Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Museum Adityawarman berlokasi di Jalan Diponegoro No. 10 Padang, diresmikan 16 Maret


1977 oleh Mendikbud Prof. DR. Syarif Thayeb. Berdasarkan SK Mendikbud RI No. 01/1991 tanggal 9
Januari 1991, Museum ini diberi nama Adityawarman. Hal tersebut untuk mengingat jasa seorang raja
Minangkabau di abad XIV Masehi.Tentang kebesarannya dapat kita ketahui melalui peninggalannya
berupa prasasti yang terdapat di Saruaso, Lima Kaum, Pagaruyung, serta arca Bhairawa (sekarang
berada di Museum Nasional - Jakarta) dan candi Padang Rocok di daerah Sijunjung.Sesuai dengan SK
Pemda Tingkat II Padang No. 3071/SDTK/XVIII-74 tanggal 8 Agustus 1974.Museum ini berlokasi di
komplek Lapangan Tugu Jl. Diponegoro Padang. Dibangun di atas tanah seluas 2,5 Ha ditumbuhi 100
jenis tanaman berupa pohon pelindung, tanaman hias dan apotek hidup.Lokasi ini dulunya dikenal
dengan Taman Melati, sebuah taman tempat bermain warga Kota Padang. Pada zaman penjajahan
Belanda di lokasi ini berdiri Tugu Micheils yang pada masa penjajahan jepang menurut ceritanya, tugu
ini diruntuhkan, dan besi-besinya dibawa ke JepangMuseum sebagai lembaga pelestarian warisan
budaya melaksanakan kegiatan penerbitan, seminar, pagelaran/lomba, Survei Pengadaan Koleksi,
Supervisi Museum Lokal, Museum Masuk Sekolah, Penyuluhan Informasi Budaya, dll.

Selama ini pelajaran sejarah di sekolah, sering dianggap sebagai pelajaran hafalan dan
membosankan. Pembelajaran ini dianggap tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan urutan peristiwa
yang harus diingat kemudian diungkap kembali saat menjawab soal-soal ujian. Salah satu faktor yang
menyebabkan pelajaran sejarah terasa membosankan karena media yang digunakan oleh guru
cenderung kurang bervariasi.sehingga guru dituntut untuk dapat kreatif dalam mengembangkan media
pembelajaran sejarah supaya menjadi menarik, dan salah satu media yang dapat dimanfaatkan adalah
Museum Adiyawarman Berdasarkan kunjungan yang dilakukan oleh penulis di museum pada tanggal
14 Desember 2021, Madrasah MA Himmatul Ummah melakukan kunjungan ke museum
Adityawarman untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang begaimana pemanfaatan Museum
Adityawarman sebagai media pembelajaran sejarah MA Himmatul Ummah dan agar bertambahnya
pengetahuan dan wawasan dalam pelajaran sejarah, dapat mengetahui asal usul benda-benda koleksi
yang ada di museum aditya warman maka penulis melakukan penelitian dengan judul “pemanfaatan
museum aditiyawarman sebagai sarana pembelajaran bagi peserta didik”

1
1.2 RumusanMasalah

Agar penulisan karya ilmiyah ini lebih terarah, maka disusun lah rumusan masalah sebagai
gambaran yang jelas tentang pokok persoalan dalam observasi ini rumusan masalah ini adalah :

1. Bagaimana pemanfaatan museum aditiyawarman sebagai sarana pembelajaran bagi peserta didik.

1.3 Pembatas masalah

Adapun batasan masalah dalam karya ilmiyah ini adalah :

1. Pemanfaatan museum aditiyawarman sebagai media pembelajaran bagi peserta didik

1.4 TujuanPenelitian
Tujuan observasi ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan museum aditiyawarman sebagai sarana
pembelajaran bagi peserta didik
1.5 ManfaatPenelitian
2. Manfaat Teoritis
a) Memberikan sumbangan pengetahuan dan bahan tambahan reverensi bagi pengembangan ilmu,
khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan museum sebagai media pembelajaran IPS.
b) Praktik pemanfaatan Museum Adityawarman sebagai media pembelajaran IPS Sejarah.
3. Manfaat Praktis
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan tambahan pengetahuan dan wawasan dalam
proses pembelajaran yang menunjang kepada peningkatan hasil belajar pembelajaran Sejarah.
b) Sebagai informasi bagi guru tentang pentingnya pembelajaran sejarah sekaligus sebagai panduan
dalam menjalankan tugas mengajar yang menyangkut dalam upaya pemanfaatan museum terhadap
media pembelajaran Sejarah.
c) Membantu siswa dalam pemanfaatan museum sebagai media pembelajaran Sejarah serta
membantu siswa lebih termotivasi untuk belajar sejarah. Museum adalah sebuah lembaga tetap,
terbuka untuk umum. Mempunyai tugas mengumpulkan, merawat, mengkaji, dan
mengkomunikasikan koleksinya untuk kepentingan pendidikan, studi dan kesenangan bagi
masyarakat (Pedoman Museum Indonesia 2012). Sesuai dengan tugas dan fungsi yang sedemikian
itu, sudah selayaknya museum mempunyai program 2

