Anda di halaman 1dari 24

TUGAS TUTORIAL WEBINAR

TUGAS 2
Diajukan untuk memenuhi tugas kuliah
Pembelajaran PKn di SD (PDGK4201)
Dosen Pengampu: Drs. Marga Riswanda, S.H., M.H.

Disusun

Nama : M Irsal Febriandi


NIM : 857488993
Program Studi : S1 PGSD
Pokjar/ Kelas : 119. UPBJJ BANDUNG / C
Masa Registrasi : 2022.1

UPBJJ BANDUNG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2022
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ-UT)
BANDUNG
2022

TUGAS TUTORIAL WEBINAR [TT WEB II ]

MATA KULIAH : PEMBELAJARAN PKn DI SD (PDGK 4201)


TUTOR : Drs. MARGA RISWANDA, S.H., M.H.
MASA UJIAN : SEMESTER I 2022.1

PETUNJUK
• Tuliskan identitas dan tanda tangan anda pada lembar jawab uraian dengan tepat dan benar
• Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan padat
• Dahulukan jawaban yang dianggap paling mudah
1. Coba uraikan hak dan kewajiban warga Negara sesuai dengan pasal 27 ayat 1 dan 2
UUD 1945
2. Kasus pembunuhan Munir aktivis HAM Indonesia pada tanggal 7 September 2004.
Munir tewas dalam perjalanan udara dari Jakarta ke Amsterdam. Munir tewas akibat
racun arsenic yang kadarnya sangat mematikan. Dari contoh kasus tersebut hingga saat
ini keluarga masih merasa belum memiliki rasa keadilan. Coba kemukakan faktor
penghambat dalam pelaksanaan HAM di Indonesia
3. Uraikan pengertian, unsur-unsur dan klasifikasi hukum

2|TT2 PEMBELAJARAN PKN – M IRSAL FEBRIANDI | 857488993


4. Jika ada kasus pengemudi kendaraan bermotor melanggar undang-undang lalu lintas,
kemudian pengemudi mengajak damai kepada oknum polisi, dari contoh kasus tersebut
coba uraikan faktor penghambat penegakkan hukum di Indonesia
5. Coba simpulkan konsep demokrasi menurut Winatapura
6. Coba uraikan bahwa pendidikan demokrasi sebagai esensi PKn
7. Berdasarkan kompetensi dasar kelas II semester 2 “mengenal kegiatan bermusyawarah”
coba identifikasikan konsep , nilai, moral dan norma dalam pembelajaran PKn SD

3|TT2 PEMBELAJARAN PKN – M IRSAL FEBRIANDI | 857488993


Soal dan Jawaban

1. Coba uraikan hak dan kewajiban warga Negara sesuai dengan pasal 27 ayat 1
dan 2 UUD 1945!
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia warga negara adalah penduduk sebuah
negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya yang
mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dari negara itu. Mengutip
Membangun Kesadaran Warga Negara dalam Pelestarian Lingkungan oleh Bambang
Yuniarto (2013: 12), warga negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang
hidup atau tinggal di wilayah hukum negara tertentu. Hal ini ditegaskan lagi oleh UUD
1945 Pasal 26, di mana untuk menjadi warga negara maka harus disahkan dalam
Undang-Undang. Istilah warga negara menurut Encyclopedia of the Social Science
mengandung 2 komponen konseptual antara lain:

• Pertama, warga negara merupakan bagian keanggotaan dari suatu negara atau
city-state. Hal ini merujuk pada istilah negara kota yang terdapat pada di masa
Yunani Kuno (Kota Athena) dulu disebut sebagai negara polis lalu di masa
modern bertransformasi secara demokratis-revolusioner menjadi the nation-
state.
• Kedua, keanggotaan negara membawa resiprositas kewajiban dan hak-hak
tergantung tempat dan waktu serta beberapa hak bersifat universal.

Hak dan kewajiban serta kedudukan warga negara telah diatur dalam UUD
1945. Salah satunya dalam pasal 27 ayat 1. Pasal ini juga menjadi penguat bahwa
Indonesia adalah negara hukum.
UUD 1945 merupakan konstitusi negara Republik Indonesia. Hukum dasar
tertulis ini telah mengalami empat kali amandemen dalam kurun waktu 1999-2002.
Hal-hal yang berkaitan dengan kedudukan dan kewajiban warga negara, baik di mata
hukum maupun pemerintahan diatur di dalamnya.
Dalam pasal 1 ayat 3 disebutkan bahwa Indonesia adalah negara hukum.
Sedangkan, kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar, sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat 2.
Bentuk dan kedaulatan negara tersebut juga diperjelas dalam pasal 27 hingga
34 melalui hak dan kewajiban warga negara Indonesia. Pasal 27 ayat 1 mengatur

4|TT2 PEMBELAJARAN PKN – M IRSAL FEBRIANDI | 857488993


tentang persamaan kedudukan di mata hukum dan pemerintahan serta kewajiban untuk
menjunjung hukum dan pemerintahan tanpa kecuali.
Berikut bunyi pasal 27 ayat 1:
"Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya."
Dikutip dari buku Pendidikan Kewarganegaraan oleh Lukman Surya Saputra,
pasal 27 ayat 1 tersebut menjelaskan tentang prinsip equality before the law atau asas
persamaan di hadapan hukum. Prinsip tersebut menegaskan bahwa setiap warga negara
memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum tanpa ada pengecualian.
Prinsip equality before the law dalam pasal 27 ayat 1 ini juga ditegaskan dalam
UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, tepatnya pada pasal 4 ayat
1. Berdasarkan pasal tersebut, pengadilan mengadili menurut hukum dan tidak
membeda-bedakan orang.
Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-
nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat, memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang
hukum, sebagaimana bunyi pasal 5 ayat 1 dan 2 UU Nomor 48 Tahun 2009.
Sebagai negara hukum, Indonesia menerapkan aturan tersendiri dalam
penyelenggaraan sistem pemerintahan, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Secara umum, hukum dicirikan dengan adanya perintah dan larangan yang harus ditaati
oleh setiap orang di dalamnya.
Setidaknya, ada empat unsur hukum, antara lain peraturan tentang tingkah laku
manusia dalam kehidupan masyarakat, peraturan tersebut dibuat oleh badan resmi atau
pihak berwajib, peraturan bersifat memaksa, dan adanya ketegasan sanksi yang
diberikan dalam setiap pelanggaran terhadap aturan yang dibuat.
Kemudian bunyi pasal 27 ayat 2 yaitu:
"Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan."
Pasal 27 ayat 2 tentang apa? Dalam Be Smart Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas VII SMP/MTs oleh Bahar Rifai (2008: 46) menjelaskan bahwa Pasal 27 ayat 2
merupakan pengamalan dari dua sila Pancasila, yaitu:

