Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/340754932

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SEJARAH HOTS ZAMAN NOW MELALUI


MODEL PROBLEM BASED LEARNING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERFIKIR HISTORIS PESERTA DIDIK

Preprint · April 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.10758.52800

CITATIONS READS

0 1,877

1 author:

Muhammad Fitri
Universitas Lambung Mangkurat
17 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SEJARAH HOTS ZAMAN NOW MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR
HISTORIS PESERTA DIDIK View project

Pemanfaatan Peristiwa Revolusi Fisik 1945-1949 Di Kalimantan Selatan Sebagai Sumber Belajar Sejarah Di SMA Negeri 7 Banjarmasin View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Fitri on 19 April 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SEJARAH HOTS ZAMAN NOW
MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR HISTORIS PESERTA DIDIK

Muhammad Fitri
Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin
Email: 1710111110011@mhs.ulm.ac.id

Abstrak: Pada era sekarang ini, diperlukan inovasi sebuah model


dalam pembelajaran sejarah untuk mencapai tujuan yang diinginkan
setelah mengikuti pembelajaran sejarah. Salah satu perubahan yang
menjadi penciri (karakteristik) Kurikulum 2013 Revisi terletak pada
standar proses bahwa pembelajaran harus mampu mengembangkan
kemampuan berfikir peserta didik tingkat tinggi atau HOTS (Higher
Order Thingking Skill). Tak terkecuali dalam Pembelajaran sejarah,
salah satu tujuan yang diinginkan mampu dimiliki oleh peserta didik
setelah mengikuti pembelajaran sejarah yaitu kemampuan berfikir
historis dari peserta didik tersebut.
Salah satu model yang bisa diterapkan dalam pembelajaran sejarah di
era sekarang ini untuk menyesuaikan dengan karakteristik Kurikulum
2013 Revisi yaitu pengembangan pembelajaran HOTS adalah model
pembelajaran Berbasis Masalah atau yang dikenal dengan sebutan
Problem Based Learning. Model pembelajaran ini cocok digunakan
dalam pembelajaran sejarah guna mencapai tujuan yang diinginkan
untuk mengembangkan kemampuan berfikir historis peserta didik.

Kata Kunci: Pembelajaran Sejarah HOTS Zaman Now, Problem Based


Learning, dan Berpikir Historis

1
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
PENDAHULUAN

Pada era sekarang ini, khsusunya setelah Kurikulum 2013 dilakukan


revisi, salah satu karakteristik yang ditekankan dalam Kurikulum 2013 Revisi
adalah pengembangan pembelajaran HOTS (Higher Order Thingking Skill),
dimana pada sebelumnya pembelajaran hanya pada level LOTS (Lower
Order Thingking Skill). Sekarang ini, model yang digunakan oleh guru dalam
pembelajaran sejarah cenderung monoton dan terbilang sama. Perlu adanya
sebuah inovasi dalam segi model pembelajaran yang juga disesuaikan dengan
pengembangan pembelajaran HOTS Zaman Now guna mencapai salah satu
tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran sejarah yaitu kemampuan
berfikir historis dari peserta didik.
Selama ini dalam pembelajaran sejarah guru mengajar lebih menekankan
pada akumulasi pengetahuan fakta-fakta yang harus diingat atau menghapal.
Pembelajaran seperti itu sebenarnya kurang memadai, bukan saja karena
pemahaman sejarah seperti itu cenderung membosankan peserta didik ketika
belajar sejarah, terlebih lagi mata pelajaran sejarah cenderung diletakkan sebagai
mata pelajaran di siang hari di saat peserta didik sudah mulai lapar dan ngantuk,
yang harus dilakukan dalam pembelajaran sejarah bukan hanya sekedar
menghapal tetapi harus memahami tentang sejarah tersebut. Hal ini berkaitan
dengan pengembangan pembelajaran HOTS yang menekankan pada kemampuan
berfikir tingkat tinggi dan model pembelajaran problem based learning yang bisa
dijadikan sebagai salah satu upaya guna mengembangkan kemampuan berfikir
historis peserta didik.
Menurut Hmelo dalam jurnal (Nafiah & Suyanto, 2014) Problem Based
Learning adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah
sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi,
dan pengaturan diri. Sedangkan menurut Hung dalam jurnal (Shofiyah &
Wulandari, 2018) Problem Based Learning (PBL) adalah sebuah kurikulum yang
merencanakan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan instuksional. PBL
merupakan model pembelajaran yang menginisiasi siswa dengan menghadirkan
sebuah masalah agar diselesaikan oleh siswa. Dari kedua pengertian diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa Problem Based Learning merupakan sebuah model
pembelajaran yang berfokus pada sebuah masalah dan penyelesainnya.
Jika kita kaitkan antara Pembelajaran HOTS Zaman Now, Model Problem
Based Learning dengan Pembelajaran Sejarah masa kini sangat terlihat
keterkaitanya. Dimana pembelajaran HOTS Zaman Now menekankan pada aspek
berfikir tingkat tinggi, model problem based learning memfokuskan pada
masalah dan pemecahan masalah tersebut. Hal tersebut sangat mendukung untuk

