situs megalitik sekala brak, materi
learning materials, elementary school. sejarah lokal, sekolah dasar.

How to Cite: Siska, Y. (2017). PENINGGALAN SITUS MEGALITIK SEKALA BRAK DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN
SEJARAH LOKAL DI SEKOLAH DASAR. Mimbar Sekolah Dasar, 4(2), 172–181. http://doi.org/10.23819/mimbar-
sd.v4i2.6489.

PENDAHULUAN ~ Kekayaan budaya menciptakan karakteristik yang


Indonesia merupakan aset nasional dalam mengandung unsur lokalitas dan kekhasan
paradigma membangun bangsa. serta keunikan. Untuk itu, sebagai
Kekhasan yang muncul merupakan penunjang kebudayaan nasional perlu
perpaduan dari berbagai unsur tindakan nyata dalam pelestarian
kebudayaan yang bersumber dari latar identitas lokal di masyarakat dengan
belakang geografis, demografis, historis, mengoptimalkan karakteristik kedaerahan.
dan sebagainya (Sopandi, 2015). Salah satunya dengan menanamkan
Keberagaman yang ada dapat identitas budaya daerah yang telah

[172]
Yulia Siska, Peninggalan Situs Megalitik Sekala BRAK dan Implikasinya…

lampau beserta nilai historis yang kelengkapan materi dan penyajian, tapi
melingkupinya untuk diimplementasikan topik yang dibahas tetap sama. Padahal,
dalam kurikulum pembelajaran sejarah di diperlukan keberagaman dan
sekolah. kebertingkatan materi dalam tiap jenjang
pendidikan, seperti halnya diberlakukan
Oleh karena itu, diperlukan langkah dalam pembelajaran atau mata
konkret dalam memaksimalkan potensi pelajaran lainnya. Khusus untuk jenjang
kesejarahan yang berwarna lokal dalam Sekolah Dasar (SD), pembelajaran sejarah
pembelajaran sejarah di sekolah. Fakta di idealnya dimulai dari lingkup kecil yang
lapangan menunjukkan pembelajaran berada di sekitar siswa, dapat mengambil
sejarah lokal di daerah-daerah tertentu topik dari kabupaten/kota sampai
yang tidak masuk dalam Sejarah Nasional propinsi. Siswa dapat memahami titik balik
tidak dipahami secara luas oleh siswa, sejarah yang berada di daerahnya sendiri.
bahkan sejarah yang melekat di Hal itu guna mengembangkan kecintaan,
daerahnya sendiri. Selain itu, penghargaan pada jasa-jasa para
pembelajaran sejarah di sekolah disinyalir pendahulu dan dapat mengambil nilai
mengalami titik jenuh sehingga dianggap kearifan sehingga mampu berperan aktif
tidak menarik bagi siswa. Sebagian besar dalam pelestarian sejarah yang ada,
materi yang disampaikan berkisar pada sehingga, pelajaran sejarah benar-benar
urutan waktu, peristiwa besar, dan tokoh- bisa mengajarkan kearifan hidup bagi
tokoh penting saja, tidak menyentuh siswanya.
esensi dari pembelajaran sejarah.
Kemudian, materi yang ada berkutat di Urgensi materi yang di dalamnya memuat
Pulau Jawa atau daerah-daerah yang bahan ajar yang mengacu pada lokalitas
menjadi bagian perjalanan kesejarahan daerah menjadi sangat penting dan
negeri ini. Di lain pihak, periode sejarah mutlak diperlukan dalam pembelajaran
yang memuat peristiwa penting dan sejarah di sekolah. Keniscayaan tersebut
peranan tokoh-tokoh besar tidak pernah bertalian dengan kurikulum nasional yang
tersampaikan kepada siswa. Termasuk di berlaku, baik KTSP maupun Kurikulum 2013
dalamnya Sejarah Lokal Lampung sebagai yang disusun berdasarkan kompetensi
bagian Sejarah Nasional tidak pernah dasar (kompetensi inti) dalam standar
tersentuh oleh buku ajar atau buku teks nasional. Perkembangan kurikulum yang
pelajaran (Siska, 2015, p. 1). ada turut memfasilitasi terhadap peluang
dalam pengembangan muatan lokal
Materi-materi yang tersebar dari jenjang yang berciri kedaerahan, tidak menutup
pendidikan dasar, menengah, sampai kemungkinan bagi pembelajaran sejarah
lanjutan atas terkesan serupa. Hal yang (Hafid, 2013). Dengan demikian,
menjadi pembeda ada pada pembelajaran sejarah lebih kontekstual

