Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL SKRIPSI

Efektivitas Media Ajar Berbasis Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Sejarah Materi Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia Kelas XI IIS-3 di SMAN 1 Anjir Pasar

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd.

Dr. Syaharuddin, S.Pd., M.A

Heri Susanto, M.Pd.

Oleh :

NORMARIFAH

NIM : 1810111120013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada umumya banyak orang berpendapat bahwa mata pelajaran sejarah di
sekolah-sekolah adalah suatu mata pelajaran yang kurang begitu penting dan hanya
dilihat sebagai mata pelajaran tambahan atau mata pelajaran yang posisinya tidak
menempati urutan mata pelajaran yang diutamakan bagi siswa. Alasan terbanyak
adalah permasalahan sedikitnya peluang kerja yang berkaitan dengan ilmu sejarah
dalam kehidupan sehari-hari.
Padahal sebenarnya mata pelajaran sejarah yang ada di sekolah menengah
merupakan aset yang begitu penting untuk menumbuhkan rasa nasionalisme terutama
kepada generasi muda. Akan tetapi dikarenakan banyaknya jumlah siswa yang
kurang menyukai mata pelajaran sejarah, baik karena isi materinya yang cukup
panjang dan monoton atau profesionalitas pengajar yang kurang sesuai dengan
kondisi siswa, sehingga sangat diperlukan suatu media ajar yang dapat membantu
para siswa dalam mengatasi kesulitan belajar mata pelajaran sejarah yang kebanyakan
dipersepsikan siswa sebagai hafalan.
Menurut Susanto dan Helmi (2018 : 199) sejarah yang merupakan kajian
mengenai aktivitas manusia di masa lalu yang tidak dapat dilihat secara langsung di
masa sekarang membuat mata pelajaran ini lumayan sulit untuk diajarkan. Pendidik
mengalami kesulitan dalam memberikan contoh nyata dari peristiwa yang terjadi di
masa lalu karena peninggalannya kebanyakan berupa benda atau artefak yang tidak
bisa dibawa begitu saja untuk diperlihatkan kepada siswa. Padahal seharusnya
menurut Santrock dalam Susanto (2014 : 85) guru yang efektif menguasai materi
pelajaran dan keahlian atau keterampilan mengajar yang baik. Guru yang efektif
memiliki strategi pengajaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan,
rancangan pengajaran, dan manajemen kelas.
Pembelajaran yang menitikberatkan kepada perpaduan kalimat-kalimat yang
disusun secara lincar kebawah yang biasanya disebut dengan lincar note (Swadarma,
2013 : 4). Lincar note ini banyak sekali ditemukan pada buku-buku sejarah yang
terdapat disekolah-sekolah. Secara lebih sederhana lincar note ini lebih banyak
mengutarakan ilmu-ilmunya melalui penjelasan tulisan-tulisan dan ketika dipandang
sekilas terlihat cukup padat dengan abjad.
Sebenarnya menurut Swadarma (2013 : 4) tulisan-tulisan seperti lincar note
itu memiliki berbagai kelemahan, diantaranya adalah kalimat akan menjadi monoton,
membosankan dan kaku. Ia juga menyatakan bahwa lincar note hanya akan terpusat
kepada otak kiri saja, sehingga sulit untuk melihat dan mencari kata kunci atau
melihat hubungan utuh antar sub-subbagian.
Seperti yang diutarakan oleh Mutiani (2020 : ii) permasalahan klasik dalam
pembelajaran adalah minimnya partisipasi peserta didik. Mengkomunikasikan materi
ajar kepada siswa agar mereka dapat memahami sepenuhnya pelajaran tersebut dan
sesuai dengan kompetensi pencapaian siswa yang telah dirancang sedemikian rupa
bukanlah hal yang mudah, terlebih dengan mata pelajaran sejarah yang media ajarnya
cukup sulit untuk disesuaikan agar benar-benar cocok dengan intisari pembelajaran
yang harusnya dapat dicapai oleh siswa disekolahnya.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas maka diperlukan metode pembelajaran
dan keterampilan belajar yang harusnya membuat siswa agar mampu memahami
materi panjang mata pelajaran sejarah secara lebih ringkas agar mudah diingat namun
tetap mempertahankan nilai-nilai pembelajaran yang terkandung didalamnya.
Adapun keterampilan belajar itu sendiri menurut Nirwana dalam Santi (2017 : 96)
berarti suatu keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik untuk dapat
menguasai materi yang dipelajari, sehingga peserta didik dapat mencapai
keberhasilan dalam belajar. Maka dari itu antara guru dengan peserta didik harus
berkesinambungan dalam proses belajar mengajar. Artinya jangan hanya terpaku
kepada guru saja yang dituntut untuk memberikan media yang dapat memudahkan
proses pencapaian kompetensi siswa, akan tetapi siswa juga sangat perlu diajarkan
bagaimana ia mengenal kriteria belajarnya sendiri agar mampu secara mandiri
menyerap materi pembelajaran secara tepat.
Media pembelajaran berbasis Mind Map atau juga yang biasanya disebut
dengan Min Mapping menurut Buzan (2008 : 4) merupakan cara termudah untuk
menempatkan informasi kedalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak.
Mind map juga adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah
“memetakan” pikiran-pikiran kita.
Jadi Mind Mapping ini adalah suatu media yang cukup sering dipergunakan
dalam belajar mengajar pada. Karena media pembelajaran berbasis mind mapping
dapat membangun pemikiran siswa agar dapat berpikir secara sistematis dan hanya
mengambil pokok-pokok atau inti-inti pada materi pembelajaran lalu dirangkai
bentuknya sedemikian rupa agar terlihat lebih menarik untuk dibaca. Sehingga media
ini cocok untuk dipergunakan dalam belajar mengajar sejarah yang materinya cukup
panjang dan sulit dipahami bagi kebanyakan siswa.
Menurut Santi (2017 : 96-97) media pembelajaran berbasis Mind mapping
akan menggunakan kedua sisi otak yaitu otak kiri dan otak kanan karena Mind
Mapping menggunakan gambar, warna dan imajinasi (otak kanan) dengan
menggunakan kata, angka, dan logika (otak kiri). Belajar dengan menggunakan Mind
Mapping, menjadikan belajar tidak cepat bosan, materi pelajaran akan mudah untuk
diingat, dan meningkatkan hasil belajar.
Biasanya pola pembelajaran berbasis mind mapping ini dilakukan dengan cara
meletakkan topik utama atau tema pembelajaran ditengah-tengah objek utama seperti
kertas, buku, karton dan lain-lain ataupun media software seperti aplikasi-aplikasi
pembuat desain gambar yang kemudian tema tersebut dikelilingi oleh turunan-
turunan isi materi dengan memberi tanda-tanda pengait seperti simbol, garis, atau
warna yang menghubungkan antara tema dengan materi pokok.
Selain itu, ketika pembelajaran berbasis media Mind Mapping ini
berlangsung, kita dan siswa hanya memerlukan peralatan tulis-menulis sehari-hari
yang sederhana seperti kertas kosong, pulpen, pewarna, penggaris dan lain-lain
ataupun dengan software-software sederhana yang tersedia didalam peralatan belajar
mengajar baik guru maupun siswa. Sehingga siswa dapat mengimajinasikan sendiri
secara bebas dengan memikirkan bagaimana membuat media Mind Mapping yang
sesuai dengan kriteria belajar mereka masing-masing untuk memudahkan dalam hal
mengingat materi yang telah diberikan oleh pengajar.
Dari beberapa uraian diatas maka peneliti akhirnya memutuskan untuk
mengambil judul penelitian Efektivitas Media Ajar Berbasis Mind Mapping Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia Kelas XI IIS-3 di SMAN 1 Anjir Pasar.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini diuraikan sebagai
berikut :
1. Banyaknya guru sejarah yang masih kurang optimal dalam mengembangkan
metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa khususnya untuk
mata pelajaran sejarah.
2. Tingginya rasa kebosanan peserta didik ketika mengikuti pembelajaran mata
pelajaran sejarah apabila metode yang dipergunakan guru dalam mengajar
tidak sesuai dengan kondisi dan keadaan siswa.
3. Kecenderungan isi materi dalam buku-buku penunjang sejarah dan sumber
belajar sejarah lain kebanyakan monoton dan kaku serta kalimat-kalimat
penjelas yang lumayan panjang.

