Anda di halaman 1dari 40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada penelitian ini, penelitia melakukan pengembangan bahan ajar berupa

LKPD. Pengembangan LKPD melibatkan beberapa ahli, yaitu ahli konstuksi

(materi), isi, dan bahasa. Langkah-langkah Pengembangan LKPD mengacu pada

langkah-langkah penelitian pengembangan Borg and Gall, dengan langkah-

langkah penyusunan LKPD mengacu kepada Depdiknas (2004), dan sistematika

penyusunan LKPD mengacu kepada karakteristik model Saintifik.

Proses pengembangan untuk isi LKPD terdiri dari proses (1) analisis

kurikulum, yaitu menganalisis KI-KD, materi dan sub materi mana yang

memerlukan LKPD, (2) merumuskan tujuan pembelajaran dan indikator, namun

tidak semua tujuan pembelajaran diperoleh melalui LKPD, (3) menyusun peta

kebutuhan LKPD untuk mengetahui jumlah LKPD yang diperlukan, (4)

menentukan unsur-unsur LKP, (5) mengumpulkan materi, dan (6) menulis LKPD.

Terdapat beberapa tahap dalam pengembangan LKPD Sejarah dengan materi

Sumpah Pemuda, sebagai berikut.

4.1.1 Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan melalui studi literatur, studi lapangan untuk

menganalisis kebutuhan siswa dan guru terhadap produk yang akan

dikembangkan. Studi literatur dilakukan untuk menganalisis kebutuhan secara

lebih mendalam menemukan literatur penelitian yang relevan. Studi literatur yang
dilakukan untuk mengkaji sejumlah teori dan asumsi-asumsi yang berkaitan

dengan penggunaan perangkat instrumen bahan ajar yang telah digunakan,

meliputi (1) Standar Isi (SI) untuk mencari keluasan dan kedalaman materi yang

dikaji, (2) kompetensi apa yang ingin dituju, (3) menentukan indikator- indikator

keterampilan berpikir yang tepat, (4) bagaimana format dan langkah-langkah

dalam penyusunan LKPD yang mengakomodasi potensi belajar siswa/siswi.

Studi lapangan dilakukan melalui wawancara, observasi, dan survey, baik

kepada siswa maupun guru untuk mengetahui bagaimana pembelajaran Sejarah di

sekolah yang dilaksanakan selama ini, dan “ada atau tidaknya produk yang

dikembangkan?”. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

penerapan saintifik pada pelajaran sosial (sejarah) dan untuk melihat apakah

selama ini guru dan siswa telah menggunakan LKPD dalam pembelajaran sosial

(sejarah) dalam menerapkan model pembelajaran tertentu, termasuk saintifik.

Studi lapangan ini juga dilengkapi dengan pengumpulan sejumlah informasi

terkait siswa/siswi, yaitu bagaimana guru dan siswa dalam belajar sejarah apakah

sudah mengakomodasi potensi belajar siswa, khususnya untuk meningkatkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa SMA pada materi Sumpah Pemuda.

LKPD ini dirancang untuk membantu siswa mempelajari topik sejarah dengan

tema: “Sumpah Pemuda dan Jatidiri Keindonesiaan”.

Diketahui bahwa guru sejarah SMA YP Unila belum menggunakan LKPD

dalam pembelajaran, dalam hal ini adalah LKPD model SAINTIFIK yang

mengakomodasi siswa untuk meningkatkan karakter siswa SMA pada materi

sejarah. Selanjutnya menurut persepsi siswa, sebagian guru belum pernah

memperhatikan karakter siswa dalam pembelajarannya.


Saintifik adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah

sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dunia

nyata (riil) yang bersifat alamiah dengan penyajiaannya menarik dan tepat. Dalam

menyelesaikan permasalahan siswa bekerja secara berkelompok untuk mencari

solusi dari dunia nyata, maka saintifik dapat membangkitkan minat, dan

berorientasi pada pencapaian karakter siswa dalam pembelajaran sejarah.

Berikut ini akan dipaparkan hasil pengamatan peneliti terhadap

pembelajaran sejarah di sekolah SMA YP Unila. Pengamatan ini dilakukan untuk

menentukan pola pengembangan dan hal-hal yang harus dipersiapkan dalam

proses pembelajaran.

4.1.1.1 Kendala yang dialami oleh Guru saat Penerapan Pendidikan


Karakter pada Proses Pembelajaran Sejarah di SMA YP Unila

a. Waktu, karena sekolah hanya mempunyai waktu kurang dari 3 tahun untuk

membentuk karakter anak yang begitu banyaknya dan bervariasi. Sedangkan

karakter anak tidak hanya terbentuk di lingkungan sekolah saja, sebelumnya

karakter anak sudah terbentuk di lingkungan keluarga dan masyaraktnya.

Waktu ini juga berlaku untuk pelajaran sejarah sebab pelajaran sejarah

mempunyai jam terbang yang terbatas, hal ini sangat menghambat selain

materi pelajaran sejarah itu sendiri juga pelaksanaan pendidikan karakter itu

sendiri.

b. Lingkungan, faktor ini juga mempengaruhi penerapan pendidikan karakter.

Jadi karakter-karakter yang dimiliki oleh siswa sebelumnya yang tidak sesuai

dengan karakter bangsa adalah kendala yang dialami seperti kurangnya disiplin

dari siswa misalnya membuang sampah sembarangan, kurangnya rasa hormat

siswa kepada yang lebih tua seperti guru dan kakak kelas hal ini terkendala
oleh tayangan-tayangan di televisi yang banyak melecehkan orang yang lebih

tua, kurangnya rasa percaya diri pada siswa menyebabkan mereka sering

menyontek, kurangnya rasa kerjasama seperti dalam kerja bakti dan piket

harian yang kurang berjalan dengan lancar, kurangnya semangat dari siswa

untuk belajar karena siswa kurang bisa mengembangkan materi yang sudah

diajarkan oleh guru jadi siswa harus dibimbing dalam memperdalam materi

yang diajarkan.

Faktor lingkungan baik keluarga maupun masyarakat akan mempengaruhi

perkembangan perilaku dan kepribadian anak karena anak labih banyak

menghabiskan waktu bersama keluarga sebelum dia siap untuk bersosialisasi

dengan masyarakat dan masyarakat sangat mempengaruhi karakter anak begitu

dia mulai bersosialisasi dengan masyarakat disekitarnya. Tapi walaupun

sekolah ini terletak dekat dengan tempat hiburan tetap saja perilaku siswa

masih bisa untuk di handle.

c. Media elektronik mempengaruhi keadaan siswa sebab pada zaman sekarang

elektronik semakin canggih dan modern sehingga bukan hanya siswa saja yang

merasa tertarik tapi juga seluruh kalangan masyarakat. Jadi dalam hal ini,

media elektronik yang dimaksud adalah televisi. Bahkan berdasarkan hasil

pengamatan peneliti selama bulan Februari-April 2019, ditemukan banyak

siswa yang telah memiliki handphone canggih yang dalam hal ini mereka

gunakan untuk mengakses sosial media seperti facebook dan twitter dan

dengan alat tersebut mereka bebas untuk mengakses informasi lewat internet

tanpa pengawasan dari orang tua maupun guru dalam hal ini. Hal inilah yang
dikawatirkan akan banyak mempengaruhi bahkan memberi contoh yang buruk

untuk siswa sebab kurangnya pengawasan dari orang yang lebih dewasa.

d. Model pembelajaran juga mempengaruhi keadaan siswa, karena tidak semua

siswa bisa menerima dan mengikuti dengan baik model pembelajaran yang

diterapakan oleh guru. Untuk mengatasi kendala ini guru menyesuaikan

model pembelajaran dengan keadaan kelas dan materi saat itu.

e. Biaya, biaya digunakan saat diadakannya lomba yang berhubungan dengan

karakter karena tidak hanya berhubungan dengan sekolah tapi akan sampai ke

komite dan dinas jadi sekolah tidak cukup untuk membiayai dan butuh bantuan

dari pihak lain. Tapi dari kendala biaya ini dari pihak sekolah mempunyai

jalan keluar sendiri yaitu dengan mendatangkan sponsor dari pihak luar apabila

ada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan karakter.

