Anda di halaman 1dari 14

Pengawasan dan Sanksi dalam Hukum Administrasi Negara

Abdullah Azzam 8111415309

Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik serta
Hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang “Pengawasan
dan Sanksi Hukum Administrasi Negara” ini dengan baik, sebagai syarat untuk memenuhi tugas
dalam mata kuliah Hukum Administrasi Negara.

Makalah ini kami susun dari berbagai macam referensi dan bantuan dari berbagai pihak,
dan kami juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak mengalami
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik serta saran dari semua pembaca agar
terciptanya makalah ini lebih baik lagi.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu
kami dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk, mauapun pedoman bagi pembaca dalam bidang Administrasi Negara terutama
dalam pengawasan dan Sanksi dalam Hukum Administrasi Negara.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................... …….......................ii

DAFTAR ISI................................................................................................... ..............................iii

BAB I PENDAULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................................1

1.2 Tujuan Pembahasan...................................................................................................................1

1.3 Metode Penulisan.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengawasan dan Sanksi HAN......................................................... ........................3

2.2 Macam Pengawasan dan Sanksi Hukum Administrasi Negara.............................................. ..4

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan................................................................................................................................9

3.2 Saran........................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan
penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. melalui pengawasan
diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai
tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta
suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana
pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam
pelaksanaan kerja tersebut. Pengawasan merupakan salah satu cara untuk membangun dan
menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu
sistem pengawasan yang efektif, baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan
ekstern (external control).Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang
bercirikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan menjadi sama
pentingnya dengan penerapan good governance itu sendiri.
Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai dimana terdapat ketidakcocokan
serta menemukan penyebab ketidak cocokan yang muncul. Sehubungan dengan hal ini timbul
pertanyaan sejauh mana agenda itu telah terimplentasi. Kerena pada kenyataannya sampai saat
ini lembaga-lembaga pengawas administrasi kurang maksimal keberadaannya Hasil pengawasan
ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan dan ketidakcocokan dan
menemukan penyebab ketidak cocokan yang muncul. Dalam konteks membangun manajemen
pemerintahan publik yang bercirikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik),
pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana
mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good
governance itu sendiri.
Selain adanya pengawasan dalam penegakan hokum di dalam Hukum Administrasi Negara
terdapat pula sanksi, sanksi merupakan bagian terpenting dalam setiap peraturan perundang
undangan, sanksi mrupakan inti dari penegakan hokum administrasi negara, sanksi dibutuhkan
untuk menjamin penegakan hokum administrasi negara. Dalam Hukum Administrasi Negara,
penggunaan sanksi administrasi merupakan penerapan kewenangan pemerintahan, di mana
keweanangan ini berasal dari aturan hokum adminstrasi negara tertulis dan tidak tertulis. 1

1.2 Tujuan Pembahasan


Adapun tujuan dari pembahasan ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Administrasi Negara selanjutnya merupakan pembahasan mengenai tentang pengertian
Pengawasan dan Sanksi dan Tujuan Pengawasan dan jenis – jenis sanksi dalam Hukum
Administrasi Negara .

1
P.de Haan, et. Al., op.cit., hlm. 96.
1.3 Metode Penulisan
Makalah ini ditulis dalam tiga bab, Bab pertama berisi pendahuluan, kemudian Bab
kedua berisi pembahasan yang dibahasa yakni tentang pengertian Pengawasan dan sanksi, tujuan
pengawasan dan jenis – jenis sanksi dalam Hukum Administrasi Negara, Bab ke tiga berisi
kesimpulan sekaligus penutup dari pembahasan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengawasan dan Sanksi HAN