C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, maka diperoleh
gambaran dimensi permasalahan yang cakupannya cukup luas. Akan tetapi
dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlu
memberikan pembatasan masalah secara jelas agar hasil penelitian nantinya menjadi
lebih terfokus, adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Anjir Pasar dengan fokus peserta didik
kelas XI IIS-3.
2. Penelitian ini hanya sebatas untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa
jika pada saat belajar mengajar mata pelajaran sejarah memakai media
pembelajaran Mind Mapping.
3. Materi ajar yang akan diintegrasikan kedalam media pembelajaran berbasis
Mind Mapping ini disesuaikan dengan Kompetensi Dasar pada silabus
Semester Genap kelas IX yaitu “Menganalisis peristiwa proklamasi
kemerdekaan dan maknanya bagi kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik
dan pendidikan bangsa Indonesia”. Kemudian agar materi yang akan
disampaikan nanti tidak terlalu luas cakupannya maka tema yang diambil
hanya pada bagian-bagian “Detik-detik Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan
Bangsa Indonesia”.
4. Variabel bebas yang diambil dalam penelitian ini adalah Media Pembelajaran
Sejarah berbasis Mind Mapping.
5. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan menentukan intisari
materi dalam pembelajaran sejarah pada peserta didik di kelas XI IIS-3 SMA
Negeri 1 Anjir Pasar.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah dipaparkan
diatas, maka untuk lebih memperjelas permasalahan yang akan diteliti, penulis
merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Anjir Pasar kelas
XI IIS-3 antara sebelum menggunakan media pembelajaran Mind Mapping
dengan sesudah menggunakan media pembelajaran Mind Mapping?
2. Bagaimana efektivitas pembelajaran mata pelajaran sejarah setelah
diterapkan media ajar Mind Mapping kepada siswa kelas XI IIS-3 di SMAN
1 Anjir Pasar dalam materi Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia?
BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR DAN