4.1.1.2 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan


Karakter di SMA YP Unila

1. Faktor Pendukukng

Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi di atas dapat penulis

simpulkan bahwa ada beberapa faktor pendukung pelaksanaan pendidikan

karakter di SMA YP Unila diantaranya: pertama, pendidikan karakter ini harus

diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran, guru mata pelajaran sejarah memiliki

cukup waktu untuk membina karakter siswa karena mata pelajaran sejarah

dijadwalkan 4-6 jam perminggunya.

Kedua, Sarana dan prasarana sekolah ini cukup memadai dan bisa

menunjang penerapan pendidikan karakter di SMA YP Unila Diantara sarana dan


prasarana di atas seperti ruang belajar, masjid, perpustakaan dan ruang

keterampilan.

Ketiga, Aturan-aturan yang diterapkan di SMA YP Unila seperti tidak

boleh datang terlambat, harus memakai pakaian yang rapi, dan ketika jam

sekolah tidak boleh keluar masuk lingkungan sekolah tanpa izin dari guru piket.

Kegiatan-kegiatan harian yang ada di SMA YP Unila seperti, sholat dhuha,

solat berjamaah di waktu Zuhur dan tadarusan, juga mendukung pelaksanaan

pendidikan karakter di SMA YP Unila.

2. Faktor Penghambat

Kendala atau kesulitan yang dialami dalam pelaksanaan pendidikan

karakter di SMA YP Unila disampaikan oleh guru Sejarah, yaitu Martin. Ia

menyatakan bahwa seorang guru tidak bisa memantau perilaku siswa di luar

pembelajaran, sementara perilaku siswa sangat ditentukan oleh pengaruh luar,

sehingga sulit bagi guru untuk menentukan tingkat keberhasilan pendidikan

karakter yang diterapkan.

Pernyataan ini didukung oleh pernyataan guru sejarah lainnya, yaitu Zainal

yang menyatakan bahwa, sulit untuk mengetahui berhasil atau tidaknya

pendidikan karakter yang diterapkan. Karena guru hanya dapat memantau

perilaku siswa ketika proses pembelajaran dan ketika dalam lingkungan sekolah

saja.

4.1.2 Perencanaan, Pengembangan Produk Awal, dan Desain

Setelah tahap analisis kebutuhan, maka selanjutnya perencanaan,

pengembangan produk awal dan desain. Perencanaan produk yaitu sebuah

rencana untuk mengembangkan bahan ajar berupa LKPD pada pembelajaran


sejarah dengan model saintifik. Perencanaan merupakan bentuk tindak lanjut

setelah melakukan analisis kebutuhan dan identifikasi sumber daya untuk

memenuhi kebutuhan. Pengembangan produk awal, yaitu mengembangkan bentuk

awal LKPD yang akan dikembangkan, termasuk dalam langkah ini adalah

persiapan komponen pendukung pembelajaran dan melakukan evaluasi terhadap

kelayakan alat-alat pendukung. Langkah dalam merencanakan dan mendesain

produk dilakukan tiga tahap.

1) Memilih materi pelajaran sejarah kelas XI semester II yang pada proses

pembelajarannya sangat perlu dikembangkan LKPD adalah KI 3.4

Menghargai nilai-nilai sumpah pemuda dan maknanya bagi kehidupan

kebangsaan di Indonesia pada masa kini. Selanjutnya, KI 4.4 Menyajikan

langkah-langkah dalam penerapan nilai-nilai sumpah pemuda dan

maknanya bagi kehidupan kebangsaan di Indonesia pada masa kini dalam

bentuk tulisan dan/atau media lain.

2) Merumuskan tujuan pembelajaran dan indikator LKPD yang telah dipilih.

3) Menyusun peta kebutuhan LKPD untuk mengetahui jumlah sub materi

pada LKPD yang dikembangkan. Berdasarkan peta kebutuhan LKPD,

maka pada penelitian ini dikembangkan sebanyak 1 buah LKPD materi:

“Sumpah Pemuda dan Jati Diri Keindonesiaan”

Tabel Draft Produk Awal Pengembangan LKPD


Komponen LKPD Deskripsi

Cover Memuat gambaran materi LKPD secara


keseluruhan
Petunjuk Penggunaan Lagkah-langkah sistematis yang harus
dilakukan siswa dalam menggunakan
LKPD
KI dan KD Sejumlah kompetensi umum yang harus
dikuasi siswa
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Sejumlah kompetensi khusus yang
merupkan penjabaran dari KI dan KD
Tujuan Pembelajaran Capaian pembelajaran yang merupakan
sejumlah akitivitas yang bertujuan
mencapai IPK

4.1.3 Uji Ahli

Uji coba produk adalah langkah yang digunakan untuk menguji produk

awal yang telah dibuat. Dalam uji produk awal terdiri dari uji produk awal yang

telah dikembangkan diujikan dengan ahli melalui pengisian angket. Uji ahli yang

dilakukan meliputi uji ahli konstruk, isi, dan bahasa. Uji ahli materi/isi dilakukan

oleh, Dr. Muhammad Mona Adha, M.Pd. Uji desain bahasa berupa kesesuaian

desain tulisan ilmiah (bahasa ilmiah) dilakukan oleh pakar linguistik bahasa, yaitu

Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd.. Uji ahli media desain kemenarikan, kemudahan,

dan kemanfaatan dilakukan oleh Dr. Herpratiwi, M.Pd.

Produk awal yang telah diuji ahli dan direvisi berdasarkan saran perbaikan

dari ahli diujikan lagi melalui uji lapangan awal. Uji lapangan awal, yaitu

melakukan ujicoba awal desain produk dalam skala terbatas. Pada langkah ini,

pengumpulan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan metode

wawancara, observasi, dan angket yang melibatkan 10 orang siswa. Uji lapangan

awal bertujuan untuk mengetahui kemenarikan LKPD pada pembelajaran sejarah

dengan model saintifik secara terbatas. Uji lapangan awal dilakukan dengan

pengisian angket. Adapun aspek pada angket adalah kemenarikan, kemudahan,

dan kemanfaatan menggunakan LKPD pada pembelajaran sejarah dengan model

saintifik.
Selanjutnya, produk awal yang telah diuji lapangan awal dilakukan revisi

produk, yaitu melakukan revisi atau perbaikan terhadap LKPD awal sebelumnya

yang telah dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba lapangan awal, sehingga diperoleh

model LKPD yang siap diujicoba lebih luas.

1) Hasil Uji Ahli Materi

Hasil uji ahli materi menunjukkan bahwa materi yang disajikan dalam

LKPD sesuai dengan KI dan KD, materi mulai dari pengenalan konsep sampai

interaksi antar konsep dengan yang diamanatkan oleh KD sesuai, termasa (up to

date) yaitu sesuai dengan perkembangan keilmuan terkini, kepekaan sajian uraian

materi untuk merangsang siswa agar berpikir lebih jauh telah ada.

Ada beberapa saran perbaikan yang diberikan oleh ahli materi, yaitu

kesesuaian materi yang disajikan dengan indikator harus disesuaikan, contoh-

contoh yang disajikan mencerminkan peristiwa, kejadian atau kondisi termasa ( up

to date) harus relevan, siswa memperololeh informasi dari berbagai sumber harus

lebih efisien, penggunaan ilustrasi dengan materi harus sesuai, contoh fenomena

yang dapat membantu menguatkan pemahaman prinsip yang ada dalam materi

harus ditambah, konten dengan potensi belajar dengan memperhatikan karakter

harus disesuaikan.

