Eka Rosmawati
SMA Negeri 6 Prabumulih
Email: Eka.r8864@gmail.com
—————————— ——————————
PENDAHULUAN
Berbahasa merupakan kegiatan yang Hal ini sejalan dengan pemikiran bahwa
selalu mengisi berbagai bidang kehidupan bahasa merupakan alat komunikasi
manusia, baik dalam bidang ekonomi, antaranggota masyarakat yang berupa simbol
hukum,politik, dan pendidikan. Kegiatan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
tersebut dapat berlangsung secara Dalam dunia pendidikan, khususnya bahasa
transaksional maupun interaksional. Dengan Indonesia, pelaksanaan pembelajaran
bahasa, seseorang dapat menyampaikan ide, berbahasa dikemas ke dalam empat aspek
pikiran, perasaan atau informasi kepada orang keterampilan berbahasa, yakni keterampilan
lain, baik secara lisan maupun secara tulisan. menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.
mungkin setuju atau tidak setuju terhadap isu merespon, (4) mengeksplorasi teks, dan (5)
tersebut. Langkah-langkah pembelajarannya memperluas interpretasi. Proses membaca
adalah dengan cara menentukan isu/usul, tidak dimulai dengan membuka buku dan
mengelompokkan siswa yang setuju dan yang langsung membaca, tetapi melalui persiapan.
tidak setuju, kemudian melakukan debat. Pada tahap pertama dalam proses
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut dapat membaca, langkah-langkah yang dilakukan
dilakukan melalui prosedur: (1) pertanyaan antara lain memilih buku/bacaan,
pertama dan ketiga mendukung usul, (2) menghubungkan buku/bacaan dengan
pertanyaan kedua dan keempat menolak, (3) pengalaman pribadi dan pengalaman
pertanyaan sanggahan pertama dan ketiga membaca sebelumnya, memprediksi isi
disampaikan kelompok siswa setuju, dan (4) buku/bacaan, serta mengadakan tinjauan
pertanyaan sanggahan kedua dan keempat pendahuluan terhadap buku/bacaan. Pada
dilakukan kelompok siswa tak setuju. tahap kedua dalam proses membaca, siswa
Selanjutnya, aktivitas drama. Aktivitas drama membaca buku atau bacaan secara
dapat dilakukan melalui model pembelajaran keseluruhan. Ada lima macam model
dengan menggunakan metode bermain peran, membaca (Tomkins & Hoskisson, 1995), yakni
bermain boneka, dan pementasan drama. membaca nyaring (reading aloud), membaca
Bermain peran dapat dilakukan baik dengan bersama (shared reading), membaca
naskah yang sudah tersedia atau yang dibuat berpasangan (buddy reading), membaca
sendiri oleh siswa. Jika tersedia media boneka, terbimbing (guided reading), dan membaca
di sekolah dapat dilakukan kegiatan sandiwara bebas (independent reading). Pada tahap
boneka. Sementara itu, pementasan drama ketiga, merespon, siswa memberi respon
dapat juga dilakukan oleh siswa di kelas terhadap kegiatan membaca mereka dan terus
dengan segala kesederhanaan sesuai dengan berusaha memahami isi.
situasi pembelajaran di dalam kelas. Inovasi Ada dua langkah yang dapat dilakukan
Model Pembelajaran Membaca siswa untuk tahap ini, yakni membaca dalam
Pembelajaran membaca dapat menggunakan format membaca, dan berpartisipasi dalam
pendekatan proses. Proses yang dimaksud percakapan klasikal. Setelah memberi respon,
adalah proses membaca. Pembelajaran para siswa kembali memperhatikan
membaca dengan menggunakan pendekatan buku/bacaan untuk menggali isinya lebih
proses dapat meningkatkan keterampilan dalam lagi. Para siswa dapat melakukan
membaca siswa. langkah-langkah seperti: (1) membaca ulang
Menurut hasil penelitian Palmeret.al. buku/bacaan, (2) menguji keahlian khusus
(1994) antara lain disebutkan bahwa siswa penulis (the author's craft), (3) mempelajari
akan mendapatkan keuntungan jika proses kosakata baru, dan (4) berpartisipasi dalam
membaca diperagakan di hadapan siswa. pengajaran singkat yang dilakukan guru.
