Abstrak
Penulisan karya ilmiah ini dilatar belakangi proses belajar mengajar di kelas, terkadang siswa sudah
membuat persepsi bahwa belajar bahasa Indonesia itu membosankan. Apalagi dalam Kurikulum 2013,
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis pada teks. Hal ini menyulitkan siswa karena budaya membaca
dan memahami isi bacaan masih lemah. Oleh karena itu, harus diciptakan suasana agar belajar di
sekolah berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Salah satu upaya yang
dilakukan penulis untuk menanamkan pendidikan karakter pada mata pelajaran bahasa Indonesia
adalah memanfaatkan tempat-tempat bersejarah yang dekat dengan sekolah atau di wilayah tempat
tinggal para siswa dan mendokumentasikan kegiatan kunjungan tersebut dalam bentuk film pendek
atau film documenter. Proses pembelajaran menggunakan RPP, format penilaian, lebar observasi, dan
skedul proyek, penulis juga menyiapkan media pembelajaran berupa proyektor dan speaker aktif untuk
proses presentasi dan penayangan film dokumenter yang telah dibuat siswa. Pelaksanaan pembelajaran
mengidentifikasi informasi dan mengontruksi nilai-nilai dalam teks cerita sejarah ini dilaksanakan pada
Oktober 2018 (Semester 1 Tahun Ajaran 2018/ 2019) di kelas XII program IPA SMA Negeri 1 Banjaran
Kab. Bandung. Hasil pembelajaran menunjukkan respons positif dari para siswa. Pendidikan karakter
melalui pembelajaran mengidentifikasi informasi dan mengonstruksi nilai-nilai dari teks cerita sejarah
mampu meningkatkan jiwa nasionalisme para siswa.
Kata kunci: Teks Cerita Sejarah, Kontekstual, Jiwa Nasionalisme.
1. PENDAHULUAN
Sebelum melaksanakan kegiatan belajar nya tidak berjalan sesuai harapan. Banyak faktor
mengajar di kelas, setiap guru tentu akan yang turut memengaruhi, baik faktor siswa
mempersiapkan perangkat yang diperlukan agar sebagai pembelajar, sarana dan prasarana,
pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan dan maupun situasi dan kondisi yang terjadi pada saat
capaian indikator yang diharapkan. Persiapan jam pelajaran berlangsung, di sinilah pentingnya
tersebut dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan kreativitas guru dalam membaca situasi agar
Pembelajaran (RPP). Pada praktiknya, rencana proses pembelajaran tetap menarik dan
yang telah sedemikian rupa dirancang, adakala- menyenangkan.
Berbagai pendekatan, metode, dan teknik mengajar di kelas, terkadang siswa sudah
pembelajaran pada prinsipnya dapat diterapkan membuat persepsi bahwa belajar bahasa
sesuai dengan tujuan dan indikator yang ingin Indonesia itu membosankan. Apalagi dalam
dicapai. Berdasarkan pengalaman penulis sebagai Kurikulum 2013, pembelajaran bahasa Indonesia
guru bahasa Indonesia, tidak ada satu metode atau berbasis pada teks. Hal ini menyulitkan siswa
teknik pembelajaran yang benar-benar efektif karena budaya membaca dan memahami isi
digunakan untuk mencapai seluruh kompetensi bacaan masih lemah. Oleh karena itu, harus
dasar. Adakalanya satu metode sesuai untuk diciptakan suasana agar belajar di sekolah
mencapai kompetensi dasar A, tetapi kurang berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, efektif,
sesuai digunakan untuk mencapai kompetensi dan menyenangkan. Atas dasar itulah, guru
dasar yang lain. Setiap guru akan menemukan dituntut untuk terus melakukan ‘eksperimen’
sendiri cara yang paling efektif sesuai dengan agar mampu menciptakan suasana yang kondusif
karakteristik dan kemampuan siswa yang sedang dalam proses belajar mengajar di kelas.
