Anda di halaman 1dari 27

NAMA : Cecep Awaluddin Nurfajar

No UKG : 201502228806
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi

Masalah
Akar
terpilih yang
No. Penyebab Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
akan
diselesaikan masalah
1 Rendahnya Pembelajaran Kajian Literatur Berikut analisis dari berbagai alternatif solusi
minat dan yang Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh yang telah dieksplorasi;
motivasi diterapkan Sudiartuti (2015) diperoleh bahwa dengan 1. Membawa siswa langsung ke situs
siswa dalam belum penerapan pembelajaran sejarah lokal sejarah/museum
pembelajaran kontekstual. memberikan pengaruh positif terhadap Kelebihan
sejarah peningkatan motivasi belajar pada kelas - Siswa mendapatkan pengalaman baru
eksperimen. Ini terjadi karena pembelajaran sejarah dengan melihat sumber sejarah secara
lokal merupakan proses belajar bermakna yang langsung yang mungkin sebelumnya hanya
melibatkan berbagai aktivitas siswa sehingga efektif bisa dilihat melalui ponsel.
dalam memelihara motivasi peserta didik yang - Siswa bisa belajar secara langsung dari
berdampak pada terjadinya peningkatan hasil sumber-sumber sejarah yang tersedia di
belajar siswa. situs sejarah/museum.
https://ejournal.upi.edu/index.php/jpis/article/vi - Siswa lebih tertarik dan antusias untuk
ew/1607 mengeksplorasi.

Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian yang Kekurangan


dilakukan Yuliana dkk (2015) secara kuantitatif, - Perizinan untuk pergi ke situs
Model pembelajaran Contextual Teaching And sejarah/museum rumit.
Learning (CTL), berpengaruh yang signifikan - Sumber pembiayaan untuk pergi ke situs
terhadap peningkatan motivasi belajar sejarah sejarah/museum belum dianggarkan
siswa kelas X Ak1 di SMK Gajah Mada Bandar sekolah.
Lampung. Hal ini dapat ditunjukan dengan hasil - Membutuhkan perencanaan matang dan
0,00 yang artinya <0,05, maka Ho ditolak H1 bantuan dari banyak pihak untuk
diterima. Dan, Taraf signifikansi pengaruh model merealisasikannya.
pembelajaran Contextual Teaching And Learning CTL
terhadap peningkatan motivasi belajar sejarah - Resiko tidak terduga di perjalanan atau di
siswa kelas X SMK Gajah Mada Bandar Lampung tempat.
pada kelas X Ak1 adalah cukup, ditunjukkan dalam
hasil penelitian bahwa kadar determinasi sebanyak 2. Virtual Museum Tour
0,48. Oleh karena itu, model pembelajaran Kelebihan
Contextual Teaching And Learning CTL pada - Tidak perlu perizinan untuk ke luar
pembelajaran Sejarah dapat dikatakan cocok untuk lingkungan sekolah
diterapkan dalam proses pembelajaran untuk - Tidak akan ada pembiayaan yang besar
peningkatan motivasi belajar siswa - Tidak membutuhkan perencanaan, baik
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/articl rundown acara, persiapan transportasi dll
e/view/9455/pdf_134
Kekurangan
Berdasarkan hasil dari penelitian Tasbihah dan - Jaringan wifi sekolah tidak merata.
Agus (2021) bisa diambil kesimpulan sebagai - Jaringan koneksi siswa beragam
berikut, bahwa ada pengaruh yang signifikan proses kecepatannya. Dari pengalaman, banyak
pembelajaran daring berbasis media virtual tour siswa yang lambat jaringan internetnya.
to museum terhadap motivasi siswa belajar IPS. - Siswa tidak memiliki kuota saat pembelajaran.
Pembelajaran daring dengan media virtual tour to - Siswa bisa membuka browser untuk
museum membuat siswa memperoleh pengalaman mengakses hal lain di luar interaksi.
baru dan dapat melihat tempat bersejarah melalui
virtual museum sehingga proses pembelajaran 3. Pembelajaran Sejarah Lokal
menjadi lebih menarik. Kelebihan
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/PENIPS/a - Menurut Douch dan Mahoney dalam Hafid
rticle/view/41754/35989 (2017) mampu membawa peserta didik pada
situasi ril di lingkungannya dan mampu
Penerapan model pembelajaran Problem Based menerobos batas antara dunia sekolah dan
Learning (PBL) dengan media video di kelas XI IPS dunia nyata di sekitar sekolah. Dilihat secara
4 SMAN 1 Ngemplak terbukti dapat meningkatkan sosio-psikologis bisa membawa peserta didik
motivasi belajar siswa. secara langsung mengenal dan menghayati
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sejarah/ar lingkungan masyarakatnya, dimana mereka
ticle/view/12991/9088 merupakan bagian di dalamnya.
- Pembelajaran sejarah lokal, akan lebih mudah
membawa siswa pada usaha untuk
mengenang pengalaman masa lampau
Wawancara dengan guru masyarakatnya dengan melihat situasi masa
- Widia Utaminingsih, S.Pd, guru mata kini, bahkan dapat memproyeksikan peluang
pelajaran sejarah SMAN 1 Cianjur; dan tantangan pada masa yang akan datang
 Guru perlu terus berinovasi dalam - Peserta didik akan terdorong untuk menjadi
menyajikan media dan penggunaan metode lebih peka lingkungan, begitu juga mereka
di kelas; akan lebih terdorong mengembangkan
 Mengaitkan pembelajaran sejarah dengan keterampilan-keterampilan khusus seperti:
kehidupan siswa sehari-hari; mengobservasi, teknik bertanya atau
 Mencoba menerapkan model pembelajaran melakukan wawancara, mengumpulkan dan
contextual teaching and learning; menyeleksi sumber, mengadakan klasifikasi
 Memberi wawasan terkait ragam profesi serta mengidentifikasi konsep, bahkan
yang bisa dijalani berkaitan dengan mata membuat generalisasi, kesemuanya itu
pelajaran sejarah; mendorong bagi perkembangan proses belajar
 Menerapkan pembelajaran yang berpusat bersifat discovery inquiry.
pada siswa dan sesuai dengan karakteristik
siswa; Kekurangan
 Mencoba mengintegrasikan game dalam - Pembelajaran bermuatan sejarah lokal
pembelajaran sejarah; salah satunya bisa mengharapkan peserta didik maupun guru
menggunakan game berbasis tokoh sejarah harus berhubungan dengan sumber-sumber
yang dibuat oleh siswa SMAN 1 Cianjur; sejarah, baik yang tertulis maupun informasi
lisan, baik berupa dokumen maupun benda-
Wawancara dengan kepala sekolah benda seperti: bangunan, alat-alat, peta dan
Dr. Agam Supriyanta, MM.Pd.MH sebagainya yang mula-mula harus
 Guru harus melakukan pemetaan terhadap dikumpulkan, kemudian dikritik serta
siswa; diinterpretasikan sebelum bisa digunakan
 Guru perlu kreatif dalam menggunakan sebagai bahan pembelajaran sejarah lokal.
Untuk itu, guru sejarah perlu suatu persiapan
berbagai metode dan media yang sesuai
khusus sebelum pembelajaran bermuatan
dengan karakteristik siswa;
sejarah lokal bisa dilaksanakan secara efektif
 Mencoba menerapkan model pembelajaran
- Kesulitan lain adalah memadukan tuntutan
PAIKEM;
pembelajaran sejarah lokal dengan tuntutan
 Mengintegrasikan permainan dalam
penyelesaian target materi yang telah tertulis
pembelajaran.
dalam kurikulum
Wawancara dengan pakar - Sulitnya guru untuk mencari sumber-sumber
- Dra. Sigit Sri Widodo (Ketua MGMP Sejarah terkait dengan sejarah lokal di daerahnya.
SMAN 1 Cianjur, Sekretaris MGMP Sejarah Kab. http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/efektivitas
Cianjur) -pembelajaran-sejarah-bermuatan-sejarah-lokal-
 Membawa siswa pada situs sejarah/museum dengan-memanfaatkan-media-teknologi-
terdekat; informasi/
 Menyampaikan arti penting mempelajari
sejarah; 4. Pembelajaran Contextual Teaching and
 Menyampaikan sejarah lokal yang sesuai Learning (CTL)
dengan materi pada siswa; Kelebihan
 Menggunakan model pembelajaran Menurut Nurdiyah dkk (2016), kelebihan dari
contextual teaching and learning; pembelajaran Kontekstual (CTL) adalah:
 Memperkenalkan berbagai jenis profesi yang - Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
bisa didukung dengan penguasaan nyata. Artinya siswa dituntut untuk dapat
pengetahuan sejarah; menangkap hubungan antara pengalaman
 Pembelajaran tidak berpusat pada guru saja; belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
 Menggunakan model problem based learning Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan
 Menggunakan model cooperative learning
dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi
seperti metode Jigsaw/numbered head
together siswa materi itu akan berfungsi secara
fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertanam erat dalam
Dari hasil kajian literatur dan wawancara terkait
memori siswa.
rendahnya minat dan motivasi siswa dalam
pembelajaran sejarah maka dapat diketahui - Pembelajaran lebih produktif dan mampu
alternatif solusi penyelesaian masalahnya menumbuhkan penguatan konsep kepada
1. Membawa siswa pada situs sejarah/museum siswa karena metode pembelajaran CTL
menganut aliran konstruktivisme, dimana
terdekat
seorang siswa dituntun untuk menemukan
2. Penggunaan media virtual tour to museum.
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan
3. Pembelajaran sejarah lokal
4. Penerapan pembelajaran contextual filosofis konstruktivisme siswa diharapkan
teaching and learning belajar melalui ”mengalami” bukan
”menghafal”.
5. Penerapan problem based learning
6. Penerapan model cooperative learning
7. Penerapan model PAIKEM
- Kontekstual adalah pembelajaran yang
menekankan pada aktivitas siswa secara
penuh, baik fisik maupun mental
- Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan
sebagai tempat untuk memperoleh informasi,
akan tetapi sebagai tempat untuk menguji
data hasil temuan mereka di lapangan.
- Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh
siswa, bukan hasil pemberian dari guru.
- Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang
bermakna.

