Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya
pengawasan atau supervisi. Pengawasan bertanggung jawab tentang
keefektifan program yang telah direncanakan. Oleh karena itu,
pengawasan haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang
akan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Dalam pelaksanaannya, supervisi bukan hanya mengawasi
apakah para guru/pegawai menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan instruksi atau ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan, tetapi supervisi juga berusaha bersama guru-guru,
bagaimana cara-cara memperbaiki proses belajar-mengajar. Jadi,
dalam kegiatan supervisi, guru-guru tidak dianggap sebagai pelaksana
pasif, melainkan diperlakukan sebagai partner bekerja yang memiliki
ide-ide, pendapat-pendapat, dan pengalaman-pengalaman yang perlu
didengar dan dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha
perbaikan pendidikan
Jadi dalam menunjang keefektifan dan keefesienan sebuah
pendidikan perlu adanya supervisi atau yang mengawasi, agar
pelaksanaan proses pendidikan sejalan atau sesuai dengan yang telah
diharapkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengawasan dan supervisi?
2. Apa sajakah fungsi dan tujuan dari pengawasan dan supervisi?
3. Apa sajakah metode dari pengawasan?

1
4. Apa sajakah jenis, sasaran, ruang lingkup dan pendekatan
supervisi?

C. Manfaat Penulisan
1. Memahami dan mengetahui pengertian pengawasan dan
supervisi
2. Memahami dan mengetahui fungsi dan tujuan dari pengawasan
dan supervisi
3. Memahami dan mengetahui metode pengawasan
4. Memahami dan mengetahui jenis, sasaran, ruang lingkup dan
pendekatan supervise

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengawasan
Perencanaan berhubungan erat dengan fungsi pengawasan karena
dapat dikatakan rencana itulah sebagai standar atau alat pengawasan
bagi pekerjaan yang sedang dikerjakan. Demikian pula fungsi
pemberian perintah berhubungan erat dengan fungsi pengawasan
karena sesungguhnya pengawasan itu merupakan follow up dari
perintah-perintah yang sudah dikeluarkan. Apa yang sudah diperintah
haruslah diawasi, agar apa yang diperintahkan itu benar-benar
dilaksanakan.
Mengingat hubungan-hubungan erat antara ketiga fungsi tersebut,
maka pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk
menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan
bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan rencana semula.
Menurut Robert J. Mockler pengawasan manajemen adalah suatu
usaha systematic untuk mmenerapkan standar pelaksanaan dengan
tujuan-tujuan perencanaan, merancang system informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan
untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan
dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan
perusahaan.
George R. Tery (2006:395) mengartikan pengawasan sebagai
mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya

3
mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tidankan-
tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
Robbin (dalam Sugandha, 1999 : 150) menyatakan pengawasan itu
merupakan suatu proses aktivitas yang sangat mendasar, sehingga
membutuhkan seorang manajer untuk menjalankan tugas dan
pekerjaan organisasi. Kertonegoro (1998 : 163) menyatakan
pengawasan itu adalah proses melaui manajer berusaha memperoleh
kayakinan bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
perencanaannya.
Dale (dalam Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa pengawasan
tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil
kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan
meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa
yang direncanakan. Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005:11)
mengatakan bahwa pada pokoknya pengawasan adalah keseluruhan
daripada kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang
sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma,
standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.1
Siagian (1970:107) mengemukakan bahwa pengawasan adalah
proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi
untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Newman (1977) mengemukakan bahwa pengawasan adalah suatu
usaha untuk menjamin agar pelaksanaan sesuai dengan rencana.
Pengawasan adalah proses pengecekan apakah kegiatan yang
dijalankan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, dan
mengadakan penyesuaian atau perbaikan bila diperlukan. sasaran
pengawasan.

1 http://kumpulanmakalah94.blogspot.co.id/2016/01/pengawasan-pendidikan.html, diakses pada


tanggal 8 september 2017 pukul 16.40

4
Pengawasan instruksional yang efektif dapat meningkatkan kualitas
pengajaran dan pembelajaran di kelas. Tujuan utama pengawasan
harus mengenali nilai inheren setiap orang, sampai pada akhirnya
potensi penuh semua akan terwujud. Karakteristiknya dapat diringkas
dalam bentuk garis besar agar menjadi singkat dan jelas:
1) Pengawasan modern mengarahkan perhatian terhadap dasar-
dasar pendidikan dan mengarahkan pembelajaran dan
peningkatannya dalam tujuan pendidikan secara umum.
2) Tujuan pengawasan adalah peningkatan total proses belajar
mengajar, pengaturan total pembelajaran, dan bukan tujuan sempit
untuk memperbaiki guru dalam pelayanan.
3) Fokusnya adalah pada setting untuk belajar, bukan pada
seseorang atau kelompok orang. semua orang adalah rekan kerja
yang ingin memperbaiki situasi. satu kelompok tidak lebih tinggi dari
yang lain, yang beroperasi untuk "memperbaiki".

