Anda di halaman 1dari 29

KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS

VIII SMP NEGERI 7 KONAWE SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH

ILMA PIYANTI

A1M120007

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran bahasa indonseia meliputi empat keterampilan berbahasa


yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan
membaca, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut
memiliki fungsi yang berbeda. Untuk komunikasi secara lisan orang
memanfaatkan keterampilan menyimak dan berbicara, sedangkan dalam
komunikasi secara tertulis orang memanfaatkan keterampilan membaca dan
menulis. Dengan menulis juga siswa dapat melahirkan ide-ide baru yang
dituangkan dalam tulisan. Sehingga keterampilan berbahasa ini wajib
diajarkan pada jenjang pendidikan baik tingkat dasar, menengah sampai
perguruan tinggi.
Pembelajaran perlu dikembangkan dengan menggunakan desain
pembelajaran yang tepat. Pembelajaran yang harus diterapkan adalah
pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mencarita hubukan
memberitahu peserta didik. Saat ini peran dan fungsi Bahasa sebagai alat
komunikasi dalam interaksi social semakin dirasakan. Setiap pengguna
bahasa menyadari bahwa bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia
yang paling mendasar. Dengan bahasa, orang saling melengkapi, saling
berhubungan antar satu dan yang lainnya baik perorangan maupun kelompok
masyarakat. Dengan kata lain bahasa merupakan sarana yang paling ampuh
untuk berhubungan dan bekerja sama. Pembelajaran bahasa diharapkan
membantu peserta didik mengenai dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,
menemukan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut.
Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan matapelajaran wajib yang
berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa dalam bidang ilmu

iii
pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Dengan demikian, menguasai
bahasa diharapkan siswa dapat tumbuh dan berkembang menjadi warga
negara yang cerdas dalam pembangunan nasional.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mengarahkan proses pembelajaran
harus bias mendorong peserta didik untuk mengamati (observing), bertanya
(questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan
membentuk jejaring (networking). Untuk memenuhi prasyarat itu maka cara
pembelajarannya tentu harus holistik dan menyenangkan. Pembelajaran
sebaiknya menekankan aspek sikap, dan pengetahuan, keterampilan secara
terintegrasi. Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan
ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah
tersebut tidak dapat dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian,
proses pembelajaran secara utuh melahirkan pribadi yang mencerminkan
keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinilai
autentik dan berbasis tes dan portopolio (saling melengkapi).
Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks merupakan ciri pertama
pembelajaran kurikulum 2013. Hal ini disebabkan pembelajaran bahasa
Indonesia berbasis teks dapat dikatakan salah satu hal yang baru karena
belum terdapat pada kurikulum yang berlaku sebelum kurikulum 2013. Yang
dimaksud dengan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks adalah proses
belajar bahasa Indonesia yang dilakukan oleh peserta didik yang bertitik tolak
dari pemahaman teks dan menuju kepembuatan teks. Teks atau wacana
adalah satuan kebahasaan terbesar atau terlengkap, yang mencakup teks lisan
dan teks tertulis.
Keterampilan menulis pada kurikulum 2013 terdapat pada semua jenjang
Pendidikan. Pada jenjang Pendidikan SMP keterampilan menulis yang harus
dikuasai siswa, salah satunya keterampilan menulis teks eksposisi. Teks
eksposisi tidak hanya menyodorkan teori yang disajikan pada waktu belajar,
tetapi banyak dalam lingkungan sekitar yang dapat digunakan untuk menulis
teks eksposisi. Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraph
dalam penulisan yang mana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan

iv
atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan
padat serta pengarang harus berpikir kritis dan logis. Seseorang juga harus
terbuka dalam menerima pendapat orang lain, lalu menganalisis dan
mempertimbangkan secara baik dan rasional . oleh karena itu, keberhasilan
siswa dalam membuat teks eksposisi adalah kesiapan guru dalam
melaksanakan pengajaran.
Guru harus terampil dan mampu melatih, membina, dan meningkatkan
motivasi siswa dalam menulis teks eksposisi, juga menyediakan berbagai
sarana penunjang lainnya dalam proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan
karena siswa memiliki kemampuan menulis teks, khususnya teks eksposisi
diperlukan kesiapan, baik dari guru maupun siswa itu sendiri dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Merujuk pada kurikulum 2013 tersebut, peneliti memilih salah satu
komponen dalam menciptakan karya sastra khususnya teks eksposisi. Disisni
peneliti memfokuskan diri pada teks eksposisi. Pada kegiatan menulis teks
eksposisi, siswa diharapkan mampu menguasai topic atau isu permasalahan,
memperhatikan ketepatan/kelengkapan struktur, dan kebakuan
kebahasaannya. Data tentang kemampuan menulis teks eksposisi merupakan
syarat yang harus dipenuhi untuk meningkatkan kemampuan menulis teks
eksposisi. Kemampuan ini dilihat dari hasilakhir penulisan teks eksposisi
siswa yang telah diteliti.
Data tersebut menjadi sumber informasi tentang kekurangan-
kekurangan yang perlu diperbaiki dan kelebihan-kelebihan yang perlu
dipertahankan oleh siswa dalam mengembangkan kreativitasnya dalam
menulis teks eksposisi. Informasi itu berguna bagi guru bahasa Indonesia
dalam menyusun materi dan menyusun strategi untuk terus mengembangkan
potensi yang dimiliki oleh siswa dalam menulis teks eksposisi. Penelitian ini
dilakukan di SMP Negeri 7 Konawe Selatan. Pemilihan sekolah di dasari
pertimbangan bahwa SMP Negeri 7 Konawe Selatan adalah salah satu
sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 dan belum pernah dilakukan
penelitian tentang menulis teks eksposisi pada penerapan kurikulum 2013,