[173]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 2 Agustus 2017

dan bermakna dengan memperhatikan local wisdom berdasarkan lingkungan


arah tujuan materi sejarah yang siswa. Lingkungan (daerah) merupakan
Indonesiasentris. Untuk itu perlu salah satu hal dalam mendukung
dikembangkan suatu rumusan materi ajar pentingnya pengembangan bahan ajar
sejarah yang bermuatan budaya lokal sejarah yang relevan dengan kebutuhan
Lampung. Salah satunya adalah siswa pada setiap daerah. Hal tersebut
peninggalan masa terdahulu dalam dilihat dari setiap daerah di Indonesia
bentuk situs megalitik atau penelusuran tentu memiliki nilai kearifan lokal yang
sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah berbeda-beda, keberadaan nilai kearifan
tumbuh menjadi sebuah peradaban. lokal memiliki makna apabila dalam
pendidikan maupun kehidupan
Penelitian ini mengambil subjek kajian digunakan sebagai acuan guna
historis di Kabupaten Lampung Barat, mengatasi setiap dinamika kehidupan
khususnya Peninggalan Situs Megalitik dan masyarakat Indonesia yang berbudaya.
Kerajaan Sekala Brak. Pemilihan subjek
tersebut dilandasi pada pemahaman Rumusan masalah dalam penelitian ini
masyarakat Lampung yang masih rendah antara lain: (1) Bagaimana peninggalan
terhadap hasil cipta dan karsa manusia di Situs Megalitik Kerajaan Sekala Brak yang
masa lalu. Demi terwujudnya kebernilaian dapat dijadikan sebagai materi
potensi daerah, perlu dilakukan pembelajaran Sejarah Lokal di SD?; 2)
penelusuran secara mendalam sampai Bagaimana rancangan materi
hasil akhir digunakan sebagai ancangan pembelajaran Sejarah Lokal berbasis
dalam penyusunan bahan ajar sejarah Peninggalan Situs Megalitik Sekala Brak
yang berkearifan lokal lampung. untuk SD?

Pengembangan bahan ajar pada mata Hasil penelitian diharapkan dapat


pelajaran sejarah yang mendasarkan memberikan kontribusi pada
pada kearifan lokal, akan membantu guru pengembangan pembelajaran khususnya
dan siswa untuk menjadikan mengenai sejarah lokal Lampung. Selain
pembelajaran lebih bernilai dan itu, untuk memperkaya dan dapat
bermakna. Dalam hal ini guru yang digunakan sebagai alternatif materi untuk
profesional kiranya mampu diimplementasikan dalam pembelajaran
mengembangkan bahan ajar sejarah sejarah dengan penekanan pada
dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai pengembangan kesadaran budaya local,
yang terdapat di lingkungan siswa. Nilai- sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta
nilai yang dimasukkan dalam materi budaya yang berbudi baik dan melatih
bahan ajar yang dikembangkan bisa kesadaran sejarah.
berupa nilai-nilai yang terdapat pada

