Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP DASAR MANAJEMEN KEPENGAWASAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Supervisi Manajerial

Dosen Pengampu :

Novita Sari, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Amanda Apriliani 0177.4.19

Novia Putri 0202.4.19

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH MAHMUDIYAH

TANJUNG PURA – LANGKAT

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
menyelesaikan tugas Supervisi Manajerial yaitu Konsep Dasar Manajemen
Kepengawasan.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga kami dapat berkarya dengan lebih baik di masa yang akan datang.

Akhirnya dengan satu harapan dari kami, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi rekan-rekan pembaca umumnya.

Secanggang, Maret 2022

Penulis (Kelompok 2)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2

A. Konsep Dasar Manajemen Kepengawasan...........................................2


B. Pendekatan Manajemen Kepengawasan...............................................2
C. Supervise dalam Konteks Pendidikan..................................................5
D. Perspektif Supervise dalam Manajemen Pendidikan............................7

BAB III KESIMPULAN..................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Ada banyak alasan untuk menentukan penyebab kegagalan suatu organisasi


atau keberhasilan organisasi lainya. Tetapi masalah selalu berulang dalam semua
organisasi, yang gagal adalah tidak atau kurang adanya pengawasan yang
memadai. Agar suatu organisasi tidak banyak mengalami kegagalan maka suatu
organisasi harus mempelajari dasar-dasar pengawasan dan berbagai teknik dan
metode pengawasan yang dapat digunakan agar fungsi pengawasan dapat berjalan
dengan efektif dan efisien.

Pengawasan sebenarnya mengandung arti menjaga stebilitas atau


equilibrium. Untuk mencapai keseimbangan, bagaimana pun juga seorang
manajer harus mengubah apa yang dikerjakan atau merubah standar yang
digunakan sekarang untuk mengukur pelaksanaan. Dan teknik-teknik serta
metode-metode pengawasan hendaknya digunakan secara simultan, tidak berdiri
sendiri. Pengawasan ialah untuk mempermudah pelaksanaan dalam merealisasi
tujuan agar sesuai dengan urutan pelaksanaan.

Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa


tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara
membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan. Pengertian ini
menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan
pengawasan. Pengawasan membantu penilaian apakah perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan personalia, dan pengarahan telah dilaksanakan
secara efektif, serta fungsi pengawasan itu sendiri harus diawasi. Pengawasan
merupaka suatu usaha sistematik untuk menetapkan standart pelaksanaan dengan
tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kengiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa sumber
daya dipergunakan dengan cara paling efektif dan efesien dalam pencapaian
tujuan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Manajemen Kepengawasan


Kamus Besar Indonesia mendefinisikan istilah pengawasan berasal dari
kata”Awas” yang artinya memperhatikan baik baik, dalam arti sesuatu dengan
cermat dan seksama. Menurut prayudi, pengawasan adalah suatu proses untuk
menetapkam pekerjaan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan
itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan atau diperhatikan.1 Menurut Saiful
Anwar, pengawasan atau control terhadap tindakan aparatur pemerintah
diperlukan agar pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat mencapai tujuan
dan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan. 2 Jadi pengawasan itu mengukur
pelaksanaan dibandingkan dengan cita-cita dan rencana, memperlihatkan dimana
ada penyimpangan yang negatifdan dengan menggerakkan tindakan-tindakan
untuk memperbaiki penyimpanganpenyimpangan, membantu menjamin
tercapainya rencana-rencana.3
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menhindari adanya
kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai.
Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang
telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan
efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat
dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana kebijakan pimpinan
dijalankan dan sampai sejauh mana penyimpangan yang terjadi dalam
pelaksanakan kerja tersebut.
Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan
merupakan bagian dari fungsi manajemen, dimana pengawasan dianggap sebagai
bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak
dibawahnya. Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan
terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung

1
Atmosudirjo, Prayudi S. 1981. Hukum Administrasi Negara. Jakarta.Ghalia Indonesia. hal
80
2
Anwar, Saiful,2004. Sendi-sendi Hukum Administrasi Negara,Jakarta: Glora.Madani. hal
127
3
Salinderho , 1998. Tata Laksana Dalam Manajemen,Jakarta: Sinar Grafika. hal 39

2
makna pula sebagai pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi
yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan
sesuai dengan rencana dan peraturan atau suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya
pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang
telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan
perbaikannya.
Pengertian pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai
dengan pasal 1 peraturan pemerinth no 79 Tahun 2005 tentang pedoman
pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah menyatakan
bahwa pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah adalah proses
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan secara
efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.4
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pengawasan adalah
hal yang penting dalam menjalankan suatu perencanaan di suatu instansi tersebut
agar tercipta nya kerja yang sesuai dengan tujuan yang sudah direncanakan
bersama.