Tabel Hasil Revisi Produk Berdasarkan Pendapat atau Uji Ahli Materi

Kesesuaian
No Aspek Saran perbaikan Revisi yang dil
Ya Ti dak akukan

A. Cakupan Materi
1. Kesesuaian materi dalam √
LKPD mencermin kan
Ko mpetensi Dasar (KD)
2. Kesesuaian materi mulai dari √
pengenalan konsep sampai
interaksi antar konsep
dengan yang diamanatkan
B.olehKetepatan Materi
Ko mpetensi Dasar (KD)
3. Kesesuaian materi yang √ Sebaiknya kalimat Dalam setiap
disajikan dengan indikator. yang digunakan kegiatan kalimat
dalam kegiatan diubah menjadi
harus jelas yang lebih operasional
dimaksud menggunakan kata
kerja akt if
C. Kemutakhiran
4. Kesesuaian materi yang √
disajikan termassa(up to
date),yaitu dengan
perkembangan keilmuan
terkini
5. Kerelevan contoh-contoh √ Diperlukan media Telah dilengkapi
yang disajikan tambahan yang dapat dengan media
mencerminkan peristiwa, diproyeksikan ketika tambahan yang
kejadian atau kondisi termasa digunakan dalam dapat membantu
(up to date) belajar terlaksananya
sintaks saintifik
D. Merangsang Keingintahuan

6. Kepekaan sajian uraian √


materi untuk merangsang
siswa agar berpikir lebih jauh
7. Keefisienan siswa √ Sebaiknya informasi Telah dilengkapi
memperoleh informasi dari diambil dari banyak dengan
berbagai sumber sumber menambahkan
sumber-sumber
baru seperti
temuan artikel
hasil penelitian
tentang saintifik
dan karakter
dalam
pembelajaran
sejarah
E. Pendukung Penyajian Materi
8 Kesesuaian Penggunaan √
ilustrasi dengan materi
9 Contoh Fenomena yang √ Sebaiknya Diberikan sejumlah
dapat membantu menguatkan ditambahkan soal uji soal uji atau
pemahaman prinsip yang ada untuk menguatkan pertanyaan di akhir
dalam materi pemahaman kegiatan

10 Kesesuaian konten dengan √ Sebaiknya Telah dimunculkan


potensi belajar dengan dimunculkan konten konten dan potensi
memperhatikan karakter dan potensi belajar belajar karakter
siswa karakter berupa representasi
yang beragam
dalam setiap konten
dan aktivitas
berbasis saintifik

Adapun skor hasil uji ahli materi terhadap LKPD yang dikembangkan

adalah sebagai berikut.

Tabel Skor Rata-rata Hasil Uji Ahli Materi

Aspek penilaian Skor Kategori


Cakupan Materi 4,0 Baik
Ketepatan Materi 2,0 Baik
Kemutakhiran 3,0 Baik
Merangsang keingintahuan 3,0 Baik
Pendukung Penyajian Materi 2,0 Baik
Skor Total Rata-rata 2,8 Baik

2) Hasil Uji Ahli Desain Bahasa (bahasa ilmiah)

Terdapat beberapa saran perbaikan yang diberikan oleh Uji Ahli desain

Bahasa (bahasa ilmiah). Secara lengkap hasil uji ahli bahasa terhadap LKPD

beserta revisinya dapat dilihat berikut ini.


Tabel Hasil Uji Ahli Bahasa Beserta Revisinya

No Pertanyaan Pernyataan Saran Perbaikan Hasil Revisi

1 Apakah penempatan Sangat Perlu perbaikan Perbaikan kesalahan


unsur tata letak konsisten pengetikan ketik,
konsisten? terutama pada pemenggalan,
pemenggalan kata, serta kelebihan
kelebihan atau dan kekuarangan
kekurangan huruf
beberapa huruf
2 Apakah jarak antar Sangat yang
paragraf konsisten? konsisten mengakibatkan
kerancuan kalimat
3 Apakah setiap Sangat
penempatan judul bab konsisten
seragam/konsisten,
yaitu mengikuti pola, tata
letak yang telah
ditetapkan untuk setiap
bab baru?
4 Apakah bidang cetak Sangat Sebaiknya Mengubah
dan margin proporsional kalimat kesimpulan men jadi
proporsional/ kesimpulan simpulan
sebanding, yaitu diganti dengan
me mperhatikan simpulan
kemudahan dalam
keterbacaan susunan
teks?

5 Apakah letak teks dan Sangat sesuai


ilustrasi sesuai?

6 Apakah bentuk, menarik Sebaiknya ukuran Mengubah ukuran


warna dan ukuran unsur huruf didalam huruf didalam
tata letak ditamp ilkan tabel dengan tabel men jadi
secara menarik, serasi spasi 11/2 spasi 11/2
dan proporsional?
7 Apakah penulisan Sangat sesuai
sub judul dan sub-sub
judul sesuai?
8 Apakah gambar sesuai Sebaiknya Menambahk
menunjukkan ditambahkan an
kesesuaian dan beberapa tampilan gambar/foto
mampu me mperjelas gambar/foto dibuat
materi dengan bentuk menarik sesuai
ukuran yang proporsional objek aslinya
serta yang menarik sesuai
objek aslinya?
9 Apakah penggunaan Sangat sesuai
jenis huruf sesuai, tidak
menggunakan terlalu
banyak jenis huruf?
10 Apakah penggunaan Sangat tepat Namun ada beberapa Mencantumkan tanda
variasi huruf (bold, penulisan tanda baca yang benar
italic, all capital, small baca yang masih
capital) tepat dan tidak perlu diperhatikan
berlebihan?
11 Apakah spasi baris Sangat sesuai
susunan teks sesuai?
12 Apakah jarak antara Sangat sesuai Sebaiknya tidak ada Mengubah kalimat
huruf sesuai kalimat yang men jadi satu
sehingga tidak menggantung kesatuan yang utuh
me mpengaruhi tingkat
keterbacaan susunan
teks?
13 Apakah urutan Sangat
setiap subbab baru jelas konsisten
dan konsisten?
14 Apakah setiap judul Sangat
subbab baru proporsional
ditamp ilkan secara
proporsional, dan tidak
menggunakan perbedaan
ukuran huruf yang terlalu
mencolo k?
15 Apakah gambar atau Sangat mampu
ilustrasi yang
ditamp ilkan ma mpu
mengungkap
makna/arti dari objek,
berfungsi untuk
me mperjelas materi/teks
16 Apakah bentuk Sangat
ilustrasi/gambar proporsional
proporsional
sehingga tidak
men imbulkan salah
tafsir siswa pada objek
yang
sesungguhnya?
17 Apakah bentuk dan Sangat realistis
ukuran ilustrasi
realistis secara detail
dapat me mberikan
gambaran akurat
bagi siswa?
18 Apakah gambar ditamp Sangat serasi Sebaiknya Menambah
ilkan secara serasi gambar yang gambar yang
dengan unsur materi isi serasi dengan menguatkan
lainnya (judul, teks, unsur materi isi konten
caption) dalam seluruh ditambah
halaman?
19 Apakah gambar Sangat dinamis
ditampilkan secara
dinamis sehingga
dapat menambah
kedalaman pemahaman
dan pengertian siswa?
20 Apakah representasi Sangat
yang ditampilkan dalam Beragam
LKPD sudah beragram
(teks, gambar,
persamaan matemat ika,
simbol, grafik, ilustrasi,
diagram, warna)
21 Apakah keragaman Sangat
representasi konstruk akomodatif
LKPD mengako
modasi potensi belajar
dalam konteks
karakter

Adapun, skor hasil uji ahli bahasa terhadap LKPD yang dike mbangkan

adalah sebagai berikut.

