Anda di halaman 1dari 48

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN

TERHADAP MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH DI


KELAS XI IPS 1 MAN BULELENG SEMESTER GENAP TAHUN
AJARAN 2017/2018

TUGAS

Oleh
MILZAM FAHRI
1614021006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya,

masyarakat dan bangsa”. (Arif Rohman, 2008: 10)

Berdasarkan UU Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 diatas, salah satu

tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi dan keterampilan siswa

sehingga potensi dan keterampilan siswa juga semakin berkembang. Dengan

berkembangnya potensi dan keterampilan siswa, maka berbagai bidang dalam

kehidupan juga ikut berkembang. Dunia informasi adalah salah satu bidang yang

berkembang pesat dan paling berpengaruh di berbagai aspek kehidupan

masyarakat, termasuk aspek pendidikan. Saat ini banyak teknologi modern yang

sering digunakan oleh masyarakat. Baik itu televisi, radio, tape recorder, VCD,

bahkan LCD dan komputer. Pada awalnya teknologi seperti VCD, LCD,

komputer adalah barang mewah yang jarang dimiliki masyarakat, tetapi saat ini

telah menjadi barang yang umum digunakan. Tidak hanya digunakan untuk

konsumsi pribadi, hiburan atau digunakan kantor perusahaan, kini produk

teknologi modern juga telah merambah di dunia pendidikan.

2
Dari pengertian pendidikan jelas bahwa pelaksanaan pendidikan itu pada

umumnya adalah mengembangkan mutu dan potensi sumber daya manusia untuk

membangun bangsa yang lebih maju. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi juga akan berpengaruh terhadap kualitas sistem pembelajaran di sekolah.

Artinya, dengan kehadiran teknologi yang modern sekolah dituntut untuk lebih

kreatif dalam membuat pembelajaran menjadi menarik dan efektif, baik dalam

proses pembelajaran maupun media pembelajaran sehingga siswa akan menjadi

senang dan tidak bosan selama proses pembelajaran berlangsung dan memperoleh

hasil belajar maksimal.

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya sejarah, sering dianggap

sebagai pelajaran hafalan dan membosankan. Pembelajaran ini dianggap tidak lebih

dari rangkaian angka tahun dan urutan peristiwa yang harus diingat kemudian

diungkap kembali saat menjawab soal-soal ujian. Kenyataan ini tidak dapat

dipungkiri, karena masih terjadi sampai sekarang. Pembelajaran sejarah yang

selama ini terjadi di sekolah-sekolah dirasakan kering dan membosankan. Menurut

cara pandang Pedagogy Kritis, pembelajaran sejarah seperti ini dianggap lebih

banyak memenuhi hasrat dominant group seperti rezim yang berkuasa, kelompok

elit, pengembang kurikulum dan lain-lain, sehingga mengabaikan peran siswa

sebagai pelaku sejarah zamannnya (Anggara, 2007:101).

Tidak dipungkiri bahwa pendidikan sejarah mempunyai fungsi yang sangat

penting dalam membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan masyarakat

Indonesia umumnya. Agakya pernyataan tersebut tidaklah berlebihan. Namun

sampai saat ini masih terus dipertanyakan keberhasilannya, mengingat fenomena


kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia khususnya generasi muda makin hari

makin diragukan eksistensinya. Dengan kenyataan tersebut artinya ada sesuatu

yang harus dibenahi dalam pelaksanaan pendidikan sejarah (Alfian, 2007:1).

Sampai saat ini pelajaran sejarah masih diartikan sebagai pelajaran tentang

angka tahun peristiwa, nama pristiwa, nama pelaku, dan jalan pristiwa. Jalan

pristiwanya digambarkan sangat kering sehingga peserta didik mengalami kesulitan

untuk mengambil teladan dan makna dari apa yang terjadi. Kesediaan para

pemimpin untuk berkorban tidak pernah diungkapkan sehingga seolah-olah mereka

berjuang dalam suatu situasi tanpa nilai, tanpa masyarakat, tanpa ideologi (Hasan,

2008:13)

Hal yang sama juga terjadi di MA Negeri Buleleng khususnya pada kelas XI

IPS 1. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 05 Mei 2017, dipilihnya

kelas XI IPS 1 karena minat terhadap mata pelajaran sejarah masih rendah. Hal

tersebut tercermin dari observasi awal saat pelaksanaan PPL awal pada awal

semester III dimana siswa kurang aktif dan mengantuk saat guru menjelaskan

materi sejarah.

Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS 1

ini dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu: 1). Proses belajar mengajar yang kurang

menarik karena guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa mudah

bosan dan mengantuk. 2). Materi yang disampaikan sebatas dari buku lks saja dan

terkesan membaca. 3). Jam pelajaran sejarah yang berada diakhir jam sekolah

membuat siswa juga mengantuk.

Melihat masih banyaknya permasalahan-permasalahan pendidikan yang

terjadi di Indonesia seperti yang telah dipaparkan diatas, maka perlu dicarikan
solusi/tawaran pemecahan terhadap masalah tersebut. Salah satu upaya yang bisa

dilakukan guru ataupun calon guru yaitu dengan menciptakan media pembelajaran

ataupun metode pembelajaran baru yang menarik, menyenangkan, bisa

membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa dalam pelajaran Sejarah dan

tentunya akan memberikan rangsangan berfikir yang nantinya akan memberikan

pengaruh psikologis terhadap siswa.

Dari uraian permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa media video

dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk mengoptimalkan proses belajar

mengajar pada materi Sejarah, untuk itu peneliti bermaksud untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Video Pembelajaran

terhadap Minat Belajar Mata Pelajaran Sejarah di kelas XI IPS 1 MAN Buleleng”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah di atas. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah.

1.2.1 Apakah terdapat Pengaruh Penggunaan Media Video Pembelajaran

terhadap Minat Belajar Mata Pelajaran Sejarah di kelas XI IPS 1

MAN Buleleng?

1.2.2 Apakah terdapat Pengaruh Penggunaan Media Video Pembelajaran

terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Sejarah pada Siswa Kelas XI

IPS 1 MAN Buleleng?

1.2.3 Bagaimana respon siswa kelas XI IPS 1 MAN Buleleng terhadap

Media Vidio bagi Pembelajaran di Kelas?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan yang ingin dicapai

melalui penulisan penelitian ini, antara lain:

1.3.1 Untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Media Video Pembelajaran

terhadap Minat Belajar Mata Pelajaran Sejarah di kelas XI IPS 1

MAN Buleleng.

1.3.2 Untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Media Video Pembelajaran

terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Sejarah pada Siswa Kelas XI

IPS 1 MAN Buleleng.

1.3.3 Untuk mengetahui respon siswa kelas XI IPS 1 MAN Buleleng

terhadap Media Vidio bagi Pembelajaran di Kelas.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya hasil dari penelitian ini, diharapkan berguna dan dapat

memberikan manfaat kepada pihak-pihak sebagai berikut:

 Manfaat Teoritis

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran teoritik dan bermanfaat bagi pengembangan

ilmu pendidikan, khususnya tentang teknik dan strategi pembelajaran

Sejarah.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk

mengembangkan strategi pembelajaran Sejarah, sehingga tercipta

kondisi pembelajaran yang kondusif dan dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran.
 Manfaat Praktis

1. Siswa

1) Diharapkan dalam pembelajaran Sejarah dengan menggunakan model

pembelajaran cooperative Learning dapat meningkatan motivasi dan

hasil belajar siswa.

2) Dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning

diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung yang lebih

bermakna kepada siswa dalam menemukan konsep-konsep dalam

pembelajaran Sejarah dan untuk merangsang siswa dalam berfikir

kritis, aktif, dan inovatif serta membangkitkan motivasi dalam

pembelajaran Sejarah.

2. Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu alternatif model

pembelajaran dan penilaian yang inovatif untuk meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa.

3. Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi berharga

bagi kepala sekolah khususnya MAN Buleleng untuk mengambil

suatu kebijakan dalam pembelajaran Sejarah khususnya kelas XI IPS

1 MAN Buleleng.

4. Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu

referensi/bahan acuan bagi para peneliti bidang pendidikan yang

relevan dan sebagai bahan untuk mendalami objek penelitian lain


yang sejenis.

