Anda di halaman 1dari 11

Diskusi 1

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Bismillahirohanirrohim

Secara sederhana dikatakan bahwa evaluasi adalah mengunpulkan informasi tentang


keadaan sebelum dan sesudah pelaksanaan suatu program. Sedangkan menurut
Scriven (1967), Glas (1969) dan Stufflebeam (1974) dalam Tayibnapis (2000) evaluasi
adalah penilaian atas manfaat atau guna.
Selanjutnya menurut Joint Committee (1981) dalam Tayibnapis (2000) evaluasi adalah
penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa objek.
Dan menurut Dunn (2003) evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan dan
target tertentu telah dicapai. Di bagian lain Bryant dan White (1989) mengemukakan
studi evaluasi dapat menimbulkan ketegangan, karena suatu organisasi mempunyai
maksud dan kegunaan lain terhadap suatu proyek disamping pencapaian tujuannya.
Berkaitan dengan hal tersebut dia merumuskan kendala-kendala dalam melakukan
evaluasi, sebagai berikut:

1. Psikologis; dimana evaluasi dapat menjadi ancaman, karena orang melihat


evaluasi sebagai sarana mengkritik orang lain atau mengungguli kekuasaan lain.
2. Ekonomis; dimana evaluasi yang baik itu mahal dalam segi waktu dan uang dan
agar tersedia lebih banyak data tidak selalu sepadan dengan tingginya biaya itu.
3. Teknis; dimana penanganan data menuntut tersedianya sumberdaya manusia
yang terlatih dan mempunyai kemampuan dalam pengolahan data.
4. Politis; dimana hasil-hasil evaluasi bila diungkapkan akan memalukan secara
politis.
Parson (1946) menyatakan bahwa penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquiry)
secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-
masalah yang dapat dipecahkan.
Sedangkan, John (1949) mengartikan penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut
metode objektivitas yang jelas untuk menemukan hubungan antarfakta dan
menghasilkan dalil atau hukum.

Ada 12 karakteristik dari inkuiri membedakan penelitian dan evaluasi


1. Motivasi dari inquirer
Penelitian dilakukan untuk memenuhi keingin tahuan, sedangkan evaluasi dilakukan
untuk memberikan sumbangan penyelesaian atau solusi dari suatau masalah
2. Tujuan Penelitian dan evaluasi
Penelitian dan evaluasi mempunyai tujuan akhir yang berbeda
3. Aturan-aturan dan deskripsi-deskripsi
Pada penelitian dicari deskripsi dari hal-hal yang umum sedangkan evaluasi dicari
penjelasan yang khusus
4. Peran dari Eksplamator memberikan penjelasan secara ilmiah sedangkan kegiatan
evaluasi mencari pemahaman fenomena yang dievaluasi
5. Otonomi dari inquiry . Penelitian sendiri yang mempunyai permasalahan namun pada
evaluasi klienlah yang erasakan permasalahan
6. Sifat dan fenomenayang diakses.
Evaluasi pendidikan berusaha mengakses kebermaknaandari suatu program,
sedangkan penelitian berusaha mengakses kebenaran
7. Generalisabilitas kejadian yang menjadi fokus studi. Evaluasi program terfokus pada
lintas waktu sedangkan penelitian relatif tetap
8. Tehnik Investigasi . Untuk mencari hubungan variabel peneliti melakukan berbagai
hal termasuk mengontrol variabel yang tidak diperlukan, evaluasi kebermaknaan
9. Keutamaan pernyataan mengenai nilai.
10. Kriteria untuk menilai aktivitas. Pada penelitian untuk perluasan hasil peneliti dan
tidak ada kaitannya dengan pengaruh yang tidak perlu sedangkan untuk evaluasi yaitu
perluasan informasi pada realitas dengan bentuk hampir sama dan kreativitas
11. Dasar Disiplin penelitian menggunakan satu paradigma sedangkan evaluasi
menggunakan beberapa paradigma
12. Training. Bagi peneliti training yang dilakukan mengerucut ke bidang keahliannya
sedangkan evaluator menggunakan pendekatan multidisiplin
Berdasarkan karakteristik tersebut maka Abstrak 1 merupakan evaluasi dan Abstrak 2
merupakan penelitian.