[174]
Yulia Siska, Peninggalan Situs Megalitik Sekala BRAK dan Implikasinya…

Sejarah Lokal Lampung kehidupan (Mulyana & Gunawan, 2007,


Abdullah (Hardjodipuro, 1991, p. 20) pp. 4-5). Tema-tema yang dikaji dalam
memandang penulisan sejarah local, sejarah lokal harus memperhatikan aspek
“sejarah pada suatu tempat”, locality dan sosial, agama, budaya, ekonomi, politik,
batasannya disesuaikan dengan dan sebagainya. Aspek-aspek sosial yang
kebutuhan dalam penulisannya. Penulisan dikaji dalam sejarah lokal dapat berupa
sejarah lokal dapat disesuaikan dengan perilaku individu maupun kelompok dalam
kebutuhan dan kecukupan materi komunitas tertentu. Perubahan
mengenai fenomena di suatu kampung, masyarakat yang terkait dengan
desa, kecamatan, kabupaten, tempat mentalitie yang mirip “popular culture”,
tinggal bagi suku/etnis tertentu yang bagaimana masyarakat memahami diri
mendiami wilayah tertentu. mereka sendiri dalam lingkungan
Mengenai konsep materi sejarah yang masyarakat meliputi aspek busana, musik,
akan disajikan, Priyadi (2012, pp. 2-6) ritus-ritus, agama juga dapat dikaji (Siska,
menyarankan sebagai berikut: Konsep 2015, p. 5).
yang pertama dalam sejarah lokal adalah
unit administratif politis. Konsep kedua Implementasi sejarah lokal dalam
adalah unit kesatuan etniskultural. Ketiga, pembelajaran sejarah di sekolah
unit administratif (kumpulan etnis-kultur). mempunyai beberapa tujuan, di
Konsep selanjutnya adalah kesadaran antaranya: (1) bahan ajar mudah
sejarah yang selalu bersifat dinamis. dipahami oleh siswa karena berada di
Konsep terakhir adalah sejarah lokal istilah area yang masih dalam jangkauannya; (2)
netral dan tunggal. Pendapat tersebut sumber belajar sejarah memiliki nilai
melandaskan diri pada pandangan manfaat bagi kebutuhan bidang
Lightman (1978, p. 169) yaitu ” sejarah pendidikan; (3) siswa akan lebih mudah
lokal untuk kepentingan mereka sendiri, mengenali lingkungan belajarnya; (4)
menguji hipotesis tentang jurisdiksi yang meningkatkan pengetahuan siswa
lebih luas, negara biasanya bangsa, dan terhadap daerah sekitar, (5) siswa dapat
sejarah lokal yang difokuskan pada menerapkan pengetahuan, keterampilan,
pengetahuan proses bagaimana dan sikap yang dapat dalam belajar
masyarakat tumbuh dan berkembang”. dalam memecahkan masalah hidupnya,
dan siswa akan menumbuhkan sikap
Pembelajaran Sejarah Lokal di sekolah patriotik, kepahlawanan, menumbuhkan
sejatinya tidak dibatasi dari segi semangat kebangsaan, dan kearifan serta
administrasi keruangan. Aspek keruangan penghargaan (Widja, 1989, p. 11).
yang dimaksud mencakup lingkungan
sekitar (neighborhood) dengan studi Pengajaran materi sejarah lokal pada
masyarakat dalam seluruh aspek pendidikan dasar menurut I Gde Widja