HIPOTESIS

A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Sejarah
Menurut Suardi (2018 : 11) belajar secara umum dirumuskan sebagai
perubahan dalam diri seseorang yang dapat dinyatakan dengan adanya
penguasaan pola sambutan yang baru, berupa pemahaman, keterampilan dan
sikap sebagai proses dari hasil pengalaman yang dialami. Sedangkan
pembelajaran menurut Djamarah dalam Pane (2017 : 337) pada hakikatnya adalah
suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada
disekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta
didik melakukan proses belajar. Pembelajaran juga dikatakan sebagai proses
memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam melakukan
proses belajar.
Kemudian perkataan sejarah dalam bahasa Indonesia adalah sama dengan
history (Inggris), geschichte (Jerman) atau geschiedenis (Belanda). Sama berarti
kurang lebih sama; sebab jumlah definisi yang memberikan arti kepada perkataan
sejarah, history dan sebagainya itu banyak sekali (Ali, 2012 : 11).
Karl Marx dan F.Engels dalam Sjamsuddin (2020 : 5) menyatakan sejarah
hanyalah aktivitas dari manusia yang berorientasi-tujuan (goal-oriented man),
yang mendukung definisi-definisi yang berpendapat bahwa sejarah adalah sesuatu
yang lebih daripada hanya sains dari masa lalu (science of the past). Maksudnya
adalah ilmu sejarah ini nilainya melebihi dari ilmu-ilmu sains lainnya.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sejarah
adalah asal-usul (keturunan) atau silsilah, kejadian dan peristiwa yang benar-
benar terjadi di masa lampau atau riwayat atau tambo/cerita, dan pengetahuan
atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi dalam masa
lampau.
Pembelajaran sejarah adalah suatu aktifitas belajar mengajar, dimana
seorang guru menerangkan kepada siswanya tentang gambaran kehidupan
masyarakat masa lampau yang menyangkut peristiwa-peristiwa penting dan
memiliki arti khusus (Winarsih, 2017 : 12). Winarsih ini juga berpendapat bahwa
ruang lingkup pembelajaran sejarah diawali dari masa lampau, dan membuat
masa kini sebagai tempat berlabuh dan persinggahan untuk ke masa depan.
Jadi dapat disimpulkan dari pengertian-pengertian yang telah dipaparkan
diatas, didalam dunia edukatif belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan. Kedua konsep ini adalah suatu jembatan antara guru
dengan siswa dalam kegiatan interaksinya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama. Kemudian sejarah pada hakikatnya di tiap-tiap negara itu
memiliki makna yang intinya hampir sama, yaitu menekuni apa yang telah terjadi
dimasa lampau untuk dipelajari dimasa yang akan datang.
2. Media Pembelajaran
Media merupakan alat atau sarana yang memiliki fungsi menjadi
perantara atau penyalur informasi dari pengirim ke penerima (Asyhar, 2012 : 5).
Pada konteks pembelajaran media dapat diartikan sebagai alat bantu dalam
mengajar, baik dari segi peralatan elektronik maupun media lainnya yang pasti
fungsinya harus dapat menyampaikan informasi pembelajan kepada para peserta
didik.
Jadi media yang dikategorikan dalam hal pembelajaran dapat dikatakan
sebagai alat-alat bantu yang berupa fisik maupun non-fisik yang nilainya untuk
memudahkan perantaraan materi pembelajaran menuju kepada peserta didik agar
mereka dapat lebih mudah memahami terkait dengan materi yang diajarkan oleh
guru. Kurang lebih seperti yang di tuliskan Karino dalam Susanto (2021 : 66)
menjelaskan bahwa kehadiran media dalam pembelajaran mampu
menyederhanakan sesuatu yang rumit dan mengkonkritkan sesuatu yang abstrak
sehingga siswa memahaminya.
Kemudian Sanaky dalam Susanto (2019 : 16) mengklasifikasikan
pengertian media pembelajaran berdasarkan substansinya dijelaskan sebagai
berikut :
a. Bentuk saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau
bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar.
b. Berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajar yang dapat
merangsang mereka untuk belajar.
c. Bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta pembelajar untuk
belajar.
d. Bentuk-bentuk komunikasi dan metode yang dapat merangsang
pembelajar untuk belajar baik cetak maupun audio, visual dan audio
visual.
3. Media Pembelajaran Mind Mapping
Peta Pikiran atau yang biasanya juga disebut dengan Mind Mapping atau
Mind Map menurut Syam (2015 : 185) adalah model yang dirancang untuk
membantu siswa dalam proses belajar, menyimpan informasi berupa materi
pelajaran yang diterima oleh siswa pada saat pembelajaran, dan membantu siswa
menyusun inti-inti yang penting dari materi pelajaran ke dalam bentuk peta, grafik
maupun penggunaan simbol sehingga siswa lebih mudah mengingat pelajaran
tersebut.
Kemudian menurut Tenriawaru (2014 : 85) Mind Mapping adalah teknik
untuk memaksimalkan daya kerja otak dengan cara membuat alur-alur berfikir.
Mind Mapping ini dapat membangkitkan ide-ide original, memudahkan dalam
menemukan hubungan dari dua atau lebih ide, dan memudahkan dalam
mengingat sehingga mampu meningkatkan hasil belajar serta meningkatkan
kreativitas peserta didik. Bentuk Mind Mapping ini menurut Tenriawaru juga
dapat diibaratkan seperti sebuah peta jalan di kota yang mempunyai banyak
cabang sehingga bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok
masalah dalam suatu area yang sangat luas, merencanakan sebuah rute yang
tercepat dan tepat serta mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita
berada.
Adapun keunggulan dari media pembelajan Mind Mapping dijelaskan
oleh Swadarma dalam Syam (2015 : 185) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kinerja manajemen pengetahuan.
b. Memaksimalkan sistem kerja otak.
c. Saling berhubungan satu sama lain sehingga semakin banyak ide dan
informasi yang dapat dijelaskan.
d. Memacu kreatifitas, sederhana dan mudah dikerjakan.
e. Sewaktu-waktu dapat me-recall data yang ada dengan mudah.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil yang diberikan kepada siswa berupa
penilaian setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menilai pengetahuan,
sikap, keterampilan pada diri siswa dengan adanya perubahan tingkah laku
(Nurrita, 2018 : 175).
Sedangkan menurut Purwanto dalam Sari (2014 : 28) hasil belajar adalah
tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.
Dari uraian beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan bentuk penghargaan yang diberikan kepada siswa berbentuk
penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik setelah siswa
tersebut mengikuti dan mengalami langsung proses belajar mengajar.

B. Penelitian Yang Relevan


1. Hasil penelitian oleh Yusvidha Ernata tahun 2013.
Judulnya adalah “Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Mind
Mapping Materi Sumber Daya Alam Kelas IV SDN Ngaringan 05 Kecamatan
Gandusari Kabupaten Blitar”.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusvidha Ernata menunjukkan
bahwa peserta didik mengalami peningkatan persentase jumlah nilai rata-rata
pada saat sesudah diterapkannya media pembelajaran Mind Mapping ini
terhadap pembelajaran.
Persamaan penelitian yang dilakukan Yusvidha Ernata dengan
proposal skripsi penulis adalah pada penerapan media pembelajaran Mind
Mapping-nya terhadap kegiatan belajar mengajar antara siswa dan guru,
sedangkan perbedaannya adalah penelitian milik Yusvidha Ernata ini lebih
mengacu kepad guru sebagai tokoh utama pemberi materi yang berbentuk
mind mapping, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan penulis bukan
hanya guru yang berperan aktif sebagai pembuat media, akan tetapi juga
melibatkan siswa untuk berkreatifitas sendiri membuat Mind Mapping
tersebut sesuai dengan keinginannya gambar, bentuk dan warna yang mereka
inginkan masing-masing.
2. Hasil penelitian oleh Uswatun Hasanah tahun 2016.
Judulnya adalah “Penerapan Strategi Pembelajaran Mind Mapping
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Fiqih
Kelas VIII-A Mts Nurul Islam Air Bakoman Kabupaten Tanggamus”.
Hasil penelitian yang dilakukan Uswatun Hasanah menunjukkan
bahwa implementasi strategi pembelajaran Mind Mapping dapat
meningkatkan kemampuan akademik peserta didik secara optimal dengan
melihat hasil nilai akhir yang didapatkan peserta didik yang jumlahnya
meningkat dibandingkan dengan sebelum penerapan media pembelajaran
berbasis Mind Mapping.
Persamaan penelitian yang dilakukan Uswatun Hasanah dengan
proposal skripsi penulis terletak pada penerapan media pembelajaran Mind
Mapping-nya terhadap kegiatan belajar mengajar antara siswa dan guru,
sedangkan perbedaannya adalah penelitian milik Uswatun Hasanah ini lebih
menekankan kepada bagaimana proses pembuatan/pengelolaan media Mind
Mapping-nya, sedangkan penulis hanya berfokus kepada hasil akhir (nilai
akhir) yang didapatkan peserta didik setelah diterapkan proses pembelajaran
yang berbasis media Mind Mapping.
C. Kerangka Berfikir
Pembelajaran sejarah biasanya kebanyakan dilakukan dengan metode-metode
lama seperti ceramah, tanya jawab, tugas-menugas dan lain-lain. Menurut peneliti
sistem pembelajaran yang seperti ini bersifat membosankan, kurang menarik dan
akhirnya menyebabkan peserta didik mengantuk dan terlihat kurang aktif dalam
proses belajar mengajar.
Oleh karena itu sangat diperlukan perubahan strategi pembelajaran untuk
lebih meningkatkan minat peserta didik dalam mempelajari sejarah. Salah satu
contohnya adalah dengan penerapan media pembelajaran berbasis Mind Mapping ini
dimana siswa akan berimajinasi sesuai dengan karakternya masing-masing dalam
mencari inti-inti dari materi yang kemudian dirangkaikan menjadi satu kesatuan yang
nantinya akan memberi rangsangan terhadap peserta didik tersebut untuk ikut aktif
dan berfikir dalam belajar mengajar.
Berdasarkan uraian diatas maka kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :

Guru Sejarah

Minat Belajar Kurang Optimal


Sistem Pembelajaran Sejarah
Keseharian Seperti Biasa

Penerapan Media Mind Mapping

Minat Belajar Sejarah Siswa


Meningkat

Hasil Setelah Diterapkannya


Media Mind Mapping

Gambar 1 : Kerangka Berfikir


Berdasarkan gambar 1 diatas, dapat diketahui bahwa penelitian ini melibatkan
guru sejarah langsung yang biasanya mengajar dengan sistem keseharian seperti biasa
misalnya ceramah, tanya jawab, tugas-menugas dan lain-lain. Kemudian pada saat
tertentu diterapkanlah proses belajar mengajar dengan menggunakan media
pembelajaran berbasis Mind Mapping, nantinya akan diketahui apakah proses belajar
mengajar dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Mind Mapping ini
cenderung lebih efektif hasil nilai akhir peserta didik dibandingkan dengan sebelum
diterapkan media Mind Mapping-nya.

D. Hipotesis
Adapun hipotesis yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan hasil keterampilan dalam menentukan intisari materi
dalam pembelajaran sejarah sebelum dan sesudah penerapan media
pembelajaran berbasis Mind Mapping pada peserta didik di kelas XI IIS-
3 SMA Negeri 1 Anjir Pasar.
2. Terdapat peningkatan efektivitas dalam menentukan intisari materi dalam
pembelajaran sejarah sebelum dan sesudah penerapan media
pembelajaran berbasis Mind Mapping pada peserta didik di kelas XI IIS-
3 SMA Negeri 1 Anjir Pasar.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat atau lokasi penelitian yang akan menjadi subjek dalam tugas
penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Anjir Pasar yang terletak di Desa Anjir Pasar
Lama, Kecamatan Anjir Pasar, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan
Selatan.
Adapun waktu yang akan digunakan dalam penelitian ini dilaksanakan sejak
tanggal dikeluarkannya izin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 2 (dua bulan),
1 bulan untuk pengumpulan data dan 1 bulan untuk pengolahan data yang meliputi
penyajian dalam bentuk skripsi dan proses bimbingan berlangsung.