A.Pengertian Pengawasan
Pengawasan dalam bahasa Inggris disebut controlling, Hal ini berarti bahwa pengawasan
tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi
juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai
dengan apa yang direncanakan2. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia Pengawasan
adalah suatu bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak yang
dibawahnya. Dapat diartikan bahwa Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan
pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksinya bila perlu dengan
maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Mengawasi adalah proses
dengan mana administrasi melihat apakah apa yang terjadi itu sesuai dengan apa yang
seharusnya terjadi. Jika tidak maka penyesuaian perlu dibuatnya. Jadi, pengawasan ialah fungsi
administrasi dalam setiap administrator memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai apa yang
dikehendaki. Ia meliputi pemeriksaan apakah semua berjalan sesuai dengan rencana yang dibuat,
intruksi-intruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Ini dimaksudkan
untuk mengetahui beberapa kelemahan kelamahan dan beberapa kesalahan-kesalahan, kemudian
dibetulkan dan mencegahnya agar tidak terulang kembali. 3 Sedangakan beberapa Ahli
mengungkapkan pengawasan itu adalahSebagian menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
pengawasan adalah: “Proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan sebelumnya.” Ciri terpenting dari konsep yang dikemukan oleh Sebagian
ini adalah bahwa pengawasan hanya dapat diterapkan bagi pekerjaan/pekerjaan yang sedang
berjalan dan tidak dapat diterapkan untuk pekerjaan/pekerjaan yang sudah selesai dilaksanakan
Pengawasan berarti mendeterminasi apa yang dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi
prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan - tindakan korektif sehingga hasil
pekerjaan sesuai dengan rencana. Jadi pengawasan dapat dianggap sebagai aktivitas untuk
menemukan dan mengoreksi penyimpangan - penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai
dari aktivitas - aktivitas yang direncanakan.
B. Pengertian Sanksi
Sanksi (sanctio, Latin, sanctie, Belanda) adalah ancaman hukuman, merupakan satu alat
pemaksa guna ditaatinya suatu kaidah, UU, norma-norma hukum. Penegakan hukum pidana
menghendaki sanksi hukum, yaitu sanksi yang terdiri atas derita khusus yang dipaksakan kepada
si bersalah. derita kehilangan nyawa (hukuman mati), derita kehilangan kebebasan (hukuman
penjara dan kurungan), derita kehilangan sebagian kekayaa (hukuman denda dan perampasan)

