Anda di halaman 1dari 21

KONSEP KEPEMIMPINAN DAN PENGAWASAN SEKOLAH

Diajukan untuk dipresentasekan dalam Mata Kuliah


Kepemimpinan Pendidikan Islam

Disusun Oleh:

Dini Susilawati

Norma Yunita

Nelsi Okta Wahyunda

Dosen Pengampu: Dr.Sukatin,S.Pd.,M.Pd.I

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA BATANG HARI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
2023 /2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya


sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kepemimpinan pendidikan
islam dengan judul “ Konsep Kepemimpinan pengawasan sekolah” ini dapat
tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih
jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan
sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Muara Bulian, 3 Desember 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A. Apa itu Kepemimpinan dan Tujuan kepemimpinan..................................3
B. Apa itu Prinsip dan Teknik dan pengawasan dalam ekonomi Islam........5
C. Apa saja peran kepemimpinan pengawasan.........................................12
D. Apa saja peran kepemimpinan dan pengawasan sekolah.....................14
BAB III .......................................................................................................... 17
PENUTUP .................................................................................................... 17
KESIMPULAN .......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengawasan pendidikan merupakan salah satu rangkaian yang
penting Dalam proses manajemen. Inti pembicaraan pengawasan
pendidikan terutama Tertuju pada pencapaian mutu dan kinerja pendidikan.
Melalui kegiatan Pengawasan diharapkan setiap perencanaan pendidikan
dapat tersusun secara Cermat dan matang, setiap pelaksanaan kegiatan
pendidikan dapat berjalan sesuai Dengan apa yang telah direncanakan,
dan pada akhir kegiatan dapat diketahui Sejauh mana ketercapaian tujuan
pendidikan yang telah direncanakan sebelumnya.Pengawas sekolah
sebagai salah satu pengembang pendidikan bertanggung Jawab terhadap
kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sebagai
pengembang peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran di sekolah
Tidaklah mudah sebagaimana di amanahkan Permendiknas No. 12 tahun
2007 Tentang standar pengawas sekolah maka pengawas berkewajiban
melaksanakan Kepengawasan sesuai dengan peraturan-peraturan
tersebut, khususnya layanan Supervisi sebagai salah satu kompetensinya,
dalam rangka mengembangkan kerja Sama antar personal agar secara
serempak selurunya bergerak ke arah pencapaian Tujuan melalui
kesediaan melaksanakan tugas masing-masing secara efisien dan Efektif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Kepemimpinan dan Tujuan kepemimpinan
2. Apa itu Prinsip dan Teknik dan pengawasan dalam ekonomi Islam
3. Apa saja peran kepemimpinan pengawasan
4. Apa saja peran kepemimpinan pengawasan sekolah

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui pengertian kepemimpinan dan Tujuan kepemimpinan
2. Untuk Mengetahui Prinsip dan Teknik dan pengawasan dalam ekonomi
Islam
3. Untuk Mengetahui Peran kepemimpinan pengawasan
4. Untuk Mmengetahui Peran kepemimpinan dan pengawasan sekolah

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengawasan

Kata pengawasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal


dari kata “awas” yang diartikan dapat melihat baik-baik, tajam penglihatan,
sedangkan kata pengendalian berasal dari kata “kendali” yang berarti
menguasai kendali, memegang pimpinan, memerintah. Pengawasan
diartikan penilikan dan penjagaan, penilikan dan pengarahan kebijakan
jalannya pemerintahan.
Pengawasan secara etimology-lughawi berarti riqabah yang berarti
penjagaan, pemeliharaan dan pemantauan. Sedangkan pengawasan
dalam terminology-maknawi syariah yaitu pemantauan, pemeriksaan dan
invertigasi, yang dimaksudkan untuk menjaga kemaslahatan, dan
menghindari kerusakan.
Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan suatu
pekerjaan apa yang telah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi apabila
perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
rencana semula. 1
Pengawasan adalah fungsi manajerial yang berhubungan dengan
pengaturan kegiatan agar sesuai dengan rencana tenaga kerja yang
sebelumnya telah dirumuskan berdasarkan analisis terhadap sasaran dasar
Organisasi perusahaan. Perencana yang baik mungkin tidak
mencapai hasil yang diinginkan, perselisihan-perselisihan, salah paham-
salah paham dan peristiwa-peristiwa yang tak terduga dapat terjadi. Hal-hal
yang mungkin terjadi demikian harus segera ditentukan, sehingga tindakan-
tindakan perbaikan dapat dilakukan.

1Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar Bin Khattab (Jakarta : Pstaka Al-
Kautsar, 2015), 589.

3
Dengan demikian melalui pengawasan dapat diawasi sejauh mana
penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran, kekurangan, pemborosan,
kemubadziran, penyelewangan dan lain-lain kendala dimasa yang akan
datang.2

B. Tujuan pengawasan

Pengawasan dalam pandangan Islam dilakukan untuk meluruskan


yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.5
Tujuan utama pengawasan adalah mengusahakan, supaya apa yang
direncanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat merealisir tujuan utama
tersebut, maka pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan intruksi yang telah dikeluarkan, dan
untuk mengetahui kelemahankelemahan serta kesulitan-kesulitan yang
dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-penemuan
tersebut dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya baik pada waktu itu
ataupun waktu-waktu yang akan datang. Pengawasan memastikan bahwa
segala sesuatu berada dalam

Keteraturan, berjalan sesuai garis yang sitentukan, teori yang ada,


dasar dasar yang bisa dipercaya, dan tujuannya adalah menyingkap sisi
kelemahan dan kesalahan-kesalahan serta membenarkannya dan
mencegah terulangnya hal itu kembali.

Bila dilihat dari fungsi manajerial pengawasan adalah untuk


mengukur dan mengoreksi kerja bawahan untuk memastikan bahwa tujuan
organisasi dan rencana yang didesain sedang dilaksanakan. Dalam
konteks ini, implementasi syariah diwujudkan melalui :

1. Ketaqwaan individu, bahwa seluruh personel perusahaan dipastikan


dan dibina agar menjadi manusia yang bertaqwa.

2 Ridwan Muhammad, Konstruksi Bank Syariah Indonesia (Yogyakarta : Pustaka SM, 2007), 126.

4
2. Kontrol anggota, dalam suasana organisasi yang mencerminkan sebuah
team maka proses keberlangsungan organisasi selalu akan
mendapatkan pengawasan dari personelnya sesuai dengan arah yang
telah ditetapkan.

3. Penerapan/supremasi aturan, organisasi ditegakkan dengan aturan


main yang jelas dan transparan dan tidak bertentangan dengan syariah.3

C. Prinsip-prinsip Pengawasan

Sebuah koreksi terhadap suatu kesalahan dalam Islam didasarkan atas tiga
dasar :

Tawaşawbil Ӊaqqi (saling menasihati atas dasar kebenaran dan


norma yang jelas). Tidak mungkin sebuah pengendalian akan berlangsung
dengan baik, tanpa norma yang jelas. Norma dan etika harus jelas. Norma
dan etika itu tidak bersifat individual, tetapi harus disepakati bersama
dengan aturan-aturan main yang jelas.

Tawaşaw bis şabri (saling menasihati atas dasar kesabaran). Pada


umumnya seorang manusia sering mengulangi kesalahan yang pernah
dilakukan. Oleh karena itu, diperhatikan Tawa shaubis shabri atau berwasiat
dengan kesabaran. Koreksi yang diberikan pun harus berulangulang.
Disinilah pentingnya kesabaran.

Tawaşawbil marhamah (saling menasihati atas dasar kasih sayang).


Hal ini ditetapkan dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Balad ayat 17 yang
artinya:

“saling berwasiat atas dasar kasih sayang”. Tujuan melakukan


pengawasan, pengendalian dan koreksi adalah mencegah seseorang

3 Inu Kencana Syafi’i, Al-Qur’an dan Ilmu Administrasi (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), 6

5
terjerumus pada sesuatu yang salah. Tujuan lainnya adalah agar kualitas
kehidpan terus meningkat. Inilah yang dimaksud dengan taushiyah.9

Untuk mendapatkan suatu sistem pengawasan yang efektif maka perlu


dipenuhi beberapa prinsip dari pengawasan yaitu :

1. Adanya rencana tertentu. Rencana merupakan standart atau alat


pengukur dari pada pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan.
Rencana tersebut menjadi petunjuk apakah sesuatu pelaksanaan
pekerjaan berhasil atau Tidak.
2. Adanya pemberian instruksi serta wewenang kepada bawahan.
Wewenang dan instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada
bawahan, karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan
sudah menjalankan tugas dengan baik. Atas dasar instruksi yang
diberikan kepada bawahan dapat diawasi pekerjaan seorang bawahan.
3. Dapat mereflektir sifat-sifat da kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang
harus diawasi. Agar sistem pengawasan itu benar-benar efektif artinya
dapat merealisasikan tujuannya, maka suatu sistem pengawasan
setidaknya harus dapat segera melaporkan adanya penyimpangan dari
rencana. Oleh karena itulah sistem pengawasan yang efektif harus
dapat segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan sehingga
dapat diambil tindakan untuk pelaksanaan selanjutnya agar
pelaksanaan keseluruhan benar-benar dapat sesuai atau mendekati
apa yang dilaksanakan sebelumnya.
4. Fleksibel. Suatu sistem pengawasan adalah efektif, bilamana sistem
pengawasan itu memenuhi prinsip fleksibelitas. Ini berarti bahwa sistem
pengawasan itu tetap dapat dipergunakan meskipun terjadi perubahan
terhadap rencana diluar dugaan.
5. Ekonomis. Sifat ekonomis dari suatu sistem pengawasan sungguh-
sungguh diperlukan. Tidak ada gunanya membuat sistem pengawasan
yang mahal, bila tujuan pengawasan itu dapat dijelmakan dengan suatu

6
sistem pengawasan yang lebih murah. Sistem pengawasan yang dianut
oleh perusahaan besar tidak perlu dianut, bila itu tidak ekonomis bagi
perusahaan tertentu, yang menjadi pedoman haruslah membuat dan
menganut suatu sistem pengawasan dangan benar-benar merealisasi
motif ekonomi. 4

D. Teknik Pengawasan
Supaya pengawasan yang dilakukan atasan efektif, ada beberapa
cara untuk mengumpulkan fakta, yaitu :

1. Peninjauan pribadi, mengawasi dengan jalan meninjau secara pribadi


sehingga dapat dilihat pelaksanaan pekerjaan.
2. Pengawasan melalui laporan lisan, dengan cara ini atasan dapat
mengumpulkan fakta-fakta dari bawahan
3. Pengawasan melalui laporan tertulis, merupakan pertanggungjawaban
kepada atasan mengenai apa yang dilaksanakan.
4. Pengawasan melalui laporan kepada hal-hal yang bersifat khusus,
suatu sistem yang dilakukan kepada soal-soal pengecualian.

E. Kunci Pengawasan

1. Pengendalian berawal dari dalam diri sendiri, intern dalam diri dengan
keyakinan bahwa apa pun yang dilakukan akan diawasi oleh Allah SWT.
Allah akan memberikan rewarddan punishment di dunia ini maupun
diakhirat nanti. Kesadaran seperti itulah yang harus ditumbuhkan. Untuk
menumbuhkan kesadaran seperti ini, diperlukan pembinaan yang terus
menerus menyangkut pembinaan kerohanian, akhlak, serta moral

4 Nurul Huda, dkk, Keuangan Publik Pendekatan Instrumen Kebijakan dalam Perspektif
Islam (Jakarta : Gramedia, 2015), 33.

7
secara bersama-sama. Pembinaan ini tidak ditujukan hanya kepada
bawahan, melainkan juga kepada pimpinan.
2. Kontrol akan berjalan dengan baik jika pemimpinnya memang
orangorang yang pantas untuk menjadi pengawas dan pengontrol.
3. Dalam mekanisme, sistem harus dibangun dengan baik, sehingga orang
itu secara sadar dan sengaja bahwa jika melakukan sebuah kesalahan,
maka sama saja dengan merusak sistem yang ada.

Ketiga hal ini, yaitu pembinaan orang, ketepatan pemilihan orang dan
sistem yang baik merupakan kunci sebuah pengawasan yang efektif.
F. Pengawasan dalam Ekonomi Islam

Pengawasan dalam pandangan Islam dilakukan untuk meluruskan


yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.
Pengawasan (controlling) dalam ajaran Islam (hukum syariah) paling tidak
terbagi menjadi dua hal, yaitu :

Kontrol yang berasal dari diri sendiri yang bersumber dari tauhid dan
keimanan kepada Allah SWT. Seseorang yang yakin bahwa Allah pasti
mengawasi hambanya, maka ia akan bertindak hati-hati. Ketika sendiri, ia
yakin bahwa Allah adalah yang kedua dan ketika berdua ia yakin bahwa
Allah yang ketiga. Seperti diungkap dalam Al-Qur’an Surat Al-Mujadalah
ayat 7 :

‫ى‬ َ ‫ترََ أنَّ ََ ٱللََََّ ََ يَ ْعل ُمََ َما فى ٱلس ََّمََ َ َوََ َت َو َما فى ٱلْ َْرْ ََ ض ۖ َما يكَ َُ ونُ من نَّجْ َو‬ َ ََ‫أ َل ْم‬
َ ََ ْ‫نىََ من ذَلََ كَ َو َّلََ أك‬
ََ‫ثر‬ ُ ‫ثلَََ َثَةٍََ إلََََّ ه َُو َرابعهَُُ ْم َو َّلََ خ َْم َس ٍة إلََََّ ه َُو َساد‬
َ ََْ‫س ُه ْم َو َّلََ أد‬
‫يو َْ َم‬
َ ‫عم ُلوا‬َ ‫َانوا ۖ ث َّمَُ ينُ َبئهَُُ م ب َما‬
ُ ‫أيََ نَ َما ك‬ ْ ‫إلََ َََ ه َُو َم َع ُه ْم‬

‫علي م‬
َ ٍ‫ىء‬ َ ‫ْٱلق‬
ْ ‫يََ َ َمة ۖ إنََ ٱللََََّ ََ بكُ ل َش‬

8
“Tidaklah engkau perhatikan, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi ? tidak ada pembicaraan rahasia antara
tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tidak ada lima orang,
melainkan Dia yang keenamnya. Dan tidak ada yang kurang dari itu atau
lebih banyak, melainkan Dia pasti ada bersama mereka di mana pun
mereka berada. Kemudian Dia akan memberikan kepada mereka pada hari
kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesunnguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu” (Q.S Al-Mujadalah :7)

Falsafah dasar fungsi pengawasan dalam Islam muncul dari


pemahaman tanggung jawab individu, amanah dan keadilan. Islam
memerintahkan setiap individu untuk menyampaikan amanah yang
diembannya, jabatan (pekerjaan) merupakan bentuk amanah yang harus
dijalankan. Menunaikan amanah merupakan kewajiban setiap individu
pegawai Muslim. Ia harus berhati-hati dan bertaqwa dalam pekerjaannya,
selalu mengevaluasi diri sebelum dievaluasi orang lain, dan merasa bahwa
Allah senantiasa mengawasi segala aktivitasnya. 5

Pengawasan internal yang melekat dalam setiap pribadi Muslim


akan menjauhkannya dari bentuk penyimpangan dan menuntunnya
konsisten menjalankan hukum-hukum dan syariah Allah dalam setiap
aktivitasnya, dan ini merupakan tujuan utama Islam. Akan tetapi, mereka
hanyalah manusia biasa yang berpotensi melakukan kesalahan. Dalam
sebuah masyarakat, salah seorang dari mereka pasti ada yang cenderung
menyimpang dari kebenaran, atau menuruti hawa nafsu. Oleh karena itu
Islam menetapkan sistem sosio politik untuk menjalankan fungsi
pengawasan pelaksanaan hukum dan syariat Allah. Pengawasan
merupakan tanggung jawab sosial dan politik yang harus dijalankan

5 M. Ismail Yusanto dan Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah


(Jakarta : Khirul Bayan, 2003), 148.

9
masyarakat, baik dalam bentuk lembaga formal maupun non formal. Allah
berfirman :

‫عن ْال ُم ْنكَر‬


َ َ‫لى ْال َخيْر َويأ َ ُم َْ ُرونَ با ْل َم ْع ُروف َوينَ َْه َْون‬
َ ‫َو ْلتكَ َُ ْن م ْنكُ ْم أ َّمَُ ة يد ََْعُونَ إ‬

َ‫َو ُأولَئَكََ هُ ُم ْال ُم ْفلحُون‬

“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru


kepada kebaikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung”. Q.S Ali-Imran :104)

Pengawasan akan lebih efektif jika sistem pengawasan tersebut juga


dilakukan luar diri sendiri. Sistem pengawasan itu dapat terdiri atas

Mekanisme pengawasan dari pemimpin yang berkaitan dengan


penyelesaian yang telah didelegasikan, kesesuaian antara penyelesaian
tugas dan perencanaan tugas, dan lain-lain.17 Terkadang pengawasan dari
luar lebih besar pengaruhnya daripada pengawasan pribadi dalam
mewujudkan kedisiplinan.

Pengawasan yang baik adalah pengawasan yang bulit in ketika


menyusun sebuah program. Dalam menyusun program harus ada unsur
kontrol didalamnya. Tujuannya adalah seseorang yang melakukan
pekerjaan merasa bahwa pekerjaannya itu diperhatikan oleh atasan, bukan
pekerjaan yang dianggap enteng dan diacuhkan. Oleh karena itu,
pengawasan terbaik adalah pengawasan yang dibangun dari dalam diri
orang yang diawasi dari sistem pengawasan yang baik.

Sistem pengawasan yang baik tidak dapat dilepaskan dari


pemberian punishment (hukuman) dan reward (imbalan). Seorang
karyawan yang melakukan pekerjaannya dengan baik sebaiknya diberr

10
reward. Bentuk reward tidak mesti materi, tetapi dapat pula dalam bentuk
pujian, penghargaan yang diutarakan di depan karyawan lain, atau bahkan
promosi (baik promosi belajar, maupun promosi naik pangkat atau jabatan)6

Demikian pula karyawan yang melakukan pekerjaan dengan


berbagai kesalahan, bahkan hingga yang merugikan perusahaan diberi
punishment. Bentuk punishment pun bermacam-macam, mulai dari
teguran, peringatan, skors, bahkan hingga pemecatan (resign). Reward dan
punishment ini merupakan mekanisme pengawasan yang sangat penting.

Ada satu hal yang harus dipelajari manajer, yaitu sebuah


pengawasan akan berjalan dengan baik jika masing-masing manajer
berusaha memberikan contoh terbaik kepada bawahannya.

1. Pengawasan pada zaman Rasulullah SAW

Berkaca pada sejarah hidup, Rasulullah SAW melakukan


pengawasan yang benar-benar menyatu dalam kehidupan. Jika seseorang
yang melakukan kesalahan, pada saat itu Rasulullah SAW menegurnya.
Tidak ada kesalahan yang didiamkan oleh Rasulullah. Keika melihat
seseorang yang wudhunya kurang baik, beliau langsung menegurnya saat
Itu juga.

Pada zaman Umar bin Khattab, terjadi pengawasan terhadap para


pekerja. Para pekerja yang mendapatkan tugas tertentu benar-benar
diawasi. Kasus yang terkenal adalah kasus Gubernur Mesir Amru bin Ash
yang mengambil tanah tanah orang Yahudi untuk membuat irigasi dan jalan
tanpa persetujuannya. Persoalannya, orang Yahudi tidak mau tanahnya

6 Nana Herdiana Abdurrahman, Manajemen Bisnis Syariah & Kewirausahaan (Bamdung :


Pustaka Setia, 2013), 140.
7 Ibid., 140.

11
hilang begitu saja meskipun ditujukan untuk kepentingan umum. Peristiwa
itu dilaporkan pada Umar. Begitu mendengar pengaduan yang diterima,
Umar langsung memanggil Amru bin Ash dan menanyakan kebenaran
berita yang diterimanya. Amru bin Ash membenarkan tindakannya yang
mengambil tanah Yahudi itu. Umar pun memerintahkan Amru bin Ash untuk
mengembalikan tanah orang Yahudi.

2. Kepercayaan dan pengawasan

Kepercayaan dan pengawasan tidak dapat dipisahkan. Seorang


pemimpin boleh percaya kepada bawahan, tetapi tetap dengan kontrol.
Sebuah kepercayaan yang diberikan tanpa adanya kontrol sering
disalahgunakan. Banyak terjadi kasus orang kepercayaan yang tiba-tiba
berkhianat. Hal itu terjadi karena kepercayaan yang diberikan terlalu
berlebihan dan tidak ada mekanisme kontrol.

Jika bertransaksi dengan rekan bisnis, transaksi itu harus jelas, walaupun
bukan satu dua kali melakukan kegiatan usaha dengan rekanan tersebut.
Jika telah berbicara mengenai uang, segalanya harus jelas. Oleh karena
itu, dalam Al-Qur’an dikemukakan bahwa setiap transaksi harus dicatat
karena jika tidak, kepercayaan ini dapat hilang dan penyesalan akan timbul
belakangan.

3. Mekanisme kontrol

Mekanisme kontrol dapat dilakukan dengan cara pengawasan


langsung. Jika menunjuk orang sebagai manajer di suatu perusahaan,

12
pemilik perusahaan harus mengirim orang untuk mengawasi langsung
gerak-geriknya. Inilah yang disebut pengawasan langsung. 7

Pengawasan terhadap karyawan yang bersifat langsung


memerlukan pengawas-pengawas yang tegas dan humanis, bukannya
pengawas yang selalu mencurigai orang yang diawasinya. Jika hal ini
terjadi, bukan perkembangan karyawan yang terjadi, melainkan
ketidaknyamanan suasana yang jika berlarut-larut akan menimbulkan
konflik yang serius. Meskipun orang yang diawasi memiliki potensi, jika
orang yang mengawasi tidak memberikan kesempatan terlebih dahulu,
potensi orang tersebut tidak akan mendatangkan hasil yang baik. Oleh
karena itu, faktor pengawas juga ikut menentukan.

G. Peran kepemimpinan dalam pengawasan

Sangat penting untuk memastikan efisiensi, akuntabilitas, dan


kepatuhan dalam suatu organisasi. Kepemimpinan yang baik dapat
membentuk budaya kerja yang mendorong kedisiplinan dan transparansi,
mendukung proses pengawasan yang efektif.

Peran kepemimpinan pengawasan mengacu pada tanggung jawab


pemimpin dalam memastikan bahwa proses pengawasan di dalam
organisasi berjalan efektif. Ini melibatkan pemantauan kinerja, penegakan
kebijakan, dan pengambilan keputusan yang mendukung integritas serta
kepatuhan terhadap standar dan regulasi yang berlaku. Kepemimpinan
pengawasan bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang
akuntabel, efisien, dan sesuai dengan norma yang berlaku.

8 Samsirin,
“Konsep Manajemen Pengawasan dalam Pendidikan Islam”, At-Ta’dib, 2 (Desember
2015), 348.

13
Peran kepemimpinan pengawasan melibatkan beberapa elemen kunci,
antara lain:

1. **Menetapkan Standar:**

Pemimpin pengawasan menetapkan standar kinerja dan etika


yang harus diikuti oleh anggota organisasi. Ini mencakup kepatuhan
terhadap peraturan, kebijakan internal, dan nilai-nilai perusahaan.

2. **Memonitor Kinerja:**

Pemimpin harus secara aktif memantau kinerja individu dan tim


untuk memastikan bahwa tujuan organisasional tercapai. Ini dapat
melibatkan evaluasi rutin, pemantauan metrik kunci, dan pelaporan hasil.

3. **Pengambilan Keputusan:**

Dalam konteks pengawasan, pemimpin harus dapat mengambil


keputusan yang tepat terkait dengan pelanggaran kebijakan, perubahan
strategis, atau perbaikan proses untuk memastikan efektivitas operasional.

4. **Koreksi dan Perbaikan:**

Pemimpin harus bersedia untuk melakukan koreksi dan perbaikan


ketika ditemukan ketidaksesuaian atau masalah dalam pengawasan. Ini
melibatkan rencana aksi untuk memperbaiki kelemahan dan mencegahnya
terulang.

5. **Mendorong Kepatuhan:**

14
Pemimpin pengawasan berperan dalam mendorong budaya
kepatuhan di seluruh organisasi. Ini mencakup memberikan arahan yang
jelas, memberikan konsekuensi untuk pelanggaran, dan memberikan
penghargaan untuk kepatuhan.

6. **Berkomunikasi Secara Efektif:**

Komunikasi yang baik adalah kunci dalam peran kepemimpinan


pengawasan. Pemimpin harus dapat menyampaikan ekspektasi,
memberikan umpan balik, dan memastikan informasi yang diperlukan untuk
pengawasan efektif disampaikan dengan jelas.

H. Peran Kepengawasan Sekolah

Pertama, untuk menciptakan lingkungan belajar yang mengundang


murid untuk belajar, tentu tidak bisa hanya dilakukan oleh guru. Untuk
menciptakan lingkungan belajar seperti itu diperlukan dukungan dari rekan
guru yang lain, kepala sekolah, pengawas sekolah pembina, dinas
pendidikan kab/kota/provinsi dan tentu pemerintah pusat. Hal ini karena
dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang baik yang bisa
mengundang murid belajar membutuhkan pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan secara terus menerus dan berkelanjutan. Walaupun
tidak semuanya harus berbiaya mahal.

Kedua, pembelajaran berdiferensiasi menekankan pada proses


daripada hasil. Murid belajar didorong oleh kebutuhan intrinsik, yakni
penyempurnaan peserta didik menjadi manusia seutuhnya. Dan itu adalah
sebuah Heutagogy yakni, salah satu pendekatan kunci dalam pendidikan
untuk melahirkan manusia yang kreatif dan inovatif

15
Ketiga, pengawas sekolah dapat melibatkan diri dalam berbagai
bentuk kegiatan yang terkait dengan implementasi pembelajaran
berdiferensiasi dalam berbagai bentuk kegiatan pembinaan sekolah, antara
lain: 1) In House Training (IHT) untuk sesuatu yang umum terkait dengan
kompetensi guru dalam pembelajaran berdiferensiasi; 2) bimbingan teknis
(bimtek) untuk sesuatu yang khusus terkait dengan keterampilan tertentu
yang harus dikuasai guru terkait pembelajaran berdiferensiasi, 3)
pendampingan guru untuk sesuatu yang khusus terkait dengan penerapan
metode/teknik tertentu terkait pembelajaran berdiferensiasi, 3) workshop
untuk sesuatu yang khusus terkait dengan persiapan, penguatan, dan
refleksi pelaksanaan kegiatan terkait pembelajaran berdiferensiasi8

9 Departemen Agama RI., 543.


10 Abu Sinn dan Ahmad Ibrahim, Manajemen Syariah : Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2012),180.

16
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

a) Pengertian Pengawasan

Kata pengawasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari


kata “awas” yang diartikan dapat melihat baik-baik, tajam penglihatan,
sedangkan kata pengendalian berasal dari kata “kendali” yang berarti
menguasai kendali, memegang pimpinan, memerintah. Pengawasan
diartikan penilikan dan penjagaan, penilikan dan pengarahan kebijakan
jalannya pemerintahan.

b) Tujuan pengawasan

Pengawasan dalam pandangan Islam dilakukan untuk meluruskan yang


tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.5 Tujuan
utama pengawasan adalah mengusahakan, supaya apa yang
direncanakan menjadi kenyataan.

c) Prinsip pengawasan
Tawaşawbil Ӊaqqi (saling menasihati atas dasar kebenaran dan norma
yang jelas). Tidak mungkin sebuah pengendalian akan berlangsung dengan
baik, tanpa norma yang jelas.

d) Kunci Pengawasan

e) Peran Pengawasan dalam ekonomi Islam

f) Peran kepemimpinan dalam pengawasan

Sangat penting untuk memastikan efisiensi, akuntabilitas, dan kepatuhan


dalam suatu organisasi. Kepemimpinan yang baik dapat membentuk
budaya kerja yang mendorong kedisiplinan dan transparansi, mendukung
proses pengawasan yang efektif.

17
DAFTAR PUSTAKA

10 Abu Sinn dan Ahmad Ibrahim, Manajemen Syariah : Sebuah Kajian


Historis dan Kontemporer Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012,180.
Departemen Agama RI., 543.
Inu Kencana Syafi’i, Al-Qur’an dan Ilmu Administrasi Jakarta : Rineka Cipta,
2009
Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar Bin Khattab Jakarta :
Pstaka Al-Kautsar, 2015
M. Ismail Yusanto dan Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis
Perspektif Syariah Jakarta : Khirul Bayan, 2003
Nana Herdiana Abdurrahman, Manajemen Bisnis Syariah &
Kewirausahaan Bandung : Pustaka Setia, 2013
Nurul Huda, dkk, Keuangan Publik Pendekatan Instrumen Kebijakan dalam
Perspektif Islam Jakarta : Gramedia, 2015
Ridwan Muhammad, Konstruksi Bank Syariah Indonesia Yogyakarta :
Pustaka SM, 2007
Samsirin, “Konsep Manajemen Pengawasan dalam Pendidikan Islam”, At-
Ta’dib, 2 Desember 2015

18

Anda mungkin juga menyukai