dihadapinya. Salah satu upaya yang dilakukan penulis untuk
Di sinilah pentingnya para guru berbagi menanamkan pendidikan karakter pada mata
pengalaman terbaik (best practice) yang menarik pelajaran bahasa Indonesia adalah memanfaatkan
selama melaksanakan proses belajar mengajar di tempat-tempat bersejarah yang dekat dengan
kelas. Pengalaman-pengalaman terbaik selama sekolah atau di wilayah tempat tinggal para
mengajar sangat dimungkinkan dapat menjadi siswa. Dengan begitu, siswa bukan sekadar
temuan baru yang dapat diterapkan guru-guru di membaca teks, melainkan mendatangi langsung
sekolah lain. Hal ini pulalah yang ingin penulis tempat-tempat bersejarah itu, kemudian
ungkapkan dalam artikel gagasan ilmiah ini. mendokumentasikan kegiatan kunjungan tersebut
Bermula dari pendapat Ronald Gross (dalam
dalam bentuk film pendek atau film dokumenter.
Suyono, 2011: 11) yang menyatakan bahwa
Pemanfaatan teknologi dalam kegiatan ini pun
sebagai akibat dari praktik belajar yang kurang
sangat efektif untuk mengarahkan siswa
kondusif, tidak demokratis, tidak memberikan
menggunakan gawai secara positif dan
kesempatan untuk berkreasi dan belum
bermanfaat. Seperti kita ketahui bahwa gawai
mengembangkan seluruh potensi siswa secara
sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan
optimal, telah memunculkan enam mitos tentang
belajar. Keenam mitos tersebut adalah sebagai dalam aktivitas di era teknologi informasi saat ini.
berikut. Siswapun sudah sulit melepaskan ketergantungan
1) Belajar itu membosankan, merupakan pada teknologi. Oleh karena itu, siswa harus
kegiatan yang tidak menyenangkan. mampu menguasai dan menggunakan teknologi
2) Belajar hanya terkait dengan materi dan untuk keperluan yang lebih bermanfaat.
keterampilan yang diberikan sekolah. Pemanfaatan teknologi tersebut berkaitan
3) Pembelajar harus pasif, menerima dan dengan kegiatan pendokumentasian tempat
mengikuti apa yang diberikan guru. bersejarah dalam bentuk film documenter. Film
4) Di dalam belajar, si pembelajar di bawah yang dibuat disesuaikan dengan teks sejarah yang
perintah dan aturan guru. sebelumnya telah disiapkan terlebih dahulu.
5) Belajar harus sistematis, logis, dan terencana. Teknik ini coba diterapkan dalam pembelajaran
6) Belajar harus mengikuti seluruh program yang bahasa Indonesia di kelas XII program IPA/ IPS
telah ditentukan. pada materi mengidentifikasi informasi dan
Mitos semacam itu muncul karena banyak mengonstruksi nilai-nilai dari teks cerita sejarah.
fakta yang menunjukkan pelaksanaan Adapun uraian lengkap mengenai Kompetensi
pembelajaran mengarah pada pemunculan Dasar (KD) tersebut adalah sebagai berikut.
persepsi tersebut. Pada saat proses belajar
18 METAMORFOSIS
Pembelajaran Teks Cerita Sejarah
melalui Pendekatan Kontekstual Sebagai Upaya Ismail Kusmayadi
Meningkatkan Jiwa Nasionalisme Siswa
20 METAMORFOSIS
Pembelajaran Teks Cerita Sejarah
melalui Pendekatan Kontekstual Sebagai Upaya Ismail Kusmayadi
Meningkatkan Jiwa Nasionalisme Siswa
kelas XII program IPA SMA Negeri 1 Banjaran Adapun langkah-langkah pembelajaran yang
Kab. Bandung. Dalam hal ini penulis mengajar di dilakukan sebagai upaya pemecahan masalah
empat kelas, yakni kelas XII IPA 1, XII IPA 2, berkaitan dengan materi pelajaran tersebut adalah
XII IPA 4, dan XII IPA 6. Pelaksanaannya sebagai berikut.