2
Rusli Syarif, Teknik Manajemen Latihan dan pembinaan, Angkasa, Bandung I991,hlm.75
3
Oteng Sutina, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritik Untuk Praktek Profesional, Angkasa, Bandung 1987, hlm. 203
dan derita kehilangan kehormatan (pengumuman keputusan hakim. Penegakan hukum perdata
menghendaki sanksi juga yang terdiri atas derita dihadapkan dimuka pengadilan dan derita
kehilangan sebagian kekayaannya guna memulihkan atau mengganti kerugian akibat
pelanggaran yang dilakukannya. Sanksi sebagai alat penegak hukum bisa juga terdiri atas
kebatalan perbuatan yang merupakan pelanggaran hukum. Baik batal demi hukum (van
rechtwege) maupun batal setelah ini dinyatakan oleh hakim.
Menurut J.J. Oosternbrink sanksi administrasi adalah sanksi yang muncul dari hubungan
antara pemerintah dengan warga negara dan yang dilaksankan tanpa perantara kekuasaan
peradilan, tetapi dapat secara langsung dilaksanakan oleh administrasi sendiri.4
Sanksi dalam Hukum Administrasi yaitu “alat kekekuasaan yang bersifat hukum public
yang dapat digunakan oleh pemerintah sebagai reaksi atas ketidakpatuhan terhadap kewajiban
yang terdapat dalam norma hukum administrasi Negara.” Berdasarkan definisi ini tampak ada
empat unsur sanksi dalam hukum administrasi Negara, yaitu alat kekuasaan (machtmiddelen),
bersifat hukum publik (publiekrechtlijke), digunakan oleh pemerintah (overheid), sebagai reaksi
atas ketidakpatuhan (reactive op niet-naleving).5
Pada umumnya tidak ada gunanya memasukan kewajiban-kewajiban atau larangan bagi
para warga di dalam peraturan perundang-undangan tata usaha negara, manakala aturan tingkah
laku tidak dapat dipaksakan oleh pejabat tata usaha negara.
2.2 Macam Pengawasan dan Sanksi Hukum Administrasi Negara
A. Macam-macam pengawasan dalam HAN
Menurut P. Nicolai yang diterjemahkan dalam buku Hukum Administrasi Negara karya
Ridwan HR, yaitu , sarana penegakan Hukum Administrasi Negara berisi: Pengawasan bahwa
organ pemerintah dapat melaksanakan ketaan pada atau berdasarkan undang – undang yang
ditetapkan secara tertulis dan pengawasan terhadap keputusan yang meletakkan kewajiban
kepada individu, dan Penerapan kewenangan sanksi pemerintah. Pendapat Nicolai tersebut
sejalan dengan pendapat J.B.J.M.Ten Berge yang dikutip oleh philipus m. hadjon, yang
menyebutkan bahwa instrument penegakan Hukum Adminstrasi Negara yaitu meliputi
pengawasan dan penegakan sanksi. Pengawasan merupakan langkah preventif untuk
memaksakan kepatuhan, sedangkan sanksi merupakan langkah represif untuk memaksakan
kepatuhan.6
Dalam suatu negara hukum, pengawasan terhadap tindakan pemerintah dimaksudkan
agar pemerintah dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan norma-norma hukum, dan juga
adanya jaminan terhadap masyarakat dari tindakan-tindakan pemerintahan sebagai konsekuensi
konsep welfarestate pemerintah campur tangan sangat luas dalam kehidupan masyarakat seperti
bidang politik, agama, sosial, budaya, dan sebagainya, perlu adanya perlindungan kepentingan
4
J.J. Oosternbrink, op.cit., hlm. 8.
5
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara (Jakarta:PT.RajaGrafindo,2006) h.315
6
Philipus M. Hadjon, Penegakan Hukum Administrasi dalam pengelolaan lingkungan hidup, Tulisan dalam buku, .,
Butir – butir gagasan tentang penyelenggaraan Hukum dan Pemerintahan yang layak, b , Arief Sidarta, et,al.,
(Editors),(Bandung:Citra AdityaΩ Bakti, 1996) hlm. 337.
masyarakat yang diimplementasikan dalam bentuk pengawasan terhadap kegiatan pemerintah.
Paulus E. Lotulung mengemukakan beberapa macam pengawasan dalam hukum administrasi
negara, yaitu bahwa:
1. Ditinjau dari segi kedudukan dari badan/organ yang melaksanakan kontrol itu terhadap
badan/ organ yang dikontrol, dapatlah dibedakan atas: Kontrol intern berarti bahwa
pengawasan itu dilakukan oleh badan yang secara organisatoris/ struktural masih