Kekurangan
- Diperlukan waktu yang cukup lama saat
proses pembelajaran Kontekstual
berlangsung.
- Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas
maka dapat menciptakan situasi kelas yang
kurang kondusif.
- Guru lebih intensif dalam membimbing.
Karena dalam CTL, guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah
mengelolah kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi
siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang
sedang berkembang.
https://media.neliti.com/media/publications/1
22194-ID-penerapan-model-contextual-
teaching-lear.pdf
5. Model Problem based learning (PBL)
Kelebihan
Sanjaya dalam Wulandari (2012) menyebutkan
bahwa keunggulan PBL antara lain:
- PBL merupakan teknik yang cukup bagus
untuk lebih memahami pelajaran,
- PBL dapat menantang kemampuan siswa
serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa
- PBL dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran,
- melalui PBL bisa memperlihatkan kepada
siswa setiap mata pelajaran (matematika, IPA,
dan lain sebagainya), pada dasarnya
merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang
harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya
sekedar belajar dari guru atau buku-buku
saja,
- PBL dianggap PBL dianggap lebih
menyenangkan dan disukai siswa,
- PBL dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis,
- PBL dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka milik dalam dunia nyata,
- PBL dapat mengembangkan minat siswa
untuk belajar secara terus-menerus sekalipun
belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Kekurangan
- Siswa tidak mempunyai minat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka
mereka akan merasa ragu untuk mencoba,
- Keberhasilan model pembelajaran PBL
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan,
- tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha
untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar
apa yang ingin mereka pelajari.
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsd
kebumen/article/viewFile/348/172

6. Model Cooperative Learning


Kelebihan
Isjoni (2010) mengemukakan kelebihan model
cooperative learning adalah
- Saling ketergantungan positif,
- Adanya pengakuan dalam merespon
perbedaan individu,
- Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan
pengelolaan kelas,
- Suasana rileks dan menyenangkan,
- Terjalin hubungan yang hangat dan
bersahabat antara siswa dengan guru,
- Memiliki banyak kesempatan untuk
mengekspresikan pengalaman emosi yang
menyenangkan.