[175]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 2 Agustus 2017

(1989; Supardi, 2006) dapat disiasati lokal (Supardi, 2014, pp. 91-99).
melalui berbagai cara, yaitu: Pembelajaran sejarah idealnya bertolak
1. Menyisipkan dalam materi Sejarah dari fakta dan fenomena lokal. Hal itu
Nasional yang berhubungan dengan memungkinkan siswa dapat merasa
peristiwa yang terjadi di daerah. memiliki terhadap warisan nenek
2. Pengamatan langsung ke lokasi atau moyangnya dari dekat.
tempat bersejarah, perpustakaan,
arsip daerah, dan peninggalan sejarah Hal yang tak kalah penting adalah materi
dalam wujud benda atau artefak. bahan ajar itu perlu dikemas secara
3. Melakukan pembelajaran kolaboratif optimal agar dapat digunakan secara
dengan ahli yang berkompeten efektif. Langkah-langkah dalam
dengan bidang kajian. pembelajaran modul dimulai dengan
tujuan pembelajaran, peristiwa
Selanjutnya, terkait dengan keberadaan pembelajaran, pemilihan sarana media
Sejarah lokal dan Kebudayaan Lampung dan aktivitas pembelajaran serta peranan
yang menyatu dalam prinsip hidup guru dan desainer (Gagne, dkk., 1992, pp.
masyarakat Lampung, ajaran religius, adat 237 -251). Pengembangan materi
istiadat, bahasa, aksara, juga seni dan pembelajaran sejarah meliputi kurikulum
budaya, merupakan tonggak persatuan formal – nonformal. Selain itu, materi
dan kesatuan. Dari lingkup daerah, yaitu pembelajaran dapat dibuat semenarik
lingkup Provinsi Lampung tentu akan mungkin sehingga anak tertarik untuk
menularkan kebaikan bagi wilayah- menyentuhnya dan membacanya.
wilayah lain. Informasi yang ada di dalamnya juga
memiliki unsur kebaruan dan disesuaikan
Materi Pembelajaran Sejarah Lokal dengan pengalaman siswa serta tahap
Pembelajaran Sejarah Lokasl memiliki perkembangan siswa. Bahan ajar yang
peran penting dalam usaha menampilkan akan dikembangkan tentu saja akan
hasil sejarah Lampung yang terjangkau mewadahi kebutuhan pembelajaran di
dan tidak jauh dari keberadaan siswa. tingkat SD. Bahan ajar yang telah tersusun
Pembelajaran sejarah dalam lingkup kecil diharapkan dapat menjadi acuan bagi
misalnya menyusun silsilah keluarga. Dinas Pendidikan lampung untuk
Kemudian, dari situ berkembang ke ranah mengembangkan buku teks sejarah lokal
sosial, perjuangan meraih dan yang berwawasan budaya Lampung.
mempertahankan NKRI, peranan tokoh
atau pejuang (pahlawan) lokal, ragam METODE
seni dan budaya masyarakat yang Metode yang dipakai dalam penelitian ini
tumbuh dan berkembang, dan berbagai adalah kualitatif deskriptif. Adapun teknik
peristiwa penting yang terjadi di tingkat pengumpulan data menggunakan teknik

[176]
Yulia Siska, Peninggalan Situs Megalitik Sekala BRAK dan Implikasinya…

observasi langsung, dokumentasi, dan Brak dihuni oleh Buai Tumi dan beragama
studi pustaka. Analisis data dilakukan Hindu Bairawa.
secara kualitatif untuk kemudian disusun
secara sistematis pula. Analisis dilanjutkan Situs megalitik zaman Prasejarah, termasuk
dengan deskriptif analitis terhadap di dalamnya adalah peninggalan
responden, baik tertulis maupun lisan Kerajaan Sekala Brak di antaranya: Situs
sebagai prosedur yang utuh dan Megalitik Batu Berak, Situs Megalitik Batu
menyeluruh. Dari hasil tersebut tahap Jagur, Situs Megalitik Telaga Mukmin, dan
selanjutnya adalah menarik kesimpulan Situs Megalitik Batu Bertulis (Prasasti Hujung
sebagai jawaban dari rumusan Langit).
pertanyaan yang diajukan dalam
penelitian. Situs Megalitik Batu Berak
Di situs ini terdapat batu menhir (tegak),
HASIL DAN PEMBAHASAN dolmen (meja), batu datar, batu umpak
Situs Megalitik Kerajaan Sekala Brak (kelompok), pecahan keramik lokal dan
Bagi sebagian orang di Lampung, asing dan manik manik. Di dalam situs
Kerajaan Sekala Brak dianggap sebagai megalitikum Batu Brak yang memiliki luas
cikal bakal masyarakat Lampung. lahan 3,5 hektar, Berdasarkan catatan
Kerajaan Sekala Brak merupakan kerajaan sejarah, situs ini pertama kali ditemukan
yang pada awal berdirinya terletak di oleh BRN tahun 1951. Di lokasi situs yang
Dataran Belalau dan berada di sekitar awalnya merupakan perkebunan kopi
Danau Ranau. Kini, termasuk dalam penduduk lokal, terdapat 40 buah batu
wilayah Kabupaten Lampung Barat. Dari menhir, 38 batu dolmen, 2 batu datar, dan
wilayah Kerajaan Sekala Brak ini kemudian beberapa batu kelompok. Situs ini sudah
menyebar ke seluruh pelosok Lampung melakukan proses pemugaran dua kali.
seturut dengan aliran sungai. Aliran sungai Tahun 1984 dan 1989. Dalam pemugaran
tersebut di antaranya: Way Seputih, Way dilakukan reposisi dan rekonstruksi batuan
Komering, Way Kanan, Way Semangka, ke posisi semula karena saat ditemukan,
Way Sekampung, Way Tulang Bawang, posisi bebatuan tidak beraturan lantaran
dan anak-anak sungainya sehingga gejala alam seperti gempa bumi, tanah
sampai ke Palembang dan pertemuan longsor, dan faktor usia.
laut Sunda dan Banten. Sekala Brak
bermakna agung bagi orang Lampung Materi Sejarah Lokal Lampung
yang didapat berdasarkan cerita turun- Pembelajaran sejarah pada jenjang SD
menurun dalam bentuk warahan, warisan dimaksudkan agar siswa tahu, paham,
kebudayaan, dan adat istiadat. Pada dan dapat memetik makna dan nilai dari
masa awal berdirinya, Kerajaan Sekala peristiwa masa lampau. Dengan kata lain,
agar siswa tidak ‘tuna sejarah’, khususnya