termasuk dalam lingkungan pemerintah sendiri. kontrol ekstern adalah pengawasan yang
dilakukan oleh organ atau lembaga yang secara organisatoris/struktural berada di luar
pemerintah. Secara detail dapat dikatan bahwa Pengawasan Intern Pengawasan atau
kontrol intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di
dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Pengawasan dalam bentuk ini dapat
dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in
control). Pengawasan intern dapat dibedakan antara:
a) (a).Pengawasan intern dalam arti sempit; dimana antara pejabat yang diawasi itu
dengan aparat pengawas sama-sama bernaung dalam satu lembaga. Contoh:
Insperktorat Jenderal (Irjen) Departemen Dalam Negeri dan Badan Pengawas Daerah
(BAWASDA) Wilayah Provinsi/ Kabupaten/Kota, masing-masing bernaung dalam
DEPDAGRI. Pengawasan intern dalam arti sempit ini dapat dilihat sebagai aktivitas
yang dilakukan oleh komponen-komponen eksekutif sendiri demi mendukung dan
mengamankan tanggung jawab pimpinan.
b) (b) Pengawasan intern dalam arti luas. pengawasan ini pada hakikatnya sama dengan
pengawasan intern dalam arti sempit. Perbedaannya hanya terletak pada adanya
korelasi langsung antara pengawas dan pejabat yang diawasi, artinya pengawas yang
melakukan pengawasan tidak bernaung dalam satu Departemen/Lembaga Negara,
tetapi masih berada dalam satu kelompok eksekutif, dalam arti aparat pengawas
tersebut diangkat dan bertanggung jawab kepada pimpinan eksekutif. Aparat yang
melakukan pengawasan dalam arti luas adalah Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP).
- Sedangkan pengawasan ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau
badan yang ada di luar lingkungan unit organisasi yang bersangkutan yang tidak
mempunyai hubungan kedinasan dengan unit organisasi yang diawasi Pengawas
tidak tunduk terhadap pimpinan organisasi/unit kerja yang diawasinya. Oleh
karenanya obyektivitas pemeriksaan dapat dipertahankan Pengawasan intern
dilakukan bukan untuk kepentingan unit organisasi yang diawasi, tetapi untuk
kepentingan masyarakat atau organisasi lain yang diwakilinya dalam bidang
pengawasan Contoh pengawasan ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh
badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap penguasaan dan pengurusan keuangan
negara oleh pemerintah.
2. Ditinjau dari segi waktu dilaksanakannya, pengawasan atau kontrol dibedakan atas:
Kontrol a-priori terjadi bila pengawasan dilaksanakan sebelum dikeluarkannya
keputusan atau ketetapan pemerintah kontrol a-posteriori terjadi bila pengawasan itu baru
dilaksanakan sesudah dikeluarkannya keputusan atau ketetapan pemerintah secara detail
- - Pengawasan a-priori adalah pengawasan yang dilakukan sebelum dikeluarkannya
keputusan atau ketetapan pemerintah ataupun sebelum dilaksanakan nya suatu kegiatan.
Oleh karena itu, pengawasan ini dapat pula dikatakan sebagai pengawasan preventif.
Pengawasan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan
dalam pelaksanaan kegiatan ataupun dalam penerbitan keputusan atau ketetapan oleh
pemerintah.
Pengawasan a-priori biasanya berbentuk prosedur-prosedur ataupun persyaratan-
persyaratan yang harus ditempuh ataupun dipenuhi sebelum suatu keputusan atau
ketetapan dikeluarkan, ataupun suatu tindakan dilaksanakan oleh pemerintah. Prosedur-
prosedur atau syarat-syarat mana telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
yang menjadi dasar penerbitan keputusan atau ketetapan ataupun tindakan pemerintah.
Sedangkan pengawasan a-posteriori dapat pula dikatakan sebagai pengawasan represif.
Pengawasan a-posteriori adalah pengawasan yang dilakukan sesudah dikeluarkannya
keputusan atau ketetapan pemerintah ataupun setelah kegiatan dilakukan. Dalam hal
keputusan atau ketetapan pemerintah, maka pengawasan jenis ini dilakukan untuk