Tabel Skor Rata-rata Hasil Uji Ahli Bahasa

Aspek penilaian Skor Kategori


Konsistensi 4,0 Baik
Proporsional 4,0 Baik
Kesesuaian 3,8 Baik
Kerealistisan 4,0 Baik
Kedinamisan 4,0 Baik
Kerserasian 4,0 Baik
Keberagaman 4,0 Baik
Akomodatif 4,0 Baik
Ketepatan 4,0 Baik
Skor Total Rata-rata 3,9 Baik
3) Hasil Uji Ahli Media Desain Kemenarikan, Kemudahan, Ke manfaatan

Uji ahli media desain kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan (data

terlampir) menunjukkan bahwa kemenarikan tampilan LKPD dalam variasi

penggunaan huruf (ukuran, bentuk, jenis dan warna), desain tampilan, dengan

penggunaan gambar-gambar, kesesuaian permasalahan, adanya langkah-langkah

kerja membuat LKPD sangat menarik. Sedangkan untuk Ilustrasi yang ada,

penggunaan variasi warna, kesesuaian gambar, format asesmen formatif, cara

penyusunan materi dan penugasan membuat LKPD menarik.

Untuk kemudahan penggunaan LKPD dalam cakupan isi, kejelasan isi

materi, kejelasan pemaparan materi sangat mempermudah dalam menggunakan

LKPD. Bahasa yang digunakan, petunjuk/perintah/panduan dalam, pertanyaan-

pertanyaan dalam LKPD sangat mudah dSejarahhami maksudnya secara jelas.

Alur penyajian, kejelasan pemaparan materi lebih mudah dalam menggunakan

LKPD.

Untuk kemanfaatan LKPD dalam mempelajari materi esensial topik dalam

materi sumpah pemuda sangat membantu agar menjadi lebih mudah. Langkah-

langkah kerja dalam LKPD yang ada sangat membantu mengembangkan

kemampuan penguasaan konsep siswa ditinjau dari aspek karakter. LKPD

membantu meningkatkan minat mempelajari kembali materi sumpah pemuda. Tabel

berikut ini menunjukkan hasil uji kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan

oleh pakar disain instruksional.


Tabel Rata-rata Hasil Uji Kemenarikan, Kemudahan, Dan Kemanfaatan
Ahli Desain Instruksional

Aspek penilaian Skor Kategori

Kemenarikan 3,5 Baik


Kemudahan 3,7 Baik
Kemanfaatan 3,7 Baik
Skor Total Rata-rata 3,6 Baik

4.1.4 Uji Lapangan Awal


Setelah dilakukan uji ahli dan pengembangan produk awal berdasarkan

masukan dan koreksi kontrusktif dari para pakar, maka produk LKPD selanjutnya

dilakukan divalidasi oleh pengguna, yaitu guru dan siswa dalam konteks uji

lapangan awal. Hasil validasi pengguna yang melibatkan 4 orang guru menilai

aspek kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan dengan menggunakan angket

seperti terlihat pada Tabel di bawah ini:

Tabel Rata-rata Hasil Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan


Kemanfaatan oleh Guru
Aspek penilaian Skor Kategori

Kemenarikan 3,5 Baik


Kemudahan 3,5 Baik
Kemanfaatan 3,7 Baik
Skor Total Rata-rata 3,6 Baik

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru-guru sejarah sebagai

pengguna (user) menyatakan bahwa LKPD yang dikembangkan sangat menarik,

mudah digunakan, dan sangat bermanfaat dalam menumbuhkan kinerja belajar

siswa. Sebagai bahan ajar inovatif dalam pembelajaran sejarah produk LKPD

yang dikembangkan berbasis pembelajaran saintifik dengan isi dan kontruks

yang telah memenuhi persyaratan subtantif-pedagogis, teknis, dan utility dengan


kategori baik yang dipersiapkan untuk menumbuhkan keterampilan berpikir

kreatif siswa yang telah teruji validitasnya.

Sedangkan uji coba terhadap 10 orang siswa dalam konteks pembelajaran

mikro yang selanjutnya dilakukan uji kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan

dalam konteks strategi pengorganisasian, penyampaian, dan pengelolaan

pembelajaran. Hasil validasi ini dapat dilihat pada di bawah ini.

Tabel Rata-rata hasil uji kemenarikan, kemudahan, dan


kemanfaatan oleh siswa
Aspek penilaian Skor Kategori

Strategi Pengorganisasian 3,0 Baik


Strategi Penyampaian 2,8 Baik
Strategi Pengelolaan Pembelajaran 2,6 Baik
Skor Total Rata-rata 2,8 Baik

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa yang menggunakan

LKDP yang dikembangkan dalam pembelajaran sejarah menyatakan bahwa LKPD

berbasis saintifik sangat membantu mereka dalam meningkatkan kinerja belajar

dan karakter mereka.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kesiapan Guru Sejarah Dalam Melaksanakan Pendidikan Karakter Di


SMA YP Unila

Dalam buku induk pembangunan karakter menyebutkan bahwa pendidikan

merupakan salah satu strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa. Dalam

pelaksanaannya harus dilakukan secara koheren dengan beberapa strategi lain.

Strategi tersebut mencakup, yaitu sosialisasi/penyadaran, pemberdayaan,

pembudayaan dan kerjasama seluruh komponen bangsa.


Melihat hal tersebut, SMA YP Unila selain melaksanakan program yang

telah ada di kurikulum, sekolah juga telah mempersiapkan program kerja untuk

pelaksanaan pendidikan karakter ini, yaitu:

a. Mengintegrasikan wawasan kebangsaan dalam mata pelajaran (Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Olah Raga, Seni Budaya, Pendidikan Agama

Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, Sejarah, Sosiologi, Bahasa Inggris,

dan Bahasa Indonesia)

b. Kegiatan terprogram:

1) Memperingatai Hari Besar Nasional

2) 17 Agustus Hari Proklamasi

3) 28 Oktober Hari Kesaktian Pancasila

4) 9 September Hari Olahraga Nasional

5) 10 Nopember Hari Pahlawan

6) 21 April Hari Kartini

7) 2 Mei Hari Pendidikan Nasional

8) 20 Mei Hari Kebangkitan Nasional

9) BerpartisSejarahsi pada hari Raya Qurban

10) Donor darah

11) Sosialisasi (Hukum, Narkoba)

12) Latihan Dasar Kepemimpinan

13) Out Bond

14) Bazaar (Pasar Murah)

15) Bakti Sosial


c. Pembiasaan

1) Upacara Bendera, Apel Korpri

2) Pemasangan symbol Lambang Negara, Garuda, gambar Presiden, dan

Wakil Presiden, dll

3) Pemasangan Peta atlas

4) Pemasangan gambar-gambar Pahlawan

5) Membudayakan 3S (Senyum, Sapa, Salam)

6) Kunjungan ke Perpustakaan

7) Beribadah bersama

8) Piket kelas

9) Do’a awal pelajaran dan akhir pelajaran

Sedangkan persiapan dari guru sejarah dilakukan dalam beberapa hal, yaitu:

a) Persiapan diluar kelas, diantaranya mempersiapkan silabus, RPP yang

akan dSejarahkai untuk mengajar. Disesuaikan dengan karakter yang

dicanangkan oleh sekolah, sebab dari sekolah telah mempersiapkan

program kerja dalam rangka pelaksanaan pendidikan karakter ini, sehingga

para guru hanya menyesuaikan sesuai dengan program kerja yang

sebelumnya telah dijelaskan. Didalam Kemendiknas dijelaskan bahwa

pengembangan kurikulum pendidikan karakter itu pada prinsipnya tidak

dimasukkan sebagai pokok bahasan, tetapi terintegrasi kedalam mata

pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru

dan pemangku kebijakan pendidikan di sekolah perlu mengintegrasikan

nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter kedalam


Kurikulum 2013, Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP)

yang sudah ada.

b) Persiapan didalam kelas, dengan mempersiapkan buku materi pelajaran.