v
sehingga peneliti memilih SMP Negeri 7 Konawe Selatan sebagai objek
penelitian.
Berdasarkan wawancara awal, siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Konawe
Selatan telah mempelajari materi tentang menulis teks eksposisi pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Namun, dengan selesainya mempelajari materi
teks eksposisi tersebut apakah siswa mampu menulis teks eksposisi dengan
baik dan benar. Ole karena itu, peneliti ingin mengetahui seberapa jauh
kemampuan siswa dalam pemebelajaran bahasa Indonesia khususnya pada
materi menulis teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Konawe
Selatan.

vi
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan menulis teks eksposisi
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Konawe Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah mendeskripsikan kemampuan
menulis teks eksposisi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Konawe Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi tentang kemampuan Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 7 Konawe Selatan dalam menulis teks eksposisi.
2. Sebagai bahan tambahan peneliti selanjutnya untuk dijadikan rujukan
penelitian relevan.
3. Sebagai bahan masukan dan umpan Indonesia khususnya pengajaran
menulis teks eksposisi.

1.5 Batasan Operasional

Pada penelitian yang penulis lakukan, penulis membatasi masalah agar data
penelitian dapat difokuskan pada satu materi pembelajaran, Batasan tersebut
yaitu sebagai berikut :
1. Kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Konawe Selatan dalam menulis teks
eksposisi.
2. Menulis adalah kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung untuk
menyampaikan pesan dengan menggunakan tulisan sebagai medianya.
3. Teks eksposisi merupakan karangan yang menguraikan, memaparkan dan
menjelaskan suatu topic secara jelas agar pembaca dapat memperluas
pandangan, wawasan dan pengetahuannya.

vii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Pengertian Menulis

Setiap orang mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan pikiran,


perasaan dan sikapnya. Kemampuan mengekspresikan tersebut dapat
diwujudkan dalam bentuk tulisan seperti artikel, sketsa, puisi, maupun bentk
karangan. Melalui kegiatan menulis, penulis akan memberikan masukan
berbagai informasi maupun pengetahuan kepada pembaca dari hasil
tulisannya.
Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian
pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Dalman, 2014:3). Menulis adalah
kegiatan yang rumit dan kompleks yang memerlukan proses berfikir secara
optimal. Seseorang yang mampu menuangkan ide dan gagasannya dalam
bentuk tulisan yang baik adalah orang yang memiliki modal kemampuan
menyimak dan pengalaman membaca yang cukup.
Menurut Ningsih, dkk (2007:121) menulis adalah kegiatan menyusun
serta merangkai kalimat sedemikian rupa agar pesan, informasi, seta maksud
yang terkandung dalam pikiran, gagasan, dan pendapat penulis dapat
disampaikan dengan baik. Menulis pada hakikatnya adalah menuangkan
gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, kemauan serta informasi kedalam
bahasa tulis, kemudian mengirimkannya kepada orang lain (Syafi’ie
1998:45).
Angelo dan Tarigan (1994:23) menulis adalah suatu bentuk berpikir,
tetapi justru berpikir mengenai salah satu dari tugas-tugas terpenting penulis,
sebagai penulis adalah menguasai peinsip-prinsip yang dimaksudkan yaitu

viii
penemuan, susunan, dan gaya. Secara singkat belajar menulis adalah belajar
berpikir.
Menulis adalah suatu keterampilan bahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang
lain Tarigan (2000:3). Suparno (2002:13) mengemukakan bahwa menulis
dapat didefinisikan sebagai salah satu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) dengan mengemukakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.
Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan.
Menurut Mahsun, (2014:94-95) pembelajaran bahasa Indonesia dalam
kurikulum 2013 diorientasikan pada pembelajaran bahsa Indonesia bertujuan
agar siswa dapat memproduksi dan menggunakan teks sesuai fungsi dan
tujuan sosialnya. Dengan demikian pembelajaran bahasa Indonesia yang
berbasis teks bahasa Indonesia diajarkan bukan sekedar sebagai pengetahuan
bahasa, melainkan sebagai teks yang berfungsi untuk menjadi sumber
aktualisasi diri, penggunaannya pada konteks sosial budaya akademis. Oleh
sebab itu dalam pembelajaran bahasa Indonesia, teks dipandang sebagai
satuan bahasa yang bermakna secara kontekstual.
Fungsi utama menulis adalah sebagai alat komunikasi. Hal ini sejalan
dengan pengertian menulis yang disampaikan Tarigan (2008:3), menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidsk langsung, tidak secara tatap muka dengan orang
lain. Hal yang akan diinformasikan seseorang kepada orang lain dapat
disampaikan melalui tulisan. Tulisan tersebut bias berupa surat, makalah,
artikel, opini, puisi, kritik atau karangan apa saja termasuk karangan
eksposisi. Bentuk tulisan tersebut digunakan sebagai alat komunikasi tidak
langsung. Karena penulis menyampaikan informasi tidak secara tatap muka
atau tidak secara langsung., maka tulisan/lambing grafik, isi tulisan, dan
maksud penulis harus jelas dan benar-benar dapat dipahami oleh pembaca.
Dengan demikian, dalam proses menulis, otak akan terasa untuk
memunculkan gagasan baru. Gagasan tersebut dikembangkan dengan
imajinasi dan kreatifitas penulis sehingga menghasilkan sebuah tulisan yang

ix
menarik. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis
adalah kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung untuk menyampaikan
pesan dengan menggunakan tulisan sebagai medianya. Tulisan itu sendiri
terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan
lambang tulisan yang diorganisasikan secara logis dan sistematis. Kegiatan
menulis ini bersifat produktif dan ekspresif.