melihat bagaimana pelaksanaan keputusan atau ketetapan tersebut, apakah dalam
pelaksanaannya telah sesuai dengan tujuan atau maksud diterbitkan keputusan atau
ketetapan tersebut. Dalam hal kegiatan pemerintah, lazimnya dilakukan pada akhir tahun
anggaran, dengan pengawasan represif dimaksudkan untuk mengetahui apkah kegiatan
dan pembiayaan yang telah dilakukan itu telah mengikuti kebijaksanaan dan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan.
3. Selain itu pula pengawasan dapat pula ditinjau dari segi objek yang diawasi yang terdiri
dari pengawasan dari segi hokum (rechtmatigheid) dan pengawasan dari segi
kemanfaatan (doelmatigheid). Pengawasan dari segi hokum dimaksudkan untuk menilai
segi – segi atau pertimbangan yang bersifat hukumnya saja atau segi legilitasnya yaitu
segi rechtmatigheid dari perbuatan pemerintahan, sedangkan pengawasan dari segi
kemanfaatannya dimaksudkan untuk menilai benar tidaknya perbuatan pemerintah itu
dari segi atau pertimbangan kemanfaatannya.
Dalam suatu negara hukum, pengawasan terhadap tindakan pemerintah
dimaksudkan agar pemerintah dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan norma-
norma hukum, sebagai suatu upaya preventif, dan juga dimaksudkan untuk
mengembalikan pada situasi sebelum terjadinnya pelanggaran norma-norma hukum,
sebagai suatu upaya represif. Disamping itu penagwasan diupayakan dalam rangka
memberikan perlindungan hukum bagi rakyat. Pengawasan segi hukum dan segi
kebijakan terhadap tindakan pemerintah dalam hukum administrasi negara adalah dalam
rangka memberikan perlindungan bagi rakyat, yang terdiri dari upaya administratif dan
peradilan administrasi.
B. Macam-macam sanksi yang diterapkan dalam HAN
Jenis Sanksi Administrasi dapat dilihat dari segi sasarannya yaitu sanksi reparatoir artinya
sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas pelanggaran norma, yang ditujukan untuk
memngembalikan pada kondisi semula sebelum terjadinya pelanggaran, misalnya
bestuursdwang, dwangsom), sanksi punitif artinya sanksi yang ditujukan untuk memberikan
hukuman pada seseorang, misalnya adalah berupa denda administratif, sedangkan Sanksi
Regresif adalah sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas ketidak patuhan terhadap ketentuan
yang terdapat pada ketetapan yang diterbitkan,
Perbedaan Sanksi Administrasi dan sanksi Pidana adalah, jika Sanksi Administrasi ditujukan
pada perbuatan, sifat repatoir-condemnatoir, prosedurnya dilakukan secara langsung oleh pejabat
Tata Usaha Negara tanpa melalui peradilan. Sedangkan Sanksi Pidana ditujukan pada si pelaku,
sifat condemnatoir, harus melalui proses peradilan. Macam-macam Sanksi dalam Hukum
Administrasi seperti berikut, Bestuursdwang (paksaan pemerintahan), penarikan kembali
keputusan (ketetapan) yang menguntungkan, pengenaan denda administratif, dan pengenaan
uang paksa oleh pemerintah (dwangsom).
A. Paksaan Pemerintahan (Bestuursdwang)
Paksaan pemerintahan merupakan tindakan nyata yang dilakukan organ pemerintah atau
atas nama pemerintah untuk memindahkan, mengosongkan, menghalang-halangi, memperbaiki
pada keadaan semula apa yang telah dilakukan atau sedang dilakukan yang bertentangan dengan
kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Contoh Undang-
Undang Nomor 51 Prp Tahun 1961 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa ijin yang Berhak
atau Kuasanya. Bestuursdwang merupakan Kewenangan Bebas, artinya pemerintah diberi
kebebasan untuk mempertimbangkan menurut inisiatifnya sendiri apakah menggunakan
bestuursdwang atau tidak atau bahkan menerapkan sanksi yang lainnya.
Paksaan pemerintahan harus memperhatikan ketentuan Hukum yang berlaku baik Hukum
tertulis maupun tidak tertulis, yaitu asas-asas pemerintahan yang layak seperti asas kecermatan,
asas keseimbangan, asas kepastian hukum dan lain-lain.. Contoh Pelanggaran yang tidak bersifat