B. Jenis Penelitian
Terkait dengan jenis penelitian yang terdapat dalam proposal ini, jika ditinjau
dari segi rancangan penelitian maka dapat digolongkan kedalam penilitian kuantitatif
dengan metode deskriptif.
Adapun pengertian jenis penelitian dengan menggunakan metode deskriptif
ini menurut Natsir dalam Rukajat (2018 : 1) adalah suatu metode dalam penelitian
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki. Ciri-ciri deskriptif bukan hanya menggambarkan mengenai situasi
atau kejadian, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji, hipotesa-hipotesa,
membuat prediksi serta mendapatkan arti dan implikasi dari suatu masalah yang ingin
dipecahkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif ini adalah
sebuah usaha seorang peneliti untuk menggambarkan suatu peristiwa yang akan
diusahakan mendekati realistiknya.
C. Populasi, Sampel, dan Sampling
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi bukan hanya orang,
akan tetapi objek dan benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah
yang ada pada objek/sumjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu (Sugiyono dalam
Hermawan, 2019 : 61). Adapun populasi dari penelitian ini adalah siswa-siswi di
SMA Negeri 1 Anjir Pasar di kelas XI-IIS 3.
2. Sampel
Sampel adalah bagian suatu objek yang mewakili populasi. Pengambilan
sampel harus sesuai dengan kualitas dan karakteristik suatu populasi.
Pengambilan sampel yang tidak sesuai dengan kualitas dan karakteristik suatu
populasi akan menyebabkan suatu penelitian menjadi bias, tidak dapat dipercaya,
dan kesimpulannya pun bisa keliru (Tika dalam Hermawan, 2019 : 62). Adapun
dalam penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan penulis adalah sebanyak 31
orang siswa-siswi di SMA Negeri 1 Anjir Pasar yang terdapat dalam kelas XI-
IIS 3.
3. Teknik Sampling
Menurut Hermawan (2019 : 65-67) teknik sampling adalah teknik
pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Pada dasarnya
teknik sampling dibagi menjadi dua yaitu :
a) Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi :
 Simple Random Sampling
Dikatakan simpel (sederhana) karena pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Cara demikian
dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
 Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsioal. Suatu organisasi yang
mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang
berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata.
 Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila
populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
 Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang
diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu
negara, provinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk
mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan
sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.
b) Non Probability Sampling
Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampling ini meliputi :
 Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomor urut. Misalnya anggota populasi yang berjumlah 100
orang, dari semua anggota tersebut diberi nomor urut 1 sampai
100. Pengambilan sampel bisa diambil dari nomor ganjil saja,
genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu.
 Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
(kuota) yang diinginkan.
 Sampling Insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasakan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang
cocok sebagai sumber data.
 Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian
tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah
orang yang ahli makanan.
 Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
digunakan bila populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau
penelitian yang akan membuat generalisasi dengan kesalahan
yang sangat kecil. Istilah lainnya adalah sensus, dimana semua
anggota populasi dijadikan sampel.
 Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-
mula jumlahnya kecil, kemudian membesar, ibarat bola salju
yang menggelinding yang lama-kelamaan menjadi besar.
Misalnya dalam penelitian pertama dipilih satu atau dua orang
sebagai sampel, akan tetapi karena dua orang ini data yang
diperoleh belum merasa lengkap, maka peneliti mencari orang
lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang
diberikan orang-orang sebelumnya.
Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengambilan
data dengan cara simple random sampling. Dimana teknik pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi.