2.1.2 Tujuan Menulis

Setiap tulisan yang dituangkan dalam rangkaian kata-kata tentunya


memiliki tujuan tertentu yang ingin disampaikan oleh penulis tersebut.
Tarigan (2013, 23) berpendapat bahwa tujuan menulis (the write’s intention)
adalah respon atau jawaban yang diharapkan oleh penulis dari pembaca.
Berikut dipaparkan beberapa tujuan menulis menurut Tarigan (2013, hlm. 24)
yaitu sebagai berikut:
1. Memberitahukan atau mengajar, yaitu tulisan yang bertujuan
memberitahukan atau mengajarkan yang disebut wacana informasi
(informative discourse).
2. Meyakinkan atau mendesak, yaitu tulisan yang bertujuan untuk
meyakinkan atau mendesak yang disebut wacana persuasive
(persuasive discourse).
3. Menghibur atau menyenangkan, yaitu tulisan yang bertujuan
menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan
estetik disebut tulisan literer (wacana kesusastraan atau literary
discourse).
4. Mengutarakan/ mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api,
yaitu tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat dan
berapi-api yang disebut wacana ekspresif (ekspressive discourse).
Di samping itu, Dalman (2018, hlm. 13) berpendapat bahwa ditinjau
dari sudut kepentingan pengarang, menulis memiliki beberapa tujuan,
yaitu sebagai berikut:

x
1. Tujuan Penugasan
Pada umumnya para pelajar, menulis sebuah karangan dengan
tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru atau sebuah
lembaga. Bentuk tulisan ini biasanya berupa makalah, laporan,
ataupun karangan bebas.
2. Tujuan Estetis
Para sastrawan pada umumnya menulis dengan tujuan untuk
menciptakan sebuah keindahan (estetis) dalam sebuah puisi,
cerpen, maupun novel. Kemampuan penulis dalam memainkan kata
sangat dibutuhkan dalam tulisan yang memiliki tujuan estetis
3. Tujuan Penerangan
Surat kabar maupun majalah merupakan salah satu media yang
berisi tulisan dengan tujuan penerangan. Tujuan utama penulis
membuat tulisan adalah untuk memberi informasi kepada pembaca.
Dalam hal ini, penulis harus mampu memberikan berbagai
informasi yang dibutuhkan pembaca berupa politik, ekonomi,
pendidikan, agama, sosial, maupun budaya.
4. Tujuan Pernyataan Diri
Bentuk tulisan ini misalnya surat perjanjian maupun surat
pernyataan dengan tujuan untuk menegaskan tentang apa yang
telah diperbuat.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya


kegiatan menulis dapat memberikan keuntungan bagi penulisnya dan tujuan
seseorang menulis yaitu untuk memberitahukan, meyakinkan, menghibur, dan
sebagai ungkapan perasaan melalui sebuah tulisan.

2.1.3 Manfaat Menulis

Menurut Abigail (2015: 4-7) menulis mempunyai manfaat yang positif.


Selain dapat menjadi orang terkenal, dengan menulis orang dapat mendapat

xi
uang yang berlimpah. Dapat diuraikan mengenai manfaat menulis sebagai
berikut.

1. Sarana untuk Mengungkapkan Diri Dengan menulis, seseorang dapat


mengungkapkan perasaan hati (kegelisahan, keinginan, atau
kemarahan). Seorang penulis puisi akan mengungkapkan perasaannya
dengan puisi. Begitu juga dengan cerpenis atau novelis. Jadi, menulis
bisa dijadikan alat untuk menyalurkan perasaan hati. Perasaan hati
terkadang tidak dapat diungkapkan secara lisan. Oleh karena itu,
menulis menjadi salah satu saranannya.
Penulis artikel tidak jauh berbeda. Banyak penulis artikel yang
melontarkan ketidakpuasan atau ketidakadilan melalui tulisan-
tulisannya. Bagi mereka yang menulis buku dapat meluruskan sejarah
yang selama ini timpang. Sejarah tidak pernah memihak masyarakat
kebanyakan. Sejarah selalu memihak kepada mereka yang mempunyai
kekuasaan. Dalam hal ini seorang penulis dapat mengungkapkan
perasaan ketidakadilan tersebut.
2. Sarana untuk Pemahaman Seseorang yang membaca buku ibarat ia
melakukan pengetahuan dalam pikiran. Akan tetapi, seseorang yang
membaca dan disertai menulis ia sedang mengikat kuat ilmu
pengetahuan dalam otaknya. Hal ini berarti, menulis dapat mengikat
kuat dalam otak penulis. Dengan kata lain, menulis digunakan sebagai
sarana untuk pemahaman. Orang yang membaca buku kemudian
menuliskan yang penting-penting. Kegiatan membaca disertai dengan
menuliskannya akan lebih bermanfaat dari pada membaca saja.
3. Mengembangkan Kepuasan Pribadi, Kebanggaan dan Perasaan Harga
Diri Menulis merupakan aktivitas yang langkah karenatidak semua
orang mampu menulis. Tidak semua yang pandai berbicara bisa
menulis. Menulis sebenarnya sebuah kebanggan yang tiada taranya.
Menulis bisa meningkatkan kepercayaan akan kemampuan diri.
Sebenarnya kita mempunyai kemampuan yang belum diberdayakan.