Kekurangan
- Guru harus mempersiapkan pembelajaran
secara matang, memerlukan lebih banyak
tenaga, pemikiran dan waktu;
- Agar proses pembelajaran berjalan dengan
lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas,
alat dan biaya yang cukup memadai; 3)
- Selama kegiatan diskusi kelompok
berlangsung ada kecenderungan topik
permasalahan yang sedang dibahas meluas
sehingga banyak yang tidak sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan;
- Saat diskusi kelas, terkadang didominasi
seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang
lain menjadi pasif

7. Model PAIKEM Gembrot (Pembelajaran


Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
Menyenangkan, Gembira dan Berbobot)
Kelebihan
menurut Tim Pustaka Yustisia dalam Utami dkk
(2015), kelebihan model pembelajaran PAIKEM
Gembrot yaitu:
- Memudahkan pemusatan perhatian pada
satu tema tertentu;
- Peserta didik mampu mempelajari
pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antar isi mata
pelajaran dalam tema yang sama;
- Pemahaman materi mata pelajaran lebih
mendalam dan berkesan;
- Kompetensi dasar dapat dikembangkan
lebih baik dengan mengaitkan mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi
peserta didik;
- Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna
belajar karena materi disajikan dalam
konteks tema yang jelas;
- Peserta didik lebih bergaira belajar karena
dapat berkomunikasi dalam situasi nyata,
untuk mengembangkan kemampuan
dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus
dapat mempelajari mata pelajaran lain;
- Guru dapat menghemat waktu sebab mata
pelajaran yang disajikan secara PAIKEM
Gembrot dapat dipersiapkan sekaligus dan
diberikan dalam dua atau tiga kali
pertemuan sedangkan waktu selebihnya
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
remedial, pemantapan atau pengayaan
materi.
Kekurangan
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran
PAIKEM Gembrot juga memiliki kelemahan.
Indrawati (2009:24) menyatakan bahwa:
- Perencanaan dan pelaksanaan evaluasi
yang lebih banyak menuntut guru untuk
melakukan evaluasi proses;
- Sulit menyeleksi tema
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jp/art
icle/view/5536
2 Daya serap Guru belum Kajian Literatur Berikut analisis dari berbagai alternatif solusi
siswa yang menerapkan Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang telah dieksplorasi;
rendah dalam pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. 1. Pembelajaran Berdiferensiasi
pembelajaran berdiferensia Guru memfasilitasi murid sesuai dengan Kelebihan
sejarah si secara kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai Menurut Cescon (2021), kelebihan dari
maksimal. karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak pembelajaran berdiferensiasi adalah;
bisa diberi perlakuan yang sama. Untuk dapat - It Allows Students to Learn in Their Own Ways,
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, at Their Own Pace (memungkinkan siswa
Astuti (2021) mengemukakan hal yang harus untuk belajar dengan caranya sendiri, juga
dilakukan oleh guru antara lain: dengan kecepatannya sendiri)
1. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar - It Increases Student Engagement
berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan (meningkatkan keterlibatan siswa)
belajar, minat belajar, dan profil belajar murid - It Grants More Flexibility and Creativity for
(bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, Teachers (Memungkinkan lebih banyak ruang
atau survey menggunakan angket, dll) kreativitas dan fleksibilitas untuk guru)
2. Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi https://www.aeseducation.com/blog/pros-
berdasarkan hasil pemetaan (memberikan cons-differentiated-instruction
berbagai pilihan baik dari strategi, materi,
maupun cara belajar) Kekurangan
3. Mengevaluasi dan refleksi pembelajaran yang Dalam penelitian yang telah dilakukan Aldossari
sudah berlangsung. (2018), kekurangan dalam penerapan
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/p pembelajaran berdiferensiasi adalah
embelajaran-berdiferensiasi-dan-penerapannya-di- - The challenges with the highest average were
kelas/ density of students per classroom, (tantangan
terbesar berupa penerapannya pada
Menurut Kasiyanti (2021), tiga strategi penerapan kepadatan jumlah siswa per kelas)
pembelajaran berdiferensiasi di kelas yaitu - Failure to prepare the teacher before service
diferensiasi konten, proses, dan produk. in a way that suits the requirements of
Penjabarannya adalah sebagai berikut: differentiated instruction (kegagalan guru
1. Diferensiasi konten, yaitu apa yang kita dalam mempersiapkan pembelajaran yang
ajarkan kepada murid sebagai tanggapan sesuai dengan kriteria pembelajaran
dari kesiapan belajar murid, minat, atau berdiferensiasi),
profil belajarnya (visual, auditori, kinestetik) - lack of availability of educational equipment
atau bahkan bisa kombinasi dari ketiganya and Instruments to apply the differentiated
2. Diferensiasi proses, yaitu bagaimana murid instruction strategy (kurang tersedianya
akan memaknai materi yang akan dipelajari peralatan pembelaharan dan instrumen
baik secara mandiri atau kelompok dengan dalam penerapan pembelajaran
menyediakan kegiatan berjenjang, adanya berdiferensiasi)
pertanyaan pemandu atau tantangan, - weakness of students’ conviction in using the
membuat agenda individual murid, differentiated instruction strategy,
memvariasikan waktu, mengembangkan (kelemahan berupa ketidakpercayaan diri
kegiatan bervariasi, dan menggunakan siswa dalam penggunaan pembelajaran
pengelompokan yang fleksibel. berdiferensiasi)
3. Diferensiasi produk, yaitu berupa tagihan - and students are used to traditional teaching
yang kita harapkan dari murid dengan strategies (siswa sudah terbiasa dengan
memberikan tantangan atau keragaman strategi pembelajaran yang tradisional)
variasi dan memilih produk apa yang https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1175296.pdf
diminatinya. - Berdasarkan pengalaman pribadi, ketika
penerapan diferensiasi secara produk,
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/i guru kesulitan dalam membuat rubrik
mplementasi-pembelajaran-berdiferensiasi-di- penilaian berdasarkan produk/hasil tugas
kelas/ siswa dikarenakan jumlahnya sangat
beragam
Berdasarkan pemaparan Sanjaya (2022), dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa e-modul yang 2. Pembuatan e-modul yang berisi berbagai