2
3
BAB II
TINJAU PUSTAKA
2.1 Museum Aditiyawarman
Museum Adityawarman adalah museum budaya provinsi Sumatra Barat yang
terletak di Kota Padang. Museum ini diresmikan pada 16 Maret 1977 mengambil nama
besar salah seorang raja Malayapura pada abad ke-14, Adityawarman yang sezaman
dengan Kerajaan Majapahit. Museum ini memiliki julukan Taman Mini ala Sumatra
Barat.

Konstruksi museum dikerjakan pada 1974. Bangunan museum berada di areal lebih
kurang 2,6 hektare dengan luas bangunan sekitar 2.854,8 meter persegi. Peresmian
museum ditandai oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Prof.
Dr. Syarif Thayeb. Selanjutnya, museum ini diberi nama Museum Negeri Adityawarman
Sumatra Barat berdasarkan Surat Keputusan Menteri No.093/0/1979 tanggal 28 Mei
1979.

Sebagai museum budaya, Museum Adityawarman menyimpan dan melestarikan


benda-benda bersejarah, seperti cagar budaya Minangkabau dan sekitarnya beserta
beberapa cagar budaya nasional.Salah satu di antaranya adalah bangunan yang
berarsitektur Minang, bernama Rumah Bagonjong atau Baanjuang.

Koleksi utama yang terdapat di Museum Adityawarman dikelompokkan ke dalam


sepuluh macam jenis koleksi, meliputi geologika/geografika, biologika, etnografika,
arkeologika, historika, numismatika/heraldika, filologika, keramologika, seni rupa, dan
teknalogika.. Koleksi lain yang dimiliki oleh museum ini adalah benda purbakala
peninggalan Kerajaan Dharmasraya, yaitu berupa duplikat patung Bhairawa dan patung
Amoghapasa.

Ruang utama museum menampilkan diaroma yang mempresentasikan sistem adat


yang dimiliki oleh masyarakat Minang dengan penjelas tersturktur mengenai hubungan
kekerabatan dalam adat Minangkabau.Berbeda dari daerah-daerah lainnya di Indonesia
yang pada umumnya memegang sistem kekerabatan patrilineal, Minangkabau sendiri
menggunakan sistem matrilineal sehingga perempuan memegang pengaruh kuat di

4
Minangkabau.Aktivitas perempuan Minang dipaparkan dengan apik di area
museum.Mulai dari mengasuh anak, memasak untuk keluarga dan lingkungan lebih luas,
sampai tradisi lisan yang berupa pantun sebagai sarana ibu menanamkan nilai kehidupan
bagi anak.Kesenian banyak ditampilkan dalam upacara-upacara adat, salah satunya
adalah upacara pernikahan.Di salah satu sudut museum terdapat ruang peragaan
pelaminan pernikahan adat Minang.Tentu saja ruangan ini menjadi salah satu yang
paling diminati oleh pengunjung.

Selain itu, di bagian ruangan lain terdapat koleksi-koleksi benda bersejarah dan
budaya dari Suku Mentawai. Meskipun masih sama-sama dalam satu daerah, yakni
Sumatra Barat, Suku Mentawai menerapkan adat istiadat yang sama sekali berbeda yakni
menerapkan sistem kekerabatan patrilineal.