Buku pelajaran sama seperti sebelumnya sebab pendidikan karkter ini

bukanlah suatu mata pelajaran, sehingga guru sejarah hanya

menyisipkan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan materi pelajaran

saat itu, penyisSejarahn ini juga dilakukan dengan pemberian tugas.

Pendidikan karakter sebagai strategi membangun karakter bangsa

berperadaban, syarat utama yang harus dipenuhi agar implementasi

pendidikan karakter di sekolah dapat berhasil, diantaranya: (1) teladan dari

guru, karyawan, pimpinan sekolah dan para pemangku kebijakan di

sekolah; (2) pendidikan karakter dilakukan secara konsisten dan secara

terus-menerus; dan (3) penanaman nilai-nilai karakter yang utama. Karena

semua guru adalah guru pendidikan, maka mereka memiliki kewajiban

untuk memasukkan atau menyelipkan nilai-nilai pendidikan karakter

dalam kegiatan pembelajarannya (intervensi).

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, sebelum melaksanakan pendidikan

karakter, seorang guru harus memahami terlebih dahulu arti dari

pendidikan karakter itu sendiri, karena seperti dalam ungkapan jawa

yang mengatakan bahwa “guru iku digugu lan ditiru” hal ini mempunyai

arti bahwa guru itu harus bisa dipercaya dan ditiru tingkah lakunya. Oleh

sebab itu sangatlah penting bagi seorang guru untuk memahami makna

dari pendidikan karakter itu sendiri agar siswa tidak salah mengerti dan

memahami dengan baik karakter yang dimaksud. pendidikan karakter


pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari

pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan

nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Dalam

hal ini guru sejarah di SMA YP Unila sudah memahami dengan benar

pengertian dari pendidikan karakter itu sendiri.

4.2.2 Perencanaan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah

Perencanaan pembelajaran adalah kegiatan merancang dan menentukan

langkah-langkah yang harus ditempuh sebelum proses pelaksanaan dimulai,

karena langkah-langkah perencanaan pembelajaran turut mempengaruhi proses

jalannya pelaksanaan pembelajaran. Melalui perencanaan yang baik guru akan

dapat melaksanakan proses pembelajaran dan mengumpulkan informasi yang

dibutuhkan.

Siti Nursiah seorang guru sejarah menyatakan bahwa setiap guru mata

pelajaran dianjurkan untuk membuat dan mengumpulkan perencanaan

pembelajaran pada awal tahun ajaran baru secara lengkap dan sitematis agar

pembelajaran berlangsung terarah, perencanaan tersebut disesuaikan dengan

situasi dan kondisi siswa. Perencanaan pembelajaran juga merupakan acuan bagi

seorang guru dalam mengajar, dengan adanya perencanaan tersebut guru dapat

mengetahui arah dari tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sesuai dengan

kurikulum yang telah ditentukan yaitu kurikulum 2013.

Perencanaan pembelajaran kurikulum 2013 terdiri atas: pengkajian silabus,

pengidentifikasikan materi pembelajran untuk siswa, penentuan tujuan

pembelajaran, pengembangan kegiatan pembelajaran, penjabaran jenis-jenis


penilaian yang akan digunakan, penentuan alokasi yang disediakan, dan

penentuan sumber-sumber belajar bagi siswa.

1. Pengkajian silabus

Secara umum, pada tiap materi pokok di setiap silabus yang diberikan telah

terdapat dalam KD (kompetensi dasar) yang bersesuaikan dengan aspek KI

(Kompetensi Inti)

a. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang di anutnya.

b. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung

jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun,

responsif dan proaktif serta menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi

atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam serta dalam menenpatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

c. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian

yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

masalah.

d. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di Sekolah secara

mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan

metode sesuai kaidah keilmuan.


2. Identifikasi materi pembelajran

Dalam mengidentifikasikan materi pembelajaran untuk siswa seorang

guru harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:

a. Potensi yang dimiliki siswa

b. Ada idaknya relevansi terhadap karakteristik daerah

c. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual

yang dimiki siswa saat ini

d. Manfaat untuk siswa

e. Struktur keilmuan

f. Aktualitas, kedalaman dan keluasan materi pembelajaran

g. Ada tidaknya relevansi terhadap kebutuhan siswa serta tuntunan

lingkungan

h. Alokasi yang tersediakan

3. Penentuan tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajran bisa diorganisasikan sedemikian rupa sehingga

mencakup semua KD atau dapat pila tujuan pembelajaran diorganisasikan untuk

tiap-tiap pertemuan. Tujuan pembelajaran harus beracuan kepada indikator yang

sudah diberikan, atau setidaknya tujuan pembelajaran tersebut harus mengandung

dua aspek : Audience (peserta didik) dan Behavior (aspek kemampuan).

4. Pengembangan kegiatan pembelajran

Setiap kegiatan pembelajran di dalam RPP didesain sedemikian rupa

sehingga akan dapat memberi suatu pengalaman belajar yang bermutu kepada

siswa yang di dalamnya terjadi proses mental dan fisik melalui interaksi antar
siswa, siswa dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dengan maksud

untuk mencapai KD.

5. Penentuan alokasi waktu yang disediakan

Di dalam menentukan alokasi waktu untuk tiap KD harus didasarkan pada

jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran setiap minggu yang

tersedia dengan tetap mempertimbangkan jumlah KD, kelulusan, kedalaman,

tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu telahtelah dituliskan

dalam silabus adalah perkiraan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk penguasan

KD oleh siswa yang beragam. Karena itu, alokasi tersebut dapat dirinci dan

disesuaikan kembali di dalam RPP yang dikembangkan guru.

6. Penentuan sumber belajar

Sumber belajar (learning resources) yang dimaksud di dalam kurikulum

2013 dan harus dikembangkan di dalam RPP merupakan rujukan, objek dan/atau

bahan yang digunakan untuk kegiatan pemebelajaran, yang berupa media cetak

dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

Perencanaan pembelajaran tidak hanya perencanaan yang tertulis seperti

Silabus dan RPP tapi juga harus dilengkapi dengan rencana yang tak tertulis

seperti mental, kesehatan performan dan kondisi siswa.

Zainal seorang Guru Sejarah menyatakan bahwa, perencanaan persiapan

pembelajaran tidak hanya mempertimbangkan hal-hal yang berpengaruh terhadap

komponen pembelajaran seperti strategi, media dan metode yang digunakan,

namun dalam mempersiapkan pembelajaran juga harus ditimbang kesiapan

mental, emosional, cabang pemikiran siswa untuk mengikuti pembelajaran dan

keadaan internal di sekitar ruang yang akan digunakan dalam kegiatan


pembelajaran. Hal ini dilakukan agar perencanaan pembelajaran yang disusun

tidak hanya dapat dicerna siswa saat berada di dalam kelas, melainkan pula

siswa sudah memiliki persiapan dan modal awal untuk mempraktikkannya

ketika mereka sudah kembali ke rumahnya masing-masing.

Jadi dalam merencanakan pembelajaran guru harus mempunyai dua

persiapan tertulis dan tak tertulis. Persiapan tertulis dituangkan dalam RPP

(rancangan proses pembelajaran) sedangkan persiapan yang tidak tertulis

seperti mental, kesehatan, performan dan lain sebagainya.