dibuat dengan aplikasi book creator dibuat dengan macam jenis media dan bahan ajar
serangkaian tahapan. Diawali dengan analisis Kelebihan
kebutuhan belajar dan gaya belajar siswa, - Sesuai dengan karakteristik siswa generasi Z
kemudian dilanjutkan dengan pembuatan story yang terbiasa mengakses pengetahuan melalui
board dan pembuatan e-modul melalui penyusunan gadget-nya;
sumber belajar tekstual, gambar, video, tautan, file, - Memungkinkan dalam satu modul, terdapat
dan lain-lain ke dalam aplikasi book creator, hingga berbagai jenis media dan bahan ajar yang
tahap evaluasi. Penyusunan e-modul memudahkan siswa belajar sesuai dengan
menggunakan aplikasi book creator mesti dilakukan karakteristik, minat dan kebutuhannya;
secara berurutan agar menghasilkan media atau - Guru leluasa mengembangkan materi sesuai
sumber belajar yang pemanfaatannya dapat dengan karakteristik, minat dan kebutuhan
mencapai tujuan pembelajaran. Beragamnya jenis siswa;
sumber belajar yang disajikan di dalam e-modul - Mengasah kreativitas guru dalam pembuatan
sesuai dengan kebutuhan belajar dan gaya belajar bahan ajar berbasis IT
siswa kelas XI SMAN 2 Kuta dalam suasana - Guru bisa menentukan sendiri tingkat
pembelajaran yang berdiferensiasi. kompleksitas bahan ajarnya;
https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/prodiksem - Bisa menautkan link dan dengan mudah bisa
a/article/view/2056/1538 diakses siswa untuk membuka
artikel/video/dll.
Pernantah (2017) menjelaskan dalam Kekurangan
mengembangkan wawasan sejarah lokal dengan - Guru perlu belajar mengenai pembuatan e-
penguatan Scaffolding dapat dilakukan dengan modul;
cara memberikan bantuan dan bimbingan secara - Guru perlu mempersiapkan banyak waktu
terus menerus, tetapi seiring dengan terjadinya untuk menghimpun berbagai jenis media dan
peningkatan kemampuan siswa, secara berangsur- bahan ajar yang akan dimasukkan ke dalam e-
angsur guru harus mengurangi dan melepas siswa modul.
untuk belajar secara mandiri. Jika siswa belum - Tidak semua siswa nyaman membaca melalui
mampu mencapai kemandirian dalam memahami ponsel.
sejarah lokal, guru kembali ke sistem dukungan 3. Metode Scaffolding
untuk membantu siswa memperoleh kemajuan Kelebihan
sampai mereka benar-benar mampu mencapai Kelebihan strategi scaffolding menurut Mustofa
kemandirian. (2021) adalah:
http://diakronika.ppj.unp.ac.id/index.php/diakro - Memberi petunjuk untuk membantu anak
nika/article/view/15/4 berfokus pada pencapaian tujuan.
- Menyederhanakan tugas belajar sehingga
Wawancara dengan guru bisa lebih terkelola dan bisa dicapai oleh
- Widia Utaminingsih, S.Pd, guru mata siswa.
pelajaran sejarah SMAN 1 Cianjur; - Mengurangi frustasi atau resiko.
 Guru perlu menerapkan pembelajaran - Memberi model dan mendefenisikan
berbasis student-centre; dengan jelas harapan mengenai aktivitas
 Penggunaan media menyesuaikan dengan yang akan dilakukan.
karakteristik siswa; misalnya infografis, - Memotivasi dan mengaitkan minat siswa
gambar, peta untuk siswa dengan gaya dengan tugas belajar.
belajar visual. Podcast untuk siswa yang Kelemahan
dengan gaya belajar auditory; - Guru kesulitan dalam mengembangkan
 Penggunaan media variatif dalam rancangan scaffolding serta ZPD setiap
penyampaian materi sejarah; siswa;
 Menggunakan model problem-based - Siswa menjadi kurang percaya diri apabila
learning; bantuan dari pendidik;
 Menggunakan model inquiry terbimbing - Apabila guru kurang paham terhadap
scaffolding, maka siswa akan mengalami
Wawancara dengan kepala sekolah kesusahan serta
Dr. Agam Supriyanta, MM.Pd.MH - Scaffolding membutuhkan waktu yang
 Guru harus melakukan pemetaan karakter, relatif lama.
minat dan kebutuhan siswa; - Guru akan menghabiskan waktu lebih
 Guru harus melakukan pembelajaran banyak membimbing siswa yang
dengan berjenjang dari tingkat sederhana membutuhkan bantuan belajar.
hingga kompleks;
 Mencoba menerapkan model pembelajaran 4. Model Problem based learning
problem-based learning; Kelebihan
 Menampilkan media yang beragam di kelas. Sanjaya dalam Wulandari (2012) menyebutkan
bahwa keunggulan PBL antara lain:
 Mencoba menerapkan model contextual - PBL merupakan teknik yang cukup bagus
learning, untuk lebih memahami pelajaran,
- PBL dapat menantang kemampuan siswa
Wawancara dengan pakar serta memberikan kepuasan untuk
- Dra. Sigit Sri Widodo (Ketua MGMP Sejarah menemukan pengetahuan baru bagi siswa
SMAN 1 Cianjur, Sekretaris MGMP Sejarah Kab. - PBL dapat meningkatkan aktivitas
Cianjur) pembelajaran,
 Membuat budaya membaca agar siswa - melalui PBL bisa memperlihatkan kepada
memiliki dasar pengetahuan materi; siswa setiap mata pelajaran (matematika, IPA,
 Menggunakan metode flipped classroom; dan lain sebagainya), pada dasarnya
 Menggunakan contoh-contoh yang dekat merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang
dengan kehidupan siswa; harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya
 Menggunakan model pembelajaran sekedar belajar dari guru atau buku-buku
contextual learning saja,
 Menggunakan model pembelajaran problem- - PBL dianggap PBL dianggap lebih
based learning; menyenangkan dan disukai siswa,
- PBL dapat mengembangkan kemampuan
Dari hasil kajian literatur terkait rendahnya daya berpikir kritis,
serap siswa dalam pembelajaran sejarah maka - PBL dapat memberikan kesempatan kepada
dapat diketahui alternatif solusi penyelesaian siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
masalahnya: yang mereka milik dalam dunia nyata,
1. Menerapkan Pembelajaran berdiferensiasi - PBL dapat mengembangkan minat siswa
2. Pembuatan e-modul yang berisi berbagai untuk belajar secara terus-menerus sekalipun
macam jenis media dan bahan ajar belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
3. Scaffolding
4. Model Problem based learning Kekurangan
5. Model inquiry terbimbing - Siswa tidak mempunyai minat atau tidak
6. Model Contextual teaching and learning mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
7. Metode flipped classroom dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka
mereka akan merasa ragu untuk mencoba,
- Keberhasilan model pembelajaran PBL
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan,
- tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha
untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar
apa yang ingin mereka pelajari