Kegiatan proses membaca meliputi: (1) Pada tahap terakhir dalam proses
persiapan untuk membaca, (2) membaca, (3) membaca, memperluas interpretasi, dapat
dilakukan pada kegiatan seperti: memperluas dengan pendekatan proses meliputi lima
interpretasi dan pemahaman, merefleksikan tahap, yakni (1) pramenulis, (2) menulis draf,
pemahaman, dan menilai pengalaman (3) merevisi, (4) menyunting, dan (5)
membaca. Ketiga kegiatan tersebut dapat mempublikasi (Tomkins & Hoskisson, 1995).
dilakukan dengan melibatkan keterampilan Pramenulis adalah tahap persiapan untuk
berbahasa yang lain, seperti berbicara dan menulis. Tahap ini sangat penting dan
menulis. Kegiatan seperti bermain menentukan dalam tahap-tahap menulis
peran/drama atau melakukan tugas/proyek selanjutnya. Sebagian besar waktu menulis
khusus juga dapat dilakukan. Jika dilihat dihabiskan dalam tahap ini. Adapun hal-hal
kembali tahap-tahap membaca melalui yang dilakukan siswa dalam tahap ini antara
pendekatan proses di atas, tampak terdapat lain: memilih topik, mempertimbangkan tujuan
begitu banyak kegiatan. Keterlibatan siswa dan bentuk, pembaca, serta memperoleh dan
dalam setiap kegiatan itu sangat berharga dan menyusun ide-ide. Siswa dipersilahkan
berguna untuk perkembangan keterampilan menentukan topik karangan sendiri. Jika ada
membaca. Pada pembelajaran membaca siswa yang merasa kesulitan, guru dapat
dengan pendekatan proses, siswa benar- membantunya dengan mengadakan
benar belajar bagimana caranya membaca. brainstorming (urun rembug) untuk
Mereka tidak hanya belajar bagaimana menentukan beberapa macam topik, kemudian
membunyikan tulisan, tetapi mereka juga meminta siswa yang merasa kesulitan memilih
belajar bagaimana memilih bacaan yang topik tersebut untuk memilih salah satu yang
menarik, melakukan kegiatan membaca paling menarik di antara topiktopik itu. Melalui
dengan berbagai bentuk, memberi respon, kegiatan pramenulis, siswa berbicara,
menggali bacaan secara lebih mendalam, menggambar, membaca, dan bahkan menulis
serta melakukan kegiatan lanjutan untuk dapat untuk mengembangkan informasi yang
lebih memahami bacaan. Dengan demikian, diperlukan untuk topik-topik mereka. Ketika
sudah tiba waktunya mengubah model siswa menyiapkan diri untuk menulis, mereka
pendekatan pembelajaran membaca secara perlu berpikir tentang tujuan dari menulis yang
tradisional yang sudah berlangsung selama ini akan mereka lakukan. Apakah mereka akan
dengan pendekatan menulis untuk menghibur, menginformasikan
proses yang secara teoritik dapat sesuatu, atau untuk mempersuasi. Selain itu,
meningkatkan keterampilan siswa dalam mereka juga perlu merencanakan apakah
membaca. Inovasi Model Pembelajaran mereka menulis untuk dirinya sendiri atau
Menulis Pembelajaran menulis dengan untuk orang lain, teman sekelas, orang tua,
pendekatan proses dapat meningkatkan nenek dan kakek, paman, atau yang lainnya.
keterampilan menulis siswa. Para siswa juga harus mempertimbangkan
Untuk itu, strategi ini kiranya dapat bentuk tulisan yang akan mereka buat. Apakah
dilakukan sebagai salah satu alternatif cerita, surat, puisi, laporan atau jurnal. Dalam
kegiatan pembelajaran. Pembelajaran menulis
satu kegiatan menulis hendaknya ditentukan diubah itu dengan memberinya tanda-tanda
satu bentuk tulisan saja. tertentu atau simbol, atau dengan memberi
Pada tahap menulis draf, siswa diminta garis bawah. Dalam menyunting, siswa
hanya mengekpresikan ide-ide mereka ke membaca cepat karangan untuk menentukan
dalam tulisan kasar. Karena penulis tidak dan menandai kemungkinan bagian-bagian
memulai menulis dengan komposisi yang siap, tulisan yang salah.