B. Pendekatan Manajemen Kepengawasan


Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap sebuah proses. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Pendekatan ialah suatu
rangkaian tindakan yang terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip
tertentu (filosofis, psikologis, didaktis dan ekologis) yang terarah secara sistematis
pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai.
Ada beberapa pendekatan dalam manajemen kepengawasan, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Klasik
Dalam pendekatan klasik pengawasan di dasarkan pada ide dan
pikiran “ekonomi yang rasional” serta pandangan ilmiah. Disini sistem
4
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman dan Pembinaan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

3
pengawasan ditekankan pada formalisasi tujuan dan tugas tugas manajemen,
pendekatan ini di dasarkan pada konsep “Scientific Management” yang
diperkenankan oleh Taylor dahulu dimana manajer mengharapkan
kepatuhan, menggunakan kekuasaan untuk mengarahkan dan memberikan
perintah serta memonitornya melalui saluran informasidan struktur yang
resmi. Dari informasi ini diketahui di penyimpangan, dan dari
penyimpangan dikoreksi dan di berikan sanksi kepada mereka yang
melakukannya.
Pendekatan klasik ini menggunakan sistem mekanis dan penerapan
prinsip dan peraturan yang kaku.. Peraturan yang ada atau tujuan yang telah
ditetapkan dipaksakan untuk dipatuhi tanpa diberi hak untuk
mempermasalahkannya. Kesalahan dan kelemahannya di usahakan
diidentifikasi dan berikan sanksi bagi mereka yang terbukti melakukannya.
Disiplin dan kepatuhan buta sangat di harapkan. Sehingga sistem ini
biasanya dibentuk unit khusus yang melakukan identifikasi dan memonitor
pelaksaan peraturan dan kapatuhan terhadapnya.
Pendekatan ini merupakan pendekatan awal sewaktu manusia
mengenal sistempengawasan. Biasanya sistem ini dilaksanakan pada
organisasi dimana mereka yangdiawasi belum memiliki skill dan moralitas
yang baik.

2. Pendekatan stuktural
Pendekatan struktural ini masih menggunakan berbagai komponen
klasik namun bedanya adalah bahwa pendekatan ini membagi-bagi fungsi
manajemen atas berbagai fungsi yaitu fungsi perencanaan,
penggorganisasian, perintah, koordinasi, dan pengawasan. Pendekatan ini
mengguankan struktur sebagai alat untuk melakukan pengawasan.
Dalam pendekatan ini pimpinan yang bertanggungjawab mencapai
tujuan berbagai fungsi dan membuat struktir organisasi. Fungsi pengawasan
dilakukan melalui struktur yang sudah ada berdasarkan fungsi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan fungsi pengawasan mengalir melalui
struktur organisasi mulai dari atas atau pusat keseluruhan struktur, kepada

4
mereka yang berhasil melaksanakan fungsi dengan baik diberikan
penghargaan dan yang tidak melaksanakan fungsi dengan benar diberikan
hukuman.
Pendekatan struktural ini hampir sama dengan pendekatan klasik,
namun disini struktur organisasi perusahaan dijadikan sebagai alur dan
media pengawasan.

3. Pendekatan Kekuasaan atau Power


Pendekatan klasik struktur diatas sebenarnya juga mengakui adanya
kekuasaan. Karena kekuasaan yang merupakan dasar pimpinan melakukan
pengawasan. Kekuasaan yang dimilik ini digunakan untuk mempengaruhi
dan memaksakan agar orang lain mengikuti keinginan pimpinan.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka Mintzberg memperkenalkan
pendekatan power dalam pengawasan. Karena powerlah yang dapat
mempengaruhi orang lain untuk berperilaku sesuai dengan keinginan kita.
Namun Mintzberg menilai bahwa power ini bukan saja pada internal
organisasi tetapi juga diluar organiasai. Menurut Mintzberg, power atau
kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk dapat mempengaruhi hasil-
hasil perusahaan. Kekuasaan memberi hak kepada seseorang untuk
mengarahkan orang lain sesuai tujuan yang dibebankan kepadanya.
Kekuasaan ini bisa karena jabatan atau kualitas pribadi seseorang.