5|TT2 PEMBELAJARAN PKN – M IRSAL FEBRIANDI | 857488993


• Sila kedua atau Sila Kemanusiaan yang berbunyi "kemanusiaan yang adil dan
beradab".
• Sila kelima atau Sila Keadilan yang berbunyi "kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan".

Artinya, setiap warga negara Indonesia berhak untuk menyejahterakan


hidupnya dengan memiliki pekerjaan yang layak. Secara konstitusional, salah satu
kewajiban pemerintah berdasarkan pasal tersebut adalah menyediakan lapangan
pekerjaan dalam jumlah yang cukup.

Sumber: https://kumparan.com/berita-update/bunyi-pasal-27-ayat-1-sampai-3-
tentang-hak-dan-kewajiban-warga-negara-1widNRSU9r0/full

2. Kasus pembunuhan Munir aktivis HAM Indonesia pada tanggal 7 September


2004. Munir tewas dalam perjalanan udara dari Jakarta ke Amsterdam. Munir
tewas akibat racun arsenic yang kadarnya sangat mematikan. Dari contoh kasus
tersebut hingga saat ini keluarga masih merasa belum memiliki rasa keadilan.
Coba kemukakan faktor penghambat dalam pelaksanaan HAM di Indonesia.

Indonesia sendiri tercatat mengakui keberadaan DUHAM serta meratifikasi Kovenan


Internasional Hak-hak Sipil dan Politik serta Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi
Sosial Budaya, beserta konvensi-konvensi turunannya. Tidak hanya itu, sejumlah
jaminan hak-hak asasi manusia juga turut diatur di sejumlah instrumen hukum nasional
lainnya oleh Indonesia.

Salah satu kelompok atau individu yang sangat rentan mengalami Pelanggaran adalah
Pembela HAM. Di dalam deklarasi pembela HAM, setiap orang berhak untuk
memajukan dan memperjuangkan perlindungan HAM yang wajib dilindungi oleh
pemerintah dan organisasi manapun. Dalam kenyataannya, seringkali pembela HAM
menjadi sasaran intimidasi, ancaman,kekerasan bahkan pembunuhan. Salah satu kasus
Pembunuhan Pembela HAM yang masih belum dituntaskan oleh Negara adalah
Pembunuhan Munir Said Thalib, Pembela HAM yang dikenal luas publik tersebut
meninggal dengan cara diracun dalam penerbangan Garuda Indonesia bernomor GA
974 pada Selasa, 7 September 2004.

6|TT2 PEMBELAJARAN PKN – M IRSAL FEBRIANDI | 857488993


Kasus pembunuhan terhadap Munir bukanlah kasus kriminal biasa. Kasus ini terbukti
melibatkan aktor negara yakni BIN dan Garuda Indonesia, penuh dengan konspirasi,
sehingga kejahatan ini jelas berdimensi struktural dan sistematis. Persidangan yang
sudah dilangsungkan tidak berhasil mengungkap semua aktor. Hanya aktor lapangan
yang diadili dan dihukum. Tim Pencari Fakta (TPF) yang dibentuk oleh pemerintah dan
Keluarga Munir menilai penanganan kasus Munir hanya berhenti pada pelaku
lapangan. Padahal, menurut kesimpulan TPF dan Putusan Pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap dalam perkara Pollycarpus Budihari Priyatno maupun
Direktur Garuda, Indra Setiawan, “pembunuhan Munir adalah permufakatan jahat
yang melibatkan empat lapis pelaku: pelaku lapangan, pelaku pembantu, pemberi
akses, dan inisiator pembunuhan”. Kasus ini adalah bentuk konspirasi tingkat tinggi
yang melibatkan lembaga negara.

Oleh karena itu, Kami menilai kasus pembunuhan ini dapat digolongkan sebagai
kejahatan yang bukan tindak pidana biasa (ordinary crimes), melainkan tindak pidana
luar biasa (extra ordinary crimes) atau pelanggaran HAM yang berat (gross violations
of human rights) atau bahkan dinilai sebagai kejahatan yang amat serius (the most
serious crimes) seperti kejahatan melawan kemanusiaan (crimes against humanity).
Sehingga sangat penting bagi Negara cq Komnas HAM untuk segera menetapkan kasus
Pembunuhan Munir sebagai Pelanggaran HAM Berat.