2
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
mencapai salah satu tujuan dari pembelajaran sejarah yaitu kemampuan berfikir
historis peserta didik. Sebuah model sangat penting dalam proses pembelajaran
sejarah karena, ikut menentukan keberhasilan capaian dari pembelajaran tersebut.

Pembelajaran Sejarah HOTS Zaman Now


Menurut Trianto dalam (Melisa, 2015) mengatakan bahwa pembelajaran
pada hakekatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan pembelajaran sejarah
terdiri dari dua kata, yaitu pembelajaran dan sejarah. Pembelajaran adalah proses
atau suatu cara yang dilakukan agar seseorang maupun sekelompok orang dapat
melakukan kegiatan belajar untuk membuat diri mereka lebih cepat berkembang.
Sejarah adalah rekontruksi masa lalu, rekontruksi dalam sejarah tersebut adalah
apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami
oleh orang. Sejarah itu juga merupakan suatu ilmu yang mempelajari peristiwa
dalam kehidupan manusia pada masa lampau. Sejarah banyak memaparkan fakta,
urutan waktu dan tempat kejadian suatu peristiwa. Dari uraian diatas dapat
simpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran sejarah merupakan studi
yang menjelaskan tentang manusia di masa lampau dengan semua aspek kegiatan
manusia seperti politik, hukum, militer, sosial, keagamaan, kreativitas (seperti
yang berkaitan dengan seni, musik, arsitektur Islam), keilmuan dan intelektual
(Sapriya, 2017:26).
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Kochar dalam (Susanto, 2019:27)
menurut ia sejarah adalah studi tentang manusia beserta perkembangannya.
Menurut I Gede Widja (1989:23) pembelajaran sejarah adalah aktivitas belajar
mengajar, didalamnya memuat pelajaran tentang peristiwa masa lampau yang
berkaitan erat dengan masa kini, sebab dengan kacamata masa kini kita mampu
mempelajari masa lampau. Selainitu I Gede Widja juga berpendapat bahwa
membelajarkan sejarah tidak semata hanya terkait fakta-takta dalam ilmu sejarah
namun juga memerhatikan tujuan dari pendidikan pada umumnya, yaitu untuk
mencapai kompetensi yang terdiri atas kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pembelajaran sejarah diharapkan dapat membangun kesadaran, pengetahuan,
wawasan, dan nilai berkenaan dengan lingkungan tempat diri dan bangsanya
hidup.