5. Almamater/Lembaga dan Jurusan

Penelitian ini merupakan perwujudan dari salah satu Tri Darma

Perguruan Tinggi yaitu Darma Penelitian.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Media Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Media Pembelajaran

Azhar Arsyad (2011: 5) mengungkapkan bahwa media adalah komponen

sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di

lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Gerlach (dalam

Wina Sanjaya, 2006: 163) secara umum media itu meliputi orang, bahan,

peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa

memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Rusman (2012: 162),

mengungkapkan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang memungkinkan

siswa untuk mengerti dan memahami sesuatu dengan mudah untuk mengingatnya

dalam waktu yang lama dibandingkan dengan penyampaian materi pelajaran

dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa alat bantu atau media pembelajaran.

Dari beberapa pengertian media diatas dapat disimpulkan bahwa media itu

sendiri adalah suatu alat yang digunakan sebagai perantara untuk membantu

seseorang dalam menyampaikan isi pesan. Media biasanya juga digunakan dalam

proses pembelajaran termasuk dalam pembelajaran IPA, untuk membantu guru

dalam menyampaikan materi pelajaran.

Cecep Kustandi (2013: 8) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah

alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk

memperjelas makna pesan yang disampaikan guru, sehingga dapat mencapai

tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna. Media pembelajaran


merupakan sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar.

Sukiman (2012: 29) mengungkapkan media pembelajaran adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima

sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan siswa

sehingga proses belajar terjadi untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

Sedangkan Oemar Hamalik (1982: 23), menyatakan bahwa media pendidikan

adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih

mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses

pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Rossi dan Breidle (dalam Wina sanjaya, 2006: 163) mengungkapkan media

pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat di pakai untuk mencapai

tujua pendidikan, seperti radio, televisi, buku, Koran, majalah, dan sebagainya.

Sedangkan Gagne’ dan Briggs 1975 (dalam Azhar Arsyad , 2011: 4) menyatakan

bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk

membantu menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain

buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar

bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.

Arief S. Sadiman (2009: 7) mengungkapkan bahwa media dalam

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses

belajar terjadi. Ahmad Rohani (1997: 4) menyatakan media instruksional edukatif

atau media pembelajaran adalahh sarana komunikasi dalam proses belajar


mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai

proses dan hasil instruksional secara efektif dan efisien, serta tujuan instruksional

dapat dicapai dengan mudah. Wuri Wuryandani&Fathurrohman (2012: 76)

menyatakan media pembelajaran merupakan alat bantu untuk mempermudah

sampainya materi pelajaran kepada siswa.

Dari berbagai pendapat tentang media pembelajaran diatas dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah seperangkat alat yang dapat

digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada

siswa dan dapat membantu mencapai tujuan pendidikan. Media pembelajaran

dalam penelitian ini digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan

materi Sejarah kepada siswa, agar materi Sejarah lebih mudah disampaikan dan

mudah dipahami siswa.

2.1.2 Jenis Media Pembelajaran

Menurut Rudy Bretz (dalam Arief S. Sadiman, 2009: 20) jenis media

pembelajaran diklasifikasikan dalam 8 kriteria, yaitu 1) media audio visual gerak,

2) media audio visual diam, 3) media audio semi-gerak, 4) media visual gerak, 5)

media visual diam, 6) media semi-gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak.

Gagne (dalam Arief S. Sadiman, 2009: 23) membuat 7 macam pengelompokkan

media, yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak,

gambar diam, gambar bergerak, film bersuara dan mesin belajar.

Menurut Ibrahim (dalam Daryanto, 2010: 18), media pembelajaran

dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleks tidaknya alat dan

perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua dimensi,
media tanpa proyeksi tiga dimensi, media audio, media proyeksi, televisi, video,

dan komputer. Sedangkan Wina Sanjaya (2006: 172-173) mengklasifikasikan

media pembelajaran ke dalam beberapa klasifikasi. Dilihat dari sifatnya, media

pembelajaran dibagi ke dalam :

a. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang

hanya memiliki unsur suara, seperti : radio dan rekaman suara.

b. Media visual : media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur

suara. Misalnya foto, lukisan, gambar, dan media grafis.

c. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara

juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Misalnya: rekaman video,

film, slide suara. Kemampuan media ini dianggap lebih menarik sebab

mengandung unsur suara dan unsur gambar.

Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media pembelajaran dibagi menjadi

media dengan daya liput luas serentak dan media dengan daya liput terbatas.

Media yang memiliki daya liput yang luas, dan serentak yaitu seperti radio,

televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian

yang akktual scara serentak tanpa harus menggunakan ruang khusus. Sedangkan

media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti

film slide, film, video. Dari cara teknik pemakaiannya, dibagi menjadi media yang

diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi. Jenis media ini

memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector, slide projector, OHP.

Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio.


Ahmad Rohani (1997: 18) membagi media pembelajaran ke dalam beberapa

klasifikasi. Menurut jenisnya yaitu: Berdasarkan indra yang digunakan media

dikelompokkan menjadi media audio, media visual dan mdia audio visual.

Berdasarkan jenis pesan media dikelompokkan menjadi media cetak, media non

cetak, media grafis dan media non-grafis. Berdasarkan sasarannya media

dikelompokkan menjadi media jangkauan terbatas (tape) dan media jangkauan

yang luas (radio, pers). Berdasarkan penggunaan tenaga listrik / elektronika media

dikelompokkan menjadi media elektronika dan non elektronika. Sedangkan

media asli atau tiruan yaitu meliputi makhluk hidup dan benda tak hidup.

Sedangkan Anderson (dalam Arief S. Sadiman, 2009: 89) membagi media dalam

sepuluh kelompok, yaitu: media audio, media cetak, media cetak bersuara, media

proyeksi (visual) diam, media proyeksi dengan suara, media visual gerak, media

audio visual gerak, objek, sumber manusia dan lingkungan, media computer.

Dari beberapa uraian pengelompokkan media pembelajaran diatas, dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran itu secara umum dibagi atas media cetak,

media audio, media visual, dan media audio-visual. Media pembelajaran yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kategori audiovisual yaitu berupa video

pembelajaran.

2.1.3 Manfaat Media Pembelajaran

Wuri Wuryandani & Fathurrohman (2012: 77-76) , mengungkapkan bahwa

penggunaan media pembelajaran juga dapat mempertinggi proses dan hasil

pengajaran berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Dengan adanya beberapa

manfaat media pembelajaran yang telah disebutkan diatas, maka media


pembelajaran dalam penelitian ini memang cocok digunakan dalam pembelajaran

karena selain merangsang siswa untuk lebih tertarik belajar Sejarah, media

pembelajaran juga dapat mempertinggi proses dan hasil belajar Sejarah siswa.

Nana Sudjana & Rivai (2011: 2) mengungkapkan bahwa media pengajaran

itu dapat mempertinggi proses belajar siswa dan dapat mempertinggi hasil belajar

siswa. Selain itu, media pengajaran juga memiliki banyak manfaat yaitu:

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar siswa

2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami

siswa

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan dan tidak

hanya menggunakan komunikasi verbal.

4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan

uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,

mendemonstrasikan.

Cecep Kustandi (2013: 23) mengungkapkan beberapa manfaat dari

penggunaan media pembelajaran diantaranya yaitu: media pembelajaran dapat

memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar serta

meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, media pembelajaran dapat

meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan

motivasi belajar, media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang,

dan waktu, media pembelajaran akan memberikan interaksi yang lebih langsung
anatara siswa dan guru, siswa dan lingkungannya, dan memungkinkan siswa

untuk belajar sendiri-sendiri.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disumpulkan bahwa media pembelajarn

itu memiliki banyak manfaatnya dalam proses pembelajaran termasuk dalam

pembelajaran Sejarah. Dengan menggunakan media pembelajaran siswa akan

menjadi lebih termotivasi untuk belajar, lebih memperhatikan, dan lebih mudah

dalam memahami materi, sehingga akan mempertinggi proses dan hasil belajar

siswa.