xii
4. Meningkatkan Kesadaran dan Terhadap Lingkungan Orang yang
menulis selalu dituntut untuk terus belajar. Ia akan mengetahui
informasi. Akibatnya, pengetahuan menjadi luas. Seseorang yang biasa
menulis akan menjadi manusia yang kreatif dan peduli pada masalah-
masalah sekitar.
5. Keterlibatan secara Bersemangat Seorang penulis adalah seorang
pencipta. Ia manusia kreatif. Jika ada sesuatu yang tidak baik, ia akan
terpanggil untuk mengomentari lewat tulisantulisannya. Ketika ia
menulis artikel, ia sedang menciptakan sesuatu. Ketika ia sedang
menulis novel, ia seorang pencipta sebuah fakta dan sejarah yang
pernah ia lihat, baik yang dialami sendiri secara langsung maupun
membaca buku-buku. Novelis dan penulis lain sebagai saksi sejarah
yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
6. Kemampuan Menggunakan Bahasa Seseorang menulis tidak asal
menulis. Ia harus mempunyai alat yakni bahasa. Seseorang yang ingin
menulis harus menguasai bahasa yang dijadikan alat untuk menulis
tersebut. Dengan demikian, menulis tanpa mempunyai bahasa yang
memadai adalah omong kosong. Seandainya ia memaksakan diri, hasil
tulisannya tidak maksimal.

2.2 Hakikat Teks

Pandangan awam berkenaan dengan teks adalah sebuah naskah. Hal ini
tidak dapat dipermasalahkan karena kontruksi teks dan naskah sama-sama di
bangun oleh bahasa. Teks merupakan seperangkat unit bahasa baik lisan
maupun tulisan, dengan ukuran tertentu, makna tertentu, serta tujuan tertentu
Zainurrahman, (2011:128). Teks bersifat sistematis dan memiliki struktur
teratur dengan elemen-elemen yang sama jika terjadi perubahan pada salah
satu elemen maka akan terdampak sistemik. Teks berupa kata, kalimat,
paragraf, atau wacana, yang memiliki karakteristik tertentu yang secara

xiii
konvensional diterima, secara kognitif dipahami yang kemudian karakteristik
teks itu sendiri disebut tekstur.

2.3 Pengertian Teks Esposisi

Menurut Keraf (dalam Tarigan, 2017: 23) bahwa eksposisi atau paparan
adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk
menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran yang dapat memperluas
pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian tersebut.

Menurut Suparno (2011: 1.12) mengemukakan bahwa eksposisi


merupakan ragam wacana untuk menerangkan, menyampaikan, atau
menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah
pengetahuan dan pandangan pembaca. Sasarannya adalah menginformasikan
sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap
pembacanya. Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis sekedar
memperjelas apa yang akan disampaikannya.

Menurut Abigail (2015:17) eksposisi berarti membuka dan memulai.


Ada yang mengatkan bahwa eksposisi berarti penjelasan. Berarti tulisan
eksposisi berusaha memberi tahu atau menerangkan sesuatu.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa eksposisi


merupakan salah satu bentuk tulisan yang mengandung informasi atau
menjelaskan pokok pikiran agar menambah pengetahuan pembaca.

2.3.1 Ciri Karangan Eksposisi

Menurut Abigail (2015: 17) mengemukakan bahwa eksposisi mempunyai


ciri-ciri sebagai berikut.

1. Berisi penjelasan atau informasi.


2. Menggunakan contoh, fakta, gambar peta, dan angka.
3. Akhir karangan berupa penegasan.

xiv
Menurut Keraf (dalam Indrayani, 2015: 6) mengemukakan bahwa ciri-
ciri eksposisi ada lima yaitu sebagai berikut.

1. Berusaha menyampaikan suatu pengetahuan tanpa mempengaruhi


pembaca.
2. Menjelaskan suatu pokok persoalan dengan sejalas-jelasnya.
3. Keputusan untuk menolak ataumenerima informasi diserahkan
kepada pembaca.
4. Gaya bahasa yang digunakan informatif,sehingga informasi yang
disampaikan lebih jelas.
5. Bahasa yang digunakan dalam paragraph eksposisi adalah bahasa
berita, artinya bahasa yang digunakan adalah bahasa yang netral
dan tidak memihak pada salah satu pihak.

Ciri-ciri karangan eksposisi menurut Semi (dalam Satini, 2016: 167)


adalah sebagai berikut:

1. Berupa tulisan yang memberikan pengertian dan pengetahuan,


sebuah karangan eksposisi harus memberikan pengetahuan serta
pengertian kepada pembacanya, sehingga pembaca paham dengan
informasi yang disampaikan dan menambah pengetahuan pembaca
mengenai suatu permasalahan.
2. Menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa, kapan, dan
bagaimana.
3. Disampaikan dengan lugas dan bahasa baku.
4. Menggunakan nada netral, tidak memihak dan memaksakan sikap
penulis kepada pembaca.