3
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
Proses pembelajaran sejarah diarahkan pada pengembangan kemampuan
berfikir kritik, kreatif, dan kemampuan belajar sepanjang hayat (Susanto, dkk,
2017: 22). Pembelajaran sejarah tidak hanya semata mata menghafal fakta. Lebih
tinggi dari itu, pembelajaran sejarah memahami suatu proses atau sebuah gerak
dari peristiwa yang terjadi. Sedangkan fakta berfungsi untuk mendukung
penjelasan dari peristiwa tersebut. Jika hal ini diimplementasikan, tentu
pembelajaran sejarah tidak membosankan. Proses antara masa lalu, sekarang dan
masa depan semuanya harus bisa tercantum dalam pembelajaran sejarah.
Pembelajaran sejarah juga merupakan cara untuk membentuk sikap sosial.
Adapun sikap sosial tersebut antara lain: saling menghormati, menghargai
perbedaan, toleransi dan kesediaan untuk hidup berdampingan dalam nuansa
multikulturalisme (Susanto, 2014:62). Pembelajaran sejarah memiliki peran
mengaktualisasikan dua unsur pembelajaran dan pendidikan. Unsur pertama
adalah pembelajaran dan pendidikan intelektual dan unsur kedua adalah
pembelajaran dan pendidikan moral bangsa dan Civil Society yang demokratis
dan bertanggung jawab kepada masa depan bangsa. Unsur pembelajaran dan
pendidikan intelektual pada pembelajaran sejarah tidak hanya memberikan
gambaran tentang masa lalu tetapi juga melatih peserta didik untuk berpikir
historis melalui pembelajaran HOTS dengan penerapan model problem based
learning.
HOTS merupakan kependekan dari Higher Order Thinking Skills atau
diterjemahkan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang menjadi penciri
perubahan dalam kurikulum 2013 revisi. HOTS sendiri mengukur kemampuan
peserta didik dalam: 1) transfer konsep, 2) memproses dan menerapkan
informasi, 3) mengaitkan berbagai informasi yang berbeda, 4) menyelesaikan
masalah dengan menggunakan informasi, dan 5) menelaah ide dan informasi
secara kritis. Menurut Onosko & Newwman dalam jurnal (Mulyaningsih &
Itaristanti, 2018) HOTS dimaknai sebagai kemampuan dalam menggunakan
pikiran untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, seseorang
harus memahami, menafsirkan, menganalisis, serta menginterpretasi informasi.
HOTS juga mengajarkan seseorang untuk kritis dalam mengevaluasi informasi,
membuat simpulan, serta membuat generalisasi. Dalam Taksonomi Bloom revisi,
HOTS merupakan kemampuan kognitif pada tingkat penerapan, analisis,
evaluasi, dan inovasi.
Sementara itu Mulyasa (2018) mengatakan bahwa pembelajaran HOTS
diperlukan terutama untuk merangsang daya pikir tingkat tinggi peserta didik,
dan membangkitkan hormon gembira. Hal ini dapat dimulai oleh guru dengan
cara menciptakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan

4
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
(PAKEM); guru harus bisa memilih pendekatan pembelajaran yang tepat dan
efektif; menggunakan media, model, dan sumber belajar yang bervariasi,
melakukan pembentukkan karakter dan kompetensi secara tepat; menentukan
kriteria keberhasilan; serta mengembangkan organisasi dan manajemen
pembelajaran yang efektif.
Menurut Mulyasa (2018) dalam bukunya yang berjudul “Implementasi
Kurikulum 2013 Revisi (Dalam Era Revolusi Industri 4.0)” menjabarkan
beberapa cara untuk pengembangan pembelajaran HOTS (Zaman Now) melalui
pembelajaran PAKEM sebagai berikut:

1. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang banyak
melibatkan aktivitas peserta didik, dalam mengakses berbagai informasi dan
pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas.
Dengan demikian, mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat
meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Dalam hal ini guru lebih
memosikan dirinya sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan belajar
(to facilitate of learning) kepada peserta didik. Peserta didik terlibat secara
aktif dan banyak berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih
banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengukur sirkulasi dan
jalannya proses pembelajaran.

2. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan
guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik
selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan beberapa metode,
model, dan strategi yang bervariasi. Contoh: kerja kelompok, bermain peran,
dan pemecahan masalah.

3. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif, karena
mereka merupakan pusat dari kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi.

4. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara
guru dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Untuk mewujudkan
proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu merancang

5
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan
mengembangkan model dan strategi yang dapat melibatkan peserta didik
secara optimal.

Pengembangan HOTS dalam pembelajaran sejarah dapat diarahkan


melalui proses pencarian analisis data dan fakta dalam menyelesaikan suatu
masalah dan menyusunnya kembali. Dengan pembelajaran tersebut diharapkan
peserta didik mampu menbemukan pemecahan masalah dan dapat
mengembangkan kemampuan berfikir historisnya. Melalui pembelajaran tersebut
peserta didik akan berusaha untuk mencari data dan fakta-fakta yang terkait
dengan masalah yang sedang mereka hadapi dalam pembelajaran sejarah. melalui
usaha tersebut peserta didik akan berfikir lebih mendalam, peserta didik akan
lebih analitis lagi untuk memecahkan masalah tersebut, dengan hal tersebut maka
kemampuan berfikir historis peserta didik akan berkembang dan meningkat.
Bila pembelajaran sejarah dipahami sebagai sebuah upaya untuk
menanamkan nilai-nilai kehidupan, maka hasil belajar yang diharapkan adalah
peserta didik mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-
hari. Seperti yang dikemukakan nilai tersebut antara lain; kesadaran waktu,
menghargai waktu, sikap kritis, menghargai peninggalan sejarah, dan memiliki
sikap nasionalisme (Susanto, 2015). Bagian terpenting dalam pembelajaran
sejarah, guru harus bisa menggunakan materi, model, strategi dan pendekatan
yang bervariasi dan mampu meningkatkan kemampuan berfikir historis peserta
didik dalam pembelajaran sejarah.

Model Pembelajaran Problem Based Learning


Model pembelajaran problem based learning (PBL) atau dikenal dengan
model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang
menggunakan permasalahan nyata yang ditemui di lingkungan sebagai dasar
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep melalui kemampuan berpikir kritis
dan memecahkan masalah. Menurut Sudarman dalam jurnal (Fakhriyah, 2014)
menyatakan bahwa landasan PBL adalah proses kolaborative. Pembelajar akan
menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua penge-
tahuan yang dimilikinya dan dari semua yang diperoleh sebagai hasil kegiatan
berinteraksi dengan sesama individu.
Penerapan model PBL dapat membantu menciptakan kondisi belajar yang
semula hanya transfer informasi dari guru kepada peserta didik ke proses
pembelajaran yang menekankan untuk mengkonstruk pengetahuan berdasarkan
pemahaman dan pengalaman yang diperoleh baik secara individual maupun

6
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
kelompok. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan
suatu model pembelajaran dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang
ada secara otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Arends, 2008). Sedangkan
Menurut Barrow dalam jurnal (Abdurrozak & Jayadinata, 2016) mendefinisikan
Problem Based Learning atau PBL sebagai “Pembelajaran yang diperoleh
melalui proses menuju pemahaman atau resolusi suatu masalah”.
Selain itu dalam jurnal (Aman, 2016) mengatakan bahwa Model Problem
Based Learning adalah model pembelajaran yang mendukung pemikiran tingkat
tinggi peserta didik dalam situasi berorientasi masalah. Dalam pembelajaran guru
menyodorkan berbagai masalah kepada peserta didik, memberikan pertanyaan,
memfasilitasi investigasi dan dialog. Hal terpenting dari guru adalah
menyediakan perancah atau perangkat pendukung (scaffolding) yang
meningkatkan inquiry. Model Problem Based Learning hanya dapat berlangsung
jika guru menciptakan lingkungan kelas yang memadai sebagai tempat
pertukaran ide-ide yang terbuka dan jujur. Problem based learning merupakan
pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik belajar melalui pemecahan
masalah dunia nyata dan autentik serta mengintegrasikan pengetahuan lintas
disiplin.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan
suatu pembelajaran yang menekankan pada pemberian masalah nyata dalam
kehidupan sehari-hari yang harus dipecahkan oleh siswa melalui investigasi
mandiri untuk mengasah kemampuan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah
agar terbentuk solusi dari permasalahan tersebut sebagai pengetahuan dan konsep
yang esensial dari pembelajaran. Berikut adalah langkah-langkah PBL menurut
Holbrook dan Arends (Sujana, 2014, hlm. 136) yang sudah sedikit dimodifikasi.