2.2 Media

Media adalah bentuk jamak dari medium yang berasal dari bahasa latin medius
yang berarti tengah. Dalam bahasa Indonesia kata medium diartikan sebagai “antara’
atau “sedang” (Latuheru, 1988: 14). Pengertian media pembelajaran menurut Latuheru
(1988: 14) media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan
untuk kegiatan belajar mengajar, dengan maksud menyampaikan pesan (informasi)
pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini
anak didik atau warga belajar). Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran alat bantu untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada
penerima. Sadiman (2008: 7) menjelaskan media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Dalam hal ini adalah proses merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta
perhatian siswa sehingga proses belajar dapat terjalin. Berdasarkan pernyataan tersebut
dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan oleh
guru sebagai alat bantu mengajar. Dalam interaksi pembelajaran, guru menyampaikan
pesan ajaran berupa materi pembelajaran kepada siswa. 8 Selanjutnya Schramm (dalam
Putri, 2011: 20) media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media pembelajaran adalah alat bantu
yang dapat digunakan untuk pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat di atas,

5
dapat disimpulkan pengertian media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar untuk
menyampaikan materi agar pesan lebih mudah diterima dan menjadikan siswa lebih
termotivasi dan aktif.

2.3 PEMBELAJARAN

A. Pengertian Umum
Pengertian pembelajaran secara umum adalah proses interaksi antara peserta didik atau
siswa dengan pendidik atau guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang
meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi.
Definisi pembelajaran juga bisa diartikan sebagai suatu proses oleh guru atau tenaga
didik untuk membantu murid atau peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Arti pembelajaran yang lain adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar,
yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan
itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu tertentu dan
karena adanya usaha.

B. Menurut Gagne (1977)


Pengertian pembelajaran menurut Gagne adalah seperangkat peristiwa-peristiwa
eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat
internal.

C. Menurut Munif Chatib

Pembelajaran merupakan proses tranfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi
informasi dan siswa sebagai penerima informasi.

D. Menurut Warsita
Arti pembelajaran menurut Warsita merupakan suatau usaha untuk membuat peserta
didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik.

6
E. Menurut Gagne dan Briggs (1979)
Pengertian pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian
rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang
bersifat internal.

F. Menurut Sugandi, dkk (2004)


Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction yang berarti self
instruction (dari internal) dan external instructions (dari eksternal). Pembelajaran
yang bersifat eksternal antara lain datang dari guru yang disebut pengajaran. Dalam
pembelajaran yang bersifat eksternal, prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan
menjadi prinsip-prinsip pembelajaran.

G. Menurut Achjar Chalil


Menurut Chalil, pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

H. Menurut UU No. 20 Tahun 2003


Pengertian pembelajaran menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
I. Menurut David Ausubel
Teori belajar yaitu teori belajar bermakna, belajar dapat diklasifikasikan dalam dua
dimensi yaitu:

o Dimensi yang berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran


disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan.
o Dimensi yang menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengabaikan
informasi pada struktur kognitif yang ada. Struktur kognitif adalah fakta,
konsep, dan generalisasinya yang telah dipelajari dan diingat siswa.

7
2.4 Pelajar
A. Pengertian Umum
Sebutan “Pelajar” diberikan kepada peserta didik yang mengikuti proses
pendidikan dan pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuannya. Secara umum,
pelajar merupakan individu-individu yang ikut serta dalam proses belajar. Sedangkan,
dalam arti sempit pelajar adalah peserta didik.

Mengapa disebut sebagai pelajar?Karena mereka mengikuti pembelajaran dalam


pendidikan formal, yakni pendidikan di sekolah. Melalui pendidikan formal inilah
pelajar diajarkan dan belajar berbagai macam ilmu pengetahuan, seperti Matematika,
Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Agama, Bahasa, dan lain
sebagainya. Dengan mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut, diharapkan pelajar
mampu mengembangkan dirinya baik secara emosional, social, bahasa, intelektual,
moral maupun kepribadiannya agar lebih ke arah yang lebih positif agar nantinya dapat
membangun dan memajukan bangsa dan negara serta agama.Perkembangan yang
dialami oleh setiap pelajar berbeda-beda. Tergantung pada proses belajar yang ia
peroleh. Perkembangan pada diri pelajar yang baik adalah perkembangan yang menuju
pada hal-hal yang positif.Akan tetapi, beberapa pelajar justru menunjukkan
perkembangan ke arah yang negatif, sebagai contoh adalah aksi premanisme yang
dilakukan oleh pelajar dan pergaulan bebas seperti yang sering kita lihat sekarang.Dan
yang sedang trend atau popular sekarang sering disebut dengan Kids Jaman Now.