2.4 Materi Pembelajaran Teks Eksposisi Kelas VIII

Menurut E. Kosasih (2017:60-89) materi pembelajaran teks eksposisi


kelas VIII sebagai berikut.

xv
A. Mengenali Unsur-unsur Teks Eksposisi
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan kamu mampu : Mengenali
informasi teks eksposisi (gagasan dan fakta) dan pola-pola
penegembangannya dalam artikel ilmiah popular.
1. Gagasan dan Fakta dalam Teks Eksposisi

Perhatikan teks berikut!

Nasib Hutan Kita Semakin Suram


Jika pemerintah tidak cepat bertindak dalam sepuluh tahun tahun
mendatang, hutan Sumatra akan musnah. Hilangnya hutan Sumatra akan
diikuti oleh musnahnya hutan Kalimantan.
Pengelolaan hutan tidak menunjukkan adanya tanda-tanda perbaikan
dibandingkan tahun sebelumnya. Sebaliknya, kecenderungannya justru
semakin memburuk. Kebakaran hutan masih terus terjadi dan penebangan
liar semakin meningkat. Diperburuk lagi dengan rencana pembukaan lahan
hutan lindung bagi pertambangan. Keadaan tersebut jelas menambah suram
nasib hutan. Keterpurukan sektor kehutanan bersumber dari sistem
pengelolaan yang didominasi oleh pemerintah pusat dan mengesampingkan
keberadaan masyarakat lokal.
Adanya konflik-konflik seperti konflik antar masyarakat lokal,
masyarakat lokal dengan dengan perusahaan, atau antara masyarakat lokal
dengan pemerintah, semakin memperburuk kondisi kehutanan di Indonesia.
Selain itu, lemahnya penegakan hokum menyebabkan semakin parahnya
kerusakan hutan. Kerusakan hutan telah mencapai kurang lebih dua juta
hektare pertahun. Hal ini berarti setiap menitnya Indonesia kehilangan hutan
seluas tiga hektare atau sama dengan enam kali luas lapangan bola.
Namun, kenyataan di lapangan justru sebaliknya. Beberapa hal justru
mempercepat laju kerusakan hutan di Indonesia hampir dua kali lipat.
Penyebabnya antara lain, adanya tekanan masyarakat akibat krisis ekonomi.
Kondisi demikian mengakibatkan merajalelanya penebangan liar.

xvi
Bersamaan dengan itu, eksploitasi sumber daya alam oleh pemerintah
juga semakin meningkat sebagai konsekuensi dari kebutuhan pemerintah
untuk membayar utang Negara. Belum lagi adanya ekonomi daerah, yang
mendorong pemerintah lokal meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)-
nya dengan menebang hutan secara berlebihan.
Sebelum itu, kondisi hutan Indonesia benar-benar sudah
memprihatinkan. Dalam kurun waktu lima puluh tahun, hutan alam
Indonesia mengalami penurunan luas sebesar 64 juta hektare. Pembukaan
hutan alam di daerah rendah di Sulawesi telah memusnahkan
keanekaragaman hayati. Berjuta-juta spesies flora dan fauna musnah dengan
percuma.
Pembukaan lahan dengan cara membakar hutan menambah masalah
kerusakan hutan. Munculnya El Nino memperburuk kondisi hutan.
Selama bulan januari-oktober, 45% dari keseluruhan titik kebakaran
terkonsentrasi di provinsi Riau. Kemudian, pada bulan oktober terjadi
kenaikan jumlah titik kebakaran yang cukup signifikan di provinsi Riau,
Sumatra Barat, dan Jambi.
Di pulau Sumatra berdasarkan titik kebakaran terjadi dihutan rawa
gambut sebanhak 49%, alang-alang 13%, hutan dataran rendah 10%,
permukiman/pertanian masyarakat 10%, perkebunan 8%, dan sisanya rawa
(nongambut). Kebakaran hutan memberikan kerugian tidak sedikit. Tahun
1997 diperkirakan kerugiannya sebesar $3-$4,4 miliar atau sekira Rp 2-4
triliun.
Rupanya kedua masalah itu belum cukup. Pemerintah menambah
masalah lagi dengan rencana pembukaan kawasan hutan lindung untuk areal
pertambangan. Kebijakan tersebut jelas semakin menyempurnakan derita
hutan Indonesia.
Teks tersebut tergolong ke dalam jenis teks eksposisi. Teks tersebut
mengemukakan sejumlah pendapat disertai fakta tentang kondisi hutan di
Indonesia. Teks eksposisi memuat penilaian, dorongan, atau ajakan-ajakan

xvii
tertentu kepada khalayak. Bentuk teks eksposisi, terutama di dalam media
masa, dapat berupa esai, tajuk rencana (editorial), ataupun tanggapan kritis.

2. Pola-pola Pengembangan Teks Eksposisi


Pola yang dapat digunakan di dalam pengembangan teks eksposisi
menurut E. Kosasih (2017:64) sebagai berikut.
a. Pola umum khusus
Ide pokok bagian teksnya ditempatkan pada awal paragraf yang
kemudian diikuti oleh ide-ide penjelas. Pola demikian dikenal
sebagai paragraf deduktif. Ide-ide penjelasnya merupakan perincian
dari ide umum yang dikemukakan sebelumnya.
b. Pola khusus umum
Hal-hal yang bersifat khusus diikuti oleh uraian yang bersifat umum.
Bagian terakhir dalam bagian teks ini berfungsi sebagai simpulan
atau rangkuman dari pendapat-pendapat yang dikemukakan
sebelumnya.
c. Pola ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi-ilustrasi
konkret. Ilustrasi-ilustrasi tersebut berfungsi untuk membuktikan
suatu pendapat. Dalam hal ini pengalaman-pengalaman pribadi
merupakan bahan ilustrasi yang paling efektif dalam meyakinkan
kebenaran suatu gagasan.
d. Pola perbandingan
Untuk meyakinkan suatu pendapat, kamu dapat melakukan suatu
perbandingan. Benda-benda, keadaan, atau yang lain ditentukan
perbedaan ataupun kesamaannya berdasarkan aspek tertentu.
Dengan cara demikian, keyakinan pembaca atas gagasan yang kita
sampaikan akan lebih kuat.

