Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai perubahan dalam abad 21, menghadapkan pendidikan

Indonesia dengan sejumlah tantangan dan peluang. Kemudahan akses dari

berbagai pusat pembelajaran, menempatkan guru tidak lagi sebagai satu-

satunya sumber belajar, sekaligus menuntut kreatifitas guru untuk

menghadirkan berbagai sumber belajar dalam pembelajarannya. Sejalan

dengan itu perubahan kurikulum 2013 yang masih terus mengalami perbaikan

dari waktu ke waktu memberikan ruang kreatifitas yang lebih besar bagi guru.

Guru perlu mengubah cara-cara mengajarnya yang konvensional dengan cara-

cara baru yang dapat menarik minat belajar siswa. Guru perlu menyesuaikan

dengan gaya belajar anak-anak yang besar di abad 21 ini, dengan berbagai

kemudahan akses di sekitarnya. Salah satu cara menyajikan pembelajaran

berbeda adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Media

pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan

berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat

mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna (Cecep

Kustandi dan Bambang Sutjipto, 2011: 9). Oleh karena itu, bijaklah seorang

guru yang mencari cara/media yang dapat digunakan dalam menyampaikan

materi-materi pelajarannya terutama pada materi-materi yang kompleks.

Trigonometri merupakan salah satu materi yang dibelajarkan di kelas

X Sekolah Menengah Atas dan menjadi salah satu materi matematika yang
sulit dipahami peserta didik. Kesulitan yang dihadapi peserta didik

disebabkan oleh karakteristik dari materi trigonometri sendiri. Materi ini

mempunyai rumus dan penurunan rumus yang banyak dan kompleks, selain

itu peserta didik juga dituntut untuk menghafal sejumlah nilai perbandingan

trigonometri dari sudut-sudut istimewa dan sudut berelasi karena akan sering

sekali digunakan yang selanjutnya menjadi dasar dari pelajaran trigonometri

tingkat lanjut.

Nilai perbandingan trigonometri juga sering digunakan pada bidang

ilmu fisika. Di pelajaran Fisika, nilai perbandingan trigonometri digunakan

hampir di semua materi, antara lain: gerak parabola, gaya, usaha dan energi,

dinamika dan rotasi, gelombang bunyi, serta gelombang elektromagnet. Hal

ini menunjukkan urgensi materi trigonometri sangat besar. Oleh karena itu,

penanaman awal materi matematika di kelas X harus menjadi dasar yang kuat

bagi peserta didik. Selain itu, guru perlu menarik minat siswa untuk belajar

trigonometri dengan cara berbeda, menyenangkan dan tidak membosankan.

Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat memberikan perhatian penuh dan

memiliki pemahaman yang baik di awal pembahasan tentang Matriks yang

berjenjang ke tingkat kelas XI dan XII.

Dengan memperhatikan kebutuhan yang tinggi untuk memahami

materi Matriks serta masalah-masalah yang dihadapi siswa karena

karakteristik materi ini sendiri mendorong penulis untuk mengembangkan

suatu media yang dapat membantu siswa memahami nilai perbandingan

trigonometri sudut-sudut istimewa dan sudut berelasi. Media ini diberi nama

dengan “Lisa Permetri”. “Lisa Permetri” adalah kepanjangan dari “Lingkaran


Satuan Perbandingan Trigonometri”, karena pada dasarnya media ini

berbentuk lingkaran satuan.

1.2 Permasalahan

a. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai

berikut.

1. Perubahan paradigma belajar abad-21 dan penerapan kurikulum 2013,

menuntut guru menjadi pribadi kreatif dan inovatif dalam

menfasilitasi siswa belajar dan menyajikan pembelajarannya.

2. Karakteristik materi matriks yang kompleks membuat siswa kesulitan

memahami materi trigonometri dasar maupun matriks lanjut.

3. Materi Matriks memiliki urgensi yang tinggi karena tidak hanya

digunakan pada bidang matematika saja tetapi juga digunakan pada

pelajaran Fisika.

4. Pembelajaran disampaikan secara konvensional sehingga peserta didik

tidak termotivasi dalam belajar.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dari

tulisan ini adalah :

1. Bagaimana mengembangkan “TEKNIK PROBLEM SOLVING”

sebagai media dalam pembelajaran nilai Matrik determinan dan invers.

?
2. Apa saja pengalaman terbaik yang diperoleh pada saat membelajarkan

materi nilai Matriks berelasi menggunakan media “TEKNIK

PROBLEM SOLVING” yang dikembangkan?