5. Model inquiry terbimbing


Kelebihan
Menurut Sahrul dalam Oktianita (2016),
kelebihannya adalah sebagai berikut;
- Membantu peserta didik untuk
mengembangkan kesiapan serta
penguasaan keterampilan dalam proses
kognitif.
- Peserta didik memperoleh pengetahuan
secara individual sehingga dapat
dimengerti dan mengendap dalam
pikirannya.
- Dapat membangkitkan motivasi dan
gairah belajar peserta didik untuk belajar
lebih giat lagi.
- Memberikan peluang untuk berkembang
dan maju sesuai dengan kemampuan dan
minat masing – masing
- Memperkuat dan menamba kepercayaan
pada diri sendiri dengan proses
menemukan sendiri karena pembelajaran
berpusat pada peserta dengan peran guru
yang sangat terbatas.
http://repository.unpas.ac.id/11824/5/SKRIPSI
%20BAB%20II.pdf

Adapun menurut Hosnah dkk (2017) Kelebihan


model inkuiri terbimbing (guided inquiry) adalah
guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh siswa, sehingga siswa yang
berifikir lambat atau siswa yang mempunyai
intelegensi rendah tetap mampu mengikuti
kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa
yang mempunyai kemampuan berpikir tinggi
tidak memonopoli kegiatan.
https://media.neliti.com/media/publications/1
16795-ID-none.pdf

Kekurangan
Sedangkan, menurut Sanjaya dalam Oktianita
(2016), kelemahannya adalah sebagai berikut;
- Sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa.
- Sulit dalam merencanakan pembelajaran
oleh karena terbentur dengan kebiasaan
siswa dalam belajar.
- Kadang-kadang dalam
mengimplementasikannya, memerlukan
waktu yang panjang sehingga sering guru
sulit menyesuaikannya dengan waktu
yang telah ditentukan.
- Selama kriteria keberhasilan belajar
ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka strategi
ini tampaknya akan sulit
diimplementasikan.

6. Contextual teaching and learning


Kelebihan
Menurut Nurdiyah dkk (2016), kelebihan dari
pembelajaran Kontekstual (CTL) adalah:
- Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
nyata. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab
dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata,
bukan saja bagi siswa materi itu akan
berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa.
- Pembelajaran lebih produktif dan mampu
menumbuhkan penguatan konsep kepada
siswa karena metode pembelajaran CTL
menganut aliran konstruktivisme, dimana
seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan
filosofis konstruktivisme siswa diharapkan
belajar melalui ”mengalami” bukan
”menghafal”.
- Kontekstual adalah pembelajaran yang
menekankan pada aktivitas siswa secara
penuh, baik fisik maupun mental
- Kelas dalam pembelajaran Kontekstual
bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, akan tetapi sebagai tempat
untuk menguji data hasil temuan mereka
di lapangan.
- Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri
oleh siswa, bukan hasil pemberian dari
guru.
- Penerapan pembelajaran Kontekstual
dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang bermakna.
Kekurangan
- Diperlukan waktu yang cukup lama saat
proses pembelajaran Kontekstual
berlangsung.
- Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas
maka dapat menciptakan situasi kelas
yang kurang kondusif.
- Guru lebih intensif dalam membimbing.
Karena dalam CTL, guru tidak lagi
berperan sebagai pusat informasi. Tugas
guru adalah mengelolah kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan pengetahuan dan
keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa
dipandang sebagai individu yang sedang
berkembang.
https://media.neliti.com/media/publications/12
2194-ID-penerapan-model-contextual-teaching-
lear.pdf

