PENDAHULUAN
masyarakat yang telah terjadi di lingkungan tempat karya sastra itu tercipta yang
dihasilkan oleh pengarangnya. Sastra dan masyarakat erat kaitannya karena pada
dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan atau permasalahan pada
Karya sastra merupakan wujud dari proses gejolak dan perasaan seorang
dari sistem nilai sosial budayanya. Di dalam karya sastra, tergambar tata
kehidupan, masalah kemanusiaan, dan pola tingkah laku masyarakat tempat karya
tersebut diciptakan.
Masalah kemanusian dalam sebuah karya sastra, tidak dapat dipisahkan dari
kemudian diolah dalam inajinasinya. Hasilnya akan tercipta sebuah karya yang
masyarakat itu sendiri. Hal tersebut sesuai pernyataan Anwar dalam Kurniawan
(2012:107) bahwa penulis atau pengarang yang menulis karya sastra bukan
sebagai individu, tetapi sebagai bagian dari subjek kolektif (masyarakat) yang
analisis karya sastra adalah analisis yang memusatkan pada keberadaan, tindakan,
imajiner inilah karya sastra sebagai ekspresi imajiner dapat diungkap konsepsi
berlangsung yang dihayati oleh masyarakat tempat karya sastra itu berada.
asal usul (genetik) di dalam proses sejarah suatu masyarakat. Penelitian terhadap
sebuah karya sastra dengan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik
2018:5).
suatu kesadaran kolektif, pandangan dunia itu berkembang sebagai hasil dari
situasi sosial dan ekonomi tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang
dalam novel dengan konteks sosial kehidupan nyata serta pengaruh latar belakang
pengarang dengan novel yang dihasilkan. Konteks sosial dalam karya sastra
ke dalam karya sastra yang ditulis. Konteks sosial dan latar belakang sosial politik
yang terefleksi dalam karya sastra dapat mencerminkan pandangan dunia
pengarang.
konteks sosial yang terefleksi dalam karya sastra serta latar belakang sosial politik
yang tercermin dalam karya sastra. Dalam mencapai pandangan dunia pengarang
seperti yang diisyaratkan dalam teori strukturalisme genetik maka perlu dikaji
secara lebih komprehensif pada struktur cerita bukan pada isi atau kontennya
atas struktur karya yang mengikat seperti meneliti struktur-struktur tertentu dalam
dan historis yang kongkret, dengan kelompok sosial yang mengikat pengarang.
karya sastra. Salah satunya adalah Ahmad Tohari. Ia adalah seorang pengarang
Jawa Tengah, pada tanggal 13 Juni 1948. Ahmad Tohari disebut sebagai salah
1979, Ahmad Tohari telah menulis cerpen dan berbagai artikel popular di koran
dan majalah umum. Namanya dikenal setelah terbit tiga novelnya yang berjudul
Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kumukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala pada
tahun 1980-an.
politik tahun 1980-an, (2) novel-novel berwarna korupsi, dan (3) cerpen-cerpen
dengan berbagai warna sosial atau berwarna pelangi. Dalam kelompok pertama
tercatat Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kumuskus Dini Hari, Jantera Bianglala,
Kubah, dan Lingkar Tanah Lingkar Air. Dalam kelompok kedua tercatat Di Kaki
kelompok ketiga tercatat 23 cerpen yang pernah terbit di koran dan majalah,
(https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Tohari).
Dari beberapa karya Ahmad Tohari, karya sastra yang akan dijadikan
penelitian adalah novel yang berjudul Kubah. Novel ini merupakan novel yang
sebuah kisah perjuangan anak manusia yang penuh liku-liku. Batin Ahmad Tohari
pada akhir tahun 1965. Sebagai pemuda 17 tahun, Ahmad Tohari sudah sadar
sepenuhnya teerhadap tragedi nasional itu dan kesaksiannya terekam padat dalam
Ahmad Tohari hendak mengangkat sisi lain dari PKI, yaitu bagaimana para
anggota PKI tertindas oleh rezim orde baru (Purnomo, 2008:2) . Namun, pada
masa itu orang tidak lagi memilih antara ideologi dan pribadi. Segala yang
orang disekitarnya yang harusnya terbebas dari arus penangkapan, penahanan, dan
publikasi pemikiran melawan arus maka Ahmad Tohari tidak tergesa-gesa merajut
naskah tersebut, dan baru pada tahun 1980-an berani mewarkannya ke harian
Kompas dengan pertimbangan bahwa situasi sosial dan politik sudah membaik.
Hal ini dibuktikan dengan terbitnya novel karya Ahmad Tohari yang pertama kali,
yaitu berjudul Kubah pada tahun 1980 oleh Pustaka Jaya (Purnomo, 2008:1).
merupakan novel terbaik pada tahun 1981 Yayasan Buku Utama Kementrian P &
mendapat tanggapan positif dari tokoh besar yang bernama Gus Dur, mantan
Kubah berisi gagasan besar rekonsiliasi pasca peritiwa tragedi 1965 yang ditulis
Berdasarkan Kompetensi Inti (KI) 3.8 kelas XI dengan Kompetensi Dasar (KD)
Guru dapat mengajarkan serta melatih siswa dalam hal mengapresiasi sastra. Hal
ini perlu didukung dengan pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan fungsinya,
kehidupan.
sebagai pedoman bagi siswa terhadap kompetensi yang harus dikuasai, sebagai
pedoman bagi guru untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran, dan sebagai alat
evaluasi pembelajaran. Siswa dapat memahami materi dan konsep yang dipelajari
dengan lebih mudah melalui bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran.
Fungsi dari bahan ajar bagi guru, yaitu sebagai pedoman dalam mengarahkan
kegiatan pembelajaran.
“Pandangan dunia pengarang dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari sebagai
dunia pengarang dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari sebagai alternatif bahan
dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari sebagai alternatif bahan ajar di sekolah
menengah atas.
dunia pengarang yang terdapat dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari dan
pembelajarannya di SMA.
3. Dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain untuk penelitian lebih lanjut.
Lampung.