Adapun objek yang menjadi sasaran pengawasan meliputi:

1. Kegiatan pelaksanaan tugas dan fungsi, meliputi pemberian


bimbingan, pembinaan, perijinan, dan pelayanan masyarakat
lainnya serta pelaksanaan program bantuan dan kerja sama;
2. Kegiatan aparatur pemerintah di bidang kelembagaan,
kepegawaian, dan ketatalaksanaan.

B. Proses Pengawasan
Proses dasar pengawasan meliputi tiga tahap yaitu: (1)
menetapkan standar pelaksanaan; (2) pengukuran pelaksanaan; (3)
mementukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan
standar dan rencana. Mockler menyusun pengawasan menjadi 4
langkah kegiatan yaitu:
1. Menetapkan standar dan metode mengukur prestasi kerja;
menetapkan standar dimulai dari menetapkan tujuan dan sasaran

5
secara spesifik dan mudah diukur. Tujuan atau sasaran dan cara
mencapai tujuan tersebut merupakan standar dan metode kerja
yang dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja.
2. Pengukuran prestasi kerja; kegiatan yang dijalankan untuk
mencapai sasaran terus diukur keberhasilannya secara berulang
bisa pengamatan langsung atau melalui penggunaan instrumen
survey berisi indikator efektivitas kerja.
3. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar; hasil
pengukuran menjadi bahan informasi untuk dibandingkan antara
standar dengan keadaan nyata lapangan.
4. Mengambil tindakan korektif; bila hasil pengukuran menunjukkan
terjadi penyimpangan-penyimpangan, maka dilakukan langkah
korektif.2

C. Tujuan Pengawasan
Adapun tujuan pengawasan ialah :
1. Menjaga dan mendorong agar pelaksanaan tugas pokok
organisasi dapat berjalan lancar.
2. Menjamin agar hasil yang dicapai sedapat mungkin mendekati
tujuan yang telah ditetapkan untuk segala kegiatan yang
dijalankan.
3. Untuk mendapatkan informasi yang dini, yang mungkin
diperlukan untuk mengadakan penyesuaian mengenai tujuan
yang ingin dicapai, supaya tujuan itu dapat lebih realistis dan
secara operasional dapat dijangkau.

D. Fungsi Pengawasan
Secara umum telah dikemukakan bahwa hasil pengawasan dapat
memberikan manfaat bagi perbaikan dan peningkatan efektivitas

2 https://lobikampus.blogspot.co.id/2016/06/pengawasan-dan-supervisi-dalam.html, diakses pada


tanggal 9 september 2017 pukul 16.55

6
proses manajemen organisasi. Fungsi pengawasan antara lain
sebagai berikut :
1. Sebagai pemeriksa apakah yang dilakukan setiap satuan kerja
di lingkungan organisasi mengenai pelaksanaan program sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Sebagai penilai apakah hasil yang dilaporkan dilakukan secara
berkala oleh setiap bagian yang ada pada organisasi.
3. Sebagai peninjau apakah tempat pelaksanaan kegiatan untuk
menampung masalah yang timbul berdasarkan laporan dan
informasi yang ada.
4. Sebagai pembina apakah bawahan berbuat dan melakukan
tugasnya sesuai dengan petunjuk pedoman, dan
kebijaksanaannya yang telah diberikan.
5. Sebagai monitor pelaksanaan untuk menghindarkan dari
kemungkinan penyimpangan

E. Metode Pengawasan
Metode-metode pengawasan bisa dikelompokkan ke dalam dua
bagian; pengawasan non-kuantitatif dan pengawasan kuantitatif.
Metode kuantitatif menggunakan angka-angka untuk menggambarkan
data. Simon (1988) menambahkan bahwa metode pengawasan
kuantitatif lebih bersifat spesifik, dengan menggunakan tinjaun data
kuantitatif untuk mengukur dan mengadakan penyesuaian seperlunya.
Metode kualitatif menjaring data dari fenomena dari peristiwa lapangan
secara alamiah. Simon (1988) menambahkan bahwa metode
pengawasan non kuantitatif bersifat pengawasanumum terhadap
kegiatan dan keadaan organisasi serta lebih banyak menyangkut cara
kerja dan kegiatan para pegawai.