dilakukan di seluruh kelas yang penulis pegang. a. Guru memberikan stimulus dan apersepsi
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan proses terlebih dahulu. Kemudian, menjelaskan
pendokumentasi tempat bersejarah disesuaikan kompetensi dasar yang harus dikuasai serta
dengan keleluasaan siswa. Hanya penulis tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
memberi tengat waktu untuk menyelesaikan b. Guru memberikan penjelasan terlebih dahulu
proses pendokumentasian dalam bentuk film mengenai materi pembelajaran dan proses
dokumenter selama dua minggu (minggu 2 dan 3 pembuatan film dokumenter. Siswa secara
Oktober 2018). aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Selain membuat perencanaan yang dituangkan Siswa tidak saja mendengarkan penjelasan
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang guru, tetapi mereka pun dituntut untuk
sudah dilengkapi dengan format penilaian, lebar memberikan respons, baik berupa pertanyaan
observasi, dan skedul proyek, penulis juga maupun penyataan.
c. Setelah penjelasan dan materi dipahami siswa,
menyiapkan media pembelajaran berupa
guru membagi siswa menjadi enam kelompok.
proyektor dan speaker aktif untuk proses
Untuk kelas XII IPA rata-rata jumlah siswa
presentasi dan penayangan film dokumenter yang
per kelas ada 44 orang. Jadi, kalau dibagi 6
telah dibuat siswa.
kelompok, jumlah siswa per kelompok 7-8
Proses pembelajaran mengidentifikasi
orang.
informasi dan mengonstruksi nilai-nilai dalam
d. Setiap kelompok diminta untuk menentukan
teks cerita sejarah dilakukan dengan pendekatan
satu lokasi tempat bersejarah di wilayah
kontekstual (contextual teaching and learning/
Banjaran dan sekitarnya. Setelah itu, setiap
CTL). Pendekatan tersebut sangat tepat
anggota kelompok berbagi peran, yakni
digunakan agar siswa melakukan pembelajaran sebagai sutradara, penulis skenario film
secara kontekstual. dokumenter, kameramen, dan editing.
Pembelajaran dan pengajaran kontekstual e. Saat diminta membuat film dokumenter,
melibatkan para peserta didik dalam aktivitas respons siswa begitu antusias. Mereka bukan
penting yang membantu mereka mengaitkan saja tertarik dalam proses pembuatan filmnya,
pelajaran akademis dengan konteks kehidupan melainkan juga karena akan mendapatkan
nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan pengalaman baru dan berkesan. Meskipun ada
keduanya, peserta didik melihat makna dalam beberapa siswa yang terdengar pesimistis dan
materi yang sedang dipelajari. Ketika peserta mengeluh. Namun, karena dikerjakan secara
didik menyusun proyek atau menemukan berkelompok, beberapa siswa tersebut turut
permasalahan yang menarik, ketika mereka terlibat dalam prosesnya.
membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, f. Kegiatan mengidentifikasi informasi dalam
mencari informasi dan menarik kesimpulan, teks sejarah dilakukan siswa saat siswa
ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, diminta untuk mencari sumber-sumber tertulis
mengatur, menyentuh, merencanakan, mengenai tempat bersejarah yang akan
menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat dikunjungi. Sedangkan, kegiatan
keputusan, mereka mengaitkan isi akademis mengonstruksi nilai-nilai dapat dilakukan saat
dengan konteks dalam situasi kehidupan dan memahami teks sejarahnya dan saat datang ke
dengan cara ini mereka menemukan makna. lokasi untuk pendokumentasian.
g. Selama pengumpulan, penyusunan skenario, Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
proses shooting di lokasi, dan proses editing meningkatkan jiwa nasionalisme siswa,
film, guru melakukan pembimbingan dan khususnya melalui mata pelajaran bahasa
pengarahan. Indonesia, yakni sebagai berikut.