7. Metode flipped classroom


Kelebihan
Berrett D dalam Wulandari (2017)
mengungkapkan kelebihan metode Flipped
Classroom, antara lain:
1) Bagi Siswa
- Siswa memiliki waktu untuk mempelajari
materi pelajaran dirumah sebelum guru
menyampaikannya di dalam kelas
sehingga siswa lebih mandiri
- Siswa dapat mempelajari materi pelajaran
dalam kondisi dan suasana yang nyaman
dengan kemampuannya menerima materi
- Siswa mendapatkan perhatian penuh dari
guru ketika mengalami kesulitan dalam
memahami tugas atau latihan karena di
dalam kelas guru hanya membahas materi-
materi yang sulit menurut siswa
- Siswa dapat belajar dari berbagai jenis
konten pembelajaran baik melalui
video/buku/website daripada siswa
belajar hanya dari papan tulis
2) Bagi guru
- Lebih efektif, karena materi disajikan
dalam bentuk video, sehingga bisa
digunakan berulang-ulang pada kelas yang
lain.
- Hemat waktu, karena guru tidak harus
menjelaskan semua materi pelajaran, akan
tetapi hanya bagian-bagian tertentu yang
dianggap sulit oleh siswa.
- Guru termotivasi untuk mempersiapkan
materi pelajaran dalam berbagai jenis
konten, baik berupa video, website,
aplikasi mobile atau jenis konten yang lain.
Sehingga pelaksanaan pembelajaran lebih
terencana dan tertata dengan baik.
- Guru semakin kreatif dalam membuat
modul pembelajaran yang memanfaatkan
teknologi informasi yang memudahkan
siswa dalam memahami konsep.
- Terjalin komunikasi yang aktif antara guru
dan siswa, karena pembelajaran di kelas
lebih banyak dilakukan dengan berdiskusi
(tanya jawab) di antara mereka.
Kekurangan
- Tidak semua siswa/guru/sekolah memiliki
akses terhadap perangkat teknologi informasi
yang dibutuhkan, seperti komputer/laptop
dan koneksi internet.
- Tidak semua siswa merasa nyaman belajar
didepan komputer/laptop. Padahal untuk
melaksanakan metode pembelajaran ini, siswa
harus mengakses materi melalui perangkat
tersebut.
- Tidak semua siswa memiliki motivasi untuk
belajar secara mandiri di rumah. Apalagi
terhadap materi yang belum disampaikan oleh
guru. Sehingga motivasi dari guru selalu
dibutuhkan, agar siswa terbiasa mempelajari
materi pelajaran secara mandiri, sebelum
materi tersebut
https://eprints.ummi.ac.id/353/3/31.%20OPTI
MALISASI%20E-
LEARNING%20DENGAN%20MENGGUNAKAN%2
0METODE%20FLIPPED.pdf
3 Rendahnya Guru belum Kajian Literatur Berikut analisis dari berbagai alternatif solusi
partisipasi melaksanaka Berdasarkan hasil penelitian Wiradarma, dkk (2017) yang telah dieksplorasi;
siswa dalam n penerapan model pembelajaran kooperatif tipe 1. Model pembelajaran kooperatif tipe
pembelajaran pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat Teams Games Tournament (TGT)
sejarah inovatif meningkatkan partisipasi aktif dan prestasi belajar Kelebihan
dengan baik Sejarah siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Sawan Menurut Taniredja dkk dalam Rahmat (2018)
dan runtut semester genap tahun pelajaran 2014/2015 serta terdapat kelebihan dan kekurangan
dalam memperoleh respon yang positif. pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai
pembelajaran https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPS/ berikut:
. article/view/4846 - Dalam kelas kooperatif peserta didik
memiliki kebebasan untuk berinteraksi
Berdasarkan hasil penelitian Isaleha dkk (2021) dan menggunakan pendapatnya
diperoleh data bahwa penggunaan strategi
pembelajaran aktif tipe Peer lesson efektif - Rasa percaya diri peserta didik menjadi
meningkatkan keaktifan belajar sejarah siswa. lebih tinggi
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/riwayat/article/vi - Perilaku mengganggu terhadap peserta
ew/21696/14277 didik lain menjadi lebih kecil
Berdasarkan proses tindakan yang dilakukan - Motivasi belajar peserta didik bertambah
Pujiono, dkk (2017) Penerapan Model Student - Pemahaman yang lebih mendalam
Team Achievement Division (STAD) dengan Media terhadap pokok bahasan
Permainan Ular Tangga (Snakes And Ladders - Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan,
Game) yang dilaksanakan dalam dua siklus toleransi antara peserta didik dengan
tersebut, dapat diidentifikasi peningkatan nilai peserta didik dan antara peserta didik
kognitif. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada dengan pendidik; dan
siklus I sebesar 75,86 dan siklus II sebesar 83,58. - Peserta didik dapat menelaah sebuah
Hasil perhitungan diperoleh peningkatan rata-rata mata pelajaran atau pokok bahasan,
partisipasi aktif siswa pada siklus I sebesar 77% bebas mengaktualisasikan diri dengan
menjadi 80%. seluruh potensi yang ada dalam diri
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpk/ar peserta didik tersebut dapat keluar,
ticle/view/12273 - Selain itu, kerja sama antar peserta didik
juga peserta didik dengan pendidik akan
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh membuat interaksi belajar dalam kelas
Rokhman dan Aman (2013) ini menunjukkan bahwa menjadi hidup dan tidak membosankan.
beberapa contoh model pembelajaran CTL yang Kekurangan
dapat dikembangkan antara lain, Reading Guide, - Sering terjadi dalam kegiatan
Aktive Debate, Learning Start With A Question, Group pembelajaran tidak semua peserta didik
Resume, Student Teams Achievement Division ikut serta menyumbangkan pendapatnya
(STAD), Jigsaw, Group investigation, Numbered - Kekurangan waktu untuk proses
Heads together, Examples non Examples ,Picture and pembelajaran; dan,
Picture, Cooperative Script. Adapun hasil - Kemungkinan terjadinya kegaduhan jika
implementasi salah satu model yaitu, model Broken guru tidak dapat mengelola kelas.
Triangle/Square/Heart dalam pembelajaran http://download.garuda.kemdikbud.go.id/arti