Tabel 1 Langkah-Langkah PBL

No Fase Perilaku Guru


1. Fase 1: a. Membahas tujuan
Memberikan orientasi mengenai pembelajaran
permasalahan kepada peserta didik. b. Mendeskripsikan berbagai
kebutuhan penting
c. Memotivasi peserta didik agar
dapat terlibat dalam kegiatan
mengatasi masalah.

7
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
2. Fase 2: d. Membantu peserta didik
Mengorganisasikan peserta didik mendefinisikan dan
agar dapat melakukan penelitian mengorganisasikan tugas-
tugas belajar yang terkait
dengan permasalahan yang
dihadapi.
3. Fase 3: e. Mendorong peserta didik
Membantu peserta didik melakukan untuk mendapatkan informasi
investigasi secara mandiri dan yang tepat, melaksanakan
kelompok eksperimen, serta mencari
penjelasan dan solusi.
4. Fase 4: f. Membantu peserta didik
Mengembangkan dan dalam merencanakan dan
mempresentasikan artefak dan menyiapkan artefak-artefak
exhibit. yang tepat seperti laporan,
rekaman video, serta model-
model exhibit.
g. Membantu peserta didik untuk
menyampaikannya kepada
orang lain.
5. Fase 5: h. Membantu peserta didik untuk
Menganalisis dan mengevaluasi melakukan refleksi terhadap
proses-proses dalam mengatasi investigasinya serta proses-
masalah proses yang mereka gunakan.

Menurut Warsono dan Hariyanto dalam jurnal (Nur et al., 2016)


mengklasifikasikan beberapa kelebihan dari model pembelajaran problem based
learning antara lain:
1. Peserta didik akan terbiasa menghadapi masalah dan merasa tertantang untuk
menyelesaikan masalah tersebut, tidak hanya terkait dengan pembelajaran
dalam kelas, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
2. Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-teman
sekelompok kemudian berdiskusi dengan teman-teman sekelasnya.
3. Makin mengakrabkan pendidik dengan peserta didik.
4. Membiasakan peserta didik dalam menerapkan metode eksperimen.

8
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
Pelaksanaan model pembelajaran problem based learning atau PBL dalam
pembelajaran sejarah memiliki dampak yang sangat penting dan mendukung
dalam terciptanya sebuah pembelajaran yang aktif dan membuat peserta didik
berfikir historis melalui analisis dan kritis untuk memecahkan sebuah masalah
atau fenomena dalam pembelajaran sejarah. Dengan cara seperti ini, peserta didik
akan mampu membangun konstruksi pemikiran yang benar terhadap fakta
sejarah.