3. Uraikan pengertian, unsur-unsur dan klasifikasi hukum

Penggolongan Hukum Di Indonesia

Sistem dan Klasifikasi Hukum


Sistem Hukum
Sistem berarti suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian (subsistem) yang
membentuk sistem tersebut. Keseluruhan Hukum merupakan suatu sistem yang terdiri
dari bagian-bagian. Sistem Hukum Indonesia sendiri merupakan sistem hukum yang
terbentuk dari berbagai sub sistem yaitu Hukum Adat, Hukum Islam, Hukum Barat,
dan Peraturan Perundang-Undangan Nasional. Didalam sistem hukum Indonesia
terdapat bidang-bidang atau sering kita kenal dengan lapangan-lapangan hukum.
Pembagian lapangan hukum klasik kita mengenal: Hukum Perdata, Hukum Pidana,
Hukum Tata Negara dan Hukum Internasional. Lapangan hukum sendiri cukup banyak
7|TT2 PEMBELAJARAN PKN – M IRSAL FEBRIANDI | 857488993
dan mambagi hukum dalam subsistem tertentu, mempermudah kita mengelompokan
dan mempelajarinya. Selain yang disebutkan di atas, pembagian lapangan hukum yang
kita kenal antara lain: Hukum Dagang, Hukum Administrasi Negara, Hukum Acara,
Hukum Humaniter, Hukum Diplomatik, dan sebagainya.
a. Sistem Hukum Terbuka
Dalam rangkaian sistem hukum diatas, terdapat sistem terbuka dan tertutup.
Sistem terbuka maksudnya sistem yang terbuka untuk tambahan-tambahan oleh para
pihak. Contoh Hukum yang menerapkan Sistem Terbuka adalah Hukum Perdata.
Dalam hukum perdata (pasal 1338 KUHPerdata) tiap-tiap orang diberi kebebasan untuk
mengadakan perjanjian, perjanjian yang dilakukan antar pihak berlaku dan menjadi
undang-undang bagi mereka yang mengikatkan diri dalam perjanjian tersebut. Artinya
sistem ini memberikan peluang untuk penambahan dari para pihak.
b. Sistem Hukum Tertutup
Sistem tertutup adalah sistem yang sifatnya membatasi atau limitatif, yang mana tidak
menerima tambahan oleh para pihak. Sistem tertutup dianut bagian-bagian dalam ranah
Hukum Publik seperti Hukum Pidana.

Macam-Macam Sistem Hukum


Setiap negara di dunia memiliki sistem hukum yang unik dan berbeda-beda, tidak ada
yang persis sama satu dengan yang lain. Banyak faktor yang menyebabkan beragamnya
sistem hukum yang diterapkan di suatu negara antara lain faktor sejarah, sosial dan
budaya sehingga suatu negara mencari bentuk sistem hukum yang sesuai di negaranya.
Kendati ada perbedaan antara Sistem Hukum ditiap negara, terdapat sejumlah
kesamaan tertentu didalamnya. Banyak ahli yang mengelompokan sistem hukum tiap-
tiap negara, menyebutnya lingkungan keluarga hukum (legal family). Menurut Rene
David dan John E.C. Brierly (1978), membagi lingkungan keluarga hukum menjadi 4
golongan yaitu:
a. Keluarga Romawi Germania (Romano-Germanic Family)
Dikenal juga dengan Sistem Hukum Eropa Kontinental merupakan Sistem
Hukum yang diterapkan sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia yang
terdampak oleh penjajahan Belanda dan diterapkan hingga sekarang. Ciri utama sistem
ini adalah sistem kodifikasi atau pembukuan secara sistematis. Aturan-aturan kodifikasi
hukum kemudian diterapkan.
b. Keluarga Common Law (Common Law Family)
8|TT2 PEMBELAJARAN PKN – M IRSAL FEBRIANDI | 857488993
Common Law atau ada pula yang mengenal Sistem Anglo-Saxon adalah sistem
hukum yang menitik beratkan kepada Yurisprudensi atau putusan hakim. Sistem
Hukum ini terkenal dianut oleh Inggris dan Amerika, selain itu banyak negara bekas
jajahan Inggris menganutnya.

c. Keluarga Hukum Sosialis (Family of Socialist Law)


Sistem Hukum yang berkembang melalui paham Marxisme ini terkenal dianut Uni
Soviet pada masanya. Saat ini tidak banyak negara yang menganut sistem ini. Sebagian
besar negara dunia saat ini menganut sistem Eropa Kontinental atau Common Law.

d. Sistem-Sistem Lain (other system)


Sistem Hukum lain yang dikelompokan merupakan sistem hukum yang bukan hukum
barat (non-western). Beberapa Hukum yang dikenal yaitu Hukum Islam, Hukum
Yahudi, Hukum Hindu, dll.

Klasifikasi Hukum
Para ahli hukum membuat klasifikasi hukum berdasarkan kriteria tertentu, karena
lumayan banyak saya mengambil beberapa saja sebagai pemahaman:
1. Menurut Isinya
• Hukum Privat. Hukum yang mengatur hubungan antar individu
• Hukum Publik. Hukum yang mengatur hubungan individu dengan
negara
2. Menurut Bentuknya
• Hukum Tertulis
• Hukum Tidak Tertulis
3. Menurut Fungsinya
• Hukum Materil. Berisi aturan dan larangan mengatur hubungan anggota
masyarakat
• Hukum Formil. Mengatur bagaimana cara mempertahankan dan
melaksanakan hukum materil (Hukum Acara)
4. Menurut Lingkup Keberlakuannya
• Hukum Umum. Berlaku bagi setiap orang
• Hukum Khusus. Berlaku terhadap orang tertentu

9|TT2 PEMBELAJARAN PKN – M IRSAL FEBRIANDI | 857488993


4. Jika ada kasus pengemudi kendaraan bermotor melanggar undang-undang lalu
lintas, kemudian pengemudi mengajak damai kepada oknum polisi, dari contoh
kasus tersebut coba uraikan faktor penghambat penegakkan hukum di Indonesia

Problematika penegakan hukum diartikan sebagai permasalahan yang timbul


dari penegakan supremasi hukum di Indonesia yang memerlukan jawaban atas
permasalahan tersebut. Permasalahan penegakan hukum di Indonesia bukan hanya
merupakan fenomena yang ada di permukaan saja, melainkan telah merasuki sum-sum
sistem hukum itu sendiri. Penegakan hukum di Indonesia seringkali tidak seiring
sejalan dengan apa yangdiinginkan. Hukum di Indonesia tidak menjadi panglima
melainkan menjadi alat politik maupun alat kekuasaan. Karena sebagai panglima,
hukum harus mampu menjawab,memutuskan, ataupun menyelesaikan suatu kasus atau
perkara tanpa terpengaruh olehtendensi atau kepentingan apapun yang melekat di
dalamnya.