B. Menurut Para Ahli

1. Menurut Sinolungan (1997), mengemukakan bahwa pengertian pelajar secara


luas adalah setiap orang yang terlibat dengan proses pendidikan untuk
memperoleh pengetahuan sepanjang hidupnya. Sedangkan dalam arti sempit,
pengertian pelajar adalah setiap siswa yang belajar di sekolah.
2. Menurut Nasution, belajar merupakan suatu kegiatan untuk menambah dan
mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan. Pelajar adalah orang yang
melakukannya atau pelakunya.

8
3. Menurut Sudjana, mengemukakan bahwa pengertian belajar adalah setiap
upaya yang dilakukan dengan sengaja agar tercipta suatu kegiatan edukatif yang
terjalin antara pengajar (pendidik) dengan pelajar (peserta didik). Pelajar pada
dasarnya diartikan sebagai pengguna dari jasa yang diberikan oleh pendidik atau
pengajar tersebut.

9
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

a. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada hari Selasa, 14Desember 2021
b. Tempat
Museum Aditiya Warman Provinsi Sumatera Barat
3.2 Alat dan Bahan
1. Buku
2. Pena
3. Smartphone
4. Kamera
3.3 Metode Penelitian
Penelitian dengan judul “ Pemanfaatan Museum Aditiyawarman Sebagai Media
Pembelajaran Bagi peserta didik”. Cara pelaksanaan yang penulis lakukan dalam
pembuatan karya tulis ini adalah penelitian dengan melakukan survei lapangan, data
diperoleh dengan melakukan tanya jawab (wawancara) dan informasi elektronika
dengan sasaran tinjauan antara lain:
a. Pengumpulan data
b. Informasi internet
Hal ini penulis lakukan guna mendapatkan informasi yang akurat dan dapat penulis
jadikan bahan untuk pembuatan karya tulis. Karya tulis ini membahas tentang
Pemanfaatan Museum Aditiyawarman Sebagai metode pembelajaran bagi kalangan
remaja secara spesifik baik dari segi ekologis maupun ekonomis. Penulis membuat
karya tulis ini dengan menggunakan metode studi lapangan. Metode ini kami pilih
karena dapat menghasilkan karya tulis yang lebih menarik tetapi tetap sesuai dengan
fakta yang berada di tempat aslinya.

10
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Profil Museum Aditiyawarman

Museum Adityawarman adalah museum budaya provinsi Sumatra Barat yang


terletak di Kota Padang. Museum ini diresmikan pada 16 Maret 1977 mengambil
nama besar salah seorang raja Malayapura pada abad ke-14, Adityawarman yang
sezaman dengan Kerajaan Majapahit. Museum ini memiliki julukan Taman Mini

ala Sumatra Barat.

Konstruksi museum dikerjakan pada 1974. Bangunan museum berada di areal


lebih kurang 2,6 hektare dengan luas bangunan sekitar 2.854,8 meter persegi.
Peresmian museum ditandai oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Prof. Dr. Syarif Thayeb. Selanjutnya, museum ini diberi nama Museum
Negeri Adityawarman Sumatra Barat berdasarkan Surat Keputusan Menteri
No.093/0/1979 tanggal 28 Mei 1979.

Sebagai museum budaya, Museum Adityawarman menyimpan dan


melestarikan benda-benda bersejarah, seperti cagar budaya Minangkabau dan
sekitarnya beserta beberapa cagar budaya nasional.Salah satu di antaranya adalah
bangunan yang berarsitektur Minang, bernama Rumah Bagonjong atau Baanjuang.

Koleksi utama yang terdapat di Museum Adityawarman dikelompokkan ke


dalam sepuluh macam jenis koleksi, meliputi geologika/geografika, biologika,
etnografika, arkeologika, historika, numismatika/heraldika, filologika,
keramologika, seni rupa, dan teknalogika.. Koleksi lain yang dimiliki oleh museum
ini adalah benda purbakala peninggalan Kerajaan Dharmasraya, yaitu berupa
duplikat patung Bhairawa dan patung Amoghapasa.

Ruang utama museum menampilkan diaroma yang mempresentasikan sistem


adat yang dimiliki oleh masyarakat Minang dengan penjelas tersturktur mengenai
hubungan kekerabatan dalam adat Minangkabau.Berbeda dari daerah-daerah

11
lainnya di Indonesia yang pada umumnya memegang sistem kekerabatan
patrilineal, Minangkabau sendiri menggunakan sistem matrilineal sehingga
perempuan memegang pengaruh kuat di Minangkabau.Aktivitas perempuan
Minang dipaparkan dengan apik di area museum.Mulai dari mengasuh anak,
memasak untuk keluarga dan lingkungan lebih luas, sampai tradisi lisan yang
berupa pantun sebagai sarana ibu menanamkan nilai kehidupan bagi anak.Kesenian
banyak ditampilkan dalam upacara-upacara adat, salah satunya adalah upacara
pernikahan.Di salah satu sudut museum terdapat ruang peragaan pelaminan
pernikahan adat Minang.Tentu saja ruangan ini menjadi salah satu yang paling
diminati oleh pengunjung.

