Anda di halaman 1dari 9

TANTANGAN GURU DALAM PENGEMBANGAN MEDIA

PEMBELAJARAN PADA ABAD 21

Putri Meilinda
Email: 2110111320004@mhs.ac.id
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Media dapat memberikan pengalaman yang nyata dalam belajar karena mengikut
sertakan seluruh indra dan akal pikirannya.Penyajian materi pelajaran tidak secara monoton,
tetapi menggunakan media yang bervariasi dan sesuai, maka perhatian anak didik akan terpusat
pada pelajaran yang disajikan dapat membantu siswa untuk mempelajari sesuatu dengan lebih
baik. Diantaranya media sebagai alat yang bisa membantu guru dalam
menjelaskan/menyampaikan pesan/materi kepada peserta didik, dalam satu waktu guru lah
yang menjadi media dalam proses pembelajaran, menjadi model utama yang dilihat dan
didengar langsung oleh peserta didik sehingga dalam hal ini kemampuan guru menjadi tolak
ukur keberhasilan pembelajaran, dalam kondisi lain adakalanya media lah yang secara otonomi
memiliki peran dalam proses belajar mengajar, guru hanya menambahkan penjelasan yang
belum tersampaikan dan belum jelas dari media.

PENDAHULUAN
Pembelajaran pada hakikatnya digunakan siswa untuk mengembangkan potensi
pada dirinya . Kegiatan pembelajaran melibatkan dua belah pihak yaitu peserta didik
sebagai penerima pendidikan dan pendidik sebagai pemberi fasilitas. Keutamaan dalam
kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar. Istilah media pembelajaran
memiliki beberapa pengertian . Salah satu pendapat memberikan pengertian media secara
luas dan secara sempit. Adapun secara luas media pembelajaran dimaknai sebagai setiap
orang, materi, atau peristiwa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

1
memperoleh pengetahuan , keterampilan dan sikap. Adapun pengertian secara sempit yang
dimaksud dengan media pembelajaran adalah sarana non personal (bukan manusia) yang
digunakan oleh guru yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan (Mahmudah, 2018).
Secara umum media pembelajaran adalah semua saluran pesan yang dapat
digunakan sebagai sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar . Penggunaan media
dalam proses belajar mengajar dapat menghindari dari verbalisme ( Emda, 2011). Apabila
dilihat dari manfaatnya, Danim (1995) menyebutkan bahwa manfaat media dalam
pengajaran adalah sebagai berikut:
a) Meningkatkan mutu pendidikan dengan cara meningkatkan kecepatan belajar (rate of
learning).
b) Memberi kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual.
c) Memberi dasar pengajaran yang lebih ilmiah.
d) Pengajaran dapat dilakukan secara mantap.
e) Menikatkan terwujudnya kedekatan belajar (immediacy learning), dan (f) Memberikan
penyajian pendidikan lebih luas.
Secara umum media pembelajaran adalah semua saluran pesan yang dapat digunakan
sebagai sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media dalam proses
belajar mengajar dapat menghindari dari verbalisme (Emda, 2011). Peran media dalam
proses belajar mengajar antara lain.
1. Sebagai alat bantu belajar Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman
pendidikan yang bermakna bagi siswa. Media dapat memberikan pengalaman yang
nyata dalam belajar karena mengikutsertakan seluruh indra dan akal pikirannya.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamalik, ada beberapa faktor keuntungan atau
kegunaan media, yaitu:
a) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir sehingga mengurangi
verbalisme.
b) Memperbesar perhatian siswa.
c) Meletakkan dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga membuat
pelajaran lebih menetap.