Problematika penegakan hukum di Indonesia sangat sulit untuk dirunut,


bagaikan mencari sampul pangkal atau ujung dari suatu lingkaran, sehingga membuat
kejahatan semakin berdaulat di dalam dunia hukum maupun dunia Peradilan di
Indonesia. Permasalahan penegakan hukum di Indonesia sering kali diawali dalam
dunia peradilan, mafia peradilan sering kali menjadi faktor utama dalam permasalahan
penegakan hukum tersebut, karena mafia peradilan bersifat sistemik dan merasuki sum-
sum penegakan hukum. Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD dalam Politik
Hukum di Indonesia, mengatakan bahwa: “…Mereka heran ketika melihat bahwa
hukum tidak selalu dapat dilihat sebagai penjamin kepastian hukum, penegak hak-hak
masyarakat, atau penjamin keadilan. Banyak sekali peraturan hukum yang tumpul,
tidak mempan memotong kesewenang-wenangan, tidak mampu menegakkan keadilan
dan tidak dapat menampilkan dirinya sebagai pedoman yang harus diikuti dalam
menyelesaikan berbagai kasus yang seharusnya bisa dijawab oleh hukum. Bahkan
banyak produk hukm yang lebih banyak diwarnai oleh kepentingan-kepentingan politik
pemegang kekuasaan dominan”.(Mahfud MD, 2001 :1).

Keterpurukan penegak hukum yang ada saat ini diawali oleh terpuruknya
dekadensi moral aparat penegak hukum, konsep atau metode berpikir “Money

10 | T T 2 P E M B E L A J A R A N P K N – M I R S A L F E B R I A N D I | 8 5 7 4 8 8 9 9 3
Oriented” sedianya dapat diubah menjadi mindset “Service Oriented without Money”.
Sehingga dibutuhkan reformasi hukum tidak hanya dalam hal pembaruan Undang-
Undang atau substansi hukumnya (legal substance reform), tetapi juga pembaruan
struktur hukum (legal structure reform) dan pembaruan budaya hukum (legal ethic and
legal science /education reform), bahkan dalam situasi saat ini, pembaruan aspek
immateriil dalam hukum yaitu pembaruan budaya hukum, etika / moral hukum,
aparatur penagak hukum, serta ilmu / pendidikan hukum dapat dilakukan pembaruan
untuk mewujudkan hukum yang dicita-citakan (ius constituendum). (Barda nawawi
arief, 2010-6).

5. Coba simpulkan konsep demokrasi menurut Winatapura!

Analisis lain dikemukakan Winataputra (2001:14); yang menyatakan bahwa


pembelajaran PKn kini baru “teaching about democracy”, belum “how to build
democracy”; proses pembelajaran masih berorientasi pada penguasaan teori dan
hapalan (knowledge oriented) (Suryadi, 2003:4; Budimansyah, 2009:7); tidak
demokratis berbasis gender, monolitik dan bersifat top down (Zuriah dan Sunaryo,
2008:93); didominasi oleh sistem konvensional dan tidak pada proses “contextualized
multiple intelligence” (Komalasari, 2008:77); dominannya penerapan metode
pembelajaran konvensional seperti “ground covering technique, indoktrinative, and
narrative technique” dalam pembelajaran sehari-hari (Somantri, 2001:245); proses
belajar mengajar dengan menekankan pada siswa untuk menghafal pelajaran dengan
mengorbankan pengembangan “critical thinking” (Zamroni, 2002:16). Kajian yang
mengungkap beberapa kegagalan di atas, perlu rekonseptualisasi pendidikan demokrasi
untuk menciptakan sistem dan budaya sekolah demokratis. Membangun budaya
demokrasi di sekolah sampai perguruan tinggi adalah menjadikan sekolah dan
perguruan tinggi menjadi media inseminasi dan pemekaran nilai-nilai demokrasi bagi
kehidupan individu dan peran publiknya. Untuk itu, maka secara teoretis dan praktis,
ada tiga hal yang harus diwujudnyatakan untuk membangun sekolah demokratis, yakni
proses belajar mengajar, kepemimpinan dan manajemen sekolah, dan budaya sekolah
demokratis. Dalam konteks sekolah demokratis, aspek yang ketiga, yakni kultur
sekolah menjadi kekuatan penting. Kultur sekolah perlu menjiwai dan membingkai
segenap aktivitas, inovasi pembelajaran, dan pengelolaan sekolah. Kultur sekolah dapat

11 | T T 2 P E M B E L A J A R A N P K N – M I R S A L F E B R I A N D I | 8 5 7 4 8 8 9 9 3
dideskripsikan sebagai pola nilai-nilai, normanorma, sikap, ritual, mitos, dan
kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kultur sekolah
ini dikonsepsi dan diwujudkan melalui pembelajaran dan rancangan aktivitas sekolah
yang melibatkan kepala sekolah, guru, staf administrasi, siswa didik, dan stakeholders.
Keterlibatan bersama mereka sebagai dasar dalam memahami dan memecahkan
berbagai persoalan pendidikan (Zamroni, 2002:21). Berkaitan dengan membangun
budaya demokrasi di sekolah maka sikap mental dan perilaku individu sebagai warga
sekolah harus mencerminkan konsep wawasan, nilai, norma dan prinsip demokrasi
dalam diri individu warga sekolah itu sendiri. Ada sepuluh indikator budaya
kewarganegaraan demokratis yang dapat dijelaskan berikut ini, menurut Winataputra
dan Tim CCE (2007:11-13), yakni:

1. Pro bono publico yaitu sikap mengutamakan kepentingan publik diatas


kepentingan pribadi atau golongan.
2. Pro patricia primus patrialis yaitu sikap mengutamakan kepentingan negara.
3. Toleran atau menghargai dan menghormati pendapat orang lain yang berbeda.
4. Terbuka menerima pendapat orang lain.
5. Tanggap dan berani mengemukakan pendapat dengan baik dan benar.
6. Bersikap kritis terhadap informasi atau pandangan sehingga tidak mudah
menerima dan menolak pandangan orang lain.
7. Cerdas dan penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan.
8. Menghormati hak orang lain; Menghormati kekuasaan yang sah.
9. Bersikap adil dan tidak diskriminatif.
10. Menjaga dan melaksanakan amanah dengan penuh tanggung jawab.