B. Menyimpulkan Isi Teks Eksposisi


1. Gagasan Umum sebagai Dasar Penyimpulan Isi Teks

xviii
Kamu tentu telah mengetahui bahwa teks eksposisi memiliki bagian
yang disebut rangkaian gagasan. Pada umumnya bagian tersebut berada di
antara tesis dan penegasan ulang. Rangkaian gagasan dalam teks eksposisi
ada yang berupa gagasan umum dan gagasan khusus.
Gagasan umum, gagasan utama, atau ide pokok merupakan gagasan
yang menjadi dasar pengembangan suatu paragraf. Keberadaan gagasan
umum suatu teks atau paragraf dapat diketahui setelah membaca teks itu
secara keseluruhan. Namun demikian, tidak sedikit pula paragraf yang
menempatkan gagasan umumnya itu pada kalimat pertamanya. Teks seperti
itu akan lebih cepat dan lebih mudah bagi pembaca untuk memahami
paragraf tersebut.
Gagasan umum akan disertai gagasan-gagasan khusus atau dapat pula
disebut gagasan pendukung atau gagasan penjelas. Gagasan-gagasan
pendukung dikembangkan berdasarkan gagasan umum. Gagasan umum
dijabarkan oleh lebih dari satu gagasan khusus.

2. Jenis-Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Gagasan Utamanya


Menurut E.Kosasih (2017:72-74) berikut gagasan-gagasan umum teks
(paragraf) berdasarkan yang letaknya. Ada yang berada pada bagian awal,
pada bagian akhir, dan di bagian-bagian lain. Keberadaan gagasan umum
suatu paragraf itu bias berbeda-beda letaknya. Berdasarkan letak gagasan
umumnya, paragraf terbagi ke dalam beberapa jenis, sebagai berikut.
a. Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang gagasan umumnya terletak


di awal paragraf. Gagasan umum atau gagasan utamanya
dinyatakan dalam kalimat pertama.

b. Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak


di akhir paragraf atau pada kalimat penutup paragraf.

xix
c. Paragraf Campuran
Paragraf campuran adalah paragraf yang gagasan umumnya
terletak pada kalimat pertama dan kalimat terakhir. Dalam
paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Kalimat terakhir paragraf
ini merupakan penegasan dari pernyataan yang dikemukakan
dalam kalimat pertama.

C. Menelaah Struktur dan Kaidah Kebahasaan


Teks eksposisi memiliki struktur dan kaidah kebahasaan tertentu.
Pemahaman struktur dan kaidahnya itu sangat penting agar kita bias
membedakan teks ekspsosisi dengan jenis teks lain.
1. Struktur Teks Eksposisi
Perhatikan kembali contoh teks eksposisi yang telah dipelajari pada
bagian terdahulu. Tampak bahwa teks-teks eksposisi tersebut terdiri atas
bagian-bagian berikut menurut E. Kosasih (2017:75).
a. Tesis, yakni berupa pengenalan isu, masalah, ataupun pandangan
penulis secara umum tentang topik yang akan dibahasnya.
b. Rangkaian argumen, berupa sejumlah pendapat atau argumen penulis
sebagai penjelasan atas tesis yang dikemukakan sebelumnya. Pada
bagian ini dikemukakan pula sejumlah fakta yang memperkuat
argumen-argumen penulis.
c. Penegasan ulang, sebagai perumusan kembali secara ringkas. Bagian ini
sering pula disebut penutup atau simpulan.

2. Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi


Menurut E Kosasih (2017:81) teks memilik kaidah-kaidah kebahasaan
yang khusus, sebagai berikut.
a. Menggunakan kata-kata teknis atau peristilahan yang berkenaan dengan
topik yang dibahas. Dengan topik kehutanan yang menjadi fokus
pembahasannya, istilah-istilah yang muncul dalam teks tersebut adalah

xx
penebangan liar, hutan lindung, hutan alam, hutan rawa gambut, dan
sektor kehutanan.
b. Menggunakan kata-kata yang menunjukkan hubungan argumentasi
(kausalitas). Misalnya, jika, sebab, karena, dengan demikian, akibatnya,
oleh karena itu. Selain itu, dapat pula digunakan kata-kata yang
menyatakan hubungan kronologis (keterangan waktu) ataupun kata-kata
yang menyatakan perbandingan/pertentangan, seperti sebelum itu,
kemudian, pada akhirnya, sebaliknya, berbeda halnya, namun.
c. Menggunakan kata-kata kerja mental (mental verba), seperti
diharapkan, memprihatinkan, memperkirakan, mengagumkan,
menduga, berpendapat, berasumsi, dan menyimpulkan.
d. Menggunakan kata-kata perujukan, seperti berdasarkan data. . . ,
merujuk pada pendapat. . . .
e. Menggunakan kata-kata persuasif, seperti hendaklah, sebaiknya,
diharapkan, perlu, harus. Selain itu, teks eksposisi lebih sering
menggunakan kata-kata denotatif, yakni kata yang bermakna
sebenarnya. Kata itu belum mengalami perubahan ataupun penambahan
makna.