2
d) Memberikan pengalaman yang nyata dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri
di kalangan siswa.
e) Menumbuhkan pikiran yang teratur dan kontinyu terutama terdapat dalam gambaran
hidup.
f) Membantu tumbuhnya pengertian dan perkembangan kemampuan berbahasa.
g) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta
membantu berkembangnya efesiensi yang lebih mendalam serta keragaman yang
lebih banyak dalam belajar.
2. alat untuk menumbuhkan ciptaan baru. Agar siswa dapat terangsang untuk mengikuti
pelajaran, Sebagai alat komunikasi. Dengan adanya media , penyampaian pesan dari
sumber pesan (pendidik) kepada penerima pesan (anak didik) akan lebih mudah
dipahami.
3. Sebagai maka guru perlu menci ptakan suasana belajar yang menyenangkan. Penyajian
materi pelajaran tidak secara monoton, tetapi menggunakan media yang bervariasi dan
sesuai, maka perhatian anak didik akan terpusat pada pelajaran yang disajikan dapat
membantu siswa untuk mempelajari sesuatu dengan lebih baik. Dalam proses belajar
mengajar melibatkan sejumlah komponenyang saling bekerja sama untuk mencapai
tujuan. Di antara komponen itu adalah guru dan media. Maka media dalam proses
belajar mengajar memiliki peran dalam berbagai pola kegiatan tersebut, di antaranya
adalah (Mahmudah, 2018) :
1) Guru sebagai sumber belajar sekaligus media Dalam proses belajar mengajar guru
merupakan salah satu yang bertindak sebagai sumber belajar dan media
pembelajaran. Dalam menyampaikan materi kepada siswa, seorang guru dituntut
mampu kepada siswa. Misalkan media gambar, pesan yang disampaikan guru
kepada siswa diperjelas oleh gambar.
2) Guru menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada media Dalam hal ini guru
dan media sama-sama memiliki tanggung jawab dalam mengendalikan proses
belajar mengajar. Secara otonomi media memiliki peran dalam menyampaikan
pesan. Misalkan menggunakan tape recorder dalam menyimak berita. Namun guru

3
harus pandai dalam mengambil kesempatan menjelaskan pesan yang belum
tersampaikan atau masih belum jelas dalam media.
3) Media sebagai satu-satunya sumber belajar Dalam hal ini media sebagai pengendala
proses belajar mengajar. Misalkan system belajar jarak jauh. Media pembelajaran
memilki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Di antaranya
media sebagai alat yang bisa membantu guru dalam menjelaskan/menyampaikan
pesan/materi kepada peserta didik, dalam satu waktu guru lah yang menjadi media
dalam proses pembelajaran, menjadi model utama yang dilihat dan didengar
langsung oleh peserta didik sehingga dalam hal ini kemampuan guru menjadi tolak
ukur keberhasilan pembelajaran, dalam kondisi lain adakalanya media lah yang
secara otonomi memiliki peran dalam proses belajar mengajar, guru hanya
menambahkan penjelasan yang belum tersampaikan dan belum jelas dari media.
Dan yang terakhir media berperan aktif dan sebagai satu satunya sumber belajar
menjelaskan dengan bahasa verbal ataupun Nonverbal, sehingga keprofesionalan
guru sangat menentukan tingkat efektivitas dan efisiennya.
4) Guru dan Media sebagai sumber belajar Dalam hal ini guru dan media sama-sama
memiliki peran. Dalam menyampaikan materi, guru memanfaatkan media sebagai
peraga atau alat bantu yang memperjelas materi yang disampaikan oleh guru.
Sadiman, (2006) menjelaskan, dengan menggunakan media pendidikan secara tepat
dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik, karena media pendidikan
berguna:
a) Menumbuhkan gairah belajar.
b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan
dan kenyataan.
c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan
minatnya.
Dari uraian di atas tampak bahwa media merupakan alat bantu pembelajaran, yang
diharapkan dapat membantu peserta didik untuk belajar lebih baik. Dengan demikian
suatu media dikategorikan baik jika media media tersebut dapat membantu siswa untuk
mempelajari sesuatu dengan lebih baik. Dalam proses belajar mengajar melibatkan

4
sejumlah komponenyang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan. Di antara
komponen itu adalah guru dan media.