sejarah sebagai model pembelajaran baru dapat cle.php?article=2593763&val=24446&title=M
meningkatkan keaktifan siswa. Dengan demikian ENINGKATKAN%20PEMAHAMAN%20KONSEP
dapat disimpulkan implementasi model Broken %20SISWA%20MELALUI%20TEAMS%20GAME
Triangle/Square/Heart untuk meningkatkan
keaktifan siswa perlu dikolaborasikan dengan
pembagian materi melalui hand out, diskusi kelas, S%20TOURNAMENT%20TGT%20META%20AN
serta kuis berhadiah. ALISIS
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian
/drs-muhamad-nur-rokhman-mpd/penelitian- 2. Peer lesson
payung-2013-lengkap.pdf Kelebihan
- Dapat mengembangkan kemandirian
Berdasarkan data penelitian dan analisis data yang siswa di luar pengawasan guru.
dilakukan Astuti dkk (2019) dapat disimpulkan - Dapat merangsang keaktifan siswa dalam
bahwa model Project Based Learnng (PjBL) melakukan aktivitas belajar individual
terintegrasi STEM dapat meningkatkan atau kelompok.
penguasaan konsep siswa pada materi Ekosistem - Dapat mengembangkan kreativitas siswa.
dengan kategori (tinggi). Dan model Project Based - Dapat membina tanggung jawab dan
Learning (PjBL) terintegrasi STEM dapat disiplin siswa (Aziszah, 2019)
meningkatkan aktivitas siswa dalam kategori Kekurangan
(sangat aktif). - Dengan dikerjakan secara kelompok di
https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga/arti luar jam pelajaran, guru kurang dapat
cle/view/1915/pdf memantau mana siswa yang aktif dan
mana siswa yang pasif dalam
Wawancara dengan guru mengerjakan tugasnya.
- Widia Utaminingsih, S.Pd, guru mata - Anggota kelompok yang aktif akan
pelajaran sejarah SMAN 1 Cianjur; cenderung menguasai materi yang
 Menggunakan model sosiodrama; diberikan demikian sebaliknya bagi
 Mengintegrasikan game dalam anggota yang pasif.
pembelajaran sejarah; - Jika kemampuan anggota kelompok
 Memanfaatkan media sosial dalam relatif rendah akan kesulitan menentukan
pembelajaran sejarah; seperti instagram dan perwakilan siswa yang akan mewakili
tiktok; dalam mempresentasikan tugasnya.
 Menggunakan teknologi yang familiar - Tanpa adanya media yang menarik maka
dengan siswa dalam pembelajaran sejarah; strategi ini berpotensi menimbulkan
misalnya vlog sederhana; kebosanan bagi siswa
 Mencoba walking gallery; http://repo.uinsatu.ac.id/13461/
 Menerapkan model project based learning;
 Menggunakan model contextual learning.
Wawancara dengan kepala sekolah 3. Model Student Team Achievement
Dr. Agam Supriyanta, MM.Pd.MH Division (STAD)
 Guru harus melakukan pemetaan karakter, Kelebihan
minat dan kebutuhan siswa; Menurut Rusman dalam Esminarto dkk (2016)
 Mencoba berbagai variasi metode diskusi; kelebihannya adalah
 Mencoba menerapkan metode jigsaw; - Setiap siswa memiliki kesempatan untuk
 Mencoba menerapkan metode snowball memberikan kontribusi yang substansial
throwing; kepada kelompoknya,
- Posisi anggota kelompok adalah setara
Wawancara dengan pakar - Menggalakkan interaksi secara aktif dan
- Dra. Sigit Sri Widodo (Ketua MGMP Sejarah positif dan kerjasama anggota kelompok
SMAN 1 Cianjur, Sekretaris MGMP Sejarah Kab. menjadi lebih baik
Cianjur) - Membantu siswa untuk memperoleh
 Menggunakan model pembelajaran hubungan pertemanan lintas rasial yang
cooperative learning; lebih banyak
 Mencoba metode roleplay; - Siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab
 Menggunakan model project based-learning belajar. yaitu belajar untuk dirinya sendiri
dan membantu sesama anggota kelompok
 Mencoba snowball throwing;
untuk belajar
 Mencoba talking stick;
 Mencoba game berbasis IT untuk ice breaking
Kekurangan
- Pembelajaran menggunakan model ini
Dari hasil kajian literatur terkait rendahnya
membutuhkan waktu yang relatif lama
partisipasi siswa dalam pembelajaran sejarah maka
- Karena rata-rata jumlah siswa di dalam kelas
dapat diketahui alternatif solusi penyelesaian
adalah 45 orang, maka guru kurang
masalahnya:
maksimal dalam mengamati belajar kelompok
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams
secara bergantian,
Games Tournament (TGT)
- Guru dituntut bekerja cepat dalam
2. Strategi pembelajaran aktif tipe Peer lesson
menyelesaikan tugastugas yang berkaitan
3. Model Student Team Achievement Division
dengan pembelajaran yang telah dilakukan,
(STAD) dengan Media Permainan Ular
- Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
Tangga (Snakes And Ladders Game)
peserta didik sehingga sulit mencapai target
4. Contextual Teaching and Learning dengan
kurikulum,
Model Broken Triangle/Square/Heart
5. Model Project Based learning
6. Model sosiodrama - Membutuhkan kemampuan khusus guru
7. Walking gallery sehingga tidak semua guru dapat melakukan
8. Pemanfaatan media sosial pembelajaran kooperatif,
9. Metode jigsaw - Menuntut sifat tertentu dari peserta didik,
10. Model pembelajaran cooperative learning; misalnya sifat suka bekerja sama.
11. metode roleplay; http://jurnal.unublitar.ac.id/index.php/brilia
12. metode snowball throwing; nt/article/view/2/2
13. metode talking stick;
4. Contextual Teaching and Learning
dengan Model Broken
Triangle/Square/Heart
Kelebihan
- Memacu kreatifitas dan motivasi belajar
siswa
- Menciptakan suasana belajar yang aktif
dan menyenangkan, sehingga siswa tidak
jenuh dan bosan.
- Memancing kerjasama antar siswa.
- Memicu interaksi yang baik antar siswa.
- Membantu siswa memahami konsep yang
sulit dipahami.
- Menciptakan interaksi timbal-balik antara
guru dengan siswa
Kekurangan
- Memerlukan waktu yang relatif lama dan
persiapan yang matang.
- Sarana atau alat bermain harus
dipersiapkan sebelumnya (Arifin, 2019)
https://core.ac.uk/download/pdf/299815019.p
df