D. Teknik Pengumpulan Data


Pengertian data menurut Situmorang (2010 : 1) dalam Webster New World
Disctionary, data adalah things known or assumed, yang berarti bahwa data itu
sesuatu yang diketahui atau dianggap. Diketahui artinya yang sudah terjadi
merupakan fakta (bukti). Data dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan
atau persoalan. Kemudian beliau juga menyebutkan bahwa data bisa didefinisikan
sebagai sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi)
suatu objek, data dapat berupa angka dan dapat pula merupakan lambang atau sifat.
Untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
metode Ujian/Tes. Tes menurut Grounlund & Linn (1990) adalah sebuah instrumen
atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu tingkah laku. Tes juga diartikan
sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau pertanyaan-pertanyaan yang
harus dipilih/ditanggapi atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh yang di tes
dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek (perilaku) dari orang yang di tes tersebut
(Azwar dalam Hamid, 2019 : 7).
Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah dengan
menggunakan metode tes tertulis yang berbentuk uraian. Tes tertulis berbentuk uraian
menurut Kunandar dalam Muttaqen dan Kusaeri (2017 : 3) adalah seperangkat soal
yang berupa tugas, pertanyaan yang menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan
dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata sendiri. Jawaban tersebut dapat
berbentuk mengingat kembali, menyusun, mengorganisasikan atau memadukan
pengetahuan yang telah dipelajarinya dalam rangkaian kalimat atau kata-kata.
E. Uji Coba Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang telah disusun diujicobakan terlebih dahulu untuk
mengetahui kesahihan dan kehandalan melalui prosedur :
1. Responden Uji Coba
Instrumen penelitian diujicobakan kepada sampel sebanyak 31 orang
yakni siswa-siswi dikelas XI-IIS 3 yang mengikuti pembelajaran mata
pelajaran sejarah yang membahas tentang materi Peristiwa Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia.
2. Pelaksanaan Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen akan dilaksanakan dengan langkah-langkah
eksperimen pre-experimental one-group pretest-posttest dimana peneliti
menguji efektivitas media dengan membandingkan pemahaman siswa
sebelum dan sesudah diberi treatment (Susanto & Helmi, 2018 : 200). Lebih
detailnya pertama-tama peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan
mendasar secara lisan mengenai peristiwa proklamasi kemerdekaan bangsa
Indonesia kepada kelompok siswa yang menjadi sampel penelitian dengan
tujuan untuk mengetahui pemahaman awal mereka mengenai materi tersebut.
Kemudian langkah-langkah peneliti selanjutnya akan melakukan :
a) Siswa-siswi diarahkan untuk mengajukan wawasan atau pemahaman
mereka tentang materi Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Bangsa
Indonesia secara lisan.
b) Siswa-siswi diberikan pertanyaan essai terkait Peristiwa Proklamasi
Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan dijawab masing-masing oleh
siswa pada selembar kertas.
c) Hasil nilai tugas kemudian dikumpulkan dan akan direkapitulasi oleh
peneliti.
d) Kemudian siswa-siswi kembali diberikan materi tentang Peristiwa
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dengan media
pembelajaran Mind Mapping. Mereka diberikan kebebasan untuk
mencatat materi tersebut dengan gambar atau simbol, bentuk, gaya
(style) dan warna apa saja yang mereka kehendaki (masih tetap dalam
pengawasan peneliti) dengan struktur dan kaidah media pembelajaran
Mind Mapping.
e) Siswa kembali diberikan penugasan berbentuk essai untuk menjawab
soal terkait materi yang telah diberikan.
f) Hasil nilai tugas kembali akan direkapitulasi oleh peneliti.
g) Terakhir hasil nilai tugas siswa-siswi akan dibandingkan dan dihitung
berapa selisihnya dimulai dari sebelum menggunakan media
pembelajaran Mind Mapping dan sesudah menggunakan media
pembelajaran Mind Mapping.
3. Tujuan Pelaksanaan Uji Coba
Pelaksanaan uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada
peningkatan hasil belajar (peningkatan nilai) yang diperoleh oleh siswa-siswi
kelas XI-IIS 3 di SMA Negeri 1 Anjir Pasar setelah diterapkan metode
pembelajaran Mind Mapping pada saat pembelajaran sejarah. Apabila ada
peningkatan nilai maka dapat dikatakan bahwa penerapan media
pembelajaran berbasis Mind Mapping terhadap siswa-siswi kelas XI-IIS 3 di
SMA Negeri 1 Anjir Pasar tergolong dalam kategori efektif dan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.

F. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan suatu langkah yang paling menentukan dari
sebuah penelitian, karena analisa berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian.
Adapun teknik analisa data yang peneliti rancang sesuai dengan sifat penelitian
kuantitatif dengan teknik statistik deskriptif, rinciannya adalah sebagai berikut :
1. Prosedur Penilaian Tugas Sebelum Penerapan Media Pembelajaran Mind
Mapping (pretest):
No. Nama Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Skor
1.
2.
3.
4.
5.

Tabel 1 : Prosedur penilaian tugas sebelum penerapan


media pembelajaran Mind Mapping (pretest)

Keterangan Penilaian (max : 10 min : 0,0) :

 Jawaban benar dan tepat : 2,5


 Jawaban sebagian besar benar : 2,0
 Jawaban mendekati benar : 1,5
 Jawaban salah : 0,0
Keterangan Skor (max : 10 min : 0,0) :
 8-10 : Baik Sekali
 6-8 : Baik
 4-6 : Cukup
 0-4 : Kurang
2. Prosedur Penilaian Tugas Sesudah Penerapan Media Pembelajaran Mind
Mapping (posttes):
No. Nama Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Skor
1.
2.
3.
4.
5.

Tabel 2 : Prosedur penilaian tugas sesudah


penerapan media pembelajaran Mind Mapping
(posttes)
Keterangan Penilaian (max : 10 min : 0,0) :
 Jawaban benar dan tepat : 2,5
 Jawaban sebagian besar benar : 2,0
 Jawaban mendekati benar : 1,5
 Jawaban salah : 0,0
Keterangan Skor (max : 10 min : 0,0) :
 8-10 : Baik Sekali
 6-8 : Baik
 4-6 : Cukup
 0-4 : Kurang
3. Rekapitulasi Hasil Nilai Tugas Siswa
Nilai Sebelum Nilai Sesudah
Nama Selisih Peningkatan
NO. Diterapkan Diterapkan
Siswa Nilai (%)
Mind Mapping Mind Mapping
1.
2.
3.
4.
5.