7
F. Pengertian dan Tipe Supervisor
Dalam suatu pendidikan tentunya tercakup bidang-bidang garapan
yang sangat luas, salah satunya adalah supervisi pendidikan atau
kepengawasan. Supervisi pendidikan yang kontinyu dan konsekuen
dalam suatu sekolah sangat berperan penting dalam pelaksanaan
rencana atau program sehingga mencapai hasil yang baik.
Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya
pengawasan atau supervisi. Pengawasan bertanggung jawab tentang
keefektifan program yang telah direncanakan. Oleh karena itu,
supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang
akan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, supervisi sebagai fungsi
administrasi pendidikan berarti aktivitas-aktivitas untuk menentukan
kondisi-kondisi atau syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Bukan hanya itu, supervisi memiliki pengertian yang lebih luas lagi.
Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang
tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel
sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa
dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian
dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan
pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan
pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode
mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap
fase seluruh proses pengajaran, dan sebagainya. Dengan kata lain,
supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
pekerjaan mereka secara efektif.
Dalam pelaksanaannya, supervisi bukan hanya mengawasi apakah
para guru/pegawai menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan instruksi atau ketentuan-ketentuan yang telah digariskan,

8
tetapi supervisi juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana cara-
cara memperbaiki proses belajar-mengajar. Jadi, dalam kegiatan
supervisi, guru-guru tidak dianggap sebagai pelaksana pasif,
melainkan diperlakukan sebagai partner bekerja yang memiliki ide-ide,
pendapat-pendapat, dan pengalaman-pengalaman yang perlu
didengar dan dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha
perbaikan pendidikan. Yang termasuk kategori supervisor dalam
pendidikan adalah kepala sekolah, pemilik sekolah, dan para
pengawas ditingkat kabupaten/kotamadya, serta staf kantor bidang
yang ada ditiap provinsi.
Burton dan Brueckner mengemukakan adanya lima tipe supervisi
yaitu :
1) Supervisi sebagai inspeksi
Dalam administrasi dan kepemimpinan yang otokritas,
supervisi inspeksi ini semata-mata merupakan kegiatan
menginspeksi pekerjaan-pekerjaan guru atau bawahan. Inspeksi
bukanlah suatu kepengawasan yang berusaha menolong guru
untuk mengembangkan dan memperbaiki cara dan daya kerja
sebagai pendidik. Musyawarah dan mufakat tidak berlaku dalam hal
ini. Jadi inspeksi berarti kegiatan mencari kesalahan, seperti
mengawasi apakah guru atau bawahan menjalankan apa-apa yang
sudah diinstruksikan, sampai dimana guru-guru atau bawahan
menjalankan tugasnya dan lain sebagainya.
2) Laissez Faire
Kepengawasan laissez faire membiarkan guru-
guru/bawahan bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk dan
bimbingan. Segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan
bimbingan pemimpin. Para anggota tidak memiliki pengertian yang
tegas tentang batas-batas kekuasaan dan tanggung jawab mereka
masing-masing. Dengan demikian, sukar diharapkan adanya

9
kerjasama yang harmonis yang sama-sama diarahkan ke satu
tujuan.
3) Coercive Supervision
Tipe kepengawasan ini bersifat otoriter. Didalam tindakan
kepengawasannya si pengawas bersifat memaksakan segala
sesuatu yang dianggapnya benar dan baik menurut pendapatnya
sendiri. Dalam hal ini pendapat dan inisiatif guru tidak dihiraukan
atau tidak dipertimbangkan. Yang penting, guru harus tunduk dan
menuruti petunjuk-petunjuk yang dianggap baik oleh supervisor itu
sendiri.
4) Supervisi sebagai latihan bimbingan
Tipe supervisi ini berlandaskan suatu pandangan bahwa
pendidikan itu merupakan proses pertumbuhan bimbingan.
Supervisi yang dilakukan selanjutnya ialah untuk melatih (to train)
dan memberi bimbingan (to guide) kepada guru-guru tersebut
dalam pekerjaannya sebagai guru.
5) Kepengawasan yang demokrasi
Dalam tingkat ini, supervisi bukan lagi suatu pekerjaan yang
dipegang oleh seorang petugas, melainkan merupakan pekerjaan-
pekerjaan bersama yang dikoordinasikan. Tanggung jawab tidak
dipegang sendiri oleh supervisor, melainkan dibagi-bagikan kepada
para anggota sesuai dengan tingkat, keahlian dan kecakapannya
masing-masing.
Masalah penting yang perlu mendapat perhatian bagi para
pengawas selaku supervisor ialah menemukan cara-cara bekerja
secara kooperatif yang efektif. Kemajuan dalam situasi belajar
murid-murid tidak dapat dicapai dengan memusatkan perhatian
kepada teknik-teknik mengajar semata-mata.
Mengajar adalah hasil dari keseluruhan pengalaman yang
diperoleh guru. Untuk memajukan pengajaran, supervisor harus
mau memajukan kepemimpinan yang mengembangkan program