6. Coba uraikan bahwa pendidikan demokrasi sebagai esensi PKn

Demokrasi merupakan tatanan hidup bernegara yang menjadi pilihan negara-


negara di dunia pada umumnya. Demokrasi lahir dari tuntutan masyarakat barat akan
persamaan hak dan kedudukan yang sama di depan hukum. Hal ini terjadi karena pada
masa sebelum adanya deklarasi Amerika dan Perancis, setiap warga dibeda-bedakan
kedudukannya baik di depan hukum maupun dalam tatanan social masyarakat.
Demokrasi yang berasal dari kata demos dan kratos berarti pemerintahan dari untuk oleh
rakyat. Amin Rais mengartikan demokrasi sebagai dasar hidup bernegara pada umumnya
yang memberikan pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan

12 | T T 2 P E M B E L A J A R A N P K N – M I R S A L F E B R I A N D I | 8 5 7 4 8 8 9 9 3
dalam masalah-masalah pokok yang mengenai kehidupannya termasuk dalam menilai
kebijaksanaan pemerintah negara oleh karena kebijaksanaannya tersebut menentukan
kehidupan rakyat.

Dengan demikian demokrasi adalah pemerintahan yang diselenggarakan


berdasarkan kehendak dan kekuasaan rakyat. Atau jika ditinjau dari sudut organisasi ia
berarti sebagai suatu pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau
atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat. Dalam praktek
pelaksanaannya, demokrasi yang memposisikan rakyat dalam penentuan kebijakan
negara, sering bergeser ketika peranan negara yang terwujud dalam pemerintahan
melakukan Langkah-langkah yang berusaha membatasi hakekat kehendak dan
kekuasaan rakyat dalam penyelenggaraan negara. Langkah-langkah tersebut dicapai
melalui perubahan konstitusi ataupun produk perundang-undangan yang dibuat rezim
yang berkuasa. Gerakan konstitusional maupun yuridis formal dipergunakan untuk
merubah dan membatasi ruang berlakunya demokrasi. Perjalanan sejarah demokrasi di
Indonesia telah membuktikan bahwa tidak selamanya demokrasi dilaksanakan sesuai
dengan konstitusi. Kenyataan silih bergantinya sistem demokrasi di Indonesia sejak awal
kemerdekaan sampai lahirnya Maklumat Wakil Presiden Nomor X, demokrasi terpimpin,
demokrasi Pancasila, sampai pada munculnya reformasi menunjukkan betapa
dominannya peranan (pemerintahan) negara dalam memberikan warna terhadap
pembahasan adalah, (1) Bagaimana perkembangan konsep demokrasi dalam suatu
Negara hukum?, (2) Bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia?

Perkembangan konsep demokrasi tidak dapat dilepaskan dari sejarah munculnya


deklarasi Kemerdekaan Amerika pada tahun 1776 dan Perancis tahun 1789. dalam
perkembangan konsep demokrasi, tidak dapat dilepaskan dari adanya persmaan hak di
depan hukum dan perlindungan hak-hak asasi manusia yang kemudian berkembang
dengan pembagian dan pemisahan kekuasaan antara eksekutif, legislatif dan judikatif.
Hal ini juga tidak dapat dilepaskan munculnya konsep Negara hukum. Istilah Negara
hukum antara Negara Negara yang menganut system hukum continental dan Negara-
negara Anglo Saxon itu berbeda, yaitu Rechtsstaat, untuk yang menganut system hukum
kontinental dan di negara-negara Anglo Saxon, menggunakan istilah Rule of Law.

Demokrasi di Indonesia berkembang seiring dengan pergolakan politik yang terjadi


setelah kemerdekaan. Perubahan-perubahan konsep demokrasi terjadi mulai dari

13 | T T 2 P E M B E L A J A R A N P K N – M I R S A L F E B R I A N D I | 8 5 7 4 8 8 9 9 3
dekokrasi terpimpin, demokrasi parlementer sampai ke demokrasi presidensiil. Namun
pada dasarnya, peranan pemerintahan dalam menjalankan demokrasi masih sangat
dominant, karena dalam UUD 1945 beserta Amandemennya, mamsih Nampak
kekuasaan pemerintahan tetap lebih besar dibanding kekuasaan lainnya. penegakan
hukum terhadap hak-haak asasi manusia perlu lebih dipotimalkan lagi. UUD 1945
berserta amandemen perlu lebih disempurnakan, karena disatu sisi menganut sistem
pemerintahan presidensiil, namun disisi lain menganut sistem demokrasi parlementer.
Perlu ditinjau kembali besarnya kekuasaan pemerintahan dalam mewujudkan demokrasi.

7. Berdasarkan kompetensi dasar kelas II semester 2 “mengenal kegiatan bermusyawarah”


coba identifikasikan konsep , nilai, moral, dan norma dalam pembelajaran PKn SD

I. PENGERTIAN NILAI

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna
bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan
manusia. Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan Pancasila sebagai
ideologi terbuka. Perumusan Pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945, alenia 4
dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai instrumental. Nilai dasar
tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai dasar yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya kita
belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan
UUD 1945 sendiri menunjukkan adanya Undang-undang sebagai pelaksanaan dalam
pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaan lebih lanjut. Penjabaran itu sebagai
arahan utnuk kehidupan nyata. Penjabaran itu kemudian dinamakan Nilai Instrumental.

Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang


dijabarkannya. Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-
bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-batas yang
dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan
nilai-nilai dasarnya.

Adapun pengertian nilai menurut beberapa para ahli, yaitu :

a. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung
lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.