substansial seorang mendirikan rumah tinggal di daerah pemukiman, tanpa IMB.
Pemerintah tidak sepatutnya langsung menggunakan paksaan pemerintahan, dengan
membongkar rumah tersebut, karena masih dapat dilakukan legalisasi, dengan cara
memerintahkan kepada pemilik rumah untuk mengurus IMB. Jika perintah mengurus IMB tidak
dilaksanakan maka pemerintah dapat menerapkan bestuursdwang, yaitu pembongkaran.
Contoh Pelanggaran yang bersifat substansial, misalkan pada pengusaha yang
membangun industri di daerah pemukiman penduduk, yang berarti mendirikan bangunan tidak
sesuai dengan RTRW yang ditetapkan pemerintah, maka pemerintah dapat langsung menerapkan
bestuursdwang.
Peringatan yang mendahului Bestuursdwang, hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan
bestuursdwang di mana wajib didahului dengan suatu peringatan tertulis, yang dituangkan dalam
bentuk Ketetapan Tata Usaha Negara.
Isi peringatan tertulis ini biasanya meliputi hal-hal sebagai berikut, Peringatan harus
definitif, Organ yang berwenang harus disebut, Peringatan harus ditujukan kepada orang yang
tepat, Ketentuan yang dilanggar jelas, Pelanggaran nyata harus digambarkan dengan jelas,
Memuat penentuan jangka waktu, Pemberian beban jelas dan seimbang, Pemberian beban tanpa
syarat, Beban mengandung pemberian alasannya, Peringatan memuat berita tentang pembebanan
biaya.
B. Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan
Penarikan kembali Ketetapan Tata Usaha Negara yang menguntungkan dilakukan dengan
mengeluarkan suatu ketetapan baru yang isinya menarik kembali dan/atau menyatakan tidak
berlaku lagi ketetapan yang terdahulu. Ini diterapkan dalam hal jika terjadi pelanggaran terhadap
peraturan atau syarat-syarat yang dilekatkan pada penetapan tertulis yang telah diberikan, juga
dapat terjadi pelanggaran undang-undang yang berkaitan dengan izin yang dipegang oleh si
pelanggar.
Penarikan kembali ketetapan ini menimbulkan persoalan yuridis, karena di dalam HAN
terdapat asas het vermoeden van rechtmatigheid atau presumtio justea causa, yaitu bahwa pada
asasnya setiap ketetapan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dianggap
benar menurut hukum. Oleh karena itu, Ketetapan Tata Usaha Negara yang sudah dikeluarkan
itu pada dasarnya tidak untuk dicabut kembali, sampai dibuktikan sebaliknya oleh hakim di
pengadilan. Kaidah HAN memberikan kemungkinan untuk mencabut Ketetapan Tata Usaha
Negara yang menguntungkan sebagai akibat dari kesalahan si penerima Ketetapan Tata Usaha
Negara sehingga pencabutannya merupakan sanksi baginya.Sebab-sebab Pencabutan Ketetapan
Tata Usaha Negara sebagai Sanksi ini terjadi melingkupi jika, yang berkepentingan tidak
mematuhi pembatasan-pembatasan, syarat-syarat atau ketentuan peraturan perundang-undangan
yang dikaitkan pada izin, subsidi, atau pembayaran. Jika yang berkepentingan pada waktu
mengajukan permohonan untuk mendapat izin, subsidi, atau pembayaran telah memberikan data
yang sedemikian tidak benar atau tidak lengkap, hingga apabila data itu diberikan secara benar
atau lengkap, maka keputusan akan berlainan misalnya penolakan izin.
C. Pengenaan Uang Paksa (Dwangsom)
N.E. Algra, mempunyai pendapat tentang pengenaan uang paksa ini, menurutnya, bahwa
uang paksa sebagai hukuman atau denda, jumlahnya berdasarkan syarat dalam perjanjian, yang
harus dibayar karena tidak menunaikan, tidak sempurna melaksanakan atau tidak sesuai waktu
yang ditentukan, dalam hal ini berbeda dengan biaya ganti kerugian, kerusakan, dan pembayaran
bunga.
Menurut hukum administrasi, pengenaan uang paksa ini dapat dikenakan kepada seseorang atau
warga negara yang tidak mematuhi atau melanggar ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah
sebagai alternatif dari tindakan paksaan pemerintahan
D. Pengenaan Denda Administrasiinistratif