4. Pendekatan Sistem
Dalam pendekatan sistem maka pengawasan dianggap sebagai salah
satu sistem dari general sistem yang ada. Sistem adalah suatu set bagian-
bagian yang saling berhubungan memiliki ketergantungan yang satu dengan
lainnya. Semua kegiatan dianggap merupakan satu kegiatan dan terpadu
bukan merupakan hal yang terpisah atau bebas dari yang lainnya. Olehnya
karena maka dalam pendekatan sistem ini harus memahami hubungan antara
elemen yang satu dengan elemen yang lain dan bagaimana ia berhubungan.
Pada jenis sistem tertutup sistem yang ada dianggap tidak
menyesuaikan diri dengan kekuatan atau faktor luar dia hanya beradaptasi
dengan faktor internal. Sebaliknya sistem terbuka sistem itu dianggap

5
memilik subsistem yang terbuka yang tergantung pada pengaruh lingkungan
ekstrenal. Sistem berusaha mencapai titik ekuilibrium jika ia sudah
beradaptasi dengan unsur internal dan ekstrenal. Dalam hal ini sistem ini
dianggap dinamis karena interaksi antara kegiatan, orang, dan lingkungan.

5. Pendekatan Human Relation


Dalam model ini pengawasan dilihat dari segi manusianya, hal ini
yang diperhatikan adalah hubungan antar manusia. Ilmu manajemen dan
organisasi pada awalnya memberikan perhatian terhadap kemampuan `non-
human` untuk mencapai tujuan organisasi. Teori birokrasi yang
dikemukakan oleh Weber sebenarnya merupakan upaya “dehumanisasi”
peran individu manusia. Karena pada zamannya sikap feodalis dan
paternalis sangat dominan. Peran individu sangat besar sehingga muncul
dikatordan eksploitasi antara manusia sangat menonjol, sehingga muncul ide
birokkratisasi dan depersinalisasi.
Namun ternyata konsep ini tidak selamanya benar karena kemajuan
sosial dan mutu sumber daya manusia, menghendaki semakin meningkatnya
penghargaan kepada nilai dan kemampuan manusia.
Implikasi pendekatan ini dalam sistem pengawasan adalah dalam
mendesain dan melaksanakan pengawasan maka faktor manusia harus
difikirkan. Perlu diingat bahwa pelaksanaan konsep ini harus
memperhatikan budaya dan kualitas karyawan yang diawasi. Tidak semua
konsep yang bisa sukses diterapkan disuatu negara, organisasi, atau
perusahaan misalnya secara otomatis sukses diterapkan dinegara, budaya,
dan perusahaan lain yang berbeda.5

C. Supervisi dalam Konteks Pendidikan


Supervisi pendidikan dipandang sebagai kegiatan yang ditunjukkan untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Dalam
konteks profesi pendidikan, khususunya profesi mengajaran, mutu pembelajaran
merupakan refleksi dari kemamuan profesional guru. Oleh karena itu, supervisi

5
Ningsi, Chintiya Ade. 5 Pendekatan dalam Kepengawasan. 2019.
(https://www.scribd.com/document/430352861/5-Pendekatan-Dalam-Pengawasan)

6
pendidikan berkepentingan dengan upaya peningkatan kemampuan professional
guru, yang pada gilirannya akan berdampak terhadap peningkatan mutu proses
dan hasil pembelajaran. Hubungan antara perilaku supervisi, perilaku mengajar,
perilaku belajar, dan hasil belajar merupakan hubungan yang sangat fundamental
dalam perbaikan mutu hasil pendidikan.
Supervisi memiliki karakteristik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas
bagi supervisor. Dalam hal ini supervisi pendidikan memiliki dua karekteristik
yaitu
1. bersifat terapan
2. melibatkan aktivitas manusia dengan menempatkan keperluan yang unik
pada inquiri dan pengembangan atau preskripsi bagi praktek supervisi.