14 | T T 2 P E M B E L A J A R A N P K N – M I R S A L F E B R I A N D I | 8 5 7 4 8 8 9 9 3
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas
harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan
yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dengan yang
lain terdapat perbedaan tata nilai. Contoh : masyarakat yang tinggal di perkotaan
lebih menyukai persaingan karena dalam persaingan akan muncul pembaruan-
pembaruan. Sementara pada masyarakat tradisional lebih cenderung menghindari
persaingan karena dalam persaingan akan menggangu keharmonisan dan tradisi
yang turun-temurun.
b. Drs. Suparto mengemukakan bahwa nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam
masyarakat. Di antaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk
mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial
juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-
peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan
sesuai dengan peranannya. Contoh : ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan
akan diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial
juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok masyarakat.
Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan. Nilai
sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya
tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang
dianutnya.
c. Kimball Young mengemukakan nilai sosial adalah asumsi yang abstrak dan sering
tidak disadari tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.
d. A.W. Green menyatakan bahwa nilai sosial adalah kesadaran yag secara relatif
berlangsung disertai emosi terhadap objek.
e. M.Z. lawang menyatakan nislai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan,
yang pantas, berharga, dan dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang
bernilai tersebut.
f. D. Hendropuspito menyatakan nilai sosial adalah segala sesuatu yang dihargai
masyarakat karena mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan
manusia.
g. Prof. Dr. Notonegoro menyatakan nilai sosial dibagi menjadi 3, yaitu :
h. Nilai material, yakni segala sesuatu yang berguna bagi unsur fisik manusia.
Misalnya: air, makanan, pakaian, dll.

15 | T T 2 P E M B E L A J A R A N P K N – M I R S A L F E B R I A N D I | 8 5 7 4 8 8 9 9 3
i. Nilai vital, yakni segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan
kegiatan dan aktivitas.
j. Nilai kerohanian, yakni segala sesuatu yang berguna bagi batin atau kerohanian
manusia.

II. CIRI NILAI SOSIAL


a. Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antar warga masyarakat.
b. Disebarkan diantara warga masyarakat (bukan bawaan lahir).
c. melalui sosialisasi (proses belajar).
d. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
e. Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain.
f. Dapat mempengaruhi pengembangan diri sosial.
g. Memiliki pengaruh yang berbeda antar warga masyarakat.
h. Cenderung berkaitan satu sama lain.

III. KLASIFIKASI

Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai
dominan dan nilai mendarah daging (internalized value).

a. Nilai Dominan
Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting dari pada nilai lainnya. Ukuran
dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut.
• Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh: sebagian besar anggota
masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang,
seperti politik, ekonomi, hukum, dan sosial.
• Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat.
• Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh:
memiliki mobil dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau
prestise tersendiri.
b. Nilai Mendarah Daging (internalized value)
Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan
sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau
pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang

16 | T T 2 P E M B E L A J A R A N P K N – M I R S A L F E B R I A N D I | 8 5 7 4 8 8 9 9 3
masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan
merasa sangat bersalah. Contoh: seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi
nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak
bertanggung jawab. Demikian pula guru yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan
merasa gagal dalam mendidik anak tersebut.
Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala
tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan
pandangan hidup seseorang dalam masyarakat.

IV. PENGERTIAN NORMA SOSIAL


Norma sosial adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat
tertentu. Norma sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut
perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya.
Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok
agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk.
Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam
masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan. Norma tidak boleh
dilanggar, siapapun yang melanggar norma atau tidak bertingkah laku sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam norma itu, akan memperoleh hukuman. Misalnya, bagi
siswa yang terlambat dihukum tidak boleh masuk kelas, bagi siswa yang mencontek
pada saat ulangan tidak boleh meneruskan ulangan.
Norma merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya,
aturan ini terbentuk secara tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma itu disusun
atau dibentuk secara sadar. Norma dalam masyarakat berisi tata tertib, aturan, dan
petunjuk standar perilaku yang pantas atau wajar.

Berdasarkan tingkatannya, norma di dalam masyrakat dibedakan menjadi empat, yaitu:

a. Cara (usage)
Cara adalah suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan individu dalm suatu
masyarakat tetapi tidak secara terus-menerus. Contoh: cara makan yang wajar dan
baik apabila tidak mengeluarkan suara seperti hewan.
b. Kebiasaan (folkways)
Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan bentuk yang
sama yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap

17 | T T 2 P E M B E L A J A R A N P K N – M I R S A L F E B R I A N D I | 8 5 7 4 8 8 9 9 3
baik dan benar. Contoh: memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam
suatu kegiatan atau kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta.
c. Tata kelakuan (mores)
d. Tata kelakuan adalah sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sifat-sifat hidup
dari sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna melaksanakan
pengawasan oleh sekelompok masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Dalam tata
kelakuan terdapat unsur memaksa atau melarang suatu perbuatan. Fungsi mores
adalah sebagai alat agar para anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan-
perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut. Contoh: melarang pembunuhan,
pemerkosaan, atau menikahi saudara kandung.
e. Adat Istiadat (costum)
Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya
karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang
memilikinya. Koentjaraningrat menyebut adat istiadat sebagai kebudayaan abstrak
atau sistem nilai. Pelanggaran terhadap adat istiadat akan menerima sanksi yang
keras baik langsung maupun tidak langsung. Misalnya, orang yang melanggar
hukum adat akan dibuang dan diasingkan ke daerah lain.
f. Norma Hukum (laws)
Norma hukum adalah norma yang mengatur kehidupan sosial kemasyarakatan yang
berasal dari kitab undang-undang hukum yang berlaku di negara kesatuan Republik
Indonesia untuk menciptakan kondisi negara yang damai, tertib, aman, sejahtera,
makmur, dll. Contoh: tidak melanggar rambu lalu lintas walaupun tidak ada
polantas, menghormati pengadilan dan peradilan di Indonesia, taat membayar pajak,
menghindari KKN.