h. Setelah tengat waktu yang disepakati habis, 1) Menanamkan kecintaan terhadap cerita
guru meminta siswa untuk menayangkan hasil sejarah daerahnya masing-masing. Dengan
film setiap kelompok dan mengungkapkan mengonstruksi wawasan dan pengetahuan
yang dimilikinya, maka dengan sendirinya
informasi yang diperoleh dari tempat atau
akan tumbuh kecintaan terhadap daerah
peristiwa bersejarah tersebut. Selain itu, siswa
khususnya, serta bangsa Indonesia pada
pun diminta untuk mengungkapkan nilai-nilai,
umumnya.
terutama yang berkaitan dengan jiwa 2) Mulailah memperhatikan, memahami, dan
nasionalisme. memaknai perjuangan para pahlawan dalam
i. Setelah proyek tersebut selesai, setiap mempertahankan bangsa ini. Artinya,
kelompok mempresentasikan hasil mengaitkan pembelajaran dengan konteks
pekerjaannya. Guru memberikan penilaian, peristiwa atau tempat bersejarah yang ada di
tanggapan, dan penghargaan atas hasil kerja lingkungan kalian.
siswa. 3) Mulailah menciptakan prestasi dalam semua
Rangkaian proses pembelajaran mulai dari bidang. Dorongan untuk berpretasi tersebut
persiapan awal sampai kegiatan presentasi dapat muncul dengan kuat setelah para siswa
dilaksanakan dalam rentang waktu satu bulan. mampu memaknai perjuangan para pejuang
dulu. Dengan memahami teks cerita sejarah,
Meskipun di kelas XII IPA 4 dan XII IPA 1
para siswa dapat memiliki kekuatan baru
memerlukan waktu tambahan satu minggu (dua
dalam berprestasi dan berkreasi.
pertemuan) dikarenakan ada beberapa kelompok
yang belum selesai tepat waktu. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
diketahui bahwa pembelajaran mengidentifikasi
informasi dan mengonstruksi nilai-nilai dalam
2.2 Meningkatkan Jiwa Nasionalisme
teks cerita sejarah dapat berlangsung secara
Melalui Teks Cerita Sejarah
efektif untuk meningkatkan jiwa nasionalisme.
Rasa nasionalisme generasi muda terlihat
sudah mulai memudar sebagai akibat dari 2.3 Film Dokumenter
pengaruh globalisasi. Hal sederhana saja dapat Film-film dokumenter sering kali ditayangkan
dilihat dari cara anak muda berbicara yang lebih di televisi. Film-film tersebut mampu merekam
cenderung bangga menggunakan istilah-istilah berbagai peristiwa, termasuk peristiwa sejarah,
asing yang bercampur aduk dengan bahasa agar dipahami dan dimaknai oleh penonton. Film
Indonesia. Tentu saja hal ini menunjukan dokumenter diartikan sebagai film yang
kerancuan berbahasa dan kerancuan berpikir. mempresentasikan kenyataan. Dengan kata lain,
Penanaman nasionalisme sejak dini melalui film dokumenter adalah film yang menampilkan
pendidikan karakter dapat mengembalikan kehidupan sehari-hari secara fakta tanpa adanya
kecintaan pada generasi muda terhadap tanah rekayasa.
airnya. Jika generasi muda sudah tidak mencitai Ciri utama film dokumenter adalah
menyajikan fakta. Film dokumenter selalu
bangsa dan negaranya sendiri, apa jadinya bangsa
berhubungan dengan orang-orang, tokoh,
ini di masa yang akan dating jika generasi
peristiwa, dan juga lokasi yang nyata (tidak
mudanya sudah tidak lagi bangga terhadap tanah
dibuat atau dikarang seperti halnya fiksi). Film
airnya sendiri.
dokumenter sendiri tidak menciptakan suatu
22 METAMORFOSIS
Pembelajaran Teks Cerita Sejarah
melalui Pendekatan Kontekstual Sebagai Upaya Ismail Kusmayadi
Meningkatkan Jiwa Nasionalisme Siswa
peristiwa atau kejadian, tetapi merekam peristiwa Perjuangan Moh. Toha yang berada di Dayeuh
yang sungguh-sungguh terjadi. Selain itu, film Kolot serta Tugu Bandung Lautan Api yang ada
dokumenter tidak memiliki plot seperti halnya di Tegalega, Kota Bandung.