[177]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 2 Agustus 2017

sejarah lokal daerah Lampung. Penentuan tema atau topik materi


Diharapkan juga bahwa siswa tidak hanya merupakan langkah pertama yang
mengetahui sejarah daerah lain, sejarah dilakukan untuk mengadaptasi sejarah
negara atau bangsa lain, tapi hal yang lokal masuk dalam materi sejarah.
utama adalah paham sejarah daerahnya Adapun topik atau tema dalam materi
sendiri. Dalam kajian ini, lebih spesifik untuk sejarah lokal Lampung yang ideal sebagai
jenjang SD di Provinsi Lampung. dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Topik/Tema dalam Bahan Ajar Sejarah Lokal Lampung


No. Topik/Tema
1. Adat istiadat
2. Kesenian tradisi
a. Seni tari
b. Seni rupa/kriya
c. Seni musik
3. Tempat bersejarah
4. Artefak dan peninggalan sejarah
5. Kebiasaan dan falsafah hidup
6. Hubungan kekerabatan
7. Cerita rakyat
8. Sistem pemerintahan (Kerajaan, kesultanan, keratuan)
9. Pahlawan dan kepahlawanan
10. Bahasa
11. Peristiwa sejarah lokal zaman pra sejarah
12. Peristiwa sejarah lokal zaman kerajaan nusantara
13. Peristiwa sejarah lokal zaman kolonial
14. Peristiwa sejarah lokal zaman kemerdekaan
15. Peristiwa sejarah lokal zaman pascakemerdekaan
16. Peristiwa sejarah lokal masa kontemporer.
17. Historiografi Lampung dalam media

Dari beberapa cakupan materi yang antaranya pada poin ke: (3) Tempat
digambarkan, terdapat kesesuaian materi bersejarah, (4) Artefak dan peninggalan
dengan sumber belajar Sejarah Lokal di SD sejarah, (11) Peristiwa sejarah lokal zaman
yang dihasilkan dalam penelitian ini, yaitu pra sejarah, dan (12) Peristiwa sejarah
peninggalan Situs Megalitik Kerajaan lokal zaman kerajaan nusantara.
Sekala Brak. Cakupan materi tersebut di

[178]
Yulia Siska, Peninggalan Situs Megalitik Sekala BRAK dan Implikasinya…

Setelah menentukan materi pembelajaran sesuai dengan Standar Isi yang


berdasarkan sumber belajar yang ada, dikembangkan oleh BSNP dan dibentuk
tahap selanjutnya adalah menyusun berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19
Rencana Pembelajaran Sejarah Lokal tahun 2005. Berikut ini disajikan kurikulum
berbasis peninggalan Situs Megalitik IPS di SD di kelas tinggi (Siska, 2016, p. 27-
Kerajaan Sekala Brak. Langkah awal 32).
dalam menyusun Rencana Pembelajaran
Sejarah Lokal adalah menentukan SK/KD