V. MACAM NORMA SOSIAL

Norma sosial di masyarakat dibedakan menurut aspek-aspek tertentu tetapi


saling berhubungan antara satu aspek dengan aspek yang lainnya. Pembagian itu adalah
sebagai berikut.

a. Norma Agama
Norma agama berasal dari Tuhan, pelanggarannya disebut dosa. Norma agama adalah
peraturan sosial yang sifatnya mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar atau diubah
ukurannya karena berasal dari Tuhan. Biasanya norma agama tersebut berasal dar

18 | T T 2 P E M B E L A J A R A N P K N – M I R S A L F E B R I A N D I | 8 5 7 4 8 8 9 9 3
ajaraan agama dan kepercayaan-kepercayaan lainnya (religi). Contoh: melakukan
sembahyang kepada Tuhan, tidak berbohong, tidak boleh mencuri, membayar zakat
tepat pada waktunya bagi penganut agama Islam, menjalankan perintah Tuhan YME,
menjauhi apa-apa yang dilarang oleh agama.
b. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang
menghasilkan akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik
dan apa pula yang dianggap buruk. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat sanksi
pengucilan secara fisik (dipenjara, diusir) ataupun batin (dijauhi). Contoh: orang yang
berhubungan intim di tempat umum akan dicap tidak susila, melecehkan wanita atau
laki-laki di depan orang.
c. Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang berkenaan
dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku yang wajar dalam kehidupan
bemasyarakat. Pelanggaran terhadap norma ini akan mendapatkan celaan, kritik, dan
lain-lain tergantung pada tingkat pelanggaran. Contoh: hormat terhadap orang tua dan
guru, berbicara dengan bahasa yang sopan kepada orang, tidak suka berbohong,
berteman dengan siapa saja, tidak meludah di sembarang tempat, dll.
d. Norma Kebiasaan
Norma kebiasaan adalah sekumpulan peraturan sosial yang berisi petunjuk atau
peraturan yang dibuat secara sadar atau tidak tentang perilaku yang diulang-ulang
sehingga perilaku tersebut menjadi kebiasaan individu. Pelanggaran terhadap norma ini
berakibat celaan, kritik, sampai pengucilan secara batin.

VI. PENGERTIAN MORAL

Secara etimologis istilah moral berasal dari bahasa latin “mos” (Moris), yang
berarti adat, kebiasaan, peraturan, nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Dewasa ini orang
cenderung untuk memakai moralitas atau moral untuk menunjukkan tingkah laku itu
sendiri. Dapat dikatakan moral adalah ukuran baik buruk seseorang, baik sebagai pribadi
maupun sebagai warga masyarakat, dan warga negara. Selain itu moral juga memiliki dua
pengertian yaitu:

a. Serangkaian tentang nilai tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan susila.

19 | T T 2 P E M B E L A J A R A N P K N – M I R S A L F E B R I A N D I | 8 5 7 4 8 8 9 9 3
b. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah dan
berdisiplin sebagaimana terungkap dalam perbuatan (Nata, 2003: 90).

Kemudian menurut C Asri Budiningsih (2004: 24) mengartikan moral yang dikutip
dari pendapat Franz Magnis Soeseno, moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia
sebagai manusia sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi
kebaikan manusia. Definisi lain dikemukakan oleh Piaget, L Kohlberg, B Graham dan
Barbara Leers dalam Ahmad Kosasih Djahiri (1986: 76) yang menyatakan bahwa moral
adalah segala hal yang menyangkut, membatasi, dan menentukan serta harus dianut,
dijalankan, karena hal tersebut dianut, diyakini, dilaksanakan, atau diharapkan dalam
kehidupan dimana kita berada. Moral ada di dalam kehidupan serta menuntut dianut,
diyakini, akan menjadi moralitas sendiri.

Manusia menurut kodratnya selain dikaruniai akal juga dikaruniai hawa nafsu.
Selain itu apda dasarnya manusia itu “kosong” menerima segala bentuk tingkah laku, oleh
karena itu pendidikan moral sangat penting. Pendidikan moral adalah pendidikan untuk
menjadikan anak manusia bermoral baik dan manusiawi. Tanpa pendidikan moral, akhlak
terpuji dan mulia tidak akan menjadi bagian yang menyatu dengan kepribadaian seseorang
dan manusia akan terbiasa dengan moral yang tercela karena hanya dilandasi nafsu. Ada
beberapa pakar yang mengembangkan pembelajaran nilai moral, dengan tujuan
membentuk watak atau karakterstik anak. Pakar-pakar tersebut di antaranya Newman,
Simon, Howe, dan Lickona. Dari beberapa pakar tersebut, pendapat Lickona-lah yang
lebih cocok diterapkan untuk membentuk watak/karakter anak. Pandangan Lickona (1992)
tersebut dikenal dengan educating for character atau pendidikan karakter/watak untuk
membangun karakter atau watak anak. Dalam hal ini, Lickona mengacu pada pemikiran
filosof Michael Novak yang berpendapat bahwa watak atau karakter seseorang dibentuk
melalui tiga aspek yaitu, moral knowing, moral feeling, dan moral behavior, yang mana
satu sama lain saling berhubungan dan terkait. Lickona menggarisbawahi pemikiran
Novak. Ia berpendapat bahwa pembentukan karakter atau watak anak dapat dilakukan
melalui tiga kerangka pikir, yaitu konsep moral (moral knowing), sikap moral (moral
feeling), dan perilaku moral (moral behavior). Dengan demikian, hasil pembentukan sikap
karakter anak pun dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu konsep moral, sikap moral, dan
perilaku moral.

20 | T T 2 P E M B E L A J A R A N P K N – M I R S A L F E B R I A N D I | 8 5 7 4 8 8 9 9 3
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian moral/moralitas
adalah suatu tuntutan perilaku yang baik yang dimiliki oleh individu sebagai moralitas,
yang tercermin dalam pemikiran/konsep, sikap, dan tingkah laku. Moral seseorang tidak
hadir, tumbuh dan berkembang dengan begitu saja, akan tetapi perkembangan moral
seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya, terutama dari orang tuanya. Dia
belajar untuk menganal nilai-nilai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut.
Dalam pembelajaran PKn, moral sangat penting untuk ditanamkan pada anak usia SD,
karena proses pembelajaran PKn SD memang bertujuan untuk membentuk moral anak,
yaitu moral yang sesuai dengan nilai falsafah hidupnya.