film fiksi. Namun, memiliki struktur yang Satu kelompok di Kelas XII IPA 1 mampu
umumnya didasarkan pada tema atau argumen mengungkap jejak sejarah yang selama ini jarang
(Pratista disitat Widharma dalam laman (http:// diketahui. Saat menemui seorang veteran,
www.csinema.comdiakses 23 Februari 2019). diketahuilah informasi baru mengenai adanya pos
Kegiatan pembelajaran mengidentifikasi penjagaan di dekat jembatan menuju arah
informasi dan mengonstruksi nilai-nilai dalam Soreang. Pos penjagaan rahasia itu digunakan
teks cerita sejarah dengan pendekatan untuk memata-matai gerak-gerik tentara Belanda
kontekstual dan proyek ternyata sangat efektif da nada kaitannya dengan peristiwa pertempuran
memberikan pemahaman dan pengalaman Sasak Rawayan di daerah Kiangroke. Dalam
kepada siswa. Pengalaman melakukan shooting peristiwa tersebut lebih dari 40 pejuang gugur.
dan editing film ternyata di luar ekspektasi Selain sejarah yang berkaitan dengan
penulis sendiri. Kompetensi dasar pada materi ini perjuangan bangsa, ada juga yang merekam
jika diuraikan dalam tujuan dan indikator sejarah budaya. Di antaranya keberadaan Situs
mungkin terbatas. Apalagi jika pembelajarannya Bumi Alit Kabuyutan di Desa Lebakwangi Kec.
hanya dilakukan dengan membaca teks saja. Banjaran. Situs tersebut telah ditetapkan sebagai
Ide untuk mengaitkan materi pelajaran teks cagar budaya oleh Pemerintah Kabupaten
cerita sejarah dengan kekayaan cerita sejarah Bandung.
yang ada di wilayah Banjaran dan sekitarnya Bumi Alit Kabuyutan diyakini sebagai pusat
mampu memberikan pencerahan dan membuka perkembangan penyebaran agama Islam di
wawasan siswa mengenai tempat-tempat yang wilayah Bandung Selatan yang saat itu dipimpin
dikunjungi. Misalnya, ada siswa yang berdomisili oleh Embah Panggung Jayadikusumah yang
di Desa Kamasan Kec. Banjaran baru tahu bahwa dibantu oleh empat orang kepercayaannya, yakni
desanya adalah tempat kelahiran Ibu Inggit Embah Lurah Sutadikusumah, Embah Wira
Garnasih, tokoh penting yang mendampingi Sutadikusumah, Embah Patrakusumah, dan
Soekarno saat berjuang pada masa penjajahan Embah Aji Kalangsumitra. Siswa pun banyak
Belanda. Begitu pula banyak siswa yang baru yang baru tahu kalau situs budaya yang setiap
tahu bahwa tugu perjuangan di Kecamatan hari dilewatinya ternyata memiliki cerita sejarah
Cimaung didirikan di atas tanah milik Ibu Inggit yang bernilai.
Garnasih. Jejak Ibu Inggit Garnasih pun Berdasarkan kegiatan pembelajaran tersebut,
ditelurusi oleh kelompok lain, yakni dengan penulis sebagai guru bahasa Indonesia merasa
mengunjungi rumah sejarah Ibu Inggit, tempat puas dengan gagasan yang dimilikinya. Para
Inggit bermukim dan meninggal dunia. Rumah siswa bukan saja mampu menggali dan
itu ada di Jalan Ciateul (sekarang Jalan Inggit mengidentifikasi informasi, mengonstruksi nilai-
Garnasih) daerah Tegalega Bandung. nilai, melainkan juga tumbuh kesadaran akan
Selain itu, para siswa pun banyak yang baru pentingnya memahami kekayaan sejarah lokal.