Tabel 2. Kurikulum IPS di SD Kelas Tinggi


Kelas IV Semester 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami sejarah, 1.4 Menghargai berbagai
kenampakan alam, dan peninggalan sejarah di
keragaman suku bangsa di lingkungan setempat
lingkungan kabupaten/kota (kabupaten/kota,
dan provinsi provinsi) dan menjaga
kelestariannya
1.5 Meneladani
kepahlawanan dan
patriotisme tokoh-tokoh
di lingkungannya
Kelas V Semester 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Menghargai berbagai 1.1 Mengenal makna
peninggalan dan tokoh peninggalan-
sejarah yang berskala peninggalan sejarah
nasional pada masa yang berskala nasional
Hindu-Budha dan Islam, dari masa Hindu-Budha
keragaman kenampakan dan Islam di Indonesia
alam dan suku bangsa, 1.2 Menceritakan tokoh-
serta kegiatan ekonomi di tokoh sejarah pada
Indonesia masa Hindu-Budha dan
Islam di Indonesia

Penyusunan RPP Sejarah Lokal oleh guru bentuk RPP. Langkah selanjutnya adalah
dimulai dari kesiapan identitas, standar mengkaji Standar Kompetensi dengan
kompetensi, dan standar isi. Dengan memperhatikan hal-hal berikut.
pemahaman tersebut, guru dapat 1. Urutan RPP tidak harus sesuai dengan
melakukan pengembangan silabus dalam Standar Isi, melainkan berdasarkan

[179]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 2 Agustus 2017

hierarki disiplin ilmu dan tingkat dimasukkan sebagai suatu mata


kesulitan. pelajaran yang independen, terlepas dari
2. Keterkaitan antara SK-KD dalam mata mata pelajaran lain. Istilah muatan lokal
pelajaran IPS dalam praktiknya hanya disisipkan dalam
3. Keterkaitan antara SK-KD antar-mata materi ajar sejarah nasional.
pelajaran.
Selanjutnya, pelajaran Sejarah Lokal
RPP Sejarah Lokal yang disusun oleh guru diposisikan sama sebagai bagian integral
pada dasarnya merupakan rencana dengan materi sejarah nasional yang
jangka pendek untuk memperkirakan dilaksanakan secara proporsional.
atau memproyeksi hal-hal yang dilakukan Proporsional; dalam arti sesuai dengan
dalam pembelajaran Sejarah Lokal. RPP luasan dan kedalaman, urgensi peran,
Sejarah Lokal yang dikembangkan dan siratan makna dalam sejarah lokal
mengakomodir komponen pembelajaran, bersangkutan. Tidak dapat dipungkiri
yaitu: kompetensi dasar, materi standar, terdapat sejarah lokal di suatu daerah
indikator hasil belajar, penilaian, dan yang lebih historiografis lantaran
pembentukan karakter bangsa. mempunyai ragam sumber data, lebih
Penyusunan Rencana Pembelajaran luas dan lebih multi-aspek paparannya,
Sejarah Lokal tersebut merupakan maupun lebih besar gambaran perannya
implementasi dari desentralisasi dalam konteks sejarah nasional ataupun
pendidikan, di mana sekolah mempunyai regional apabila dibandingkan dengan
kewenangan yang luas dalam sejarah lokal di daerah lain untuk kurun
mengembangkan kurikulum secara waktu tertentu (Cahyono, 2016).
mandiri. Penanganan terhadap persoalan
pembelajaran dan riset sejarah lokal tidak
Dalam implementasi di sekolah, materi cukup melibatkan guru dan sekolah,
sejarah daerah atau sejarah lokal disajikan namun sebagian merupakan ranah dari
secara proporsional dalam kurikulum SD tenaga ahli dan pemerintah daerah.
terdapat ‘ruang kurikulum’ untuk yang
mewujudkan hal itu, yaitu pembelajaran SIMPULAN
sejarah dengan muatan lokal berupa Berdasarkan hasil penelitian dan
kegiatan kurikuler. Hal itu dilakukan untuk pembahasan, dapat dikemukakan
pengembangan kompetensi yang simpulan penelitian sebagai berikut.
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi Peninggalan arkeologi yang ditemukan di
suatu daerah yang materinya dapat situs megalitik Lampung Barat terdiri dari
dikelompokkan dalam mata pelajaran Situs Batu Brak, Batu Jagur, Megalitik
yang ada dalam kurikulum sekolah. Selain Telaga Mukmin, Batu Bertulis (Prasasti
itu, materi Sejarah Lokal dapat Hujung Langit), Batu Tameng, Batu Jaya,