Menganalisis Materi PKn SD Pada Kompetensi Dasar Ditinjau dari Nilai dan
Moral

Ruang lingkup PKn secara umum meliputi aspek-aspek sebagai berikut. (1)
Persatuan dan Kesatuan, (2) Norma Hukum dan Peraturan, (3) HAM, (4) Kebutuhan warga
Negara, (5) Konstitusi Negara, (6) Kekuasaan Politik, (7) Kedudukan Pancasila, dan (8)
Globalisasi. Menurut Mulyasa (2007), delapan kelompok tersebut dijelaskan pada bagian
berikut:

a. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
b. Norma, Hukum, dan Peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di
sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, dan
hukum dan peradilan internasional.
c. Hak Asasi Manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan
perlindungan HAM.
d. Kebutuhan Warganegara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai warga
masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan rnengeluarkan Inisiasi Pendidikan
Kewarganegaraan 3 pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan
kedudukan warga negara.

21 | T T 2 P E M B E L A J A R A N P K N – M I R S A L F E B R I A N D I | 8 5 7 4 8 8 9 9 3
e. Negara, meliputi proklamasi kemerdekaañ dan konstitusi yang pertama, konstitusi-
konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan
konstitusi.
f. Kekuasan dan Politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan
daerah dan otonomi-pemerintah pusat, demokrasi dan system politik, budaya politik,
budaya demokrasi menuju masyarakat madani, system pemerintahan, pers dalam
masyarakat demokrasi.
g. Kedudukan Pancasila, meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.
h. Globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era
globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional,
dan mengevaluasi globalisasi.

Kompetensi Dasar yang Terdapat dalam Materi PKn SD

PKn SD terdiri dari 24 standar kompetensi yang dijabarkan dalam 53 kompetensi dasar.
Pada pembelajaran PKn SD, Kompetensi Dasar yang disusun memuat tentang sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran PKn yang
berkaitan dengan nilai dan moral diantaranya adalah sebagai berikut:

Kelas II SD

a. Kompetensi Dasar:
1) Mengenal pentingnya hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong.
2) Melaksakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong di rumah dan di
sekolah.
3) Mengenal pentingnya lingkungan alam seperti dunia tumbuhan dan dunia hewan.
4) Melaksanakan pemeliharaan lingkungan alam.
5) Mengenal kegiatan bermusyawarah.
6) Mengharagi suara terbanyak (mayoritas).
7) Menampilkan sikap mau menerima kekalahan.
8) Mengenal nilai kejujuran, kedisiplinan, dan senang bekerja dalam kehidupan
sehari-hari.
9) Melaksanakan perilaku jujur, disiplin, dan senang bekerja dalam kegiatan sehari-
hari.

22 | T T 2 P E M B E L A J A R A N P K N – M I R S A L F E B R I A N D I | 8 5 7 4 8 8 9 9 3
Hubungan Nilai dan Moral Pada Kompetensi Dasar PKn SD

Kelas II

a. Mengenal pentingnya hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong.


Dalam Kompetensi Dasar ini siswa diharapkan mampu menjelaskan ciri-ciri
hidup rukun, makna hidup rukun dengan kalimat sederhana, manfaat hidup rukun,
siswa diharapkan mampu mendemonstrasikan contoh hidup rukun di lingkungan
rumah, sekolah, membiasakan hidup tolong-menolong di rumah dan di sekolah. Di
dalam materi ini terkandung nilai dan moral yang sudah mulai di tanamkan di kelas
rendah (kelas 1) karena kualitas perbuatan atau kebaikan yang terdapat di dalamnya
dianggap sebagai sesuatu yang berharga, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan
siswa. Nilai yang termuat di dalam Kompetensi Dasar tersebut adalah nilai sosial yang
dapat diketahui dari objek yang menjadi sasaran adalah lingkungan rumah dan sekolah
dalam menjalin kerukunan, gotong royong dan saling tolong menolong antar sesama
manusia. Selain itu, nilai yang terkandung yaitu nilai watak dalam membentuk watak
atau kepribadian siswa untuk membiasakan diri menjalin hidup rukun, gotong royong
dan tolong menolong. Perbuatan gotong-royong dimaknai sebagai nilai, maka akan
lebih bermakna jika nilai gotong-royong tersebut telah menjadi pola pikir, pola sikap,
dan pola tindak seseorang secara individu maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh
karena itu, nilai gotong-royong seperti yang dicontohkan tadi adalah perilaku yang
menunjukkan adanya rasa saling membantu sesama dalam melakukan sesuatu yang bisa
dikerjakan secara bersama- sama sebagai perwujudan dari rasa solidaritas yang
memiliki makna kebersamaan dalam kegiatan bergotong-royong.

b. Mengenal pentingnya lingkungan alam seperti dunia tumbuhan dan hewan yang ada di
sekitar kita.
Lingkungan alam merupakan lingkungan yang dapat dimanfaaatkan potensinya
dalam pembelajaran PKn di sekolah dasar. Cinta lingkungan merupakan salah satu
kompetensi yang ingin dicapai oleh mata pelajaran ini. Melalui lingkungan alam yang
ada, siswa dapat diajarkan tentang bagaimana memelihara kelestarian lingkungan.
Selain itu siswa juga dapat diajarkan tentang pemeliharaan kebersihan lingkungan, dan
sebagainya. Sistem pembelajarannya dapat dilakukan dengan cara memberikan
pengalaman langsung tentang kompetensi yang hendak ditanamkan dengan
memanfaatkan lingkungan alam yang ada. Berdasarkan Kompetensi Dasar ini, siswa

23 | T T 2 P E M B E L A J A R A N P K N – M I R S A L F E B R I A N D I | 8 5 7 4 8 8 9 9 3
SD akan mampu mengamalkan nilai-nilai cinta terhadap lingkungan alam yang
merupakan salah satu sikap atau moral yang baik dalam memelihara dan menjaga
lingkungan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Garut, 19 Mei 2022

M. IRSAL FEBRIANDI
857488993

24 | T T 2 P E M B E L A J A R A N P K N – M I R S A L F E B R I A N D I | 8 5 7 4 8 8 9 9 3

Anda mungkin juga menyukai