D. Menyajikan Teks Eksposisi


1. Langkah-langkah penyajian
Sebagaimana yang telah dipaparkan terdahulu bahwa teks eksposisi
menyajikan sejumlah pendapat (argumen). Teks eksposisi bertujuan untuk
meyakinkan orang lain. Di dalamnya tersaji pula fakta untuk lebih
meyakinkan kebenaran tentang isi pendapat itu. Dalam sistematika
penyajiannya, teks eksposisi diawali dengan penyajian tesis (isu, masalah,
ataupun suatu pernyataan yang bersifat umum; kemudian diikuti rangkaian
argumentasi atau pendapat beserta sejumlah fakta yang menguatkan;
diakhiri dengan penegasan ulang.

xxi
Menurut E.Kosasih (2017:84-85) langakah-langkah penyajiannya
sebagai berikut.

a. Menentukan isu ataupun masalah yang akan dibahas.


b. Membaca berbagai sumber yang berkaitan dengan isu yang dipilih;
melakukan sejumlah pengamatan lapangan.
c. Mendaftar topik-topik yang berkaitan dengan isu, berdasarkan
hasil-hasil membaca dan langkah-langkah pengamatan.
d. Menyusun kerangka karangan, struktur teks eksposisi. Topik-topik
itu disusun secara sistematis dengan pola berikut.
e. Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi teks
eksposisi. Dalam tahap ini kamu harus menjadikan topik-topik itu
menjadi argumen-argumen jelas dan logis. Di samping itu, kaidah-
kaidah kebahasaan perlu diperhatikan.

2. Kegiatan Penyuntingan
Langkah penyuntingan merupakan langkah pasca penulisan suatu
teks. Langkah tersebut bertujuan untuk memperoleh tulisan yang lebih
baik.
Unsur-unsur yang perlu disunting dalam teks eksposisi berkenaan
dengan aspek isi, struktur, dan kaidah bahasa.
a. Aspek isi terkait dengan daya tarik isu, kelugasan argumen, dan
kelengkapan fakta. Mungkin pula berkenaan dengan keakuratan
ataupun ketepatan penggunaan fakta di dalamnya.
b. Aspek struktur penyajian terkait dengan kelengkapan dan
ketepatan susunan antarbagian teks. Berkaitan dengan aspek ini,
kamu pun perlu mencermati bagian-bagian teks: tesis, rangkaian
argumen, dan penegasan ulang. Berkaitan dengan aspek ini juga
rincikan topik-topiknya. Jangan sampai ada bagian atau kalimat
yang menyimpang; tidak sesuai dengan isu utama. Kalimat
semacam itu disebut juga kalimat sumbang. Mungkin pula

xxii
susunannya tidak beraturan atau polanya tidak jelas sehingga
maksud teks itu sulit dipahami pembaca.
c. Aspek kaidah kebahasaan, terkait dengan ketepatan penggunaan
kata sesuai dengan karakteristik dari teks eksposisi. Penyuntingan
aspek kebahasaan perlu diarahkan pada keefektifan kalimat-
kalimatnya, penggunaan kata, dan penulisan ejaan.

2.5 Pengajaran Teks Eksposisi Berdasarkan Kurikulum 2013

2.5.1 Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar dalam pembelajaran teks ekspsisi adalah sebagai berikut :

4.6 Menyajikan gagasan, pendapat ke dalam bentuk teks eksposisi berupa artikel
ilmiah popular (lingkungan hidup, kondisi sosial, dan/atau keragaman budaya dan
lain-lain) secara lisan dan tertulis dengan memperhatikan struktur, unsur
kebahasaan, aspek lisan.

2.5.2 Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator dalam pembelajaran teks eksposisi adalah sebagai berikut :

1. Menyusun kerangka teks eksposisi berdasarkan struktur, kaidah,


kebahasaan, ciri kebahasaan, dan pola penegmbangan kebahasaan
berdasarkan objek yang akan ditulis.
2. Menulis teks eksposisi
3. Mempresentasikan teks eksposisi

2.5.3 Waktu

Waktu yang ditempuh saat pemebelajaran berlangsung adalah 24JP yaitu


proses pembelajaran yang dilakukan secara berlangsung dalam satu minggu.

2.5.4 Materi
Materi pembelajaran dalam teks eksposisi adalah sebagai berikut:

xxiii
a. Mengenali unsur-unsur teks eksposisi.
b. Menyimpulkan isi teks eksposisi.
c. Menelaah struktur dan kaidah teks eksposisi.
d. Menyajikan teks eksposisi

2.5 Penelitian Relevan


Sebelum memulai penelitian, peneliti perlu mencari berbagai penelitian
yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan agar mendapat rujukan
pendukung, serta pembanding dalam penyusunan proposal ini sehingga lebih
memadai. Adapun penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini
adalah:
1. Penelitian berjudul “Kemampuan Menulis Teks Eksposisi Kelas VIII
SMP Negeri 1 Duruka” penelitian tersebut dilakukan oleh Wa Ode Jultia,
yang diterbitkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Halu Oleo Kendari, Kendari 2019. Penelitian yang dilakukan
oleh Wa Ode Jultia ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan
menulis teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Duruka.

xxiv
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Metode Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan. Dikatakan penelitian


lapangan karena turun langsung kelapangan, yakni di SMP Negeri 7
Konawe Selatan untuk memperoleh data penelitian.