RPP juga sangat penting bagi guru agar proses pelaksanaan pembelajaran

terarah dan dapat berlangsung sesuai harapan. Meskipun Sebagian guru merasa

kesulitan dalam membuat RPP. Berdasarkan dokumentasi RPP guru sejarah kelas

XI bahwa nilai karakter yang dimasukkan dalam setiap materinya cendrung sama

yaitu Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif

serta menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan

dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam

menenpatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Masing-

masing guru sejarah sudah memuat pendidikan karakter dalam RPP. Dari hasil

dokumentasi RPP yang penulis dapatkan dari guru Sejarah Nurzafimala Di dalam

RRP tersebut sudah memuat beberapa komponen antara lain: Identitas mata

pelajaran, Standar kompetensi, Kompetensi Inti, Indikator, Pencapaian

kompetensi, Tujuan pembelajaran, Materi ajar, Alokasi waktu, Metode

pembelajaran, Kegiatan pembelajaran, Penilaian hasil belajar, sumber belajar dan

nilai karakter bangsa.


Martin seorang guru sejarah, mengatakan bahwa perencanan pendidikan

karakter dalam pembelajaran seorang guru sejarah harus berpedoman kepada

kompetensi inti (KI) poin yang ke dua yaitu: Menghayati dan mengamalkan

perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,

toleran, damai), santun, responsif dan proaktif serta menunjukkan sikap sebagai

bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menenpatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Jadi dari hasil observasi dan dokumentasi serta wawancara di atas dapat

penulis simpulkan bahwa perencanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran

sejarah di SMA YP Unila ini secara umum sudah dilaksanakan, hal ini terlihat

dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibut oleh guru-guru sejarah

yang sudah memuat nilai-nilai karakter. Selain dalam mempersiapkan

pembelajaran juga harus ditimbang kesiapan mental, emosional, cabang pemikiran

siswa untuk mengikuti pembelajaran dan keadaan internal di sekitar ruang yang

akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

4.2.3 Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran Sejarah

Disamping mampu merencanakan pembelajaran, seorang guru juga dituntut

mampu melaksanakan perencanaan pembelajaran tersebut. Perencanaan

pembelajaran yang disusun rapi namun guru tidak mampu melaksanakan dengan

baik tentu hal tersebut akan sia-sia. Proses pembelajaran adalah proses

pembentukan manusia yang cerdas, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri dalam

menghadapi kehidupan. Proses ini sangat bergantung kepada kemampuan guru

dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas dimana guru harus


membimbing siswa dalam pembelajaran dengan melewati berbagai tahapan

membuka dan menutup pelajaran.

Siti Nursiah menyatakan bahwa,di dalam kegiatan pembelajaran terkait

dengan pendidikan karakter, setiap sekolah dapat mengafektifkan alokasi

waktu yang tersedia dalam rangka menerapkan penanaman nilai-nilai karakter

dengan menggunakan metode diskusi. Hal ini dapat dilakukan sejak guru

mengawali pembelajaran, selama proses berlangsung, pemberian tugas-tugas

mandiri dan terstruktur baik yang dilakukan secara individual maupun kelompok,

serta penilaian proses dan hasil belajar.

Hal tersebut diperkuat olehseorang guru sejarah, yaitu Zainal menyatakan

pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah dimulai dari tahapan

pendahuluan, inti, dan penutup. Hal ini selanjutnya menjadi dasar dan pedoman

kegiatan pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran oleh guru sejarah

yang dilakukan guru sejak mengawali pembelajaran, selama proses pembelajaran

berlangsung, pemberian tugas-tugas mandiri dan terstruktur baik yang dilakukan

secara individual maupun kelompok, serta penilaian proses dan hasil belajar

siswa di SMA YP Unila. Seperti yang diuraikan seperti di bawah ini:

1. Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan

pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan

perhatian siswa untuk berpartisSejarahsi aktif dalam proses pembelajaran.

Zainal seorang guru sejarah menyatakan bahwa, mengenai kegiatan

pendahuluan hal-hal yang dilakukan menyiapkan siswa secara fisik dan psikis
untuk mengikuti proses pembelajaran, melakukan apersepsi dan menjelaskan

tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar.

Observasi di kelas XI IPS I terlihat bahwa dalam kegiatan pendahuluan guru

melakukan hal sebagai berikut: Guru masuk ke kelas tepat waktu (contoh nilai

yang ditanamkan: disiplin), pada waktu guru akan masuk kelas siswa sudah

menunggu dengan tenang di kelasnya. Hal pertama yang dilakukan guru pada saat

masuk ke kelas adalah mengucapkan salam dengan sopan (contoh nilai yang

ditanamkan: santun, peduli) yang dilanjutkan dengan menyuruh siswa memungut

sampah yang ada di dalam kelas serta menyusun tempat duduk supaya rapi

(contoh nilai yang ditanamkan: kebersihan).

Selanjutnya adalah menyuruh siswa untuk berdoa, kemudian guru menyuruh

siswa untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya dan tadarus, guru mengingatkan

pada saat berdoa supaya khusuk dan tidak ada yang berbicara dengan temannya

(contoh nilai yang ditanamkan: cinta tanah air dan religius), setelah itu guru

melakukan absensi (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin), selain itu guru

juga menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang

ditanamkan: disiplin, santun, peduli).

Hal terakhir yang dilakukan guru dalam tahap pendahuluan adalah

melakukan apersepsi seperti menanyakan secara umum materi yang telah dibahas

sebelumnya. Contoh materi yang dibahas sebelumnya adalah teori-teori masuknya

pengaruh Hindu-Budha di Nusantara dan menghubungkan dengan materi yang

akan dibahas misalkan materinya adalah sumpah pemuda dan menjelaskan

tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar.


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru sejarah tersebut,

dapat dipahami bahwa implementasi pendidikan karakter dalam kegiatan

pendahuluan ini sudah terlaksana dengan baik.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai Kompetensi

Dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan ini dilakukan secara sistematis melalui proses mengamati, menanya,

mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Hal tersebut akan

dijabarkan dibawah ini:

a. Mengamati

1) Tahap-tahap yang dilakukan dalam kegiatan mengamati berdasarkan

observasi di kelas XI IPS I, terlihat Guru membuka secara luas dan

bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan

melalui kegiatan melihat gambar yang ada di LKPD.

2) Guru juga memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan untuk

melatih peserta didik dalam memperhatikan hal penting tentang sumpah

pemuda. Jadi secara sederhana dapat dikatakan bahwa pada tahap

mengamati siswa difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan

keterampilan dan mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran

yang berpusat pada siswa.


b. Menanya

Berdasarkan observasi di kelas XI IPS I terlihat bahwa guru melakukan

kegiatan sebagai berikut:

1) Guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk

bertanya mengenai materi sumpah pemuda yang sudah diamatinya.

2) Guru membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan

secara mandiri.

3) Guru mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik dari pertanyaan yang

telah diajukan.

4) Guru membimbing peserta didik untuk mencari informasi yang lebih

lanjut dan beragam dari berbagai sumber.

Jadi pada tahap menanya, siswa diberi peluang untuk mengajukan

pertanyaan tentang materi yang telah disediakan oleh guru, selain dari itu siswa

juga mendapatkan pengetahuan dari gambar-gambar tersebut. Lebih lanjut melalui

sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya sehingga

pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih luas dan dalam.

c. Mengumpulkan informasi/data

Dalam kegiatan mengumpulkan informasi/data ini pada pertemuan pertama

guru sejarah membagi siswa dalam beberapa kelompok masing-masing kelompok

diberi tugas yang berbeda mengenai materi yang dipelajari. Tugas tersebut

dikerjakan secara bersama di rumah. Dalam pertemuan berikutnya guru

memfasilitasi siswa dengan buku-buku sumber yang berkaitan dengan materi

yang dipelajari atau materi yang akan di presentasikan oleh kelompok yang

tampil.
d. Mengasosiasi

Dalam kegiatan mengasosiasi ini peserta Peserta didik sudah melakukan

proses mengasosiasi dengan teman sekelompoknya ketika mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru. dalam hal ini diharapkan siswa untuk bekerja sama

dengan teman sekelompok. Bagi siswa yang tidak ikut berpartisipasi dalam

mengerjakan tugas tersebut diharapkan anggota kelompok yang lainnya

melaporkan kepada guru, disini sangat diharapkan sangat diharapkan kejujuran

dari peserta didik. Peserta didik juga membuat kesimpulan tentang materi-materi

tersebut. Jadi dalam kegiatan mengasosiasi ini sangat diperlukan kerja sama antar

teman sekelompok agar mendapatkan hasil kesimpulan bersama. Ketidak ikut

sertaannya anggota kelompok dalam mengerjakan tugas akan terlihat ketika

melakukan presentasi dan proses menjawab pertanyaan dari kelompok lain.

e. Mengkomunikasikan

Dalam kegiatan mengkomunikasikan ini terlihat guru melakukan kegiatan

seperti berikut.