 Pada abstrak 1 mengukur keefektivan penggunaan kurikulum 2013 sedangkan


pada abstrak 2, memenuhi keingintahuan pengaruh membaca terhadap
kemampuan mengarang
 Pada abstrak 1 hasil digunakan sebagai bahan pengambilan
keputusan,sedangkan pada abstrak 2 hasil berupa penjelasan ilmiah
 Pada abstrak 1 penjelasan bersifat khusus, sedangkan pada abstrak 2
penjelasan bersifat umum
 Pada abstrak 1hasil berupa pemahaman keberhasilan penggunaan kurikulum
2013, sedangkan pada abstrak 2 hasil berupa penjelasan ilmiah
 Pada abstrak 1 nilai menjadi utama, sedangkan pada abstrak 2 nilai tidak
menjadi perhatian.
 Pada abstrak 1 Isomorphism dan kreativias, sedangkan abstrak 2 terkait validitas
internal dan eksternal
 Pada abstrak 1 lebih dari satu paradigm, sedangkan pada abstrak 2 satu
paradigma
 Pada abstrak 1Multidisiplin, sedangkan pada abstrak 2 sesuai bidang keahlian
 Pada abstrak 1permasalahan dirasakan oleh klien sedangkan pada abstrak 2
permasalahan dirasakan oleh peneliti
 Pada abstrak 1 mengakses kebermaknaan (worth) sedangkan pada absrak 2
mengakses kebenaran ilmiah
 Pada abstrak 1 fenomena lintas waktu dan wilayah, sedangkan pada abstrak 2
fenomena Relatif tetap
 Pada abstrak 1Fokus mencari kebermaknaan, sedangkan pada abstrak
2Mengontrol variable yang tidak diperlukan
sumber :

http://www.pustaka.ut.ac.id/reader/index.php?\subfolder=MIPK5301/&doc=M1.pdf

https://perencanaankota.blogspot.com/2014/07/konsep-evaluasi.html
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Ijin menanggapi tentang konsep dasar kepemimpinan, gaya tipe, model, pendekatan
serta teori dasar kepemimpinan.

Konsep dasar kepemimpinan

Secara umum, definisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut. “


Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat
mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan
kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan
selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu
yang telah di tetapkan.

Fungsi-fungsi kepemimpinan

Fungsi utama pemimpin adalah kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja,
antara lain :

1. Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan


penuh rasa kebebasan
2. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam
memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan
menjelaskan tujuan
3. Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu
membantu kelompok dalam mengalisis situasi untuk kemudian menetapkan
prosedur mana yang paling praktis dan efektif
4. Pemimpin bertanggungjawab dalam mengambil keputusan bersama dengan
kelompok. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari
pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggungjawab untuk melatih kelompok
menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya
secara jujur dan objektif
5. Pemimpin bertanggungjawab dalam mengembangkan dan mempertahankan
eksistensi organisasi

Gaya dalam kepemimpinan

Dalam kepemimpinan situasional ini, Hersey dan Blanchard mengemukakan empat


gaya kepemimpinan seperti berikut :
1. Telling ( S1 ) yaitu perilaku pemimpin dengan tugas tinggi dan hubungan rendah.
Gaya ini mempunyai ciri komunikasi satu arah. Pemimpin yang berperan dan
mengatakan apa, bagaimana, kapan, dan dimana tugas harus dilaksanakan.
2. Selling ( S2 ) yaitu perilaku dengan tugas tinggi dan hubungan tinggi.
Kebanyakan pengarahan masih dilakukan oleh pimpinan, tetapi sudah mencoba
komunikasi dua arah dengan dukungan sosioemosional untuk menawarkan
keputusan.
3. Participating ( S3 ) yaitu perilaku hubungan tinggi dan tugas rendah. Pemimpin
dan pengikut sama-sama memberikan andil dalam mengambil keputusan melalui
komunikasi dua arah dan yang dipimpin cukup mampu dan cukup berpengalaman
untuk melaksanakan tugas.
4. Delegating ( S4 ) yaitu perilaku hubungan dan tugas rendah. Gaya ini memberi
kesempatan pada yang dipimpin untuk melaksanakan tugas mereka sendiri melalui
pendelegasian dan supervisi yang bersifat umum. Yang dipimpin adalah orang yang
sudah matang dalam melakukan tugas dan matang pula secara psikologis.
 

Tipe Kepemimpinan

Berdasarkan konsep, sifat, sikap dan cara-cara pemimpin tersebut melakukan dan
mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang dipimpinnya,
maka kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan kedalam empat tipe, yaitu : tipe
otoriter, tipe laissez-faire, tipe demokratis dan tipe pseudo demokrasi.

1. Tipe Otoriter
Tipe kepemimpinan otoriter disebut juga tipe kepemimpinan “ authorotarian “. Dalam
kepemimpinan yang otoriter, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-
anggota kelompoknya. Dominasi yang berlebih mudah menghidupkan oposisi atau
menimbulkan sifat apatis, atau sifat-sifat pada anggota-anggota kelompok terhadap
pemimpinnya.