Berfikir Historis dan Model Problem Based Learning


Berpikir historis menurut Wineburg yang saya kutip dalam Disertasi (Anis,
M.Z. Arifin. 2018) bahwa berfikir historis diawali dengan tindakan
menghubungkaitkan (connecting), menganalisis (analyzing) dan menerapkan
(applying) konsep-konsep sejarah yang digunakan dalam membuat opini tentang
konsep sejarah. Menyatakan sesuatu tentang sejarah yang dilandasi dengan
pijakan-pijakan fakta sejarah sudah dapat dikategorikan berfikir historis.
Pengertian berpikir sejarah jika kita cermati dengan baik maka belajar sejarah
tidaklah sederhana.
Sementara itu berfikir historis dalam tinjauan Garvey & Krug yang saya
kutip dalam (Susanto, 2015) mengatakan bahwa, berfikir historis tidak terlepas
dari aspek pemahaman sejarah. Pembelajaran sejarah yang baik menurut Garvey
& Krug (2015: 4) tidak terbatas pada pengetahuan faktual saja. Peserta didik juga
dituntut untuk memahami perkembangan peristiwa sejarah secara imajinatif dan
analitis. Selain itu, dalam jurnal (Ofianto dan Basri, 2015) mengatakan bahwa
kemampuan berpikir historis dapat didefinisikan sebagai langkah- langkah/proses
ilmiah dalam belajar sejarah. Dalam setiap proses berpikir historis, selalu
melibatkan proses berpikir. Dengan demikian, keterampilan berpikir historis juga
dapat mendorong berkembangnya kemam- puan berpikir kritis dan kreaktif pada
diri peserta didik.
Narasi tentang berpikir historis mengisyaratkan bahwa suatu arti tentang
bagaimana memetakan masa depan dengan mengajarkan masa lalu. Dalam
konteks ini, tidak tepat anggapan yang menyatakan bahwa sejarah adalah
persoalan masa lalu yang tidak penting untuk dikaji. Berpikir historis pada
dasarnya melatih peserta didik untuk mempertajam kemampuan berpikirnya.
Kemampuan berpikir historis sangat tergantung kepada pendekatan dan model
yang digunakan dalam pembelajaran sejarah. Wineburg dalam jurnal (Daryanti,
2017) menyatakan “berpikir historis atau berpikir sejarah berarti mengharuskan
berfikir dengan cara yang bertentangan dengan cara berfikir sehari-hari yakni
diharapkan mampu berpikir kritis, analitis sehingga dapat membaca buku sejarah

9
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
dengan terampil, membaca peristiwa sesuai dengan konteks, berdiskusi, dan
evaluasi.”
Jika kita kaitkan antara berfikir historis dengan model problem based
learning dalam pembelajaran sejarah, tentunya memiliki hubungan yang erat.
Melalui penerapan problem based learning, peserta didik akan berusaha mencari
data, memahami data tersebut, menganalisis data dan menyimpulkan data
tersebut. Hal ini dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan berfikir
historis peserta didik dan menegaskan bahwa pembelajaran sejarah tidaklah
selalu hapalan, tetapi lebih ke analisis, dimana di masa sekarang ini peserta didik
bisa menganalisis masa lalu untuk diterapkan di masa yang akan datang.

PENUTUP
Pengembangan pembelajaran sejarah HOTS Zaman Now melalui model
problem based learning (PBL) pada intinya menekankan pada sebuah
kemampuan peserta didik untuk menyelesaikan suatu masalah yang diberikan.
Kemampuan tersebut adalah kemampuan analisis dari peserta didik dalam
menanggapi masalah tersebut, hal itu tentunya dapat membantu tercapainya salah
satu tujuan dari pembelajaran sejarah yaitu kemampuan berfikir historis pada
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.
Konsep berfikir historis pada peserta didik diawali dengan sebuah tindakan
menghubungkaitkan (connecting), menganalisis (analyzing) dan menerapkan
(applying) konsep-konsep sejarah yang digunakan dalam membuat opini tentang
konsep sejarah. Dalam hal ini saya selaku penulis karya tulis ini dapat menarik
sebuah kesimpulan bahwa pembelajaran sejarah yang HOTS dan peningkatan
atau pengembangan kemampuan berfikir historis bisa dicapai dengan
penggunaan model pembelajaran, salah satunya yaitu model pembelajaran
problem based learning (PBL).

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku
Arends, Ricard I. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Edisi Ketujuh/Buku
Dua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyasa. 2018. Implementasi Kurikulum 2013 Revisi (Dalam Era Revolusi
Industri 4.0). Jakarta: Bumi Aksara.
Sapriya. 2017. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

10
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
Sudjana, Nana. 2014. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Susanto, Heri. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan dan Strategi
dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Susanto, Heri & Akmal, Helmi. 2019. Media Pembelajaran Sejarah Era
Teknologi Informasi (Konsep Dasar, Prinsip Aplikatif, dan
Perancangannya). Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung
Mangkurat.
Widja, I Gede. 1989. Pengantar Ilmu Sejarah dalam Perspektif Pendidikan.
Semarang: Satya Wacana.