Misi utama supervisi pendidikan adalah memberi pelayanan kepada guru


untuk mengembangkan mutu pembelajaran, memfasilitasi guru agar dapat
mengajar dengan efektif. Melakukan kerjasama dengan guru atau anggota staf
lainnya untuk meningkatkan mutu pembelajaran, mengembangkan kurikulum
serta meningkatkan pertumbuhan profesionalisasi semua anggota.
Supervisi merupakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan teknis
edukatif di sekolah, bukan sekedar pengawasan terhadap fisik material. Supervisi
merupakan pengawasan terhadap kegiatan akademik yang berupa proses belajar
mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar, pengawasan terhadap
murid yang belajar dan pengawasan terhadap situasi yang menyebabkannya.
Berdasarkan hal tersebut kemudian diadakan tindak lanjut yang berupa perbaikan
dalam bentuk pembinaan. Pembinaan merupakan sebuah pelayanan terhadap guru
dalam memperbaiki kinerjanya. Pembinaan selain pelayanan terhadap guru, juga
merupakan usaha preventif untuk mencegah supaya guru tidak terulang kembali
melakukan kesalahan serupa yang tidak perlu, menggugah kesadarannya supaya
mempertinggi kecakapan dan keterampilan mengajarnya.
Kehadiran supervisi digunakan untuk memajukan pembelajaran melalui
pertumbuhan kemampuan guru-gurunya. Supervisi mendorong guru menjadi lebih
berdaya, dan situasi mengajar belajar menjadi lebih baik, mengajar menjadi
efektif, guru menjadi lebih puas dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan
demikian sistem pendidikan dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam usaha

7
mencapai tujuan pendidikan. Ini berarti bahwa kedudukan supervisi merupakan
komponen yang sangat strategis dalam administrasi pendidikan.6

D. Perspektif Supervisi dalam Manajemen Pendidikan


Supervisi adalah serangkaian kegiatan untuk memastikan bahwa mutu yang
diharapkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi
memenuhi standar yang telah ditentukan. Supervisi merupakan salah satu strategi
untuk memastikan bahwa seluruh langkah pada proses penyelenggaraan dan
semua komponen hasil yang dicapai memenuhi target.  Kegiatan supervisi bukan
mencari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan, agar
kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya – dan
bukan kesalahannya semata – untuk dapat diperbaiki.7
Supervisi adalah suatu usaha atau kegiatan pembinaan yang direncanakan
untuk membantu para guru dan pegawai sekolah atau lembaga pendidikan lainnya
dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif dan efisien. Berbagai macam
usaha atau kegiatan yang dapat dilakukan berkaitan dengan supervisi, antara lain
pertemuan kelompok, pembicaraan perorangan, kunjungan kelas, ceramah,
lokakarya, demonstrasi tentang teknik-teknik dan metode-metode mengajar yang
baru, penilaian yang dilakukan secara sistematis, dan pertukaran pengalaman serta
pikiran-pikiran baru. Semua ini bermaksud untuk membimbing guru, dalam
meningkatkan kesanggupan dan memperluas pandangan mereka.
Supervisi dalam hal ini mempunyai pengertian yang luas, yakni segala
macam bentuk bantuan dari para pimpinan sekolah yang tertuju kepada
perkembangan kepemimpinan guru-guru dan para pegawai sekolah lainnya di
dalam mencapai tujuantujuan pendidikan. Bantuan tersebut berupa bimbingan,
dorongan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru.
Supervisi sebagai suatu bentuk pengawasan langsung biasanya dilakukan
secara berhadap-hadapan antara pengawas dan para guru. Supervisi termasuk
kewajiban terpokok dalam manajemen dan administrasi dan merupakan pusat

6
KEMDIKBUD. Supervisi Pendidikan. (https://lmsspada.kemdibud.go.id)
7
LPMP STEI. Manajemen Supervisi. 2017. (https://www.lmpm.stei.ac.id/manajemen-
supervisi/154/)