Selain itu, di bagian ruangan lain terdapat koleksi-koleksi benda bersejarah


dan budaya dari Suku Mentawai. Meskipun masih sama-sama dalam satu daerah,
yakni Sumatra Barat, Suku Mentawai menerapkan adat istiadat yang sama sekali
berbeda yakni menerapkan sistem kekerabatan patrilineal.

4.2 Deskripsi Pemanfaatan Museum Aditiyawarman Sebagai Media Pembelajaran


Bagi Peserta Didik

Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan
perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan
metodologi tertentu.Salah satu materi yang diajarkan dalam pelajaran sejarah
adalah materi zaman praejarah.Zaman prasejarah merupakan babakan dalam sejarah
yang diberikan kepada suatu periode ketika manusia belum menggunakan tulisan
sebagai alat komunikasi.Oleh karena itu upaya pemahaman zaman prasejarah
merupakan hal yang cukup sulit.Hal ini disebabkan rentangan waktu antara zaman
prasejarah dengan zaman sekarang mencakup ribuan tahun. Untuk mengatasi
kesulitan itu diperlukan suatu cara, salah satunya memanfaatkan koleksi museum
sebagai sarana pembelajaran bagi siswa MA Himmatul Ummah dengan
mengunjungi museum. Berikut beberapa koleksi museum AdityaWarman :

12
1. Senjata Peninggalan Sejarah
Sejenis perhiasan pengantin laki-
laki pada waktu upacara adat perkawinan
di daerah Padang, Padang Pariaman dan
daerah Pesisir yang pemakaiannya
diselipkan di pinggang disebut
keris/sakin. Keria/sakin terdiri dari mata,
sarung dan tangkai. Mata terbuat dari
kayu bentuk bulat panjang dan runcing
ujungnya. Sarung terbuat dari loyang
sepuh emas bentuk bulat panjang dan
bagian pangkal berbentuk perahu. Bagian
sarung ini dihiasi dengan hiasan gores
motif rangkaian daun, bunga serta
dikelilinggi dengan hiasan motif bintik-
bintik kecil. Tangkai dari kayu bentuk
Gambar,1.1.Senjata Peninggalan bulat berkelok bagian pangkal bentuk
kepala burung sebagian dilapisi dengan
loyang sepuh emas pada bagian

2. Pakaian Adat

Gambar, 1.2. Pakaian Adat

Pakaian merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk melindungi tubuh dari udara panas
dan dingin. Pemakaian pakaian adat bagi bundo kandung dilakukan pada upacara adat. Salah
satu pakaian tersebut adalah baju, terbuat dari kain bludru warna hitam, potongan longgar,
berlengan panjang. Penggir leber dan ujung lengan diberi minsie 2 baris, sedangkan bagian
bawah terdapat minsie 3 baris. Badan muka belakang dan lengan diberi taburan loyang motif
bunga. Warna hitam bagi masyarakat tanah datar melambangkan ketabahan, ulet dan tahan

13
tempa. Dipakai oleh bundo kandung pada waktu upacara adat, pakaian hitam digunakan
untuk orang tua pengantin.
Pemakaian pakaian penganten bagi manusia dalam suiklus kehidupan adalah asaat upacara
peresmian perkawinan. Pada hari itu, pasangan penganten memakai pakaian adat. Salah satu
pakaian adat tersebut adalah baju, terbuat dari kain bludru warna merah hati, potongan
longgar pakai siba pada kedua sisinya dan daun bodi pada ketiaknya, berlengan panjang.
Keliling leher, pangkal dan ujung lengan serta pinggir bawah diberi renda benang dan
minsie.Badan muka belakang dan lengan diberi taburan imitasi bermotifkan bunga dankupu-
kupu. Dipakai oleh penganten daerah Kamang pada waktu upacara peresmian perkawinan
pakaian adat berwarna merah digunkan untuk mempelai wanita.
Pemakaian pakaian penganten yang paling bahagia dalam siklus kehidupan manusia adalah
pada upacara peresmian perkawinan. Pada hari itu, pasangan penganten memakai pakaian
adat beserta perhiasannya untuk disandingkan di pelaminan dan duduk diatas singgasana
sehingga mereka disebut “ raja sehari”. Salah satu pakaian adat tersebut adalah baju, terbuat
dari benang katun warna merah, potongan longgar model gunting cino. Leher depan dibelah
sedikit. Dihiasi songketan benang emas teknik alat tenun bukan mesin membentuk motif
melalui jalur tertentu. Badan muka belakang dan lengamn bermotifkan buah palo. Ujung
lengan dan bawah baju bermotifkan tumpal. Dipakai oleh penganten laki-laki daerah Koto
Gadang pada awaktu upacara peresmian perkawinan.