PRINSIP PEMBELAJARAN PADA ABAD 21


4 prinsip pokok pembelajaran abad ke 21 yang dijelaskan dan dikembangkan seperti
berikut ini:
1. Instruction should be student-centered.
Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif
mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut untuk
mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan guru, tetapi berupaya
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat
perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk memecahkan masalah
masalah nyata yang terjadi di masyarakat.
2. Education should be collaborative.
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi
dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya.
Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa
berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek, siswa
perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta
bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka. Gambar 2
menunjukkan situasi kolaborasi antara siswa-guru dan siswa-siswa di dalam kelas.
3. Learning should have context.
Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan
siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Guru mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa
terhubung dengan dunia nyata (real word). Guru membantu siswa agar dapat menemukan
nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-harinya. Guru melakukan penilaian kinerja siswa yang dikaitkan
dengan dunia nyata.

5
4. Schools should be integrated with society.
Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab,
sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya.
Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat, dimana siswa dapat belajar
mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa dapat
dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti:
program kesehatan, pendidikan, Lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu
diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian
sosialnya.

KARAKTERISTIK GURU PADA ABAD 21


Guru sebagai fasilitator, motivator dan inspirator. Saat ini perkembangan digital
sudah demikian maju, guru bukan satu-satunya sumber informasi untuk belajar. Oleh
karena itu guru harus bisa menjadi fasilitator dan motivator bagi muridnya untuk mencari
dan memanfaatkan sumber belajar melalui kemajuan digital. Hal ini sekaligus sebagai
inspirator untuk murid-muridnya agar lebih giat belajar dan menemukan sumber informasi
melalui teknologi yang berkembang.
1) Minat baca guru harus tinggi. Dapat dibayangkan kalau minat baca guru rendah, apa
jadinya? Pastilah pengetahuan guru akan stagnan dan terlampaui oleh pengetahuan
siswanya. Implikasi yang terjadi adalah kewibawaan guru merosot dimata siswanya.
2) Guru harus memiliki kemampuan menulis karya ilmiah. Disamping minat baca guru
harus tinggi, guru dituntut juga memiliki kemampuan menulis karya ilmiah. Sebab guru
dalam tugasnya akan selalu memberikan macam-acam tugas kepada siswanya.
Beberapa penugasan yang diwajibkan guru kepada siswanya antara lain adalah mereviu
buku, artikel jurnal, membuat karangan pendek dan lain-lain. Hal ini semua menuntut
guru harus mahir menulis.
3) Guru harus kreatif dan inovatif mempraktekkan model-model pembelajaran. Tuntutan
pembelajaran abad 21 mengharuskan guru kreatif dan inovatif mempraktekkan model-
model pembelajaran yang dapat mengkonstruksi pengetahuan siswanya. Kombinasi

6
antara model pembelajaran dan penggunaan teknologi digital akan menimbulkan
kreativitas dan inovasi siswa.
4) Guru mampu bertransformasi secara kultural. Pandangan “teacher centered” pada kultur
pembelajaran sebelumnya harus dapat bertransformasi ke arah “student centerd”.
Jadikan siswa sebagai subyek belajar yang dapat berkembang dan mengkonstruksi
pengetahuannya secara maksimal.