2. Tipe “ Laissez-faire “
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan
kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin
sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya.
Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa
petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Tingkat keberhasilan organisasi atau
lembaga semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota
kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin. Struktur organisasinya tidak
jelas dan kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari
pemimpin.

3. Tipe Demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai
diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya.
Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar
bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-
usahanya ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan
memperimbang kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.

4. Tipe Pseudo-demokratis
Tipe ini disebut juga demokratis semu atau manipulasi demokratik. Pemimpin yang
bertipe pseudo demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal
sebenarnya dia bersikap otokratis. Misalnya, jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, konsep-
konsep yang ingin diterapkan di lembaga yang ia pimpin, maka hal tersebut
didiskusikan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan
diciptakannsedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima
ide/pikiran/konsep tersebut sebagai keputusan bersama.

Model kepemimpinan di lembaga pendidikan

1. kepemimpinan transfomasional, diartikan sebagai proses untuk mengubah dan


mentransformasikan individu agar mau berubah dan meningkatkan dirinya, yang di
dalamnya melibatkan motif dan pemenuhan kebutuhan serta penghargaan terhadap
para bawahan.
2. Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam menciptakan,
merumuskan, mengkomunikasikan /mensosialisasikan/ mentransformasikan dan
mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai
hasil interaksi sosial di antara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini
sebagai citacita organisasi di masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui
komitmen semua personil.
3. kepemimpinan situasional merupakan kepemimpinan yang menekankan pada
tindakan pimpinan dalam mengikuti dan menyesuaikan tingkat kematangan
bawahannya.

Teori-teori dasar kepemimpinan

Teori-teori dasar kepemimpinan diataranya sebagai berikut :


1. Teori sifat ; yang menekankan pada bawaan sifat genetik,
2. Teori perilaku ; yang memandang apa yang dilakukan oleh pemimpin,
3. Teori kontingensi ; efektivitas kepemimpinan sangat tergantung pada situasi yang
dihadapi,
4. Teori transaksional dan transformasional ; pimpinan akan memberikan sesuatu
sesuai dengan apa yang karyawan berikan pada pemimpinnya
5. Teori implisit ; terbentuknya kepemimpinan tergantung pada persepsi dari para
pengikutnya terhadap perilaku aktual dan karakteristik dari orang-orang yang menyebut
dirinya pemimpin
6. Teori kharismatik ; kepemimpinan ini terbentuk dari adanya tindakan mempengaruhi
pengikutnya ketikamereka mampu menyampaikan visi yang menarik,
mengkomunikasikan harapan dan kinerja, yang tinggi), dan perspektif lain seperti
Leader Member Exchange

7. Teori Subtitusi, terdiri dari ; servant leadership, dan Enterpreneur leadership.


a. servant leadership ; memimpin dengan melayani orang lain, para karyawan,
pelanggan dan masyarakat dengan karakteristik meliputi mendengarkan, empati,
memulihkan, kesadaran, persuasi, konseptualisasi, memandang ke depan, tanggung
jawab, komitmen terhadap pertumbuhan orang lain, dan membangun masyarakat
(Kreitner & Kinichi, 2006)

b. Enterpreneur leadership ; didasarkan pada sikap dan keyakinan bahwa pemimpin


juga merupakan karyawan sehingga pemimpin bertindak dan memposisikan diri mereka
sebagai individu yang memegang peran penting bagi kelangsungan organisasi. 

Ciri – ciri kepemimpinan yang baik


WA. Gerungan menjelaskan bahwa seorang pemimpin paling tidak harus memiliki tiga
ciri, yaitu:

1. Penglihatan Sosial
Artinya suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti gejala-gejala yang timbul dalam
masyarakat sehari-hari.
2. Kecakapan Berfikir Abstrak
Dalam arti seorang pemimpin harus mempunyai otak yang cerdas, intelegensi yang
tingggi. Jadi seorang pemimpin harus dapat menganalisa dan mumutuskan adanya
gejala yang terjadi dalam kelompoknya, sehingga bermanfaat dalam tujuan organisasi.
3. Keseimbangan Emosi
Orang yang mudah naik darah, membuat ribut menandakan emosinya belum mantap
dan tidak memililki keseimbangan emosi. Orang yang demikian tidak bisa jadi pemimpin
sebab seorang pemimpin harus mampu membuat suasana tenang dan senang. Maka
seorang pemimpin harus mempunyai keseimbangan emosi.
Dengan adanya ciri – ciri tersebut diharapkan pemimpin dalam memangku jabatan
dapat melaksanakan tugas-tugasnya dan memainkan perannya dalam memimpin
sebagai pemimpin dengan baik, sukses, percaya diri, rendah hati dan sederhana, sabar
dan memiliki kestabilan emosi,dll.
Sumber : https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/12/31/teori-teori-kepemimpinan-
pendidikan/
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirohanirrohim

Saya setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa “Analisis Data merupakan hal
yang paling penting dalam penelitian“. Alasannya adalah data yang telah terkumpul, bila
tidak dianalisis hanya menjadi barang yang tidak bermakna, tidak berarti, tidak berguna,
menjadi data yang mati, data yang tidak berbunyi, dan tidak berfungsi. Maka diperlukan
analisis data. Analisis data dapat mamberi arti, makna dan nilai yang terkandung dalam
data-data tersebut. Argumentasi bahwa dalam analisis inilah data yang diperoleh
peneliti bisa diterjemahkan menjadi hasil yang sesuai dengan kaidah ilmiah. Selain itu, 
Analisis data sangat penting karena bertujuan menyederhanakan data dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi.

Dan sebaliknya. saya tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa “Analisis
Data merupakan hal yang paling sukar dalam penelitian”. Karena ketika kita merancang
penelitian dengan benar, melakukan analisis data sebenarnya tidaklah begitu sulit.
Sebab, analisis data mengikuti rancangan penelitian yang telah kita pilih. Bila kita telah
memilih rancangan penelitian eksperimental maka analisis data harus dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis data untuk penelitian eksperimental, begitu juga dengan
jenis penelitian yang lainnya. Jadi analisis data merupakan hal yang penting dalam
penelitian dan tidak sukar jika kita menggunakan langkah-langkah yang tepat sesuai
dengan kaidah yang benar dalam penyusunannya.

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Ijin menanggapi contoh perubahan sosial-politik atau sosial-budaya (pilih salah


