PENGEMBANGANPEMBELAJARANSEJARAHHOTSZAMANNOWMELALUIMODELPROBLEMBASEDLEARNINGSEBAGAIUPAYAMENINGKATKANKEMAMPUANBERFIKIRHISTORISPESERTADIDIK
PENGEMBANGANPEMBELAJARANSEJARAHHOTSZAMANNOWMELALUIMODELPROBLEMBASEDLEARNINGSEBAGAIUPAYAMENINGKATKANKEMAMPUANBERFIKIRHISTORISPESERTADIDIK
net/publication/340754932
CITATIONS READS
0 1,877
1 author:
Muhammad Fitri
Universitas Lambung Mangkurat
17 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SEJARAH HOTS ZAMAN NOW MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR
HISTORIS PESERTA DIDIK View project
Pemanfaatan Peristiwa Revolusi Fisik 1945-1949 Di Kalimantan Selatan Sebagai Sumber Belajar Sejarah Di SMA Negeri 7 Banjarmasin View project
All content following this page was uploaded by Muhammad Fitri on 19 April 2020.
Muhammad Fitri
Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin
Email: 1710111110011@mhs.ulm.ac.id
1
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
PENDAHULUAN
2
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
mencapai salah satu tujuan dari pembelajaran sejarah yaitu kemampuan berfikir
historis peserta didik. Sebuah model sangat penting dalam proses pembelajaran
sejarah karena, ikut menentukan keberhasilan capaian dari pembelajaran tersebut.
3
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
Proses pembelajaran sejarah diarahkan pada pengembangan kemampuan
berfikir kritik, kreatif, dan kemampuan belajar sepanjang hayat (Susanto, dkk,
2017: 22). Pembelajaran sejarah tidak hanya semata mata menghafal fakta. Lebih
tinggi dari itu, pembelajaran sejarah memahami suatu proses atau sebuah gerak
dari peristiwa yang terjadi. Sedangkan fakta berfungsi untuk mendukung
penjelasan dari peristiwa tersebut. Jika hal ini diimplementasikan, tentu
pembelajaran sejarah tidak membosankan. Proses antara masa lalu, sekarang dan
masa depan semuanya harus bisa tercantum dalam pembelajaran sejarah.
Pembelajaran sejarah juga merupakan cara untuk membentuk sikap sosial.
Adapun sikap sosial tersebut antara lain: saling menghormati, menghargai
perbedaan, toleransi dan kesediaan untuk hidup berdampingan dalam nuansa
multikulturalisme (Susanto, 2014:62). Pembelajaran sejarah memiliki peran
mengaktualisasikan dua unsur pembelajaran dan pendidikan. Unsur pertama
adalah pembelajaran dan pendidikan intelektual dan unsur kedua adalah
pembelajaran dan pendidikan moral bangsa dan Civil Society yang demokratis
dan bertanggung jawab kepada masa depan bangsa. Unsur pembelajaran dan
pendidikan intelektual pada pembelajaran sejarah tidak hanya memberikan
gambaran tentang masa lalu tetapi juga melatih peserta didik untuk berpikir
historis melalui pembelajaran HOTS dengan penerapan model problem based
learning.
HOTS merupakan kependekan dari Higher Order Thinking Skills atau
diterjemahkan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang menjadi penciri
perubahan dalam kurikulum 2013 revisi. HOTS sendiri mengukur kemampuan
peserta didik dalam: 1) transfer konsep, 2) memproses dan menerapkan
informasi, 3) mengaitkan berbagai informasi yang berbeda, 4) menyelesaikan
masalah dengan menggunakan informasi, dan 5) menelaah ide dan informasi
secara kritis. Menurut Onosko & Newwman dalam jurnal (Mulyaningsih &
Itaristanti, 2018) HOTS dimaknai sebagai kemampuan dalam menggunakan
pikiran untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, seseorang
harus memahami, menafsirkan, menganalisis, serta menginterpretasi informasi.
HOTS juga mengajarkan seseorang untuk kritis dalam mengevaluasi informasi,
membuat simpulan, serta membuat generalisasi. Dalam Taksonomi Bloom revisi,
HOTS merupakan kemampuan kognitif pada tingkat penerapan, analisis,
evaluasi, dan inovasi.
Sementara itu Mulyasa (2018) mengatakan bahwa pembelajaran HOTS
diperlukan terutama untuk merangsang daya pikir tingkat tinggi peserta didik,
dan membangkitkan hormon gembira. Hal ini dapat dimulai oleh guru dengan
cara menciptakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
4
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
(PAKEM); guru harus bisa memilih pendekatan pembelajaran yang tepat dan
efektif; menggunakan media, model, dan sumber belajar yang bervariasi,
melakukan pembentukkan karakter dan kompetensi secara tepat; menentukan
kriteria keberhasilan; serta mengembangkan organisasi dan manajemen
pembelajaran yang efektif.