3.Perhiasan

Perhiasan kepala yang dinamakan


dengan bungo sanggua
Terbuat dari emas tua, dengan mengunakan
teknik pahat dan bakarang, bagian atas terdiri
dari 2 bagian yaitu bagian depan berbentuk
segitiga sama kaki dan bagian belakang
berbentuk persegi empat yang digantungkan
mainan sebanyak 11 untai. kemudian
pinggirnya berlekuk-lekuk dan runcing.
Kedua bahagian ini dihubungkan dengan
engsel sehingga menyatu. Pada sisi kiri dan
14
Gambar, 1.3. Perhiasan Tradisional

4. Tutup Kepala

Gambar,1.4.Hiasan Tutup Kepala

Tutup kepala ini terbuat dari benang katun berwarna merah dengan bentuk segi tiga
menggunakan alat tenun bukan mesin.Dihiasi songket benang perak yang membentuk motif
melalui jalur tertentu. Pada permukaannya terdapat hiasan bermotif balah katupek, bijo
antimun, tumpal dan batang pinang. Dipakai oleh dubalang pada waktu upacara adat dan
bagi anak muda untuk pengamanan.
Koleksi ini dibuat dan didapatkan di daerah Pandai Sikek pada tanggal 17 November 1983
dengan cara ganti rugi serta dalam kondisi baik.

5. Kain Tenun
Sejenis kelengkapan pakaian
wanita pada waktu upacara adat
minangkabau. Terbuat dari benang
katun warna kuning, bentuk persegi
panjang. Dihiasi songketan benang
emas membentuk motif melalui jalur
datar dengan teknik ATBM bidang
kain bermotifkan sayek galamai,
kepala kain bermotifkan sayek
galami , bunga dan belah ketupat.
Pinggir bermotifkan batang pinang
ato bada, belah ketupat dan bijo
bayam. Dipakai oleh bundo kandung
dengan cara dislempangkan dibahu
pada upacara adat berlangsung.
15
Gambar,1.5. Kain Tenun Selendang Songket

Gambar,1.6. kain Tenun Upacara Adat


Sejenis kelengkapan pakaian wanita pada upacara adat adalah sarung songket bentuk empat
persegi panjang,terbuat dari benang katun warna dasar hitam.Hiasan kombinasi songket dan
ikat,motif batang pinang,saik galamai,dan tumpal pada bagian pinggir kain.Pada badan kain
terdapat ragam hias terdapat motif sirangkak,bunga,sedangkan pada kepala kain motif
tumpal,pucuak rabuang berhadapan dll.Dipakai waktu upacara adat di Minangkabau

16
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian tentang “Pemanfaatan Museum Adityawarman


Sebagai Media Pembelajaran Bagi peserta didik” adalah sebagai berikut :
1. Pemanfaatkan Museum Adityawarman sebagai media pembelajaran bagi
Peserta didik
2. Koleksi-koleksi yang ada di Museum Adityawarman hampir semua koleksi
dapat dimanfaatkan sebagai metode pembelajaran bagi kalangan pelajar tingkat
MA

3. kendala waktu, kendala keterbatasan koleksi,

B. Saran

Berdasarkan Penelitian yang dibuat diharapkan hasil penelitian ini dapat


memberikan sumbangan pandangan terhadap penelitian selanjutnya. Demi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya mata Pelajaran Sejarah yang lebih
baik kedepannya.
.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://ejournal.-unmul.ac.id (Diakses, 8 Januari 2022)

https://www.museumadityawarman.org/page/detail/profil (Diakses, 12 Januari 2022)

18
LAMPIRAN

19
20
21
22
23
24

Anda mungkin juga menyukai