mengetahui bahwa gudang senjata Gudmurah di Di sini pendidikan karakter untuk meningkatkan
Desa Banjaran ada kaitan sejarah dengan jiwa nasionalisme tumbuh dengan sendirinya.
peristiwa Bandung Lautan Api. Bahkan gedung Para siswa memiliki kesadaran untuk menghargai
yang sekarang dipakai oleh SMPN 1 Banjaran segala bentuk perjuangan yang telah dilakukan
dulunya adalah pusat komando Belanda. para penduhulunya serta tumbuh kecintaan
Pembahasan peristiwa Bandung Lautan Api ini terhadap daerahnya yang dapat dijadikan modal
semakin menarik ketika terkait dengan kelompok penting untuk mengokohkan kecintaan terhadap
lain yang menayangkan film dokumenter di Tugu bangsa dan Negara.
24 METAMORFOSIS
Pembelajaran Teks Cerita Sejarah
melalui Pendekatan Kontekstual Sebagai Upaya Ismail Kusmayadi
Meningkatkan Jiwa Nasionalisme Siswa
DAFTAR PUSTAKA
Elaine B. Johnson. 2010.Contextual Teaching & Kusmayadi, I. 2019.”Kau Tak Dilarang
Learning. Bandung: Kaifa Learning. Bersedih”. http://lakonhidup.com.[online].
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Diakses pada 8 September 2019.
Sleman: Tiara Wacana Yogya. Kusmayadi, I. 2019. “Pukulan Telak Akibat
Kusmayadi, I. Dkk. 2008. “Belajar Bahasa Puisi”. http://lakonhidup.com. [online].
Indonesia itu Menyenangkan”. Jakarta: Diakses pada 7 Juli 2019.
Pusat Perbukuan 2008. Kusmayadi, I.2019. “Manusia Setengah Duda”.
Kusmayadi, I. 2012. “Hikayat Darmaji”. http://lakonhidup.com.[online]. Diakses
http://klipingsastra.com .[online]. Diakses pada 10 februari 2019.
pada 12 Juli 2012. Kemdikbud RI. Kompetensi Inti dan Kompetensi
Kusmayadi, I. 2017. “Seragam Sekolah”. Dasar SMA. Jakarta: Kemendikbud.
http://www.kompasiana.com.[online]. Notosusanto, Nugroho. 1969. Mengerti Sejarah.
Diakses pada 13 Februari 2018. Jakarta: Universitas Indonesia Perss.
Kusmayadi, I. 2017. “Ayo Mulai Revolusi Puspa, Citra. 2013. “Makalah Tentang
Karakter”. http://www.kompasiana.com. Pengertian Sejarah”. http://citrapuspaa.
[online]. Diakses pada 13 Februari 2018. wordpress.com [online]. Diakses pada 13
Kusmayadi, I. 2017.”Pendidikan Mencipta Februari 2018.
Generasi Unggul. http://www.kompasiana. Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan
com. [online]. Diakses pada 13 Februari Pembelajaran, Teori dan Konsep Dasar.
2018. Bandung: Rosdakarya.
Kusmayadi, I. 2018. ”Mahar Puisi”. Widharma, I Wayan. (2017). “Tiga Jenis Film
http://lakonhidup.com. [online]. Diakses (Dokumenter, Fiki, Eksperimental)”.
pada 23 Desember 2018. http://www.csinema.com [online]. Diakses
Kusmayadi, I. 2018. ”Kekeliruan Menjelang Hari pada 13 Februari 2018.
Kemenangan”. http://lakonhidup.com. http://www.dieksjetkid.co.cc/2010/10/nasionalis
[online]. Diakses pada 13 Mei 2018. me-dan-patriotisme.html.
Kusmayadi, I. 2018. ”Sebuah Senyum di Balik http://edukasi.kompasiana.com/2011/05/27/kons
Cadar”. http://lakonhidup.com. [online]. ep-urgensi-dan-implementasi-pendidikan-
Diakses pada 15 Oktober 2018. karakter-di-sekolah