Menurut Mulyasa (2018) dalam bukunya yang berjudul “Implementasi
Kurikulum 2013 Revisi (Dalam Era Revolusi Industri 4.0)” menjabarkan
beberapa cara untuk pengembangan pembelajaran HOTS (Zaman Now) melalui
pembelajaran PAKEM sebagai berikut:
1. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang banyak
melibatkan aktivitas peserta didik, dalam mengakses berbagai informasi dan
pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas.
Dengan demikian, mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat
meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Dalam hal ini guru lebih
memosikan dirinya sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan belajar
(to facilitate of learning) kepada peserta didik. Peserta didik terlibat secara
aktif dan banyak berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih
banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengukur sirkulasi dan
jalannya proses pembelajaran.
2. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan
guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik
selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan beberapa metode,
model, dan strategi yang bervariasi. Contoh: kerja kelompok, bermain peran,
dan pemecahan masalah.
3. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif, karena
mereka merupakan pusat dari kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi.
4. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara
guru dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Untuk mewujudkan
proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu merancang
5
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan
mengembangkan model dan strategi yang dapat melibatkan peserta didik
secara optimal.
6
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
kelompok. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan
suatu model pembelajaran dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang
ada secara otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Arends, 2008). Sedangkan
Menurut Barrow dalam jurnal (Abdurrozak & Jayadinata, 2016) mendefinisikan
Problem Based Learning atau PBL sebagai “Pembelajaran yang diperoleh
melalui proses menuju pemahaman atau resolusi suatu masalah”.
Selain itu dalam jurnal (Aman, 2016) mengatakan bahwa Model Problem
Based Learning adalah model pembelajaran yang mendukung pemikiran tingkat
tinggi peserta didik dalam situasi berorientasi masalah. Dalam pembelajaran guru
menyodorkan berbagai masalah kepada peserta didik, memberikan pertanyaan,
memfasilitasi investigasi dan dialog. Hal terpenting dari guru adalah
menyediakan perancah atau perangkat pendukung (scaffolding) yang
meningkatkan inquiry. Model Problem Based Learning hanya dapat berlangsung
jika guru menciptakan lingkungan kelas yang memadai sebagai tempat
pertukaran ide-ide yang terbuka dan jujur. Problem based learning merupakan
pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik belajar melalui pemecahan
masalah dunia nyata dan autentik serta mengintegrasikan pengetahuan lintas
disiplin.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan
suatu pembelajaran yang menekankan pada pemberian masalah nyata dalam
kehidupan sehari-hari yang harus dipecahkan oleh siswa melalui investigasi
mandiri untuk mengasah kemampuan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah
agar terbentuk solusi dari permasalahan tersebut sebagai pengetahuan dan konsep
yang esensial dari pembelajaran. Berikut adalah langkah-langkah PBL menurut
Holbrook dan Arends (Sujana, 2014, hlm. 136) yang sudah sedikit dimodifikasi.
7
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
2. Fase 2: d. Membantu peserta didik
Mengorganisasikan peserta didik mendefinisikan dan
agar dapat melakukan penelitian mengorganisasikan tugas-
tugas belajar yang terkait
dengan permasalahan yang
dihadapi.
3. Fase 3: e. Mendorong peserta didik
Membantu peserta didik melakukan untuk mendapatkan informasi
investigasi secara mandiri dan yang tepat, melaksanakan
kelompok eksperimen, serta mencari
penjelasan dan solusi.
4. Fase 4: f. Membantu peserta didik
Mengembangkan dan dalam merencanakan dan
mempresentasikan artefak dan menyiapkan artefak-artefak
exhibit. yang tepat seperti laporan,
rekaman video, serta model-
model exhibit.
g. Membantu peserta didik untuk
menyampaikannya kepada
orang lain.
5. Fase 5: h. Membantu peserta didik untuk
Menganalisis dan mengevaluasi melakukan refleksi terhadap
proses-proses dalam mengatasi investigasinya serta proses-
masalah proses yang mereka gunakan.
8
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
Pelaksanaan model pembelajaran problem based learning atau PBL dalam
pembelajaran sejarah memiliki dampak yang sangat penting dan mendukung
dalam terciptanya sebuah pembelajaran yang aktif dan membuat peserta didik
berfikir historis melalui analisis dan kritis untuk memecahkan sebuah masalah
atau fenomena dalam pembelajaran sejarah. Dengan cara seperti ini, peserta didik
akan mampu membangun konstruksi pemikiran yang benar terhadap fakta
sejarah.