seperti disusun dalam pikiran mereka, siswa Guru dapat menunjukkan cara
memulai menulis draf ini dengan ide-ide yang membaca cepat ini, misalnya dengan
sifatnya tentatif. Pada tahap membuat draf ini, membaca karangan salah satu siswa. Guru
waktu lebih difokuskan pada mengeluarkan membaca karangan itu dengan lambat dan
ide-ide dengan sedikit atau tidak sama sekali menandai kemungkinan bagian-bagian
memperhatikan pada aspek-aspek teknis karangan yang salah dengan pensil atau
menulis, seperti ejaan, penggunaan istilah, pulpen.
atau struktur. Pada tahap merevisi siswa Dalam kegiatan membaca dan
memperbaiki ide-ide mereka dalam karangan. menandai bagian yang mungkin salah, siswa
Merevisi bukanlah membuat karangan menjadi dapat menggunakan daftar chek untuk
lebih halus, tetapi kegiatan ini lebih berfokus menentukan tipe-tipe kesalahan. Setiap
pada penambahan, pengurangan, tingkatan kelas siswa dapat menggunakan
penghilangan, dan penyusunan kembali isi daftar chek yang berbeda, bergantung tinggi
karangan sesuai dengan kebutuhan atau rendahnya kelas siswa. Pada tahap publikasi,
keinginan pembaca. Adapun kegiatan- yang merupakan tahap akhir menulis, siswa
kegiatan yang dilakukan siswa pada tahap ini mempublikasikan tulisan mereka dalam bentuk
adalah membaca ulang seluruh draf, sharing yang sesuai atau berbagi bentuk tulisan
atau berbagi pengalaman tentang draf kasar dengan pembaca yang 163 Jurnal Retorika,
karangan bersama dengan teman dalam Volume 9, Nomor 2, Agustus 2016, hlm. 90—
kelompok, mengubah atau merevisi tulisan 163 telah ditentukan. Para pembaca bisa dari
dengan memperhatikan reaksi, dan komentar teman sekelas, guru, pegawai sekolah, atau
atau masukan dari teman atau guru. Setelah bahkan kepala sekolah. Adapun bentuk-bentuk
menyelesaikan draf kasar, siswa memerlukan tulisan yang bisa digunakan seperti buku,
waktu untuk beristirahat dan menjauhkan diri jurnal, laporan, atau tulisan lain. Penentuan
dari karangan mereka. Setelah itu, barulah bentuk tulisan ini ditetapkan berdasarkan
siswa membaca kembali draf kasar mereka kesepakatan siswa. Dalam tahap
dengan pikiran yang segar. Saat siswa mempublikasi ini, dapat juga dilakukan dengan
membaca inilah mereka membuat perubahan, konsep author chair atau kursi penulis. Siswa
seperti menambah, mengurangi, yang telah selesai melakukan kegiatan
menghilangkan atau memindah-kan bagian- menulis, maju ke depan dan duduk di kursi.
bagian tertentu dalam draf karangan. Bisa juga Selanjutnya, ia membaca hasil karyanya,
mereka menandai bagian-bagian yang akan sementara para siswa yang lain dan guru
memberikan perhatian berupa tepuk tangan Penggunaan teknik dan metode yang inovatif
setelah pembacaan selesai. Guru hendaknya dalam pembelajaran bahasa Indonesia tentu
dapat menolong perkembangan keterampilan dapat menciptakan situasi pembelajaran yang
menulis setiap siswa semaksimal mungkin. kondusif. Peserta didik dalam kaitan ini ikut
Setiap ada kesulitan yang dialami siswa, guru terlibat secara langsung dalam menyerap
harus menciptakan situasi yang solutif agar informasi dan menyatakan kembali hasil
kesulitan siswa itu dapat dipecahkan, baik rekaman informasi yang diperolehnya sesuai
dengan bantuan orang lain, teman dengan kemampuan individu peserta didik.
sekelompok, sekelas, maupun guru. Ini berarti Melalui proses pembelajaran bahasa
bahwa guru dituntut memiliki kemampuan Indonesia yang dinamis diharapkan akan
pengelolaan pembelajaran menulis dengan tercipta suatu bentuk komunikasi lisan antara
baik. Guru bukanlah pemimpin kelas, tetapi peserta didik dengan peserta didik lainnya
merupakan kolabolator atau teman siswa yang terpola melalui keterampilan menyimak,
dalam memecahkan berbagai persoalan yang berbicara, membaca, dan menulis sehingga
muncul dan membantu siswa yang sedang suasana pembelajaran terhindar dari
menemukan kesulitan. kejenuhan.