Pendapat P de Haan DKK menyatakan bahwa, terdapat perbedaan dalam hal pengenaan
denda administratif ini, yaitu bahwa berbeda dengan pengenaan uang paksa yang ditujukan untuk
mendapatkan situasi konkret yang sesuai dengan norma, denda administrasi tidak lebih dari
sekedar reaksi terhadap pelanggaran norma, yang ditujukan untuk menambah hukuman yang
pasti. Dalam pengenaan sanksi ini pemerintah harus tetap memperhatikan asas-asas hukum
administrasi, baik tertulis maupun tidak tertulis.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Jadi dari bahasan di atas kesimpulannya adalah penegakan hukum berisi pengawasan
bahwa organ pemerintah dapat melaksanakan ketaatan pada atau berdasarkan undang-undang
yang di tetapkan secara tertulis dan pengawasan terhadap keputusan yang meletakkan kewajiban
kepada individu dan penerapan kewenangan sanksi pemerintah. Jadi maksudnya adalah yaitu
instrumen penegakkan hukum administrasi Negara meliputi pengawasan dan penegakkan sanksi.
Dalam hal ini pengawasan adalah adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa
yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksinya bila perlu dengan maksud supaya
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Mengawasi adalah proses dengan mana
administrasi melihat apakah apa yang terjadi itu sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi.
Pengawasan merupakan salah satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga
masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang
efektif, baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external
control).Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan good
governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan menjadi sama pentingnya dengan
penerapan good governance itu sendiri.
Sedangkan Sanksi adalah adalah ancaman hukuman, merupakan satu alat pemaksa guna
ditaatinya suatu kaidah, UU, norma-norma hukum.
Dari macam-macam pengawasan menurut Paulus E. adalah:
1. Intern dan Ekstern
2. A-priori dan A-posteriori
3. Kontrol dari segi hukum dan segi pemanfaatan
Jenis macam-macam sanksi dalam HAN adalah:
1. Paksaan pemerintah (bestuurdwang)
2. Penarikan kembali keputusan yang menguntungkan (izin, subsidi, pembayaran)
3. Pengenaan uang paksa oleh pemerintah (dwangsom)
4. Pengenaan denda administratif (administratieve boete)
3.2. Saran
Demikian yang dapat penulis sampaikan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini yang berjudul Pengawasan dan Sanksi dalam Hukum Administrasi Negara.
Dalam hal ini penulis berharap agar tulisan yang telah dibuat ini dapat menjadikan manfaat untuk
pembaca terutama bagi penulis dalam menyusun dan menggali sedikit banyak ilmu dari tiap
materi yang disampaikan penulis. Penulis pun mohon maaf jika masih banyak kesalahan dari isi
tulisan atau sistematika penulisan, karena penulis juga masih dalam proses belajar. Dan
diharapkan arahan atas saran pembaca dalam mengkritisi tulisan. Penulis banyak berharap para
pembaca dapat memberikan kritik atau saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnannya makalah ini dan penulisan makalah-makalah yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Hadjon, Philipus M. Penegakan Hukum Administrasi dalam pengelolaan lingkungan hidup,


Tulisan dalam buku, ., Butir – butir gagasan tentang penyelenggaraan Hukum dan Pemerintahan
yang layak, b , Arief Sidarta, et,al.,(Editors),(Bandung:Citra Aditya Bakti, 1996) hlm. 337.

Hadjon, Philipus M. dkk. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2008

Oteng Sutina, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritik Untuk Praktek Profesional, Angkasa,
Bandung 1987

Rusli Syarif, Teknik Manajemen Latihan dan pembinaan, Angkasa, Bandung I991

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara (Jakarta:PT.RajaGrafindo,2006)

Anda mungkin juga menyukai