1) Guru meminta kelompok pertama untuk mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas.

2) Peserta didik mencatat/menyempurnakan hasil diskusinya.

3) Peserta didik membuat laporan hasil dikusi untuk dikumpulkan.

4) kelompok lain dapat bertanya sampai masing-masing dapat giliran.

5) Selain bertanya kelompok yang lain juga berkesempatan untuk

menambahkan materi yang dirasakan masih kurang dari kelompok yang

tampil. Selain dari itu kelompok lain juga bisa menjawab pertanyaan

yang belum terjawab oleh kelompok yang tampil.


Dalam proses kegiatan mengkomunikasikan ini siswa yang bertanya

menunjukkan tangannya dengan tertib, tidak rebutan dan tidak rebut serta

diharapkan siswa bisa saling menghargai pendapat teman yang lainnya.

3. Kegiatan Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas

pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan,

penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.

Berdasarkan observasi di kelas XI IPS I terlihat bahwa dalam kegiatan

penutup hal-hal yang dilakukan guru adalah sebagai berikut: guru menyimpulkan

materi yang telah dipelajari dan setelah itu menanyakan kepada siswa sudah

mengerti atau belum (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, jujur, mengetahui

kelebihan dan kekurangan).

Kalau masih ada siswa yang masih belum mengerti guru akan

menjelaskan kembali sampai siswa tersebut mengerti kalau tidak mengerti juga

disuruh bertanya kepada temannya yang sudah paham tentang materi tersebut

(contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, santun, dan peduli).

Selanjutnya memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok dan

menyampaikan rencana materi pada pertemuan berikutnya (contoh nilai yang

ditanamkan: rajin dan kerja keras). Terakhir guru mengucapkan salam dan

keluar kelas (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai sopan dan santun).

Berdasarkan wawancara dengan Siti Nursiah tentang hal-hal yang dilakukan

dalam kegiatan penutup menyatakan bahwasanya kegiatan penutup yang

dilakukan adalah dengan merangkum dan membuat kesimpulan materi yang baru

saja diajarkan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa kemudian


memberi tugas di rumah untuk membuat resume tentang materi yang sudah

dipelajari dan diakhiri dengan salam.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut, penulis menyimpulkan

setelah seluruh materi selesai dijelaskan atau diskusi selesai, guru menarik

kesimpulan bersama-sama siswa dengan mengunakan beberapa pertanyaan dan

kemudian kegiatan pembelajaran diakhiri dengan salam. Sebagai tindak lanjut dari

kegiatan pembelajaran guru memberikan tugas kepada siswa baik berkenaan

dengan materi yang telah dipelajari maupun yang akan dipelajari pada pertemuan

berikutnya.

Bentuk karakter yang diharapkan dari siswa dalam pembelajaran sejarah

berkarakter seorang guru sejarah Siti Nursiah menyatakan karakter yang

diharapkan dari siswa tentu karakter yang bersifat positif, diantaranya sebagai

berikut:

a. Religius contohnya merayakan hari-hari besar agama Islam, berdoa

sebelum dan sesudah pelajaran, melaksanakan shalat berjamaah, sholat

Dhuha, tadarus, kultum setiap Jumat pagi.

b. Jujur contohnya tidak boleh menyontek saat ada ulangan atau ujian.

c. Toleransi contohnya menghargai perbedaan agama, suku, pendapat,

sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

d. Disiplin contohnya hadir di sekolah dan masuk kelas tepat waktu,

mematuhi tata tertib sekolah, mengumpulkan tugas tepat waktu,

menegakkan aturan dengan memberikan sanksi sesuai dengan yang telah

ditentukan bagi pelanggar tata tertib sekolah.


e. Kerja keras contohnya menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas

dengan sebaik-baiknya.

f. Mandiri contohnya mengerjakan tugas sendiri dan tidak mengharapkan

bantuan orang lain.

g. Demokratis contohnya pemilihan kepengurusan OSIS dan kelas secara

terbuka, mengambil keputusan kelas secaras bersama melalui

musyawarah dan mufakat.

h. Rasa ingin tahu contohnya membiasakan siswa untuk membaca dan

menulis untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang

dipelajari, dilihat, dan didengarnya dalam pembelajaran.

i. Semangat kebangsaan contohnya melakukan upacara rutin sekolah,

melakukan upacara hari-hari besar nasional, ikut serta lomba pada hari

besar nasional, menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan nasional

misalnya tanggal 10 november diadakan lomba pidato tentang

pahlawan.

j. Cinta tanah air contohnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik

dan benar, Memajangkan foto presiden dan wakil presiden, bendera

negara, lambang negara, peta Indonesia, dan gambar kehidupan

masyarakat Indonesia.

k. Menghargai teman contohnya berkomunikasi dengan bahasa yang santun,

saling menghargai, menghargai pendapat teman, tidak mengadu domba

antara teman yang satu dan yang lain.


l. Cinta damai contohnya menciptakan suasana sekolah dan kelas yang

damai, nyaman, tenteram, dan harmonis. Membiasakan perilaku warga

sekolah yang anti kekerasan. Menciptakan suasana kelas yang damai.

m. Peduli lingkungan contohnya Pembiasaan memelihara kebersihan dan

kelestarian lingkungan sekolah, membuang sampah pada tempatnya,

memisahkan jenis sampah organik dan anorganik, menyediakan peralatan

kebersihan seperti sapu lantai, sapu lidi, kemoceng dan tempat

sampah.

n. Tanggung jawab contohnya menghindari kecurangan dalam

pelaksanaan tugas dan ujian, melaksanakan tugas piket secara teratur,

ikut serta dalam kegiatan sekolah, mengakui dan minta maaf jika

melakukan kesalahan kepada orang lain.

o. Kerja sama contohnya mencari dan membuat tugas kelompok secara

bersama, ikut serta bertanya dan menanggapi dalam diskusi, saling

membantu jika ada salah satu teman yang mengalami kesusahan.

Hal di atas juga diperkuat oleh hasil pernyataan seorang Murid Akmal

Ali Pasha, mengatakan guru sejarah sering menyuruh kami supaya kami selalu

bersikap jujur, disiplin, cinta tanah air, bertanggung jawab dan bekerja keras.

Endang seorang murid juga menyatakan kalau guru menerapkan karakter tersebut

tidak hanya sekedar menyuruh dan menasehati saja tapi dengan memberikan

contoh. Misalnya sebelum memulai proses pembelajaran sejarah guru selalu

memotivasi atau memberi semangat terhadap siswa, selalu tepat waktu datang

kesekolah dan berbicara sopan.


Keterangan di atas dikuatkan oleh Mardion menyatakan pada saat guru

memberikan tugas dikumpulkan dengan waktu yang ditentukan maka siswa

dengan cepat dan berlomba-lomba mana yang lebih dahulu mengerjakan dan

mengumpulkan tugas tersebut, kalau terlambat 1 hari nilainya dikurangi 1 poin

kalau 2 hari dikurangi 2 poin dan seterusnya, disini nilai karakter yang

ditanamkan seperti nilai disiplin dan kerja keras.