B. Jurnal:
Abdurrozak, R., & Jayadinata, A. K. (2016). Pengaruh Model Problem Based
Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Pengaruh
Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa, 1(1), 871–880. https://doi.org/10.23819/pi.v1i1.3580
Aman, K. &. (2016). Penerapan Model Problem Based Learning Dalam
Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi
Belajar Siswa Kelas Xi Ips 1 Sman 1 Butar Sulawesi Tengah.
Pendidikan, 11(I), 28–46.
Daryanti, F. (2017). Historis Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Sejarah Di Sma Negeri 6 Sigi. Katalogis, 5(1), 28–40.
Fakhriyah, F. (2014). Penerapan problem based learning dalam upaya
mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, 3(1), 95–101.
https://doi.org/10.15294/jpii.v3i1.2906
Mulyaningsih, I., & Itaristanti, I. (2018). Pembelajaran Bermuatan HOTS
(Higher Order Thinking Skill) di Jurusan Tadris Bahasa Indonesia.
Indonesian Language Education and Literature, 4(1), 113.
https://doi.org/10.24235/ileal.v4i1.2970
Nafiah, Y. N., & Suyanto, W. (2014). Penerapan model problem-based learning
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
Jurnal Pendidikan Vokasi, 4(1), 125–143.
https://doi.org/10.21831/jpv.v4i1.2540
Nur, S., Pujiastuti, I. P., & Rahman, S. R. (2016). Efektivitas model Problem
Based Learning ( PBL ) terhadap hasil belajar mahasiswa prodi
pendidikan biologi Universitas Sulawesi Barat. Jurnal Saintifik, 2(2),

11
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045
133–141.
Ofianto dan Basri, W. (2015). Model Penilaian Kemampuan Berpikir Historis
(Historical Thinking) dengan Model RASCH. Tingkap, 9(1), 67–82.
Shofiyah, N., & Wulandari, F. E. (2018). Model Problem Based Learning (Pbl)
Dalam Melatih Scientific Reasoning Siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan
IPA, 3(1), 33. https://doi.org/10.26740/jppipa.v3n1.p33-38

C. Hasil Penelitian, Jurnal dan Makalah/Prosiding:


Anis, M.Z. Arifin. 2018. Pengembangan Model Pembelajaran Berfikir Historis
dan Sistem Evaluasinya Untuk Mata Kuliah Metode Sejarah di Program
Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung Mnagkurat
Banjarmasin. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Negeri
Jakarta.
Mulyana, Agus., Dyah Kumalasari., dan Aman. 2016. “ Kajian Muatan dan
Posisi Mata Pelajaran Sejarah di Kurikulum 2013”. Prosiding, Seminar
Nasional Program Studi Pendidikan Sejarah Se-Indonesia; hh 51-57.
Prawitasari, M. (2015). Metode Pembelajaran Hypnoteaching Melalui Mind
Mapping dalam Pembelajaran Sejarah (Studi Pada Siswa Kelas XI IPS
SMA PGRI 6 Banjarmasin).
Susanto, H. (2015). Menghadirkan Kelas Konstruktivis dalam Melatih
Kemampuan Berpikir Historis Melalui Model Latihan Penelitian.
Susanto, H., dkk. 2017. “Workshop Pembelajaran Sejarah Berbasis Paperless
Clash Melalui Kegiatan Mahasiswa Praktik Mengajar Di Sekolah”.
Laporan Pengabdian, Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lambung Mangkurat.

12
Pembelajaran Sejarah Sebagai Solution Provider Untuk
Mewujudkan SDG’S 2030 dan Indonesia Emas 2045

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai