Anda di halaman 1dari 17

SISTEM PENGAWASAN DI INDONESIA

DAN PERMASALAHANNYA

Oleh :

INTAN PERMATA HATI


NIM.6520120041

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN POLITIK


STISIP BINA PUTRA BANJAR
2023
KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan taufik dan
hidayahnya kepada saya telah menyelesaikan tugas yang berjudulkan “Sistem
Pengawasan di Indonesia”.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan, juga untuk lebih memperluas pengetahuan
Mahasiswa dan Mahasiswi khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun tugas ini dengan baik,
namun penulis pun menyadari bahwa penulis memiliki akan adanya keterbatasan
kami sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-
kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon
maaf dan kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat
diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga
dalam pengetahuan kita bersama.

Banjar, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
A. Pengertian Pengawasan.................................................................... 3
B. Ruang Lingkup Pengawasan............................................................ 4
C. Tujuan Pengawasan.......................................................................... 4
D. Pengawasan Pemerintahan Indonesia.............................................. 5
E. Pengawasan Administratif................................................................ 9
BAB III KESIMPULAN.................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Pengawasan adalah salah satu fungsi dasar manajemen yaitu pengamatan


agar tugas-tugas yang telah direncanakandilaksanakan dengan tepat sesuai
rencana, dan apabila terdapat penyimpangan diadakan tindakan-tindakan
perbaikan (George R Terry). Pemerintahan (Government) menunjukkan kegiatan
atau proses memerintah, yaitu melaksanakan control atas pihak lain (the activity
or the process of governing).

A. Latar Belakang
Setelah tumbanngnya rezim Orde Baru Indonesia menapaki Reformasi
di segala bidang, guna mewujudkan pemrintahan yang demokratis, guna
memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat, good governance, Melalui
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Pemerintah dan DPR
telah jelas menunjukkan political will untuk
melaksanakan otonomi daerah dan desentralisasi pada tahun anggaran 2001.
Dalam konteks otonomi daerah, desentralisasi dimaksudkan agar
daerah lebih mampu mengembangkan inisiatif dan kreativitas daerah dan
sumberdayanya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan
kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah secara
proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan
pemanfaatan sumberdaya nasional yang berkeadilan serta perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.2 Namun kesemuanya itu perlu
diimbangi dengan Sistem Pengawasan yang memadai agar tidak
menimbulkan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) baru.
Dalam rangka pelaksanaan pekarjaan dan untuk mencapai tujuan dari
pemerintah yang telah direncanakan maka perlu ada pengawasan, karena
dengan pengawasan tersebut, maka tujuan yang akan dicapai dapat dilihat

1
dengan berpedoman rencana yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh
pemerintah.
Dengan demikian pengawasan itu sangat penting dalam melaksanakan
pekerjaan dan tugas pemerintahan, sehingga pengawasan diadakan dengan
maksud untuk, mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak lau
untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan
mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan
yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru dan juga mengetahui
pelaksanaan kerja sesuai dengan program seperti yang telah ditentukan dalam
planning atau tidak

B. Rumusan Masalah
Setelah 15 tahun perjalanannya, remormasi, kita perlu meninjau ulang
apakah pengawasan, termasuk alat-alat penting pengawasannya, telah dapat
berjalan secara memadai dalam mengawal keberhasilan pelaksanaan otonomi
daerah dan desentralisasi, supaya lebih mampu mengembangkan inisiatif dan
kreativitas daerah dan sumber dayanya untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan
pemberdayaan masyarakat, yang bebas dari KKN.
Sehubungan dengan hal timbul pertanyaan sejauh mana agenda
reformasi itu terimplentasi, kerena pada kenyataannya sampai saat ini
lembaga-lembaga pengawas administrasi/keuangan kurang maksimal. Adanya
hal ini di tengarai dengan adanya para birokrat di daerah yang tersandung
kasus korupsi.hal ini menandakan bahwa pelimpahan KKN dari PUSAT
kepada daerah.

C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujan untuk menjelaskan tentang Sistem
Pengawasan Di Indonesia dan Permasalahannya, serta meninjau apakah
pengawasan telah dapat berjalan secara memadai dalam mengawal
keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengawasan
1. George R Terry dalam bukunya “Principles of management” menyatakan
pengawasan sebagai proses untuk mendeterminir apa yang akan
dilaksanakan, mengevaluir pelaksanaan dan bilamana perlu menerapkan
tindakan-tindakan korektif sedemikian rupa hingga pelaksanaan sesuai
dengan rencana.
2. Henry Fayol dalam bukunya “General Industrial Management”
menyatakan, pengawasan terdiri atas tindakan meneliti apakah segala
sesuatu tercapai atau berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
berdasarkan instruksi-instruksi yang telah dikeluarkan, prinsip-prinsip
yang telah ditetapkan.
3. Harold Koonzt dan Cyril O’Donnel dalam bukunya “Principles of
Management” menulis bahwa, pengawasan adalah penilaian dan koreksi
atas pelaksanaan kerja yang dilakukan oleh bawahan dengan maksud
untuk mendapatkan keyakinan atau menjamin bahwa tujuan-tujuan
perusahaan dan rencana-rencana yang digunakan untuk mencapainya
dilaksanakan.
4. S. P Siagian dalam bukunya “Filsafat Administrasi” memberikan definisi
tentang pengawasan sebagai proses pengamatan daripada pelaksanaan
seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan
yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.
5. Sarwoto dalam bukunya “Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen”
menyatakan sebagai berikut: pengawasan adalah kegiatan manajer yang
mengusahakan agar pekerjaan pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana
yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki.

3
B. Ruang Lingkup Pengawasan
Pengawasan bertujuan menunjukkan atau menemukan kelemahan-
kelemahan agar dapat diperbaiki dan mencegah berulangnya kelemahan-
kelemahan itu. Pengawasan beroperasi terhadap segala hal, baik terhadap
benda, manusia, perbuatan, maupun hal-hal lainnya. Pengawasan manajemen
perusahaan untuk memaksa agar kejadian-kejadian sesuai dengan rencana.
Jadi pengawasan hubungannya erat sekali dengan perencanaan, dapat
dikatakan bahwa “perencanaan dan pengawasan adalah kedua sisi dari sebuah
mata uang” artinya rencana tanpa pengawasan akan menimbulkan
penyimpangan-penyimpangan dengan tanpa ada alat untuk mencegahnya.

C. Tujuan Pengawasan
Menjamin ketepatan pelaksanaan sesuai rencana, kebijaksanaan dan
perintah (aturan yang berlaku) Menertibkan kordinasi kegiatan. Kalau
pelaksana pengawasan banyak jangan ada objek pengawasan dilakukan
berulang-ulang, sebaliknya ada objek yang tak pernah tersentuh pengawasan.
Mencegah pemborosan dan penyimpangan. Karena pengawasan mempunyai
prinsip untuk melindungi masyarakat, maka pemborosan dana yang
ditanggung masyarakat harus dicegah oleh penyimpangan yang dilakukan
pihak kedua. Misalnya harga obat nama dagang yang sepuluh kali obat nama
obat generic dengan komposisi dan kualitas yang sama, pada hal yang berbeda
hanya promosinya saja, maka wajarkah biaya promosi yang demikian besar
dan cara-cara demikian perlu dipertahankan sebagai prinsip pengawasan yang
melindungi masyarakat.
Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang dan jasa
yang dihasilkan. Tujuan akhir suatu pekerjaan yang professional adalah
terciptanya kepuasan masyarakat (konsumen), Masyarakat puas akan datang
kembali dan mengajak teman-temannya, sehingga meningkatkan produksi /
penjualan yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan.
Membina kepercayaan masyarakat pada kepemimpinan organisasi. Jika
barang atau jasa yang dihasilkan memenuhi kualitas yang diharapkan
masyarakat, maka masyarakat tidak saja percaya pada pemberi jasa, tapi juga

4
pada institusi yang memberikan perlindungan pada masyarakat dan akhirnya
percaya pula pada kepemimpinan organisasi.
D. Pengawasan Pemerintahan Indonesia
1. Pengawasan Dalam Organisasi Pemerintahan
Pengertian pengawasan pemerintahan adalah penilaian dan analisis
dari pelaksanaan berbagai urusan pemerintahan di daerah dapat berjalan
sesuai dengan standar dan kebijakan pemerintah yang berdasarkan
peraturan Perundang-undangan dengan memberikan rekomendasi
perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan terhadap pejabat yang
berwenang.
a. Dasar hukum pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
adalah:
1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Pasal 217 -
223);
2) PP No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman, Pembinaan dan
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
3) Permendagri No. 23 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pengawasan
Atas Penyelenggaraan Pemerintahan daerah;
4) Permendagri No. 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Inspektorat
Kabupaten/Kota;
b. Upaya Peningkatan Pengawasan
Dalam upaya peningkatan pengawasan dalam organisasi pemerintahan,
penajaman prioritas sebagaimana diatur dalam Permendagri No. 23
Tahun 2007 adalah penguatan pengawasan bidang Pemerintahan
Dalam Negeri. Dalam PP No. 79 Tahun 2005 ditekankan antara lain:
Pengawasan Administrasi Umum Pemerintahan meliputi:
1) Kebijakan Daerah;
2) Kelembagaan (tentang organisasi perangkat daerah), yaitu penataan
organisasi;
3) Pegawai daerah;
4) Keuangan daerah;

5
5) Barang Daerah.
Pengawasan umum pemerintahan itu meliputi baik urusan wajib
ataupun urusan pilihan. Pengawasan lainnya meliputi:
1) Dana dekonsentrasi;
2) Tugas pembantuan;
3) Kebijakan pinjaman hibah luar negeri;
Kebijakan operasional pengawasan:
1) Sasaran pemeriksaan rencana pengawasan tahunan (RPT), yaitu
dituangkan dalam PKPT (Program Kerja Pengawasan Tahunan);
2) Pemeriksaan khusus akhir jabatan KDH;
3) Monitoring dan evaluasi terhadap administrasi umum
pemerintahan dan urusan pemerintahan;
4) Pemeriksaan terhadap pengelolaan dana otonomi khusus;
5) Pemeriksaan pengaduan instansi atau masyarakat;
6) Pemeriksaan atas permintaan pejabat berwenang (laporan dana
PILKADA);
7) Pemeriksaan kinerja penerimaan Negara (pajak ataupun bukan
pajak);
8) Pemeriksaan tugas pokok dan fungsi oleh IRJEN terhadap ITWIL;
9) Pemeriksaan tindak lanjut atas pemeriksaan uang Negara oleh
BPK.

2. Pengawasan Melekat
a. Tujuan Pengawasan Melekat
Tujuannya adalah sebagai segala usaha atau kegiatan untuk
mengendalikan atau menjamin dan mengarahkan agar sesuatu tugas
atau pekerjaan berjalan dengan semestinya.
b. Prinsip-Prinsip Pengawasan Melekat:
1) Melalui penggarisan struktur organisasi yang jelas dengan
pembagian tugas dan fungsi beserta uraiannya yang jelas pula;
2) Melalui perincian kebijaksanaan pelaksanaan yang dituangkan
secara tertulis yang dapat menjadi pegangan dalam pelaksanaannya
oleh bawahan yang menerima pelimpahan wewenang dari atasan;

6
3) Melalui rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus
dilaksanakan, bentuk hubungan kerja antar kegiatan tersebut, dan
hubungan antara berbagai kegiatan beserta sasaran yang harus
dicapainya;
4) Melalui prosedur kerja yang merupakan petunjuk pelaksanaan
yang jelas dari atasan kepada bawahan;
5) Melalui pencatatan hasil kerja serta pelaporannya yang merupakan
alat bagi atasan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan bagi
pengambilan keputusan serta penyusunan pertanggungjawaban,
baik mengenai pelaksanaan tugas maupun mengenai pengelolaan
keuangan;
6) Melalui pembinaan personil yang terus menerus agar para
pelaksana menjadi unsur yang mampu melaksanakan dengan baik
tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan tidak melakukan
tindakan yang bertentangan dengan maksud serta kepentingan
tugasnya.
c. Program Peningkatan Pengawasan Melekat:
1) Sarana pengawasan melekat;san Langsung;
2) Manusia dan budaya;
3) Tugas pokok dan fungsi unit kerja;
4) Langkah-langkah pelaksanaan pengawasan melekat;
5) Pelaporan pengawasan melekat.

3. Pengawasan Fungsional
Pengawasan Fungsional (Wasnal) adalah pengawasan yang
dilakukan oleh aparat yang diadakan khusus untuk membantu pimpinan
(Manajer) dalam menjalankan fungsi pengawasan di lingkungan organisasi
yang menjadi tanggungjawabnya.
a. Aparat Pengawasan Fungsional:
1) BPKP;
2) Inspektorat Jenderal Departemen;
3) Aparat Pengawas Lembaga Pemerintah Non Departemen Instansi
Pemerintah Lainnya;

7
4) Inspektorat Wilayah Provinsi;
5) Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kota.

b. Kegiatan Pelaksanaan Pengawasan Fungsional


Kegiatan pengawasan dilaksanakan berdasarkan rencana
program kerja pengawasan tahunan yang disusun adalah aparat
pengawasan fungsional menyusun rencana kerjanya dalam bentuk
usulan program kerja pengawasan tahunan, usulan program kerja
tahunan pengawasan tahunan tersebut disusun oleh BPKP menjadi
program kerja pengawasan tahunan setelah berkonsultasi dengan
aparat pengawasan fungsional yang bersangkutan.
c. Koordinasi Pelaksanaan Pengawasan Fungsional
Untuk menjamin keserasian dan keterpaduan pelaksanaan
pengawasan Kepala BPKP memberikan pertimbangan kepada Menteri
Keuangan dan Menteri Negara perencanaan pembangunan
Nasional/Ketua BAPPENAS mengenai anggaran pelaksanaan program
kerja pengawasan tahunan.
Dalam merumuskan kebijaksanaan pengawasan dan secara
terus menerus memimpin dan mengikuti pelaksanaannya Wakil
Presiden dibantu oleh Menko Perekonomian dan Kepala BPKP.
d. Pelaporan Pengawasan Fungsional
1) Hasil pelaksanaan pengawasan, baik berdasarkan program kerja,
pengawasan tahunan maupun berdasarkan pengawasan khusus,
dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional masing-masing
kepada Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen/Pimpinan Instansin/Ybs. dengan tembusan kepada
Kepala BPKP disertai saran tindak lanjut mengenai penyelesaian
masalah yang terungkap daripadanya;
2) Menko Perekonomian dan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah
Non Departemen/Pimpinan instansi Pemerintah/Ybs. dengan
tembusan kepada Kepala BPKP, khusus untuk masalah yang

8
mempunyai dampak luas baik terhadap jalannya pemerintahan
maupun terhadap kehidupan masyarakat;
3) Menko Perekonomian menyampaikan laporan hasil kerja
pelaksanaan pengawasan kepada Presiden dengan tembusan
kepada Wakil Presiden.
e. Tindak Lanjut Pengawasan Fungsional
1) Tindakan administratif sesuai dengan peraturan per UU-an di
bidang kepegawaian termasuk penerapan hukuman disiplin sesuai
dengan peraturan disiplin PNS;
2) Tindakan tuntutan/gugatan perdata, yaitu tuntutan ganti
rugi/penyetoran kembali, tuntutan perbendaharaan, tuntutan
perdata berupa pengenaan denda, ganti rugi, dll.;
3) Tindakan pengaduan tindak pidana dengan menyerahkan
perkaranya kepada Kepolisian Negara RI dalam hal terdapat
indikasi tindak pidana umum, atau kepada Kejaksaan Agung RI
dalam hal terdapat indikasi tindak pidana khusus, seperti korupsi,
dll.;
4) Tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah di bidang
kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan.

E. Pengawasan Administratif
1. Definisi Pengawasan Administratif
a. Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah oleh
pemerintah, gubernur dan bupati/walikota adalah proses kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
desa berjalan sesuai rencana dan aturan yang berlaku. Pengawasan ini
dilakukan oleh aparat pengawas intern pemerintah sesuai bidang
kewenangannya masing-masing (pp no.79/ 2005)
b. Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penetausahaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan daerah (pp no.58/2005)

9
c. Pengawasan administrasi umum pemerintahan, dilakukan terhadap
kebijakan daerah, kelembagaan, pegawai daerah, keuangan daerah dan
barang daerah.
d. Pengawasan urusan pemerintahan, dilakukan terhadap urusan wajib,
urusan pilihan, dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, kebijakan
pinjaman dan hibah luar negeri.
Pada prinsipnya pengawasan administrasif adalah, untuk memetuhi
peraturan berdasarkan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan sebuah
organisasi yang telah di tentukan.
2. Faktor Penyebab Penyimpangan dalam Administratif (korupsi)
Faktor terjadinya korupsi yang sangat mendasar di daerah adalah
factor politik dan kekuasaan (legaslatif maupun ekskutif) yang
menyalahgunakan kekuasaan dan kewenangan yang di miliknya untuk
mendapatkan keuntungan pribadi maupun golangan, dengan modus yang
berbagai ragam; Mulai perjalanan dinas yang fiktif, penggelembungan
dana APBD.yang mengatasnamakan rakyat, demi mencai keuntungan
pribadi maupun kelompoknya.
Factor ekonomi. Factor ini tidak terlalu mendasar jika di
bandingkan dengan factor politik dan kekuasaan. Alasannya pun
konvensional, artinya tidak seimbangnya penghasilan dengan kebutuha
hidup yang harus di penuhi
Faktor nepotisme; karena masih kentalnya semangat nepotisme,
baik di sector public maupun sewasta, terutama di daerah-daerah dalam
penempatan posisi yang strategis tidak jarang kemudian menimbulkan
penyalahgunaan kewenangan, khususnya yang berhubungan dengan
keuangan negara.
a. (Hari Sabarno) menyatakan bahwa permasalahan yang terkait dengan
pengelolaan keuangan daerah adalah lemahnya sistem pembukuan atau
akuntansi, pengendalian, pengawasan, dan sistem informasi keuangan
daerah, yang mengakibatkan rendahnya unsur transparansi dan
akuntabilitas. Disadari juga bahwa belum adanya Standar Pelayanan
Minimal (SPM) dan Standar Analisa Belanja (SAB) mengakibatkan
sangat sulitnya menentukan besarnya jumlah kebutuhan/total
pengeluaran yang layak bagi daerah otonom. Akibat lain dari belum
adanya SPM dan SAB tersebut adalah menyulitkan

10
pengawasan/penilaian terhadap kinerja pemerintah daerah yang
bersangkutan dalam melaksanakan kewenangannya.
b. J B Sumarlin (Mantan Ketua BPK) 4 menyatakan bahwa dengan
semakin besarnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintahan negara yang didasarkan pada prinsip-prinsip good
governance, maka kebutuhan terhadap peran pengawasan akan
semakin meningkat. Pengawasan itu perlu dilaksanakan secara
optimal, yaitu dilaksanakan secara efektif dan efisien serta bermanfaat
bagi auditee (organisasi, pemerintah dan negara) dalam merealisasikan
tujuan/program secara efektif, efisien dan ekonomis. Pengalaman
menunjukkan bahwa banyaknya aparat pengawasan justru
menimbulkan inefisiensi, karena timbulnya pemeriksaan yang bertubi-
tubi dan tumpang tindih diantara berbagai aparat pengawasan intern
pemerintah, serta antara aparat pengawasan intern pemerintah dengan
aparat pengawasan ekstern pemerintah (BPK). Di samping itu,
disinyalir juga bahwa pengawasan baru mencapai fungsinya yang
bersifat korektif dan belum mencapai fungsinya yang bersifat
preventif. Keberhasilan fungsi preventif pengawasan harus diperankan
dan dilaksanakan oleh suatu sistem pengendalian intern yang
memadai.
c. J.B. Sumarlin (Mantan Ketua BPK), Pokok-Pokok Sambutan Tentang
Optimalisasi Pengawasan Manajemen Pemerintah Menuju terciptanya
good governance halaman 5 dan 6, disampaikan dalam Half
DaySeminardengan tema ”Pengawasan dan Governance Keuangan
Negara”, Diselenggarakan oleh IAI Kompartemen Akuntan Sektor
Publik di Jakarta 13 Januari 2004. menyatakan bahwa salah satu
kelemahan sistem pengelolaan keuangan pemerintah saat ini adalah
kelemahan di bidang akuntansi, pelaporan, pengendalian, dan auditing,
meliputi :
1) Tanggung jawab penggunaan uang oleh kementerian belum cukup
tegas
2) Belum tersedia standar akuntansi bagi pelaporan keuangan
pemerintah, serta belum jelas otoritas pembuat standar dimaksud
Laporan keuangan hanya meliputi realisasi anggaran dan
penyajiannya sangat lambat
3) Gagalnya fungsi pengendalian internal yang melekat (built-in)
4) Tumpang tindih yang eksesif (berlebihan) antara audit eksternal
dan internal pemerintah.
5) Penekanan audit atas kebenaran formal dan bukan kebenaran
material
6) Kurang efektifnya lembaga internal audit

11
12
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan komentar-komentar tersebut di atas, dapat disimpulkan


bahwa pengawasan dalam era otonomi daerah ini masih mengalami banyak
permasalahan, baik dari segi kelembagaan aparat pengawasannya yang belum
dapat bekerja secara sinergis, efisien dan efektif (intern dan ekstern), maupun alat-
alat pengawasan lainnya berupa standar- standar sebagai dasar pelaksanaan dan
sistem pengendalian intern yang belum dapat berjalan sesuai dengan yang
diniatkan oleh peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, langkah-langkah apa yang masih harus dilakukan ke depan demi
mengoptimalkan pengawasan dalam era otonomi daerah.
Menurut penulis, langkah-langkah tersebut sebelum ditetapkan, harus
didahului dengan komitmen pemerintah tentang pengawasan, karena komitmen
adalah bagian integral dari sistem nilai yang baik. Tanpa komitmen yang
terpelihara, akan timbul perilaku yang tidak jujur. Dapat kita bayangkan
bagaimana setiap hubungan, baik secara pribadi, organisasi atau yang bersifat
profesional dapat berjalan mulus, Ketidakpastian dapat menyebabkan
kebingungan. Kurangnya komitmen akan menggoyahkan hubungan dan
menimbulkan perasaan tidak aman

13
DAFTAR PUSTAKA

Josep Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Indonesia, Rajawali Press,
Jakarta (cetakan I), 1988.

H. La Ode Husen, SH., MH., Dr, Hubungan Fungsi Pengawasan Dewan


Perwakilan Rakyat Dengan Badan Pemeriksaan Keuangan Dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia, CV. Utomo, Bandung, 2005.

Atnadja, Arifin P. Soeria, Reorientasi Penertiban Fungsi Lembaga Pengawasan


dan Pemeriksaan Keuanagan Negara, FHUI, Depok,1997.

Wajong J, Fungsi Administrasi Negara, Djakarta Djambatan, Jakarta,1969.

Situmorang, Viktor M, Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkunagan


Aparatur Pemerintah, Jakarta Rineka Chipta, Jakarta,1994.

Sujamto, Aspek-Aspek Pengawasan di Indonesia, Jakarta Sinar


Grafika,Jakarat,1986.

http://itjen-depdagri.go.id/article-25-pengertian-pengawasan.html

Anda mungkin juga menyukai