9
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
dengan terampil, membaca peristiwa sesuai dengan konteks, berdiskusi, dan
evaluasi.”
Jika kita kaitkan antara berfikir historis dengan model problem based
learning dalam pembelajaran sejarah, tentunya memiliki hubungan yang erat.
Melalui penerapan problem based learning, peserta didik akan berusaha mencari
data, memahami data tersebut, menganalisis data dan menyimpulkan data
tersebut. Hal ini dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan berfikir
historis peserta didik dan menegaskan bahwa pembelajaran sejarah tidaklah
selalu hapalan, tetapi lebih ke analisis, dimana di masa sekarang ini peserta didik
bisa menganalisis masa lalu untuk diterapkan di masa yang akan datang.
PENUTUP
Pengembangan pembelajaran sejarah HOTS Zaman Now melalui model
problem based learning (PBL) pada intinya menekankan pada sebuah
kemampuan peserta didik untuk menyelesaikan suatu masalah yang diberikan.
Kemampuan tersebut adalah kemampuan analisis dari peserta didik dalam
menanggapi masalah tersebut, hal itu tentunya dapat membantu tercapainya salah
satu tujuan dari pembelajaran sejarah yaitu kemampuan berfikir historis pada
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.
Konsep berfikir historis pada peserta didik diawali dengan sebuah tindakan
menghubungkaitkan (connecting), menganalisis (analyzing) dan menerapkan
(applying) konsep-konsep sejarah yang digunakan dalam membuat opini tentang
konsep sejarah. Dalam hal ini saya selaku penulis karya tulis ini dapat menarik
sebuah kesimpulan bahwa pembelajaran sejarah yang HOTS dan peningkatan
atau pengembangan kemampuan berfikir historis bisa dicapai dengan
penggunaan model pembelajaran, salah satunya yaitu model pembelajaran
problem based learning (PBL).
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Arends, Ricard I. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Edisi Ketujuh/Buku
Dua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyasa. 2018. Implementasi Kurikulum 2013 Revisi (Dalam Era Revolusi
Industri 4.0). Jakarta: Bumi Aksara.
Sapriya. 2017. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
10
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
Sudjana, Nana. 2014. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Susanto, Heri. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan dan Strategi
dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Susanto, Heri & Akmal, Helmi. 2019. Media Pembelajaran Sejarah Era
Teknologi Informasi (Konsep Dasar, Prinsip Aplikatif, dan
Perancangannya). Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung
Mangkurat.
Widja, I Gede. 1989. Pengantar Ilmu Sejarah dalam Perspektif Pendidikan.
Semarang: Satya Wacana.
B. Jurnal:
Abdurrozak, R., & Jayadinata, A. K. (2016). Pengaruh Model Problem Based
Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Pengaruh
Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa, 1(1), 871–880. https://doi.org/10.23819/pi.v1i1.3580
Aman, K. &. (2016). Penerapan Model Problem Based Learning Dalam
Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi
Belajar Siswa Kelas Xi Ips 1 Sman 1 Butar Sulawesi Tengah.
Pendidikan, 11(I), 28–46.
Daryanti, F. (2017). Historis Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Sejarah Di Sma Negeri 6 Sigi. Katalogis, 5(1), 28–40.
Fakhriyah, F. (2014). Penerapan problem based learning dalam upaya
mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, 3(1), 95–101.
https://doi.org/10.15294/jpii.v3i1.2906
Mulyaningsih, I., & Itaristanti, I. (2018). Pembelajaran Bermuatan HOTS
(Higher Order Thinking Skill) di Jurusan Tadris Bahasa Indonesia.
Indonesian Language Education and Literature, 4(1), 113.
https://doi.org/10.24235/ileal.v4i1.2970
Nafiah, Y. N., & Suyanto, W. (2014). Penerapan model problem-based learning
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
Jurnal Pendidikan Vokasi, 4(1), 125–143.
https://doi.org/10.21831/jpv.v4i1.2540
Nur, S., Pujiastuti, I. P., & Rahman, S. R. (2016). Efektivitas model Problem
Based Learning ( PBL ) terhadap hasil belajar mahasiswa prodi
pendidikan biologi Universitas Sulawesi Barat. Jurnal Saintifik, 2(2),
11
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
133–141.
Ofianto dan Basri, W. (2015). Model Penilaian Kemampuan Berpikir Historis
(Historical Thinking) dengan Model RASCH. Tingkap, 9(1), 67–82.
Shofiyah, N., & Wulandari, F. E. (2018). Model Problem Based Learning (Pbl)
Dalam Melatih Scientific Reasoning Siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan
IPA, 3(1), 33. https://doi.org/10.26740/jppipa.v3n1.p33-38
12
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045