8
perhatian bagi perkembangan para siswa dan perbaikan pengajaran dengan segala
aspek-aspeknya.
Fungsi supervisi ialah memberi petunjuk, mendorong, menjelaskan,
membimbing, dan membantu meningkatkan situasi belajar, serta membantu para
guru agar ia mengajar lebih baik. Jadi supervisi adalah suatu proses yang
merupakan bagian dari proses pendidikan, juga sebagai proses sosial yang
demokratis, yang fungsi utamanya ialah kepemimpinan.
Adapun peranan supervisi dalam kegiatan pendidikan, antara lain :
1. Supervisi sebagai program yang berencana untuk memajukan pengajaran
2. Supervisi sebagai inspeksi
3. Supervisi sebagai kepemimpinan yang koperatif

Sehubungan dengan itu, supervisi diharapkan mampu menyediakan


bermacam-macam kepemimpinan yang mampu meningkatkan efisiensi dan daya
guna usaha dan program dari usaha sekolah secara keseluruhan serta untuk
menambah atau memperkaya lingkungan semua guru. Hal ini meliputi usaha-
usaha untuk membangun semangat para karyawan, menciptakan kondisi-kondisi
bekerja yang menyenangkan, mendorong inisiatif dan daya cipta, menyediakan
kesempatan-kesempatan agar para guru dapat bekerjasama dalam memikirkan dan
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh mereka dan sekolah. Para
guru diikutsertakan dalam merumuskan kebijakan-kebijakan administratif, dalam
menentukan langkah-langkah untuk tercapainya berbagai tujuan, menilai program
sekolah, dan dalam segala usaha perubahan dan perbaikan program yang
didasarkan atas penilaian yang obyektif dan koperatif. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa supervisi diharapkan mampu menyediakan jenis kepemimpinan
yang dapat mengembangkan sifat-sifat kepemimpinan pada orang lain.8

8
Muljono, Pudji. Supervisi dan evaluasi dalam Manajemen Pendidikan.
(https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/33893/1/KPMpjm-artik15-Supervisi
%20dan...%20.pdf)

9
BAB III

KESIMPULAN

Pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar


pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang system
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan
serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.
Pengawasan penting disebabkan karena Perubahan lingkungan organisasi,
peningkatan kompleksitas organisasi, meminimalisasikan tingginya kesalahan-
kesalahan, kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang, komunikasi dan
menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi.
Pengawasan dirasa sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi. Karena jika
tidak ada pengawasan dalam suatu organisasi akan menimbulkan banyaknya
kesalahan-kesalahan yang terjadi baik yang berasal dari bawahan maupun
lingkungan. Pengawasan menjadi sangat dibutuhkan karena dapat membangun
suatu komunikasi yang baik antara pemimpin organisasi dengan anggota
organisasi. Serta pengawasan dapat memicu terjadinya tindak pengoreksian yang
tepat dalam merumuskan suatu masalah. Pengawasan lebih baik dilakukan secara
langsung oleh pemimpin organisasi. Disebabkan perlu adanya hak dan wewenang
ketegasan seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Pengawasan disarankan
dilakukan secara rutin karena dapat merubah suatu lingkungan organisasi dari
yang baik menjadi lebih baik lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Saiful,2004. Sendi-sendi Hukum Administrasi Negara,Jakarta:


Glora.Madani. hal 127
Atmosudirjo, Prayudi S. 1981. Hukum Administrasi Negara. Jakarta.Ghalia
Indonesia. hal 80
KEMDIKBUD. Supervisi Pendidikan. (https://lmsspada.kemdibud.go.id)
LPMP STEI. Manajemen Supervisi. 2017.
(https://www.lmpm.stei.ac.id/manajemen-supervisi/154/)
Muljono, Pudji. Supervisi dan evaluasi dalam Manajemen Pendidikan.
(https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/33893/1/KPMpjm-
artik15-Supervisi%20dan...%20.pdf)
Ningsi, Chintiya Ade. 5 Pendekatan dalam Kepengawasan. 2019.
(https://www.scribd.com/document/430352861/5-Pendekatan-Dalam-
Pengawasan)
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman dan Pembinaan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Salinderho , 1998. Tata Laksana Dalam Manajemen,Jakarta: Sinar Grafika. hal 39

11

Anda mungkin juga menyukai