Tabel 3 : Rekapitulasi hasil nilai tugas siswa


sebelum dan sesudah diterapkan media
pembelajaran Mind Mapping.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku
Ali, R. Moh. 2012. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta : PT. LKiS
Printing Cemerlang.
Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta :
Gaung Persada Press.
Buzan, Tony. 2008. The Ultimate Book of Mind Maps. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Hamid, Abdul. 2019. Penyusunan Tes Tertulis (Paper and Pencil Test). Ponorogo :
Uwais Inspirasi Indonesia.
Hermawan, Iwan. 2019. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif
dan Mixed Methode. Kuningan : Hidayatul Quran Kuningan.
Rukajat, Ajat. 2018. Pendekatan Penelitian Kuantitatif (Quantitative Research
Approach). Yogyakarta : Deepublish Publisher.
Situmorang, Syafizal Helmi. 2010. Analisis Data : Untuk Riset Manajemen dan
Bisnis. Medan : USU Press.
Sjamsuddin, Helius. 2020. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Ombak.
Suardi, Moh. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Deepublish Publisher.
Susanto, Heri. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah (Isu, Gagasan dan Strategi
Pembelajaran). Yogyakarta : Aswaja Pressindo.
Susanto, Heri dan Helmi Akmal. 2019. Media Pembelajaran Sejarah Era Teknologi
Informasi (Konsep Dasar, Prinsip Aplikatif, dan Perancangannya).
Banjarmasin : Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat.
Swadarma, Doni. 2013. Penerapan Mind Mapping Dalam Kurikulum Pembelajaran.
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
B. Jurnal
Muttaqin, Mochamad Zaenal dan Kusaeri. 2017. Pengembangan Instrumen
Penilaian Tes Tertulis Bentuk Uraian Untuk Pembelajaran PAI Berbasis
Masalah Materi Fiqh. Dalam Jurnal Tatsqif, Vol. 15, No. 01. Halaman 1-23.
Neyfa, Bella Chintya dan Dony Tamara. 2019. Perancangan Aplikasi E-Canteen
Berbasis Android Dengan Menggunakan Metode Object Oriented Analysis
& Design (OOAD). Dalam Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik,
Vol. 02, No. 1. Halaman 83-91.
Nurrita, Teni. 2018. Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa. Dalam jurnal Misykat, Vol. 03, No. 01. Halaman 171-187.
Pane, Aprida dan Muhammad Darwis Dasopang. 2017. Belajar dan Pembelajaran.
Dalam Jurnal Fitrah : Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, Vol. 03, No. 02.
Halaman 333-352.
Santi, Varieta Padma, dkk. 2017. Pengembangan Panduan Mind Mapping Untuk
Meningkatkan Keterampilan Belajar. Dalam Jurnal Consilium, Vol. 5, No.
2. Halaman 95-100.
Sari, Rachmawati Indah Permata. 2014. Hubungan Motivasi Belajar Dengan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di SDN 11 Petang Jakarta
Timur. Dalam Jurnal Pedagogik, Vol. II, No. 1. Halaman 26-32.
Susanto, Heri, dkk. 2021. Media Film Dokumenter dan Pengaruhnya Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Dalam Jurnal Historia, Vol. 09, No. 01.
Halaman 65-78.
Susanto, Heri & Helmi Akmal. 2018. Efektivitas Penggunaan Aplikasi Pembelajaran
Berbasis Mobile Smartphone Sebagai Media Pengenalan Sejarah Lokal
Masa Revolusi Fisik Di Kalimantan Selatan Pada Siswa Sekolah Menengah
Atas. Dalam Jurnal Historia, Vol. 06, No. 02. Halaman 197-206.
Syam, Natriani dan Ramlah. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SDN 54 Kota Parepare. Dalam Jurnal
Publikasi Pendidikan, Vol. V, No. 3. Halaman 184- 197.
Yusup, Febrianawati. 2018. Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Kuantitatif. Dalam Jurnal Tarbiyah : Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 07,
No. 01. Halaman 17-23.
C. Skripsi
Winarsih, Widha. 2017. Peranan Pembelajaran Sejarah Dalam Penanaman Nilai
Karakter Religius Dan Nasionalisme di MAN Temanggung Tahun Ajaran
2016/2017. Dalam Skripsi, Universitas Negeri Semarang.
D. Laporan Penelitian
Mutiani, dkk. 2020. Penerapan Transcript Based Lesson Analyses (TBLA) Sebagai
Upaya Peningkatan Pembelajaran Sejarah Di Sma Negeri 7 Banjarmasin.
Banjarmasin : Universitas Lambung Mangkurat.
E. Prosiding
Tenriawaru, Eka Pratiwi. 2014. Implementasi Mind Mapping Dalam Kegiatan
Pembelajaran Dan Pengaruhnya Terhadap Pendidikan Karakter. Dalam
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Karakter di Gedung SCC Palopo
pada Sabtu 03 Mei 2014.
F. Situs Web
Sejarah (Def.1) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online. Diakses
melalui https://kbbi-web-id.cdn.ampproject.org/v/s/kbbi.web.id/sejarah,
pada tanggal 15 Maret 2021 pukul 11.02 WIB.

Anda mungkin juga menyukai