Sedangkan media yang digunakan oleh guru sejarah dalam pelaksanaan

pendidikan karakter di SMA YP Unila berdasarkan wawancara dengan guru Siti

Nursiah menyatakan media yang digunakan bermacam-macam dan disesuaikan

dengan materi yang akan disampaikan seperti pemutaran film, power point,

infokus, peta sederhana.

4.2.4 Pendidikan Karakter dalam Evaluasi Pembelajaran Sejarah

Penilaian berfungsi untuk menentukan pencapaian hasil pembelajaran. Hasil

pembelajaran dapat dikategorikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif

dan psikomotor. Setiap peserta didik memiliki tiga ranah tersebut, hanya

kedalamannya tidak sama. Ada siswa yang memiliki keunggulan pada ranah

kognitif, atau pengetahuan, dan ada yang memiliki keunggulan pada ranah

psikomotor atau keterampilan. Namun, keduanya harus dilandasi oleh ranah

afektif yang baik. Pengetahuan yang dimiliki seseorang harus dimanfaatkan untuk

kebaikan masyarakat. Demikian juga keterampilan yang dimiliki peserta didik

juga harus dilandasi oleh ranah afektif yang baik, yaitu dimanfaatkan untuk

kebaikan orang lain.

Evaluasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah dilakukan untuk

mengukur apakah anak sudah memiliki satu atau sekelompok karakter yang akan
ditetapkan oleh sekolah atau guru dalam ukuran tertentu karena itu evaluasi dalam

konteks pendidikan karakter adalah upaya membandingkan perilaku anak dengan

indikator karakter yang ditetapkan oleh guru dan sekolah.

Evaluasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah berdasarkan hasil

wawancara dengan guru sejarah, Zainal menyatakan bahwa pendidikan karakter

sebagai bentuk proses interaksi siswa dengan lingkungan pendidikan akan sulit

diketahui tingkat keberhasilannya apabila tidak dikaitkan dengan evaluasi hasil

apakah anak sudah memiliki karakter jujur atau belum sangat sulit untuk

mengetahuinya, jadi pada saat melaksanakan evaluasi ada beberapa aspek yang

dilakukan yaitu: Aspek afektif yaitu mengenai sikap, tingkah laku dan keaktifan

dalam proses pembelajaran. Cara yang saya lakukan untuk evaluasi ranah

kognitif yaitu melalui ujian tertulis dan lisan sedangkan pada ranah afektif

adalah dengan cara pemberian tugas, keaktifan dalam proses belajar mengajar

serta didukung dengan tingkah laku siswa.

Dalam evaluasi hasil belajar pendidikan karakter didasarkan pada indikator

penilaian. Sebagai contoh, untuk indikator spiritual, apakah siswa berdoa dengan

tertib sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran, saling menghormati dan

toleransi hal ini dapat dilihat ketika siswa mempresentasikan hasil diskusi dan

menerima tanggapan dari kelompok liannya, apakah siswa tersebut mengikuti

proses pembelajaran dengan tertib. Indikator untuk sikap jujur, tidak berbohong

dan tidak menyontek ketika ujian. Indikator untuk nilai kerja sama, guru

mengamati dengan berbagai cara apakah siswa tersebut dalam diskusi ikut serta

andil dalam kegiatan kelompoknya, bagi siswa yang aktif dan memahami materi
yang dipresentasikan maka siswa tersebut dianggap ikut serta dalam mengerjakan

tugas kelompoknya. Sedangkan standar ukuran penilainya seperti berikut:

A : Sangat baik jika menunjukkan sudah ikut ambil bagian dalam penyelesaian

kegiatan pembelajaran secara terus menerus (80-100)

B : Baik jika menunjukan sudah ada usaha/ambil bagian dalam pem-belajaran tapi

belum konsisten (70-79)

C : Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam

pembelajaran (55-69)

Sedangkan guru sejarah Siti Nursiah menyatakan penilaian karakter

dikaitkan dengan evaluasi hasil, dinilai dari aspek Afektif dilihat dari bagaimana

sikap anak disekolah dan didalam kelas seperti tanggung jawab, kerja sama,

kedisiplinan, kesopanan, menghargai teman dan kejujuran. standar ukuran

penilainya seperti berikut:

A : Sangat baik jika menunjukkan sudah ikut ambil bagian dalam penyelesaian

kegiatan pembelajaran secara terus menerus (80-100)

B : Baik jika menunjukan sudah ada usaha/ambil bagian dalam pembelajaran

tapi belum konsisten (70-79)

C : Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam

pembelajaran (55-69)

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan tentang evaluasi pendidikan

karakter dalam pembelajaran sejarah dapat dilihat dalam proses pembelajaran

sejarah itu sendiri misalnya pada saat postest siswa dilarang bekerja sama dan

mencontek (nilai yang ditanamkan kejujuran), pada saat guru memberikan

tugas dikumpulkan pada waktu yang ditentukan kalau terlambat nilainya akan
dikurangi 1 poin dengan adanya aturan tersebut siswa dengan cepat mengerjakan

tugas tersebut (nilai yang ditanamkan disiplin dan kerja keras).

4.2.5 Persepsi dan Apresiasi/Tanggapan Siswa terhadap Pelaksanaan


Pendidikan Karakter di SMA YP Unila

Siswa adalah sasaran utama dari pelaksanaan program pendidikan karakter

ini. Walaupun dari pihak sekolah mengatakan bahwa pendidikan karakter ini juga

berlaku untuk semua warga sekolah. Pelaksanaan pendidikan karakter di SMA YP

Unila dirasa sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun begitu bukan berarti

pelaksanaanya berjalan dengan lancar. Masih banyak siswa yang kurang dalam

penerapan karakter ini, sebab masih banyak karakter siswa yang dinilai kurang

sesuai dengan karakter bangsa. Ada banyak faktor yang mempengaruhi hal ini

masih terjadi di sekolah, seperti dari pihak guru atau sekolah yang kurang tegas

dalam penangannya, kurangnya sosialisasi kepada para siswa.

Hal di atas juga diperkuat dengan keterangan dari salah satu siswa yang

menyatakan bahwa: Kurang, ada sebagian orang mungkin sudah menerapkannya

tapi ada sebagian orang yang jauh dari 5 ataupun 18 karakter itu, karena kurang

sosialisasinya karena hanya dengan tempelan di kelas-kelas itu, mungkin gurunya

sendiri waktu mengajarnya kurang, kalau di pelajaran sejarahnya sendiri kurang

karena hanya 1 jam. Sesuai dengan pengamatan dari peneliti sertaselama

penelitian bahwa tingkah laku siswa menunjukkan sikap yang baik hal ini juga

didukung karena adanya ketegasan aturan yang diterapkan dari sekolah tentang

kedisiplinan, dan pembiasaan seperti 3S (senyum, salam, sapa).

Pernyataan diatas juga diperkuat dengan hasil wawancara peneliti yang

menyatakan bahwa sebagian besar siswa telah mengerti makna dari pendidikan
karakter itu sendiri. Hal ini terjadi juga atas dukungan dari semua pihak warga

sekolah yang ikut serta bertanggungjawab dalam pelaksanaan pendidikan karakter

ini.

Berdasarkan hal di atas maka dikembangkanlah LKPD model saintifik

yang mengakomodasi siswa untuk meningkatkan karakter siswa SMA pada materi

sumpah pemuda. Disamping itu rata-rata secara keseluruhan hasil survei

menunjukkan bahwa guru-guru Sejarah di SMA YP Unila Bandar Lampung

menyetujui perlu dikembangkannya LKPD yang berdasarkan model pembelajaran

saintifik untuk meningkatkan karakter siswa SMA pada materi Sejarah.

Anda mungkin juga menyukai