3. Bagaimana hasil implementasi pembelajaran menggunakan “TEKNIK

PROBLEM SOLVING” dapat menjadi bahan literasi bagi peserta

didik?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan ini adalah :

1. Melaporkan pengembangan media “TEKNIK PROBLEM SOLVING”

dalam pembelajaran Matriks Determinan dan Invers

2. Melaporkan pengalaman terbaik yang diperoleh pada saat membelajarkan

materi Matriks Determinan dan Invers menggunakan media “TEKNIK

PROBLEM SOLVING” yang telah dikembangkan

3. Melaporkan hasil implementasi pembelajaran menggunakan “TEKNIK

PROBLEM SOLVING” dapat menjadi bahan literasi bagi peserta didik.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari pengembangan karya “Lisa Permetri” ini adalah :

1. Bagi peserta didik

a. Peserta didik dapat dengan lebih mudah memahami materi Matriks

yaitu matriks determinab dan invers


b. Peserta didik terbantu karena tidak hanya akan sekedar menghafal

sekian banyak Matriks namun juga memahami dengan baik matriks

determinan dan invers.

c. Peserta didik termotivasi dalam belajar karena semua inderanya aktif

ketika mengikuti pembelajaran yang menggunakan media.

2. Bagi guru

a. Pengembangan media memberi manfaat meningkatnya daya kreasi dan

inovasi guru untuk memberikan pengalaman belajar yang terbaik.

b. Sebagai salah satu alternatif dalam membelajarkan materi Matriks

yang diketahui memiliki kompleksitas yang tinggi

c. Penggunaan media yang efektif memudahkan guru mengelola kelas

dan proses pembelajaran yang berlangsung.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Peran Guru dan Media dalam Pembelajaran Matematika

Dalam proses pembelajaran guru memiliki peranan yang sangat

penting dalam membimbing peserta didik mencapai tujuan pembelajaran

secara sempit dan menuju kemandirian dan kematangan berpikir secara luas.

Syaifurahman dan Ujiati (2013:32) menyatakan bahwa guru mempunyai

tanggung jawab menyusun strategi pembelajaran yang menarik dan yang

disenangi siswa, yakni rencana yang cermat agar peserta didik dapat belajar,

butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus

menerus mempelajari pelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa peranan guru

sangat besar dalam mempengaruhi dan menfasilitasi peserta didiknya dalam

belajar. Tidaklah heran, seperti yang dituturkan Silvester Kiik dalam

artikelnya “Guru Mulia karena Karyanya” yang dimuat di kompasiana 29

November 2016, bahwa setelah perang dunia ke-2 yang berakibat kekalahan

Jepang, pertanyaan pertama yang diajukan kaisar Hirohito adalah berapa

jumlah guru yang masih tersisa?. Pertanyaan ini mengindikasikan bahwa

untuk kembali membangun Jepang, peran gurulah yang paling utama saat

itu.

Kurikulum 2013 juga menuntut guru menjadi sosok yang kreatif dan

inovatif. Paradigma pembelajaran abad 21 memberi tantangan baru kepada

guru dalam menghadapi generasi milinial yang menjadi peserta didik saat
ini. Guru tidak lagi bisa mengajar menggunakan cara-cara konvensional,

tetapi harus sekreatif mungkin mengemas pembelajarannya.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru dalam

pembelajarannya yaitu menggunakan media pembelajaran sebagai sarana

untuk menfasilitasi siswa menemukan dan memahami materi yang

dibelajarkan. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Hamalik (2002:12) bahwa

guru sebaiknya menghadirkan media dalam setiap proses pembelajaran demi

tercapainya tujuan yang hendak dicapai. Selain itu, Sudjana dan Ahmad Rifai

(1991:13) menyebutkan beberapa manfaat media pembelajaran yang adalah

sebagai berikut:

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan

pembelajaran lebih baik.

3. Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga

siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru

mengajar untuk setiap jam pelajaran.

4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti

pengamatan, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Dari pandangan di atas memperlihatkan bahwa media tidak hanya dapat

membantu guru menyampaikan konsep tertentu tetapi memberikan manfaat


dan motivasi kepada peserta didik untuk terus menerus meningkatkan

pemahamannya tentang pelajaran yang disampaikan.

Kaitannya dengan pembelajaran Matematika yang selama ini dirasa

para siswa sebagai pelajaran yang sulit, Jerome Bruner dalam Erman

Suherman (2003:43) mengatakan bahwa belajar matematika akan lebih

berhasil jika proses pengajaran diarahkan pada konsep-konsep dan struktur-

struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping

hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Bruner,

melalui teorinya itu, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak

sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat

peraga/media). Melalui alat peraga/media tersebut, anak akan melihat langsung

bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang

diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan

dengan keterangan intuitif yang telah melekat pada dirinya. Dengan demikian,

konsep-konsep Matematika yang abstrak dapat divisualisasikan sehingga

menjadi gambaran yang lebih nyata bagi peserta didik.

2.2. Perbandingan Trigonometri

Salah satu materi yang diajarkan di kelas X SMA adalah

Trigonometri. Trigonometri sendiri adalah salah satu cabang matematika

yang mempelajari tentang hubungan antara sisi-sisi dan sudut-sudut pada

suatu segitiga (Marwanta, 2009:144). Syahbana (2015:2) menulis dalam

bukunya bahwa Trigonometri dikembangkan dari studi mengenai segitiga

siku-siku dengan menerapkan hubungan antara sisi dan sudut segitiga

tersebut ke studi mengenai segitiga lain yang serupa. Ciri dari trigonometri
sendiri berkaitan dengan 6 (enam) kata yaitu sinus, cosinus, tangen,

cosecans, secan, dan cotangen.

Pelajaran trigonometri di SMA khususnya mengenai perbandingan

trigonometri (sinus, cosinus, tangen, cosecans, secan, dan cotangen)

memiliki urgensi yang tinggi karena nilai perbandingan trigonometri sudut-

sudut sudah digunakan pada mata pelajaran lain, yaitu Fisika. Selain itu, di

kelas XI dan kelas XII SMA siswa akan kembali berhadapan dengan

trigonometri. Ditambah lagi, meskipun tidak membahas secara khusus

mengenai trigonometri, konsep lain dalam materi matematika sendiri tetap

berhubungan langsung dengan trigonometri, sebagai contoh limit fungsi

trigonometri, turunan fungsi trigonometri maupun integral fungsi

trigonometri. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa trigonometri adalah

salah satu materi matematika SMA yang kompleks. Oleh karena itu,

penanaman konsep dasar yang baik dan membuat siswa terus termotivasi

belajar sangat penting dilakukan khususnya pada materi trigonometri ini.


BAB III

PELAKSANAAN DAN HASIL

3.1 Pengembangan Media “Lisa Permetri”

Dengan memperhatikan kebutuhan peserta didik, penulis

mengembangkan sebuah alat pelajaran pada materi trigonometri yang diberi

nama dengan “Lisa Permetri”. “Lisa Permetri” berupa media yang memiliki

lingkaran satuan, di mana sudut-sudut istimewa dan sudut-sudut berelasi

dapat diletakkan. Lisa Permetri merupakan kepanjangan dari Lingkaran

Satuan Perbandingan Trigonometri. Media ini berupa sebuah lingkaran satuan

yang memuat sudut-sudut istimewa dan sudut berelasi yang memungkinkan

siswa untuk menentukan nilai perbandingan trigonometri menggunakan

konsep nilai perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku yang

dipelajari sebelumnya.

“Lisa Permetri” dapat digunakan sebagai pendamping dalam

pembelajaran maupun digunakan secara mandiri oleh siswa di luar

pembelajaran. Perbedaannya terletak pada nilai-nilai yang perlu dicari

terlebih dahulu oleh siswa dengan lembar aktivitas siswa yang sudah

disediakan. Sedangkan pada penggunaan secara mandiri nilai-nilai ini sudah

tersedia, sehingga peserta didik bisa langsung menentukan nilai perbandingan

trigonometri dari sudut yang dimaksud.

“Lisa Permetri” dilengkapi dengan keterangan-keterangan nilai

perbandingan trigonometri (sinus, cosinus, tangen, cosecans, secans,

cotangen) untuk mengarahkan siswa menghitung nilai perbandingan sudut


yang diinginkan. Berikut adalah gambar dan penjelasan bagian-bagian “Lisa

Permetri”
Lingkaran satuan

Perbandingan trigonometri

Pita penunjuk sudut

Lingkaran magnet

Sudut

Segitiga siku-siku

Gambar 1. Lisa Permetri dan bagian-bagiannya

3.2 Pelaksanaan Pembelajaran

Tahap implementasi “Lisa Permetri” dalam pembelajaran matematika,

ditujukan untuk memenuhi kompetensi dasar dan indikator menentukan nilai

perbandingan trigonometri sudut istimewa menggunakan konsep segitiga

siku-siku pada lingkaran satuan. Pembelajaran ini diberikan kepada peserta

didik pada kelas X, SMA kurikulum 2013.

Seperti yang diungkapkan pada bagian awal bab ini, bahwa

pemanfaatan “Lisa Permetri” dapat digunakan sebagai media dalam

pembelajaran sekaligus belajar siswa secara mandiri. Untuk kepentingan

pembelajaran, media “Lisa Permetri” tidak diberikan secara lengkap karena

guru akan menuntun siswa menemukan ukuran-ukuran pada segitiga siku-

siku menggunakan lembar aktivitas siswa yang sudah disediakan. Dari


aktivitas penemuan inilah siswa akhirnya dapat menggunakan “Lisa

Permetri” secara mandiri dengan mudah.

Tahap-tahap pembelajaran dengan menggunakan media terdiri dari:

menyimak petunjuk, menyelesaikan lembar aktivitas siswa, menggunakan

“Lisa Permetri”, mencatat nilai perbandingan trigonometri sudut istimewa

dan sudut berelasi, presentasi dan menempelkan hasil di papan literasi.

Rancangan pembelajaran yang dibuat untuk mengimplementasikan

pembelajaran menggunakan “Lisa Permetri” (terlampir).

Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan jika “Lisa Permetri”

digunakan secara mandiri adalah geser benang yang menunjukkan sudut ke

sudut yang akan dicari nilai perbandingan trigonometrinya. Langkah berikut,

tempat segitiga siku-siku yang cocok dengan segitiga yang terbentuk dari

hasil proyeksi ujung tali ke sumbu X. Langkah terakhir, lihat petunjuk yang

ada lengkapi nilai perbandingan trigonometri yang diinginkan.

Petunjuk lengkap penggunaan “Lisa Permetri” adalah sebagai berikut :

disajikan sebagai berikut:

1. Tentukan sudut yang akan dicari nilai perbandingan trigonometrinya.

2. Geser pita penunjuk sudut ke sudut yang diinginkan.

3. Proyeksikan ujung pita penunjuk sudut ke sumbu X.

4. Perhatikan segitiga siku-siku yang terbentuk oleh ujung pita penunjuk

sudut, titik proyeksi, dan titik pusat.

5. Letakkan segitiga siku-siku yang bersesuaian dengan segitiga yang

terbentuk.

6. Perhatikan sisi-sisi warna pada segitiga siku-siku.


7. Lengkapi nilai perbandingan trigonometri yang diinginkan, dengan

memperhatikan keterangan pada bagian kanan media. Misalkan untuk

menentukan sinus dari sudut perhatikan sisi berwarna merah dibagi

dengan sisi berwarna kuning, geser lingkaran magnet yang menunjukkan

masing-masing sisi. Hitung hasil bagi dari sisi bagian merah dan bagian

biru, maka akan diperoleh nilai sinus sudut yang dimaksud. Begitu

seterusnya untuk nilai perbandingan trigonometri yang lain

3.3 Hasil

Setelah pembelajaran dilakukan, untuk mengetahui seberapa

bermanfaatnya penggunaan “Lisa Permetri” dalam pembelajaran maupun

secara mandiri, penulis melakukan 2 (dua) teknik sederhana yaitu wawancara

dan membandingkan 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas non

eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberi pembelajaran

menggunakan “Lisa Permetri” dan kelas non eksperimen diberi pembelajaran

dengan penjelasan (metode ceramah). Pembandingan ini hanya didasarkan

pada hasil tes tentang nilai perbandingan trigonometri sudut instrimewa dan

sudut berelasi. Di akhir pembelajaran tes ini diberikan, dan memberikan hasil

bahwa kelas yang pembelajarannya menggunakan “Lisa Permetri”, 82% (28

dari 34 siswa) menjawab nilai perbandingan trigonometri dengan tepat dan

benar, sedangkan pada kelas non eksperimen siswa yang menjawab benar

hanya mencapai 67% (22 dari 33 siswa di kelasnya).

Teknik kedua yang dilakukan penulis adalah dengan teknik

wawancara kepada sampel dari kelas eksperimen. 11 dari 34 siswa (30%)


pada kelas eksperimen ditanya mengenai pendapat mereka setelah mengikuti

pembelajaran menggunakan “Lisa Permetri”. Jawaban yang diberikan

beragam, tetapi menunjukkan bahwa media “Lisa Permetri” sangat membantu

mereka dalam mempelajari dan memahami nilai perbandingan trigonometri

sudut-sudut.

Dari 2 (dua) teknik yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan

menggunakan alat pelajaran “Lisa Permetri” dapat meningkatkan pemahaman

siswa dan respon yang aktif tentang nilai perbandingan trigonometri sudut-

sudut dari sudut istimewa dan sudut-sudut berelasi.

Berikut adalah ringkasan hasil yang diperoleh setelah

mengimplementasi “Lisa Permetri” dalam pembelajaran adalah :

1. Dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai perbandingan

trigonometri sudut-sudut istimewa.