3.1.2 MetodePenelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif


kuantitatif yaitu memberikan gambaran secara objektif tentang kemampuan
menulis teks eksposisi siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Konawe Selatan.
Selanjutnya data yang diperoleh diolah berdasarkan prinsip statistik.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti. Populasi
dalam penelitian adalah keseluruhan siswa kelas VIII SMP Negeri 7
Konawe Selatan yang berjumlah 115 orang yang tersebar dalam empat kelas
dengan rincian sebagai berikut.

Tabel
Populasi Penelitian Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 7 Konawe Selatan

Kelas Jumlah Siswa


VIII A 28
VIII B 30

xxv
VIII C 28
VIII D 29
Jumlah 115
(Sumber : SMP Negeri 7 Konawe Selatan)

3.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan jumlah populasi yakni
sebanyak 115 responden. Penentuan sampel yang digunakan dalam
penarikan sampel ini yaitu menggunakan teknik total sampling, jumlah
sampel diambil secara keseluruhan dari jumlah populasi yang ada. Hal ini
didasari dengan pendapat (Arikunto, 2002:112) yang menyatakan bahwa
jika jumlah subjek penelitian lebih dari 100 orang maka yang menjadi
subjek penelitian diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih dari
populasi, akan tetap jika jumlah subjek penelitian kurang dari 100 orang,
maka populasi akan menjadi sampel dalam penelitian.

3.3 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yaitu
tes kemampuan menulis teks eksposisi. Kemampuan tersebut tergambar
pada hasil menulis teks eksposisi di kelas. Adapun instrumen yang diteliti
yaitu dengan memperhatikan aspek isi, struktur teks, dan kaidah
kebahasaan. Waktu yang disediakan untuk menulis teks eksposisi yaitu
2X40 menit.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis
berupa perintah untuk menulis teks eksposisi. Teknik ini dilakukan peneliti
untuk mengetahui hasil dari kegiatan pembelajaran sesudah pelaksanaan
penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan tes dengan cara
memberikan tugas karangan eksposisi. Tujuannya untuk mengetahui

xxvi
keterampilan siswa dalam menulis teks eksposisi dengan langkah-langkah
sebagai berikut.
1. Menentukan isu atau masalah yang akan dibahas.
2. Bacalah berbagai sumber, baik itu berupa surat kabar, internet,
ataupun buku-buku yang berkaitan dengan isu yang dipilih,
melakukan sejumlah pengamatan lapangan.
3. Catatlah hal-hal penting, baik yang anda dapatkan melalui
membaca maupun kegiatan pengamatan tersebut.
4. Susunlah catatan itu ke dalam kerangka yang berlaku di dalam
teks eksposisi, yakni terdiri tatas tesis, rangkaian argument, dan
penegasan ulang.
5. Kembangkanlah kerangka itu menjadi sebuah teks eksposisi yang
lengkapdengan memperhatikan pula kaidah-kaidah
kebahasaannya.

3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam deskriptif kuantitatif yaitu
analisis data berdasarkan persentase. Analisis deskripsi yang dimaksud untuk
menggambarkan hasil penelitian berdasarkan kenyataan objektif yang
diperoleh di kelas yaitu berupa tes menulis teks eksposisi siswa kelas VIII
SMP Negeri 7 Konawe Selatan. Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa
secara individual dan klasikal, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Rumus yang dipakai untuk menentukan kemampuan setiap siswa
sebagai berikut:

skor yang diperoleh


KI = x 100%
jumlah skor maksimal
KI= Ketuntasan Individual

Rumus yang dipakai untuk menentukan kemampuan siswa secara


klasikal adalah:

xxvii
jumlah siswa yang memperoleh persentase ≥ 75
KK ¿ x 100 %
jumlah keseluruhan siswa

KK = Ketuntasan Klasikal

Dari persentase yang diperoleh, baik kemampuan siswa secara individu


maupun klasikal selanjutnya mengacu pada penilaian yang telah ditetapkan
untuk menentukan kemmapuan siswa. Siswa dikatakan mampu apabila
memperoleh standard KKM 75%. Untuk lebih jelasnya, berikut tabel
penilaian ketuntasan.

Tabel Kriteria Kategori Kemampuan

Kategori Kategori Skor Persentase


Kemampuan Kemampuan
Mampu 15-20 75%-100%
Belum Mampu 1-14 5%-70%

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Siswa dikatakan mampu apabila mencapai skor 15-20 dengan
persentase kemampuan 75-100%.
2. Siswa dikatakan belum mampu apabila mencapai skor 1-14 dengan
persentase kemampuan 5-70%.

xxviii
DAFTAR PUSTAKA

Dalman. 2016. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajagrafindo Persada.


Mahsun. 2014. Teks DalamPembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum
2013. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Abigail W, Monica. 2015. Belajar Menulis. Surabaya: JP Books.
Suparno dan Mohamad Yunus. 2011. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Kosasih, E. 2014. Jenis-jenis Teks dalam Bahasa Indonesia. Bandung:
Yrama Widya.
Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar Mengajar, Implementasi Kurikulum
2013, Bandung: Yrama Widya.

Kosashi, E. 2017. Bahasa Indonesia Edisi Revisi 2017. Jakarta: Kementrian


Pendidikan dan Kebudayaan.

xxix

Anda mungkin juga menyukai