SIMPULAN
Secara luas media pembelajaran dimaknai sebagai setiap orang, materi, atau
peristiwa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan ,
keterampilan dan sikap. Adapun pengertian secara sempit yang dimaksud dengan media
pembelajaran adalah sarana non personal (bukan manusia) yang digunakan oleh guru yang
memegang peranan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan (Mahmudah ,
2018). Secara umum media pembelajaran adalah semua saluran pesan yang dapat
digunakan sebagai sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar. Secara umum media
pembelajaran adalah semua saluran pesan yang dapat digunakan sebagai sarana komunikasi
dalam proses belajar mengajar. Sebagai alat bantu belajar Media pembelajaran dapat
memberikan pengalaman pendidikan yang bermakna bagi siswa. Media dapat memberikan
pengalaman yang nyata dalam belajar karena mengikut sertakan seluruh indra dan akal
pikirannya.Penyajian materi pelajaran tidak secara monoton, tetapi menggunakan media
yang bervariasi dan sesuai, maka perhatian anak didik akan terpusat pada pelajaran yang
disajikan dapat membantu siswa untuk mempelajari sesuatu dengan lebih baik. Diantaranya
media sebagai alat yang bisa membantu guru dalam menjelaskan/menyampaikan
pesan/materi kepada peserta didik, dalam satu waktu guru lah yang menjadi media dalam
proses pembelajaran, menjadi model utama yang dilihat dan didengar langsung oleh peserta
didik sehingga dalam hal ini kemampuan guru menjadi tolak ukur keberhasilan
pembelajaran, dalam kondisi lain adakalanya media lah yang secara otonomi memiliki
peran dalam proses belajar mengajar, guru hanya menambahkan penjelasan yang belum
tersampaikan dan belum jelas dari media. Dan yang terakhir media berperan aktif dan
sebagai satu satunya sumber belajar menjelaskan dengan bahasa verbal ataupun Nonverbal,

7
sehingga keprofesionalan guru sangat menentukan tingkat efektivitas dan efisiennya. Guru
dan Media sebagai sumber belajar Dalam hal ini guru dan media sama-sama memiliki
peran. Dalam menyampaikan materi, guru memanfaatkan media sebagai peraga atau alat
bantu yang memperjelas materi yang disampaikan oleh guru. Siswa ditempatkan sebagai
subyek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang
dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran
yang diberikan guru, tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya,
sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi
untuk memecahkan masalah masalah nyata yang terjadi di masyarakat. Guru membantu
siswa agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang
dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.

REFERENSI

Mardiani, F., Anis, M. Z. A., & Hermawan, M. D. DIGITAL LITERACY IN THE


TRANSFORMATION OF HISTORICAL LEARNING IN THE TIME OF COVID-
19. Jurnal Socius, 10(2), 1-10.
Mutiani, H. S., & Putra, M. A. H. (2020). Improvement of Scientific Attitudes Through
Training of Social Science Scientific Writing in MAN 2 Model
Banjarmasin. Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(2), 128-133.
Pakpahan, A.F., Ardiana, D.P.Y, Mawati, A.T.,Wagiu,E.B., Simarmata, J., Mansyur, M.Z.,
Ili, L., Purba, B., Chamidah,D., Kunang, J.F., Iskandar, A. (2020). Pengembangan
Media Pembelajaran. Yayasan Kita Menulis.
Setianingsih, S., Syaharuddin, S., Sriwati, S., Subroto, W., Rochgiyanti, R., & Mardiyani,
F. (2021). Aisyiyah: Peran dan Dinamikanya dalam Pengembangan Pendidikan Anak
di Banjarmasin Hingga Tahun 2014. PAKIS (Publikasi Berkala Pendidikan Ilmu
Sosial), 1(1).
Susanto, H. (2020). PEDAGOGI SEJARAH, NASIONALISME DAN KARAKTER
BANGSA. Preprint: EdArxiv.
Susanto, H. (2020). Profesi Keguruan. Banjarmasin: FKIP Universitas Lambung
Mangkurat.
Susanto, H., Abbas, E. W., Anis, M. Z. A., & Akmal, H. CHARACTER CONTENT AND
LOCAL EXCELLENCE IN VOCATIONAL CURRICULUM IMPLEMENTATION
IN TABALONG REGENCY.

8
Syaharuddin, S., Arisanty, D., Rahmattullah, M., Susanto, H., Alfisyah, A., Kiptiah, M., ...
& Junied, K. A. (2020). Book of Abstract-2nd International Conference on Social
Science Education 2020.
Syahputra, E. (2018). Pembelajaran Abad 21 dan Penerapannya Di Indonesia. Prosiding
Seminar Nasional SINASTEKMAPAN (E-Journal). Vol.1.

Anda mungkin juga menyukai