satu) yang terjadi secara cepat dan secara lambat yang terjadi di lingkungan Anda yang
berdampak terhadap pendidikan. Jelaskan mengapa perubahan itu terjadi dan apa
dampaknya terhadap pendidikan
Perubahan sosial sendiri merupakan perubahan pada lembaga kemasyarakatan
di dalam masyarakat, yang memengaruhi sistem dalam sosial yang meliputi beberapa
aspek seperti sikap, nilai, dan pola perilaku di lingkungan masyarakat. Dimana
perubahan sosial memiliki beberapa karakteristik yaitu:
1. sifat dari masyarakat yang selalu ingin berkembang atau berubah, baik yang terjadi
secara cepat atau lambat.
2. Perubahan yang ada pada lembaga-lembaga sosial juga terjadi mengikuti pola
perubahan sosial yang terjadi di lembaga masyarakat karena mereka merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
3. Perubahan yang terjadi pada umumnya terdampak pada disorganisasi, namun hanya
bersifat sementara. Dampak tersebut terjadi karena adanya penyesuaian diri terhadap
perubahan yang terjadi.
4. Tidak ada yang dapat membatasi perubahan dengan bidang spiritual atau
kebendaan karena keduanya saling berkaitan dan memengaruhi satu sama lain.
5. Sikap dalam menyikapi atau menghadapi perubahan yang terjadi sangat dibutuhkan
agar orang tersebut tidak terbawa oleh arus, melainkan dialah yang menentukan
kemana arah perubahan yang akan terjadi.
Covid-19 adalah suatu wabah yang dapat menyebabkan penyakit menular
berupa infeksi pada saluran pernapasan manusia yang disebabkan oleh virus. Wabah
Covid-19 sudah melanda dunia dan Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena
wabah Covid-19 tersebut pada tanggal 2 Maret 2020. Pandemi Covid-19 yang melanda
dunia, salah satunya adalah negara Indonesia memberikan dampak yang terlihat nyata
dalam berbagai bidang yaitu di antaranya ekonomi, sosial, pariwisata, dan pedidikan.
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia dalam masa pandemi Covid-19 mengalami
beberapa perubahan yang terlihat nyata.
John Dewey (1958) berpendapat bahwa :
Pendidikan adalah proses yang tanpa akhir (education is the proses without
end), dan pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental baik menyangkut daya pikir daya intelektual maupun emosional perasaan
yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya. Oleh karena itu, proses
belajar menjadi kunci untuk keberhasilan pendidikan agar proses belajar menjadi
berkualitas membutuhkan tata layanan yang berkualitas (Sagala, Syaiful. 2013).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan harus
berjalan dalam keadaan apapun. Untuk mengurangi angka penyebaran Covid-19 dan
kegiatan pendidikan dapat berjalan seperti biasanya maka pemerintah melakukan
beberapa upaya untuk mengurangi angka tersebut yang salah satunya diterapkan
dalam sistem pendidikan di Indonesia. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
dilaksanakan dengan sistem online atau sistem dalam jaringan (daring) sejak bulan
Maret 2020. Sistem pembelajaran tersebut dilakukan tanpa tatap muka secara
langsung, melainkan dilakukan dengan sistem pembelajaran jarak jauh. Dengan sistem
pembelajaran jarak jauh, peserta didik tidak diharuskan atau diwajibkan untuk datang
ke sekolah maupun kampus untuk melaksanakan pembelajaran. Banyak sarana yang
pada akhirnya diterapkan oleh tenaga pendidik untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar secara jarak jauh. Sarana pembelajaran jarak jauh tersebut tidak dapat
dihindari dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Sarana pembelajaran
tersebut di antaranya aplikasi google meet, aplikasi zoom, google classroom, youtube,
televisi, maupun media sosial whatsapp. Di mana semua sarana tersebut dihasilkan
dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju.
Namun, dengan sistem pembelajaran jarak jauh tidak menutup kemungkinan
akan timbulnya beberapa masalah-masalah dalam berlangsungnya proses
pembelajaran. Dengan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh ini, tentunya peserta didik
maupun tenaga pendidik dari semua kalangan diharuskan memiliki akses jaringan
internet yang baik. Namun, banyak daerah-daerah yang memiliki akses internet kurang
baik atau tidak lancar sehingga menjadi salah satu kendala berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar dengan baik. Selain itu, tidak sedikit peserta didik yang tidak
mendapatkan hasil pembelajaran secara maksimal. Baik dari materi pelajaran maupun
penugasan-penugasan yang diberikan oleh tenaga pendidik selama pandemi Covid-19
ini berlangsung.
Namun, di samping beberapa kendala yang muncul terdapat beberapa hikmah
yang dapat diperoleh dari pandemi Covid-19 tanpa kita sadari. Dengan sistem
pembelajaran yang dilaksanakan secara jarak jauh, di mana peserta didik banyak
melakukan kegiatan di rumah sehingga dapat mempermudah para orang tua untuk
memonitoring anak-anaknya. Selain itu, dari sisi kreativitas baik dari tenaga pendidik
maupun peserta didik dalam sistem pembelajaran jarak jauh dituntut untuk berlaku
kreatif. Sebagai contoh tidak sedikit tenaga pendidik membuat materi pembelajaran
yang disajikan dalam bentuk video-video pembelajaran. Selain itu, tidak jarang pula
pesera didik yang mendapatkan penugasan pembuatan video pembelajaran yang
menarik.
Pada dasarnya pandemi Covid-19 memberikan dampak-dampak yang dapat
melemahkan aktivitas manusia pada umumnya. Tidak dapat dipungkiri pada awalnya
banyak masyarakat yang beranggapan bahwa masa pandemi Covid-19 adalah masa
yang menyulitkan umat manusia. Namun, tanpa kita sadari banyak sisi-sisi positif yang
dapat kita petik dari pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia hingga hari ini.
Dampak yang dirasakan memang sungguh nyata dan dapat dirasakan oleh setiap
orang. Namun, masyarakat tidak bisa menjadikan pandemi Covid-19 sebagai sebab
untuk tidak melaksanakan kegiatan terutama dalam bidang pendidikan. 
Pandemi ini merubah sosial-budaya kita dimana sebelumnya kita bisa bebas
pergi kemana saja tanpa harus menggunakan masker, bebas bertemu berinteraksi
dengan siapa saja. Namun saat ini kita harus selalu di wajibkan memakai masker
kemana-mana, menjaga jarak satu dengan yang lainnya, dan selalu memperhatikan
kebersihan. Kenyataannya yang terjadi di lapangan adalah masyarakat indonesia
khususnya di lingkungan saya masih belum terbiasa dengan hal ini, dimana mereka
masih sering mengadakan kumpul-kumpul, jarang menggunakan masker dan
cenderung cuek atau tidak perduli. Bahkan, pasar di daerah saya saja menolak untuk
dilakukan pengecekan berkala oleh pemerintah setempat.

DAFTAR PUSTAKA
Sagala, Syaiful. 2013. Etika dan Moralitas Pendidikan Peluang dan Tantangan.
Jakarta : Kencana.

Anda mungkin juga menyukai