2.1.4 Kriteria Pemilihan Media

Arief S. Sadiman (2009: 85) menyatakan bahwa kriteria pemilihan media

harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi, dan

keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khas

(karakteristik) media yang bersangkutan. Profesor Ely (dalam Arief S. Sadiman,

2009: 85) mengatakan bahwa pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari

konteksnya bahwa media merupakan komponen dari sistem instruksional secara

keseluruhan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain: karakteristik

siswa, strategi belajar-mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan

sumber, dan prosedur penilaian.

Cecep Kustandi (2013: 80-81) menyatakan beberapa kriteria dalam pemilihan

media pembelajaran yaitu: sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, tepat untuk

mendukung isi pelajaran, bersifat praktis luwes dan tahan lama, guru terampil

menggunakannya, pengelompokkan sasaran, dan mutu teknis. Nana Sudjana &

Rivai ( 2013: 4-5) mengungkapkan beberapa kriteria dalam pemilihan


media pembelajaran,yaitu: ketepatannya dengan tujuan pembelajaran, dukungan

terhadap isi bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media, keterampilan guru

dalam menggunakan media, tersedia waktu untuk menggunakannya, sesuai dengan

taraf berpikir siswa. Sedangkan Dina Indriana (2011: 28) mengungkapkan beberapa

faktor yang menentukan untuk memilih media yaitu kesesuaian tujuan

pembelajaran, kesesuaian dengan materi yang diajarkan, kesesuaian dengan

fasilitas pendukung, kesesuaian dengan karakteristik siswa,kesesuaian dengan gaya

belajar siswa, dan kesesuaian dengan teori yang digunakan.

Wuri Wuryandani & Fathurrohman (2012: 76) mengungkapkan dalam

memilih media pembelajaran ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru,

yaitu: kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, mendukung materi pelajaran yang

disampaikan, mudah tidaknya mendapatkan media, keterampilan guru

menggunakan media tersebut, ada waktu menggunakannya, dan disesuaikan

dengan tingkat perkembangan berpikir siswa.

Dari beberapa kriteria pemilihan media di atas, dapat disimpulkan bahwa

dalam memilih media perlu mempertimbangkan beberapa kriteria yaitu

kesesuaian dengan materi yang diajarkan, sesuai dengan karakteristik siswa,

kemudahan memperoleh media, keterampilan guru menggunakan media, bersifat

praktis, luwes dan tahan lama. Penelitian ini memilih menggunakan media video

pembelajaran karena media tersebut sesuai untuk menyampaikan materi Sejarah

mengenai pencernaan dan pernafasan manusia dan hewan, video juga mudah

didapatkan dan sebagian guru saat ini sudah bisa mengoperasikan laptop sehingga
media video mudah dalam penggunaaanya, video juga praktis dan tahan lama

dalam penggunaannya.

2.2 Media Video Pembelajaran

Cecep Kustandi (2013: 64) mengungkapkan bahwa video adalah alat yang

dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep

yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperlambat waktu

dan mempengaruhi sikap. Sedangkan Arief S. Sadiman (2009: 74) menyatakan

video adalah media audio visual yang menampilkan gambar dan suara. Pesan

yang disajikan bisa berupa fakta (kejadian, peristiwa penting, berita) maupun

fiktif (seperti misalnya cerita), bisa bersifat informatif, edukatif maupun

instruksional

Sukiman (2012: 187-188) menyatakan media video pembelajaran adalah

seperangkat komponen atau media yang mampu menampilkan gambar sekaligus

suara dalam waktu bersamaan. Daryanto (2010: 88), mengungkapkan media video

adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan

dengan gambar bergerak secara sekuensal. Program video dapat dimanfaatkan

dalam program pembelajaran, karena dapat memberikan pengalaman yang tidak

terduga kepada siswa, selain itu juga program video dapat dikombinasikan dengan

animasi dan pengaturan kecepatan untuk mendemonstrasikan perubahan dari

waktu ke waktu. Media video paling baik dalam menyajikan materi yang

memerlukan visualisasi yang mendemonstrasikan hal-hal seperti gerakan motorik

tertentu, ekspresi wajah, maupun suasana lingkungan tertentu. Contohnya


perubahan kepompong menjadi kupu-kupu akan terlihat detail dan dramatis kalau

divisualisasikan lewat teknologi modern.

Dari beberapa uraian pengertian media video pembelajaran diatas, dapat

disimpulkan bahwa media video pembelajaran adalah suatu media audio visual

yang menyajikan materi pelajaran, menyajikan informasi, memaparkan proses,

menjelaskan konsep, mengajarkan keterampilan kepada siswa dalam bentuk

gambar dan suara. Bila dibandingkan dengan media gambar, media video ini

dinilai lebih efektif digunakan dalam materi proses pencernaan dan pernafasan.

Bila menggunakan gambar, siswa hanya akan melihat gambar yang diam saja.

Karena menurut Cecep Kustandi (2011: 41) media gambar adalah media yang

berfungsi untuk menyampaikan pesan melalui gambar yang menyangkut indera

penglihatan saja. Dengan media gambar ini siswa hanya akan melihat gambar

diam saja, tidak bisa melihat bagaimana berlangsungnya proses pencernaan dan

pernafasan dengan jelas. Namun, apabila menggunakan media video pembelajaran

siswa akan lebih memahami proses pencernaan dan pernafasan manusia dan

hewan, karena media video pembelajaran dapat menyajikan materi yang

memerlukan visualisasi yang mendemonstrasikan gerakan motorik tertentu, dan

video pembelajaran mampu menampilkan objek yang tidak dapat dilihat secara

langsung oleh indera manusia, pada penelitian ini adalah proses pencernaan dan

pernafasan.

2.3.1 Kelebihan Media Video Pembelajaran

Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo (2011: 135) mengungkapkan manfaat

dalam peggunaan media video pembelajaran, yaitu video dapat memanipulasi


waktu dan ruang sehingga siswa dapat diajak melanglang buana ke mana saja

walaupun dibatasi dengan ruang kelas. Video juga dapat menampilkan objek-

objek yang terlalu kecil, terlalu besar, berbahaya, atau bahkan tidak dapat

dikunjungi oleh siswa. Kemampuan media video juga dapat diandalkan pada

bidang studi yang mempelajari keterampilan motorik dan melatih kemampuan

kegiatan. Rusman (2012: 220) mengungkapkan beberapa kelebihan yang dimiliki

media video, yaitu: video dapat memberikan pesan yang dapat diterima lebih

merata oleh siswa, video sangat bagus untuk menerangkan suatu proses,

mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, lebih realistis dan dapat diulang atau

dihentikan sesuai kebutuhan, serta memberikan kesan yang mendalam, yang dapat

mempengaruhi sikap siswa.

Cecep Kustandi (2013: 64), mengungkapkan beberapa keuntungan apabila

menggunakan media video dalam pembelajaran, yaitu:

1. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika

siswa berdiskusi, membaca, dan praktik.

2. Video dapat menunjukan objek secara normal yang tidak dapat dilihat, seperti

kerja jantung ketika berdenyut.

3. Mendorong dan meningkatkan motivasi siswa serta menanamkan sikap dan

segi afektif lainnya.

4. Video mengandung nilai-nilai positif yang dapat mengundang pemikiran dan

pembahasan dalam kelompok siswa.

5. Video dapat menyajikan peristiwa kepada kelompok besar atau kelompok

kecil dan kelompok yang heterogen atau perorangan.


Daryanto (2010: 90-91) mengungkapkan beberapa keuntungan bila

menggunakan media video dalam pembelajaran, yaitu ukuran tampilan video

sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, video bahan ajar non

cetak yg kaya informasi dan lugas karena dapat sampai ke hadapan siswa secara

langsung, video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran. Ada tiga

alasan mengapa perlu menggunakan media video dalam pembelajaran, yaitu:

1. Pesan yang disampaikan lebih menarik perhatian, perhatian inilah yang

penting dalam proses belajar, karena adanya perhatian akan timbul

rangsangan/motivasi belajar

2. Pesan yang disampaikan lebih efisien. Gambaran visual dapat

mengkomunikasikan pesan dengan cepat dan nyata, oleh karena itu dapat

mempercepat pemahaman pesan secara lebih komprehensif

3. Pesan visual lebih efektif dalam arti penyajian visual dapat membuat siswa

lebih berkonsentrasi.

Arief S. Sadiman (2009: 74-75) mengungkapkan beberapa kelebihan media

video dalam pembelajaran yaitu:

1. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari rangsangan

luar lainnya.

2. Penonton atau siswa dapat memperoleh informasi dari ahli-ahli atau spesialis.

3. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga

pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian siswa pada

penyajiannya.

4. Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.


5. Bisa mengamati lebih dekat objek yang sedang bergerak atau objek yang

berbahaya.

6. Keras lemahnya suara bisa diatur dan disesuaikan bila akan disisipi komentar

yang akan didengar.

7. Guru bisa mengatur di mana akan menghentikan gerakan gambar yang akan

diperjelas informasinya.

8. Ruangan tidak peru digelapkan waktu menyajikannya.

Sudjana & Rivai (dalam Azhar Arsyad, 2011: 24) mengungkapkan beberapa

manfaat dalam penggunaan media video pembelajaran dalam proses belajar siswa,

yaitu :

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami

oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan

pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal

melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru

tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam

pelajaran.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan demonstrasi, memamerkan, dan lain-lain.

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa media video
pembelajaran memiliki beberapa kelebihan bila digunakan untuk mata pelajaran
23

Sejarah terutama pada materi pencernaan dan pernafasan. Bila dibandingkan

Video dapat digunakan untuk melihat objek yang tidak dapat dikunjungi siswa

atau tidak dapat dilihat secara langsung oleh indra manusia seperti proses

pencernaan dan pernafasan, video dapat merangsang motivasi belajar siswa, video

pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil belajar siswa. dengan video

siswa juga dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan mendemonstrasikan, memamerkan dan lain-lain. Dalam penelitian ini

video pembelajaran digunakan untuk menerangkan suatu proes pencernaan dan

pernafasan manusia dan hewan.

2.3.2 Kelemahan Media Video Pembelajaran

Cecep Kustandi (2013: 64-65), mengungkapkan beberapa keterbatasan

dalam menggunakan media video pembelajaran yaitu: pengadaan video

umumnya memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang banyak, pada saat

diputarkan video gambar dan suara akan berjalan terus sehingga tidak semua

siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui video

tersebut, video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan

belajar yang diinginkan kecuali video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk

kebutuhan sendiri.

Daryanto (2010: 90) mengungkapkan beberapa kelemahan media video

pembelajaran, yaitu:

1. Fine details, tidak dapat menampilkan obyek sampai yang sekecil-kecilnya.

2. Size information, tidak dapat menampilkan obyek dengan ukuran yang

sebenarnya.

3. Third dimention, gambar yang ditampilkan dengan video umumnya berbentuk

dua dimensi.

4. Opposition, artinya pengambilan yang kurang tepat dapat menyebabkan


24

timbulnya keraguan penonton dalam menafsirkan gambar yang dilihat.

5. Material pendukung video membutuhkan alat proyeksi untuk

menampilkannya.

6. Untuk membuat program video membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Dari beberapa pendapat diatas selain memiliki banyak kelebihan, media

video juga memiliki kelemahan atau keterbatasan. Dalam penelitian video tidak

dapat menampilkan ukuran objek yang sebenarnya, material pendukung video

juga membutuhkan alat proyeksi seperti LCD proyektor, komputer/laptop,

speaker, roll kabel, dan memerlukan biaya yang tidak sedikit bila membuat media

ini atau mengadakan media video pembelajaran ini.

2.4 Kajian Teori

2.4.1 Sejarah

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan sebagai

silsilah, asal-usul (keturunan), atau kejadian yang terjadi pada masa lampau.

Sedangkan para ahli mengemukakan definisi sejarah antara lain sebagai berikut.

2.4.2 Sejarah menurut Widja adalah suatu studi yang telah dialami

manusia diwaktu lampau dan telah meninggalkan jejak diwaktu

sekarang, di mana tekanan perhatian diletakkan, terutama dalam pada

aspek peristiwa sendiri. Dalam hal ini terutama pada hal yang bersifat

khusus dan segi-segi urutan perkembangannya yang disusun dalam

cerita sejarah (I Gede Widja, 1989: 9).

2.4.3 Sejarah Sartono Kartodirdjo adalah gambaran tentang masa lalu

manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara

ilmiah dan lengkap. Meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran

dan penjelasan yang memberikan pengertian pemahaman tentang apa

yang telah berlalu (Sartono Kartodirdjo, 1982: 12).


25

2.4.4 Sejarah menurut Sidi Gazalba adalah gambaran masa lalu tentang

manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara

ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran

dan penjelasan, yang memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu

(Gazalba, 1981: 13).

Dari beberapa pengertian sejarah di atas maka dapat disimpulkan

bahwa sejarah adalah ilmu yang mempelajari kejadian-kejadian atau

peristiwa pada masa lalu manusia serta merekontruksi apa yang terjadi

pada masa lalu. Dengan adanya pembelajaran sejarah pada siswa maka

dapat membantu siswa dalam memahami perilaku manusia pada masa

lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.

2.5 Minat Belajar

Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu

campuran dari perasaan, harapan, rasa takut, dan kecenderungan-

kecenderungan lain yang menggerakkan individu pada suatu pilihan tertentu

(Andi Mappiare, 1982: 62). Crow and Crow dalam bukunya Educational

Psychology yang dikutip oleh Abdul Rachman Abror (1993: 112), “minat

atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita

cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda atau kegiatan atau pun

bisa berupa pengalaman yang afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu

sendiri”. Minat melahirkan perhatian spontan dan perhatian spontan

memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama. Minat

merupakan suatu sikap batin dalam diri seseorang, maka tumbuhnya minat

itu bermuara pada berbagai dorongan batin (The Liang Gie, 1995: 130).

Menurut Slameto (2010: 180) “minat adalah suatu rasa lebih suka

dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
26

menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan

antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin kuat atau dekat

hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Minat dapat diekspresikan

melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu

hal dibandingkan hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui

partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap

subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian lebih pada subyek

tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir tetapi diperoleh kemudian. Menurut

Winkel (1983: 30), minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam

subyek merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu sehingga merasa

senang berkecimpung dalam bidang itu. Perasaan senang akan menimbulkan

minat, kemudian diperkuat lagi oleh sikap yang positif.

Menurut Bigot yang dikutip oleh Abdul Rachman Abror (1993: 112)

minat mengandung unsur-unsur, yakni unsur kognisi (mengenal, unsur

emosi (perasaan), dan unsur konasi (kehendak). Oleh karena itu minat

dianggap sebagai respon yang sadar karena kalau tidak demikian maka

minat tidak akan mempunyai arti apa-apa. Minat mengandung unsur

kognisi, artinya minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi

mengenai obyek yang dituju oleh minat tesebut. Minat mengandung unsur

emosi karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai dengan

pengalaman tertentu. Sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari

unsur kognisi dan unsur emosi yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan

hasrat untuk melakukan suatu kegiatan.

Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

minat merupakan respon sadar dari suatu hubungan diri sendiri dengan

sesuatu di luar diri yang mengandung unsur kognisi, emosi dan konasi serta
27

faktor yang mempengaruhi dan mendasari timbulnya minat yang dapat

mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu seperti cita- cita.

Sehingga indikator dari minat meliputi kemauan untuk melakukan suatu

kegiatan, partisipasi dalam suatu aktivitas, ketertarikan pada suatu hal, dan

perhatian terhadap suatu obyek.

Cara meningkatkan minat siswa menurut para ahli yang dikutip oleh

Slameto (2010: 181) adalah sebagai berikut.

a. Cara yang paling efektif untuk meningkatkan minat siswa pada

suatu obyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat

siswa yang telah ada.

b. Menurut Tanner & Tanner, pengajar harus berusaha membentuk

minat-minat baru pada diri siswa dengan jalan memberikan

informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan

pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu

dan menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan

datang.

c. Menurut Rooijakkers, meningkatkan minat siswa dapat dilakukan

dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita

sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.

Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah

membantu siswa melihat bagaimana hubungan antar materi yang

diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu

(Slameto, 2010:180). Apabila siswa menyadari bahwa belajar adalah alat

untuk mencapai tujuan yang dinggapnya penting dan membawa

kemajuan pada dirinya, maka siswa akan lebih berminat untuk belajar.

Selain itu, guru juga harus mengemas pelajaran menjadi lebih menarik
28

dan tidak membosankan serta sesuai dengan minat siswa agar prestasi

belajar siswa menjadi lebih baik.

Perubahan minat dapat dilihat dari diri siswa yang sudah lebih

berminat untuk mengikuti kegiatan sekolah. Minat merupakan salah

satu faktor keberhasilan belajar siswa. Minat besar pengaruhnya

terhadap keaktifan belajar siswa, apabila bahan pelajaran tidak sesuai

dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-

baiknya karena bahan pelajaran yang disampaikan tidak menarik. Oleh

karena itu, guru harus mengetahui minat siswa dan mengaitkannya

dalam pembelajaran agar siswa lebih senang dalam belajar dan dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa

Menurut Safari (2005:111) minat belajar adalah kesenangan dalam

melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk

memenuhi kesediaanya dalam belajar. Kemudian definisi operasional

dari minat belajar adalah skor siswa yang diperoleh dari tes minat

belajar dan mengukur aspek : Kesukacitaan, Ketertarikan, Perhatian,

Keterlibatan.

Dalam definisi tersebut dapat disusun indikator minat belajar

sebagai berikut :

a. Gairah siswa dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar.

b. Inisiatif siswa dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar.

c. Respon siswa terhadap materi dan tugas yang diberikan oleh guru.

d. Kesegeraan siswa dalam mengumpulkan tugas dan mengerjakan

latihan soal yang diberikan oleh guru.

e. Kosentrasi siswa dalam belajar.

f. Ketelitian siswa dalam mengerjakan tugas dan soal latihan yang


29

diberikan oleh guru.

g. Kemauan siswa untuk belajar.

h. Keuletan siswa dalam mengerjakan tugas dan latihan soal yang

diberikan oleh guru.

i. Kerja keras dalam mengerjakan tugas dan latihan soal yang

diberikan oleh guru.

Dengan adanya indikator di atas, dapat diketahui siswa yang

berminat, kurang berminat dan tidak berminat dalam mengikuti Kegiatan

Belajar Mengajar dalam mata pelajaran sejarah.

2.6 Mata Pelajaran Sejarah

Mata pelajaran sejarah adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan atau

peristiwa-peristiwa penting di masa lampau dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi

dan kehidupan dalam masyarakat. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, sejarah

dapat diartikan sebagai silsilah, asal-usul (keturunan), atau kejadian yang telah terjadi

pada masa lampau.

Dari pengertian sejarah dapat diketahui bahwa di dalam sejarah terkandung

beberapa aspek yang perlu dipelajari, yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap, dan

aspek ketrampilan. Aspek-aspek ini akan bermanfaat bagi peserta didik dalam upaya

memecahkan permasalahan yang dihadapi di dalam masyarakat pada masa yang akan

datang. Sering dikatakan bahwa pelajaran sejarah penting artinya bagi kehidupan

manusia, yaitu sebagai tambahan pengalaman, upaya untuk menjaga peninggalan

masa lampau, mengetahui pertentangan antar suku bangsa yang mungkin mempunyai

permasalahan yang sama serta untuk mengenang dan mengisi kemerdekaan yang

telah diperjuangkan oleh para pahlawan kita.


Oleh karena belajar sejarah mempunyai tujuan yang baik bagi generasi

muda maka sejarah perlu dan harus dipelajari oleh siapapun terutama oleh

generasi muda yang ada di negara ini. Memahami sejarah di masa yang silam,

peserta didik dapat menangkap nilai-nilai yang dianut oleh tokoh terdahulu.

Menurut Kartodirjo (1982: 43) tujuan pengajaran sejarah adalah:

2.6.1 Membangkitkan perhatian serta minat kepada sejarah tanah air.

2.6.2 Mendapatkan inspirasi, baik dari kisah kepahlawanan maupun

peristiwa yang merupakan strategi nasional.

2.6.3 Memberikan pola berpikir rasional, kritis, empiris, dan realistis.

2.6.4 Mengembangkan sikap mau menghargai nilai-nilai kemanusiaan.

Sedangkan menurut Kasmadi (2000: 12) mengemukakan bahwa tujuan

luhur dari pelajaran sejarah adalah untuk menanamkan semangat kebangsaan,

cinta tanah air, bangsa dan negara serta sadar untuk menjawab untuk apa ia

dilahirkan. Pelajaran sejarah merupakan salah satu unsur utama dalam pendidikan

politik bangsa. Lebih jauh lagi pengajaran sejarah merupakan sumber inspirasi

terhadap hubungan antar bangsa dan negara. Siswa menjadi memahami bahwa ia

merupakan bagian dari masyarakat negara dan dunia.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki pembelajaran, khususnya

untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 MAN Buleleng.

PTK adalah “penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), batasan, segera, dan hasilnya

untuk memperbaiki dan menyempurnakan program yang sedang berjalan” (Agung,

2010).

3.2 Setting Penelitian

Seting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, subjek dan objek

penelitian, waktu penelitian dan siklus PTK, sebagai berikut.

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MAN Buleleng, yang terletak di Desa

Patas, Kecamatan Grokgak, Kabupaten Buleleng.

3.2.2 Subjek dan Objek Penelitian


43
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 MAN Buleleng, berjumlah 31

orang yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 16 orang dan siswa perempuan berjumlah

15 orang.

Objek penelitian dibedakan atas dua macam, yaitu objek yang menjadi fokus dalam
penelitian ini yakni motivasi dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Sejarah

Indonesia.

3.2.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada awal semester genap tahun ajaran 2014/2015, yaitu

pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2015.

3.2.4 Siklus PTK

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat

motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 MAN Buleleng, terhadap mata pelajaran

Sejarah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Vidio Animasi.

3.3 Sumber Data

Sumber data merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam

penentuan metode pengumpulan data.Sumber data terdiri dari sumber data primer dan

sumber data sekunder. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara

langsung dari sumber asli atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan

oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan riset atau penelitian. Data primer dapat berupa

pendapat subjek riset (orang) baik secara individu maupun kelompok, hasil observasi

terhadap suatu benda (fisik), kejadian, atau kegiatan, dan hasil pengujian.Data sekunder

merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media

perantara. Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang

telah tersusun dalam arsip, baik dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Agusta,

2014).
Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari sumber data primer,

yakni data observasi dan wawancara, dan sumber data sekunder yakni data dokumen.

3.3.1 Data Observasi

Observasi yaitu tekhnik yang digunakan untuk mengamati secara langsung terhadap

obyek masalah yang akan diteliti untuk mendapatkan informasi yang relevan (Nasution,

1988: 56: 59). Dengan demikian, tekhnik observasi ini mengharuskan peneliti untuk

melakukan pengamatan di dalam kelas karena peneliti mengambil penelitian tindakan

kelas untuk mengamati interaksi siswa dalam proses pembelajaran. Interaksi yang

dimaksud adalah interaksi antar siswa, interaksi siswa dan guru.

3.3.2 Data Wawancara

Menurut Denzin dalam Goetz dan LeCompte (1984) wawancara merupakan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap

dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.Dalam hal ini

wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

1. Siswa

Untuk mendapatkan data tentang minat, hasil belajar dan respon siswa terhadap

mata pelajaran Sejarah dalam proses belajar mengajar.

2. Guru

Guru sebagai kolaborator untuk melihat tingkat keberhasilan dalam pembelajaran

kooperatif tipe Animasi Vidio untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar serta

mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran Sejarah.


3.3.3 Data Dokumen

Mochtar (1998:78) menjelaskan bahwa studi dokumen adalah cara mengumpulkan

data dengan menggunakan peninggalan tertulis. Tekhnik ini juga disebut tekhnik

kepustakaan. Bahan dokumen tersebut dapat berupa arsip, buku, surat kabar, atau jurnal.

Dalam hal ini sesuai dengan obyek yang peneliti lakukan, studi dokumen merupakan

sumber data berupa nilai-nilai yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Selain

berupa data tentang nilai juga terdapat data berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dan Silabus yang digunakan untuk membuat rencana yang digunakan dalam proses

pembelajaran.

3.4 Rencana Tindakan

Rencana tindakan pada penelitian ini berlangsung dua siklus. Masing-masing

siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi dan

evaluasi, 4) refleksi. Tahapan dalam siklus penelitian ini disajikan.

3.4.1 Refleksi Awal

Berdasarkan hasil observasi awal dan hasil wawancara dengan guru dan beberapa

siswa yang telah dilaksanakan pada hari Senin, 08 Desember 2014 dapat dikatakan bahwa

motivasi dan hasil belajar siswa serta respon siswa terhadap mata pelajaran IPS masih

tergolong rendah. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil observasi awal mengenai motivasi

belajar siswa yang dilaksanakan peneliti di dalam kelas dengan mengamati interaksi

siswa dengan siswa, interaksi siswa dengan guru, dan antuasiasme siswa dalam proses

pembelajaran. Interaksi yang dilakukan siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru

di dalam kelas masih sangat biasa, dalam hal ini tidak terjadi timbal balik antara guru

dengan siswa, melainkan proses pembelajaran masih bersifat satu arah, sedangkan jika di

lihat dari tingkat antusiasme siswa Kelas XI IPS 1 MAN Buleleng, hanya beberapa orang
siswa saja yang berani mengajukan pendapatnya, hal ini karena siswa merasa takut dan

kurang percaya diri bahkan tidak berani untuk mengemukakan pendapatnya.Untuk

menunjang data hasil observasi dan wawancara, juga dilakukan penyebaran angket

kepada siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa yang disebarkan sebelum

penelitian berlangsung (pra tindakan) yaitu pada hari Rabu, 14 April 2017. Sesuai hasil

penyebaran angket motivasi pra tindakan, dapat diketahui bahwa tingkat motivasi belajar

yang dicapai siswa kelas XI IPS 1 mencapai rata-rata 19,30%. Jika dilihat dari kriteria

penggolongan tingkat motivasi belajar siswa, berada diantara 17,5 ≤ X ˂ 22,5 yang berarti

motivasi belajar siswa pada tahap pra tindakan “cukup tinggi”. Sedangkan data hasil

belajar pra tindakan di dapat dari hasil wawancara dengan guru pengajar IPS kelas VIII.

Perolehan hasil belajar siswa yang belum maksimal bahkan belum mencapai KKM yang

ditentukan oleh sekolah yaitu 76 untuk kelas VIII. Hasil belajar yang dicapai siswa kelas

XI IPS 1 mencapai rata-rata 64,52 dan ketuntasan klasikal mencapai 40%. Sehingga jika

dibandingkan dengan PAP Skala Lima berada pada pada rentangan 55-64 yaitu kategori

“rendah”.Selanjutnya, mengenai data hasil respon pra tindakan di dapat melalui

wawancara yang dilakukan dengan guru dan beberapa siswa kelas XI IPS 1. Sesuai data

hasil wawancara yang telah dilakukan pada hari Senin, 08 Desember 2014 dikatakan

bahwa dalam pembelajaran Animasi Vidio, guru belum pernah menggunakan model

pembelajaran kooperatif, sehingga respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif

Animasi Vidio masih sangat asing dan baru bagi siswa. Untuk menunjang data hasil

wawancara, juga dilakukan penyebaran angket respon siswa pada tahap pra tindakan

untuk mengetahui respon siswa terhadap pelajaran Sejarah melalui model pembelajaran

kooperatif Animasi Vidio. Tingkat respon siswa pra tindakan mencapai rata-rata 22,53%.

Jika dilihat dari kriteria penggolongan tingkat respon siswa, berada diantara 15 ≤ X ˂ 25,

yang berarti respon siswa terhadap pelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif Animasi Vidio tahap pra tindakan berada pada kategori “kurang positif”.

Melihat kendala-kendala yang ada pada siklus I, maka upaya perbaikan untuk

mengatasi kendala-kendala tersebut di atas, sebagai berikut.

1) Menciptakan proses belajar mengajar yang menarik dan menyenangkan dengan cara

melibatkan siswa sehingga siswa fokus dalam proses pembelajaran dan mampu

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, salah satunya melalui penerapan

model pembelajaran kooperatif Animasi Vidio.

2) Meningkatkan kerjasama dan interaksi siswa dalam belajar.

3) Memberikan kesempatan kepada siswa dalam menyampaikan pendapat dengan rasa

percaya diri.

4) Mengarahkan dan membimbing siswa agar bersemangat dalam proses pembelajaran.

3.4.2 Rencana Tindakan Siklus I

Siklus Idilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yang meliputi dua kali pertemuan

untuk pelaksanaan tindakan yang direncanakan pada hari Rabu, 06 Juni 2017 dan Jumat,

08 Juni 2017 dan satu kali pertemuan untuk tes hasil belajar yang direncanakan pada hari

Jumat, 16 Juni 2017.

Siklus I dalam PTK ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan

refleksi, sebagai berikut.

Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I meliputi:

1. Penyamaan persepsi dengan guru Sejarah mengenai penerapan model pembelajaran

kooperatif .

2. Penyamaan persepsi dengan guru Sejarah mengenai langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif Animasi Vidio. Adapun sintaks model pembelajaran

kooperatif Animasi Vidio ini adalah sebagai berikut:


b. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

c. Guru mengemukakan konsep dan menampilkan Vidio Animasi yang sudah

disiapkan

d. Siswa membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang

e. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusinya

dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.

f. Dari data-data di papan, siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi

perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru.

3. Menentukan rancangan materi yang akan disampaikan kepada siswa.

4. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). (terlampir)

5. Menyusun tes siklus untuk mengukur hasil belajar. (terlampir)

6. Membuat angket motivasi siswa. (terlampir)

7. Membuat angket respon siswa. (terlampir)

3.4.3 Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan.Rancangan Materi

yang disampaikan pada pertemuan pertama siklus I adalah mengenai permasalahan

ketenagakerjaan di Indonesia, sedangkan materi pertemuan kedua siklus I adalah upaya

pemerintah dalam mengatasi permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia.Untuk lebih

jelasnya mengenai rancangan materi siklus I dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3: Pelaksanaan Model Pembelajaran Siklus I

Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Alokasi Waktu


Pendahuluan a. Guru datang tepat waktu a. Siswa menyambut 10 Menit
gurudengan tertib sambil
membaca buku di kelas
b. Guru membuka pelajaran b. Siswa mengucapkan salam
dengan mengucapkan salam
c. Guru melakukan absensi c. Siswa memperhatikan pada
kehadiran siswa (karakter saat pengabsenan
yang diharapkan: disiplin)
d. Guru (peneliti) d. Siswa memperhatikan
menyampaikan kompetensi informasi yang diberikan
dasar dan tujuan oleh guru dan siswa
pembelajaran yang akan menemukan masalah
berlangsung (karakter yang melalui konsep yang
diharapkan adalah rasa disampaikan guru
ingin tahu)
e. Guru menjelaskan sintaks e. Siswa mendengarkan
pembelajaran kooperatif penjelasan guru dan
Animasi Vidio melalui slide memperhatikan slide yang
yang ditayangkan di depan ditayangkan di depan kelas
kelas oleh guru
f. Guru melakukan apersepsi f. Siswa memberikan
(menggali kemampuan penjelasan kepada guru
siswa sebelumnya) terkait tentang materi yang telah
pembelajaran yang sudah dipelajari minggu lalu.
dipelajari minggu lalu
Inti Eksplorasi 60 Menit
g. Guru membentuk kelompok g. Siswa mengikuti instruksi
menjadi Sembilan guru untuk membentuk
kelompok Sembilan kelompok dan
menuju ke kelompoknya
dengan tertib
h. Guru membagikan materi h. Perwakilan kelompok atau
pembelajaran kepada ketua kelompok mengambil
masing-masing ketua materi yang telah dibagikan
kelompok oleh guru dan membagikan
kepada anggota
kelompoknya masing-
masing.
i. Guru menjelaskan i. Siswa mendengarkan materi
gambaran umum materi yang disampaikan guru
tentang permasalahan
Sejarah secara singkat dan
meminta siswa untuk
mendengarkan secara j. Siswa menyimak materi
intensif . yang dipaparkan oleh guru
j. Guru menyebutkan salah secara aktif
satu contoh permasalahan
ketenagakerjaan yaitu
tingkat pengangguran yang
tinggi dan melibatkan siswa
secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran
k. Siswa mendengarkan
Elaborasi penjelasan guru dan
k. Guru mengemukakan mencari alternatif jawaban
konsep atau permasalahan bersama anggota
yang akan ditanggapi siswa kelompoknya masing-
terkait materi yang telah masing
diberikan oleh guru kepada l. tiap kelompok
ketua kelompok menginventarisasi/mencatat
l. Guru memberikan alternatif jawaban hasil
kesempatan kepada siswa diskusinya
untuk berfikir,
menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan m. Siswa berkompetisi dengan
bertindak tanpa rasa takut kelompok lain secara sehat
m. Guru memfasilitasi peserta
didik berkompetisi secara
sehat untuk meningkatkan n. Setelah menemukan
prestasi belajar jawaban tiap kelompok
n. Guru mencatat dipapan dan (diacak kelompok tertentu)
mengelompokkannya sesuai membaca hasil diskusinya
kebutuhan guru terkait o. Siswa membaca hasil
alternatif jawaban siswa diskusi dengan penuh
o. Guru memfasilitasi peserta tanggung jawab dan rasa
didik melakukan kegiatan percaya diri.
yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa
percaya diri siswa.
p. Siswa menyimpulkan hasil
Konfirmasi pembelajaran yang telah
p. Dari data-data yang dicatat dibahas
di papan tulis guru dan
siswa bersama-sama
menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah
dibahas dengan
caramenunjuk beberapa
siswa dan guru memberikan
perbandingan sesuai konsep q. Siswa mendengarkan
yang diterapkan guru. penjelasan guru
q. Guru memberikan
pendidikan karakter kepada
siswa
Penutup r. Guru merefleksi pelajaran r. Siswa menyimak apa 10 Menit
yang telah dilakukan yang disampaikan
bersama siswa oleh guru dan
mencatat hal-hal yang
perlu.
s. Guru memberikan motivasi s. Siswa mendengarkan
kepada siswa agar siswa penjelasan guru
lebih aktif untuk dengan cermat
pembelajaran selanjutnya
t. Guru memberikan tugas t. Siswa mengiyakan
untuk dikerjakan dirumah instruksi guru untuk
kepada siswa mempelajari materi
berikutnya
u. Guru meninggalkan kelas, u. Siswa ikut berdoa
guru dan siswa berdoa agar bersama
diberi keselamatan
v. Guru mengucapkan salam v. Siswa mengucapkan
dan meninggalkan kelas. salam penutup

Pada akhir siklus I, dilakukan tes yang sebelumnya sudah dibuat pada

perencanaan tindakan. Tes akhir siklus ini berupa soal obyektif sebanyak 10 soal dan

essay sebanyak (lima) soal. Tes ini nantinya akan dijadikan alat evaluasi belajar siswa.

Setelah siswa selesai menjawab tes, dilanjutkan dengan penyebaran angket motivasi

belajar siswa kepada 31 siswa untuik diisi dan dikumpulkan langsung kepada guru

(peneliti).Angket ini dijadikan pedoman untuk mengetahui sejauh mana tingkat motivasi

belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Animasi Vidio.

3.5 Observasi/Evaluasi

Pada tahap observasi dan evaluasi peneliti mencari data tentang interaksi siswa

dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Data interaksi siswa diperoleh melalui

pengamatan interaksi siswa kelas XI IPS 1 MAN Buleleng, enggunakan lembar pedoman

observasi interaksi siswa yang berisi 8 item pertanyaan. Data tentang motivasi siswa

diperoleh melalui penyebaran angket motivasi di setiap akhir siklus.Sedangkan data hasil

belajar diperoleh melalui tes yang dilaksanakan di setiap akhir siklus, dan data respon

siswa diperoleh melalui penyebaran angket respon siswa di setiap akhir siklus.

Data yang sudah didapat kemudian dianalisis dengan tekhnik analisis data.Setelah

dilakukan pengumpulan data dan data terkumpul, selanjutnya data dianalisis.Data yang

dianalisis adalah data motivasi belajar siswa, hasil belajar siswa dan respon siswa.

Tekhnik yang akan digunakan dalam menganalisis data ada dua, yaitu tekhnik analisis

deskriptif kualitatif dan tekhnik analisis desktiptif kuantitatif. Tekhnik analisis deskriptif

kualitatif adalah suatu teknik menganalisis data dengan cara menginterpretasikan data

yang diperoleh dengan menggunakan kata-kata. Sedangkan tekhnik analisis desktiptif


kuantitatif adalah suatu cara menganalisis data dengan cara menggunakan angka-angka.

Adapun teknik analisis data motivasi belajar siswa, hasil belajar siswa dan respon siswa

adalah sebagai berikut.

3.5.1 Tekhnik Analisis Data Motivasi Belajar Siswa

Untuk mengukur motivasi belajar siswa digunakan observasi dengan instrumen

lembar pengamatan yang sudah disiapkan sebelumnya.Lembar observasi penelitian

motivasi belajar siswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif

kualitatif.Analisis ini didasarkan pada rata-rata ( X ¿) ¿ dari motivasi belajar siswa, mean

ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI). Data tersebut dicari dengan rumus sebagai

berikut:

1
MI = (skor tertinggi + skor terendah)
2

1
SDI = MI
3

(Nurkancana dan Sunartana, 1990:97)

Berdasarkan penggunaan rumus di atas, maka dapat ditentukan kategori motivasi

belajar sebagai berikut:

MI + 1,5 SDI ≤ X : Sangat Tinggi

MI + 0,5 SDI ≤ X <¿ MI + 1,5 SDI : Tinggi

MI – 0,5 SDI ≤ X <¿ MI + 0,5 SDI : Cukup Tinggi

MI – 1,5 SDI ≤ X <¿ MI – 0,5 SDI : Kurang Tinggi

X < ¿ MI– 1,5 SDI : Sangat Kurang Tinggi

Penelitian tindakan kelas untuk motivasi belajar siswa ini dikatakan berhasil apabila
motivasi belajar berada pada kategori tinggi.

3.5.2 Teknik Analisis Data Hasil Belajar

Dalam analisis data hasil belajar siswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan

deskriptif kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan pengolahan data dengan cara Mean

(M) dan model pedoman acuan penilaian (PAP) skala lima. Setelah hasil analisis dengan

menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif kemudian dianalisis dengan menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif. Untuk mencari peningkatan hasil belajar siswa dari

tindakan siklus di cari rata-rata hasil belajar siswa dengan rumus sebagai berikut:

1. Menghitung Mean (M)

FX
Rumus angka rata-rata: M = ∑
n

Keterangan :M = Rata-rata

FX = jumlah skor seluruh siswa

N = jumlah siswa

(Nurkancana dan Sunartana, 1990:174)

2. Model pedoman acuan penilaian skala 5

Untuk menentukan tingkat hasil belajar siswa dilakukan dengan cara

membandingkan angka rata-rata persen (M%) dengan menggunakan pedoman

acuan penilaian skala 5. Untuk mencari peningkatan hail belajar siswa dari

tindakan siklus rata-rata persen dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

( M ) x 100 %
Rumus rata-rata persen M% =
SMI

Keterangan : M% = angka rata-rata

M = angka rata-rata

SMI = skor maksimal ideal


Hasil analisa persentase hasil belajar siswa yang diperoleh selanjutnya dikonversikan

ke dalam pedoman acuan penilaian (PAP) skala 5 dengan berpedoman pada kriteria seperti

tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5 Pedoman konversi Pedoman Acuan Penilaian (PAP) skala 5 tentang
kriteria hasil belajar

Persentase Hasil Belajar

90-100 Sangat Tinggi

80-89 Tinggi

65-79 Sedang

55-64 Rendah

0-54 Sangat Rendah

3. Menentukan Ketuntasan Belajar

≥76
KB = n x 100
n

Keterangan :

KB : ketuntasan belajar

N ≥ 76 : banyaknya siswa yang memperoleh nilai 76 keatas (KKM

SEJARAH kelas VIII adalah 76)

N : jumlah siswa yang mengikuti tes

3.5.3 Teknik Analisis Data Respon Siswa

Untuk mengukur respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif

Animasi Vidio digunakan dengan penyebaran angket kuisioner kepada siswa.Lembar

kuisioner tanggapan/respon siswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif

kualtitatif.Analisis ini didasarkan pada rata-rata ( X ¿)¿ dari tanggapan siswa, mean ideal (MI)
dan standar deviasi ideal (SDI). Data tersebut dicari dengan rumus sebagai berikut:

1
MI = (skor tertinggi + skor terendah)
2

1
SDI = MI
3

(Nurkancana dan Sunartana, 1990:97)

Berdasarkan penggunaan rumus di atas, maka dapat ditentukan kategori

tanggpan/respon sebagai berikut:

MI + 1,5 SDI ≤ X : Sangat Positif

MI + 0,5 SDI ≤ X <¿ MI + 1,5 SDI : Positif

MI – 0,5 SDI ≤ X <¿ MI + 0,5 SDI : Cukup Positif

MI – 1,5 SDI ≤ X <¿ MI – 0,5 SDI : Kurang Positif

X < ¿ MI– 1,5 SDI : Sangat Kurang Positif

(Nurkancana dan Sunartana, 1990:97)

Penelitian tindakan kelas untuk tanggapan/respon siswa ini dikatakan berhasil apabila

tanggapan/respon siswa berada pada kategori posistif.

3.6 Refleksi

Tahap Refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus. Pedoman dalam melakukan

refleksi ini adalah hasil observasi/evaluasi dan tes hasil belajar siswa terhadap kendala-

kendala yang dialami siswa ketika mengikuti proses pembelajaran. Hasil refleksi ini akan

dijadikan pedoman dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan dan

pelaksanaan tindakan siklus berikutnya. Mengenai kegiatan yang dilaksanakan pada

tahap untuk siklus berikutnya pada dasarnya sama dengan kegiatan siklus I, yaitu

perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi, dan refleksi.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.7.1 Metode Observasi

Observasi yaitu tekhnik yang digunakan untuk mengamati secara langsung terhadap

obyek masalah yang akan diteliti untuk mendapatkan informasi yang relevan (Nasution,

1988: 56: 59). Dengan demikian, tekhnik observasi ini mengharuskan peneliti untuk

melakukan pengamatan di dalam kelas karena peneliti mengambil penelitian tindakan

kelas.Metode observasi ini digunakan untuk mendapatkan data tentang motivasi belajar

siswa dan untuk mengamati interaksi siswa dalam proses pembelajaran. Interaksi yang

dimaksud adalah interaksi antar siswa, interaksi siswa dan guru.

3.7.2 Metode Tes

Metode tes dinyatakan sebagai suatu cara yang digunakan untuk mengadakan

penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh

anak atau sekelompok anak sehingga suatu nilai tentang tingkah laku yang dapat

dibandingkan dengan nilai standar yang sudah ditetapkan (Nurkancana dan Sunartana,

1990).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode tes pada hakikatnya

merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan beberapa pertanyaan atau tugas

yang semuanya harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta tes dan hasil tes berupa skor

atau bersifat interval. Mengetes pada intinya sama dengan mengukur dan setiap kegiatan

mengukur pada umumnya akan menghasilkan data yang berupa skor. Tes pada penelitian

ini digunakan untuk mengukur hasil belajar Sejarah siswa kelas XI IPS 1 MAN Buleleng,

sesuai dengan pokok bahasan yang telah diberikan.

3.7.3 Kuisioner

Kuisioner yaitu teknik pengumpulan data dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

kepada responden. Metode kuisioner ini diberikan kepada siswa yang berhubungan dengan
motivasi belajar siswa dan respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif

Animasi Vidio pada pelajaran SEJARAH, selain itu juga untuk mengetahui tingkat motivasi

siswa yang dapat dilihat dari jawaban yang diberikan oleh siswa terhadap pertanyaan-

pertanyaan yang sudah disediakan oleh guru (peneliti).

3.7.4 Wawancara

Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada guru pengampu mata pelajaran Sejarah

kelas XI IPS 1 MAN Buleleng yaitu Siti Solikah, S.Pd. Wawancara dilakukan untuk

mengetahui situasi kelas, motivasi siswa, hasil belajar siswa serta bagaimana keadaan siswa

saat mengikuti proses pembelajaran Sejarah. Wawancara juga dilakukan kepada beberapa

siswa Kelas XI IPS 1 .

3.8 Instrumen Pengumpulan Data

Untuk menjawab permasalahan yang telah diajukan sebelumnya, diperlukan data

untuk selanjutnya dianalisis. Data yang diperlukan meliputi data motivasi belajar dan hasil

belajar siswa. Data tersebut diperoleh dari sumber datanya yakni siswa yang menjadi subjek

penelitian.

Sedangkan untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian ini digunakan

tekhnik observasi, tes dan kuisioner serta wawancara. Observasi, wawancara dan kuisioner

dilakukan untuk mengungkap berbagai hal tentang motivasi belajar siswa selama mengikuti

proses pebelajaran. Tes dilakukan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan bukti-bukti

hasil belajar siswa.

3.8.1 Instrumen Penilaian Motivasi Belajar Siswa


Data yang dikumpulkan untuk mengetahui motivasi belajar siswa dalam penelitian

ini, menggunakan kuisioner yaitu berupa penyebaran angket kepada siswa, dimana angket

telah dibuat oleh peneliti sebelumnya yaitu mengikuti variabel sesuai dengan penjabaran dari

teori motivasi yang telah disesuaikan pada penelitian ini. Dalam angket tersebut terdapat

pertanyaan-pertanyaan yang nantinya dijawab siswa disertai alasan siswa memilih penyataan

dari angket motivasi baik setuju maupun tidak setuju dan akan menjadi penilaian untuk

mengetahui tingkat motivasi siswa. Angket ini diberikan kepada siswa di akhir tiap siklus.

(terlampir)

3.8.2 Instrumen Penilaian Hasil Belajar Siswa

Data yang dikumpulkan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam penelitian ini

menggunakan bentuk tes obyektif sebanyak 10 butir soal dan tes essay sebanyak (lima) butir

soal yang dilaksanakan di setiap akhir siklus. Setiap butir tes diberikan skor 1.Dengan

demikian, skor maksimum ideal adalah 10 dan skor minimum adalah 0. Skor tersebut

kemudian dikonversi dengan skala 100 dengan cara mengalikan 10 skor perolehan siswa.

(terlampir)

3.8.3 Instrumen Respon Siswa

Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif

Animasi Vidio dalam pelajaran IPS dilakukan dengan penyebaran kuisioner.Kuisioner respon

siswa terdiri dari 10 item. Setiap item memiliki lima alternative jawaban yaitu: 5 untuk

jawaban sangat setuju, 4 untuk jawaban setuju, 3 untuk jawaban kurang setuju, 2 untuk

jawaban tidak setuju, dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Sehingga rentangan skor yang

diperoleh berada pada 10-50.(terlampir)

Anda mungkin juga menyukai