[180]
Yulia Siska, Peninggalan Situs Megalitik Sekala BRAK dan Implikasinya…

Batu Bertulis Belalau, Batu Spadu/Batu Siska, Y. (2015). ANALISIS KEBUTUHAN


BAHAN AJAR SEJARAH LOKAL
Putri, Batu Nakka/Batu Tegak, dan Situs
LAMPUNG UNTUK SEKOLAH DASAR.
Batu Raja. Materi Sejarah Lokal Lampung Mimbar Sekolah Dasar, 2(2), 199-211.
doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-
yang diimplementasikan dalam
sd.v2i2.1330.
pembelajaran IPS di SD di antaranya: (a)
Siska, Y. 2016. Konsep Dasar IPS untuk
Tempat bersejarah, (b) Artefak dan
SD/MI. Yogyakarta: Garudhawaca.
peninggalan sejarah, (c) Peristiwa sejarah
Sopandi, A. (2015). “Studi Kebijakan
lokal zaman pra sejarah, dan (d) Peristiwa
Penerapan Bahasa, Budaya dan
sejarah lokal zaman kerajaan nusantara. Sejarah Bekasi sebagai Muatan Lokal di
Sekolah”. Laporan Penelitian, Universitas
Islam "45" Bekasi.
REFERENSI
Supardi, S. P. (2006). Pendidikan Sejarah
Cahyono, M. D. (2017) "Menepis Alienasi
Lokal Dalam Konteks Multikulturalisme.
terhadap Sejarah Daerah Sendiri:
Cakrawala Pendidikan Edisi Februari
Pembelajaran Sejarah Lokal Secara
2006, XXV(1), 117-137.
Proporsional di Sekolah". Tersedia,
Online,
Supardi, S. P. (2014). Pendidikan
https://patembayancitraleka.wordpress
Multikultural dalam Pembelajaran
.com, 7 September 2016, diunduh pada
Sejarah Lokal. Jurnal Pembangunan
Maret 2017.
Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, 2(1),
91-99.
Gagne, R. , Leslie J.B., dan Walter W.W.
(1992) Principles of Instructional Design.
Widja, I Gde. (1989). Sejarah Lokal, Suatu
Philedelpia: Harcourt Brace Jovanovich.
Perspektif dalam Pengajaran Sejarah.
Jakarta: Depdikbud.
Hafid, A. (2013). “Peningkatan Efektivitas
Pembelajaran melalui Pemanfaatan
Media Teknologi Informasi”. Tersedia
online,
http://anwarhapid.blogspot.co.id.
Selasa, 01 Januari 2013, diunduh pada
Oktober 2015.

Hardjodipuro, S. (1991). “Dua Paradigma


Penelitian Ilmiah”. Jakarta: Pidato
Pengukuhan Guru Besar IKIP Jakarta.

Lightman, A. J., & French, V. (1978).


Historians and The Living Past, The
Theory and Practice of Historical Study.
Arlington Heights: Harlan Davidson.

Mulyana, A., & Gunawan, R. (ed). (2007).


Sejarah Lokal: Penulisan dan
Pembelajaran di Sekolah. Bandung:
Salamina Press.

Priyadi, S. (2012). Sejarah Lokal, Konsep,


Metode, dan Tantangannya.
Yogyakarta: Ombak.

[181]

Anda mungkin juga menyukai