2. Dapat meningkatkan respon dan minat siswa dalam mempelajari

trigonometri.

3. Dengan “Lisa Permetri” pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

4. Hafalan trigonometri tidak membebankan siswa.

5. Dapat dijadikan bahan literasi atau media belajar siswa secara mandiri.

6. Dapat memanfaatkan bahan sederhana sebagai media pembelajaran.

7. Meningkatkan daya kreasi dan inovasi guru.


BAB IV

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Simpulan

Dalam pengembangan media dan implementasinya dalam

pembelajaran dapat disimpulkan bahwa “Lisa Permetri” dapat dijadikan media

sebagai salah satu alternatif guru mata pelajaran matematika dalam

membelajarkan trigonometri, khususnya pada nilai perbandingan trigonometri

sudut-sudut istimewa.

“Lisa Permetri” merupakan media yang dibuat dari bahan bekas yang

mudah ditemukan sehari-hari, yaitu berupa lingkaran satuan yang dilengkapi

dengan definisi perbandingan trigonometri, segitiga yang bersesuaian dan

magnet-magnet kecil bertuliskan keterangan tentang panjang sisi pada segitiga.

Keterangan nilai tersebut yang akan menunjukkan berapa nilai perbandingan

trigonometri sudut yang diambil

Implementasi “Lisa Permetri” dalam pembelajaran semakin

meningkatkan pemahaman siswa mengenai perbandingan trigonometri dan

mendapat respon yang baik yang ditunjukkan melalui keaktifan siswa dalam

kelas. Selain itu, media ini juga dikembangkan sebagai bahan belajar secara

mandiri oleh siswa sendiri.


4.2 Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat diberikan dari pengembangan media “Lisa

Permetri” ini adalah :

a. Media ini dibuat dari bahan bekas yang mudah ditemukan, tetapi tidak

menutup kemungkinan untuk mengganti dengan bahan lain.

b. Guru dapat mengembangkan “Lisa Permetri” untuk sudut-sudut yang lebih

banyak lagi.

c. “Lisa Permetri” dapat dipajang di perpustakaan sebagai media yang bisa

digunakan oleh pengunjung perpustakaan yang ingin mempelajari tentang

nilai perbandingan trigonometri sudut-sudut istimewa dan sudut-sudut

berelasi.

d. Pembelajaran dengan media ini dapat menjadi salah satu cara guru

matematika untuk membelajarkan trigonometri yang memiliki muatan

yang kompleks.
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Kiik, Silvester. 2016. Guru Mulia karena Karyanya (Belajar dari Kaisar
Hirohito). Kompasiana 29 November 2016.
https://www.kompasiana.com/syll/583d7f98 d07a613c0934e8cf/ guru-
mulia-karena-karyanya-belajar-dari-kaisar-hirohito-berapa-jumlah-guru-
yang-tersisa. diakses pada 1 Agustus 2018.

Kustandi, Cecep & Sutjipto, Bambang. 2011. Media Pembelajaran Manual dan
Digital. Bogor: Ghalia Indonesia Marwanta, dkk. 2009. Matematika
SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira

Sudjana, Nana & Rifa’i, Ahmad. 1991. Media Pengajaran. Bandung: CV. Sinar
Baru

Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Syaifurahman&Ujiati, Tri. 2013.Manajemen dalam Pembelajaran. Jakarta:PT


Indeks Permata Puri Media

Syahbana, Ali. 2015. Trigonometri Dasar. Yogyakarta:Deepublish


LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 :

Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP)


Lampiran 2 :

Lembar Aktivitas Siswa setiap Kelompok


Lampiran 3 :

Foto-foto Implementasi Media Pembelajaran


Lingkaran satuan

Perbandingan trigonometri

Pita penunjuk sudut

Lingkaran magnet

Sudut

Segitiga siku-siku

Gambar media dan bagian-bagiannya

“Penulis dan alat pelajaran yang dikembangkan mengambil foto di depan hasil
pekerjaan siswa yang sudah ditempel sebagai bahan literasi”
Penulis memperkenalkan media yang dibuat kepada para peserta didik

Guru memberikan pengantar mengenai lingkaran satuan


Para siswa menyimak langkah-langkah pembelajaran yang harus mereka lakukan

Siswa aktif menyelesaikan lembar aktivitas siswa


Guru memberikan bantuan pada kelompok sesuai dengan kebutuhan

Salah satu perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka


Siswa menempelkan hasil diskusi kelompok sebagai bahan literasi

Anda mungkin juga menyukai