5. Model Project Based learning dengan


terintegrasi STEM
Kelebihan
- Berbagi pengetahuan dengan orang
lain,
- Bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama,
- Mengakui bahwa setiap orang memiliki
keterampilan tertentu yang berguna
untuk proyek yang sedang dikerjakan
- Menampilkan semua disposisi
intelektual dan sosial yang penting
dibutuhkan untuk memecahkan
masalah dunia nyata

Kekurangan
- Adanya siswa yang mendominasi
kegiatan sehingga tidak mau
menghargai ide dari teman yang
dianggap kurang mampu,
- Ada kemungkinan siswa yang kurang
aktif dalam kerja kelompok,
- Ketika topik yang diberikan kepada
masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa
memahami topik secara keseluruhan,
- organisasi bahan pelajaran, perencanaan,
dan pelaksanaan metode ini sukar,
- Bahan pelajaran sering menjadi luas
sehingga dapat mengaburkan pokok unit
yang dibahas (Kusadi, dkk (2020))
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php
/TSCJ/article/view/24661/16816

4 Rendahnya Guru belum Hasil penelitian Jailani dan Retnawati (2016) Berikut analisis dari berbagai alternatif solusi
kemampuan menerapkan menunjukkan: (1) pembelajaran yang telah dieksplorasi;
analisis siswa pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan 1. Penerapan pembelajaran berbasis
dalam HOTS pembelajaran langsung untuk meningkatkan masalah (PBL)
mengerjakan berbasis HOTS; dan (2) pembelajaran berbasis masalah Kelebihan
soal HOTS. literasi dan efektif untuk meningkatkan ketekunan, tanggung Sanjaya dalam Wulandari (2012) menyebutkan
numerasi jawab, kerja bahwa keunggulan PBL antara lain:
secara keras, kerjasama, kepedulian, dan toleran - PBL merupakan teknik yang cukup bagus
konsisten. http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan- untuk lebih memahami pelajaran,
dan-pembelajaran/article/view/10162/4849 - PBL dapat menantang kemampuan siswa
serta memberikan kepuasan untuk
Sari (2022) dalam penelitiannya menyatakan menemukan pengetahuan baru bagi siswa
melalui pembiasaan soal hots yang berbasis - PBL dapat meningkatkan aktivitas
konstruksi pengetahuan, terbukti siswa dapat pembelajaran,
berpikir kritis dan analitis terhadap sumber sejarah - melalui PBL bisa memperlihatkan kepada
sehingga kemampuan literasi sejarahnya semakin siswa setiap mata pelajaran (matematika, IPA,
meningkat. dan lain sebagainya), pada dasarnya
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/avatara/ar merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang
ticle/view/48065 harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya
sekedar belajar dari guru atau buku-buku
Wawancara dengan guru saja,
- Widia Utaminingsih, S.Pd, guru mata - PBL dianggap PBL dianggap lebih
pelajaran sejarah SMAN 1 Cianjur; menyenangkan dan disukai siswa,
 Pembelajaran di kelas harus berbasis literasi - PBL dapat mengembangkan kemampuan
numerasi; berpikir kritis,
 Menerapkan model dan metode yang student- - PBL dapat memberikan kesempatan kepada
centered sehingga siswa lebih aktif dalam siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
proses berpikir. yang mereka milik dalam dunia nyata,
 Guru harus kreatif dalam membuat stimulus - PBL dapat mengembangkan minat siswa
yang membuat siswa terasah daya untuk belajar secara terus-menerus sekalipun
belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
analisisnya; bisa menampilkan grafik, tabel,
artikel dll Kekurangan
 Guru harus kreatif dalam menyusun - Siswa tidak mempunyai minat atau tidak
pertanyaan yang akan diajukan di kelas; mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
 Guru harus menerapkan pembelajaran HOTS dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka
di kelas secara konsisten. mereka akan merasa ragu untuk mencoba,
- Keberhasilan model pembelajaran PBL
Wawancara dengan kepala sekolah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan,
Dr. Agam Supriyanta, MM.Pd.MH - tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha
 Guru harus melakukan pemetaan karakter, untuk memecahkan masalah yang sedang
minat dan kebutuhan siswa; dipelajari, maka mereka tidak akan belajar
 Mencoba berbagai variasi metode diskusi apa yang ingin mereka pelajari
yang memancing analisis dari siswa; https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkeb
 Mencoba penerapan problem based-learning umen/article/viewFile/348/172

Wawancara dengan pakar 2. Pembiasaan soal HOTS


- Dra. Sigit Sri Widodo (Ketua MGMP Sejarah 3. Menampilkan berbagai jenis media
SMAN 1 Cianjur, Sekretaris MGMP Sejarah Kab. berbasis literasi dan numerasi
Cianjur) 4. Metode diskusi
 Siswa perlu dibiasakan untuk membaca 5. Metode tanya jawab
materi sejarah;
 Guru harus menerapkan pembelajaran HOTS
di kelas secara konsisten;
 Menerapkan model problem-based learning.
 Menampilkan berbagai jenis media yang
memuat sumber primer
 Menyusun pertanyaan pemantik yang
memacu daya analisis
 Menampilkan media grafik, tabel dan data
lain.

Dari hasil kajian literatur terkait rendahnya


kemampuan analisis siswa dalam mengerjakan soal
HOTS maka dapat diketahui alternatif solusi
penyelesaian masalahnya;
1. Penerapan pembelajaran berbasis masalah
(PBL)
2. Pembiasaan soal HOTS
3. Menampilkan berbagai jenis media berbasis
literasi dan numerasi
4. Metode diskusi
5. Metode tanya jawab dengan pertanyaan
pemantik yang memacu daya analisis

Anda mungkin juga menyukai