10
sekolah, dan memperkaya lingkungan bagi semua guru,
mengusahakan kondisi-kondisi yang memungkinkan orang-orang
dapat bermufakat tentang tujuan-tujuan pendidikan dan cara-cara
pelaksanaannya, dan memperoleh sumber-sumber yang
memungkinkan pertumbuhan individual maupun kelompok dalam
pandangan dan kecakapan-kecakapan mereka.

G. Ciri Supervisor yang Baik


Jelas kiranya bahwa implementasi suatu konsep supervisi
memerlukan adanya kepemimpinan pendidikan (administrator atau
supervisor) yang cukup baik. Untuk itu supervisor haruslah dibekali
atau dilengkapi secara personal maupun profesional sifat-sifat dan
pengetahuan yang sesuai dengan jabatan.
Seorang supervisor hendaknya memiliki ciri-ciri pribadi sebagai
guru yang baik, memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi,
pandangan yang luas mengenai proses pendidikan dalam masyarakat,
kepribadian yang menyenangkan dan kecakapan melaksanakan
human relation yang baik.
Thomkins dan Backley menyatakan kualitas penting bagi
seorang supervisor sebagai berikut : “memiliki intuisi yang baik,
kerendahan hati, keramah-tamahan, ketekunan, sifat humor,
kesabaran, dan sebagainya adalah ciri-ciri yang penting karena
supervisi menyangkut hubungan antara orang-orang.”
Ciri-ciri dan sifat-sifat supervisor yang baik diantaranya yaitu :
1) Berpengetahuan luas tentang seluk-beluk semua pekerjaan
yang berada dibawah pengawasannya.
2) Menguasai atau memahami benar-benar rencana dan
program yang telah digariskan yang akan dicapai oleh setiap
lembaga atau bagian.
3) Berwibawa, dan memiliki kecakapan praktis tentang teknik-
teknik kepengawasan.

11
4) Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah, dan
rendah hati.
5) Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan
atau program yang telah digariskan/disusun.

H. Jenis Supervisi
Supervisi didalam pendidikan dapat dibedakan menjadi 2 macam
yaitu :
1) Supervisi Umum
Supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan atau
pekerjaan yang secara tidak langsung berhubungan dengan usaha
perbaikan pengajaran seperti supervisi terhadap kegiatan
pengelolaan bangunan dan perlengkapan sekolah, supervisi
terhadap kegiatan pengelolaan administrasi kantor dan sebagainya.
2) Supervisi Pengajaran
Supervisi pengajaran ialah kegiatan-kegiatan kepengawasan
yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik personel
maupun material, yang memungkinkan terciptanya situasi belajar-
mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan.3

I. Sasaran Supervisi Pendidikan


1. Supervisi akademik (mutu proses dan hasil pembelajaran)4
Sasaran utama supervisi akademik adalah kemampuan guru
dalam merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan
kegiatan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, memanfaatkan
hasil penilaian untuk peningkatan layanan pembelajaran,
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan,

3 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,


2010 hlm. 20-28.
4http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/197108082001121-

DIDING_NURDIN/SUPERVISI_PENDIDIKAN.pdf, pada tanggal 9 September 2017 Pukul 13.55

12
memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, dan mengembangkan
interaksi pembelajaran (strategi, metode, teknik) yang tepat.5
2. Supervisi administrative
Pembinaan yang direncanakan bagi personel dalam proses
kerja sama dibidang pendidikan dan peningkatan sumber daya
material dalam rangka perbaikan situasi pengajaran agar
tercapainya suatu tujan pendidikan yang efektif dan efesien.6
3. Supervisi Lembaga
Supervisi Lembaga menyebarkan objek pengamatan
supervisor pada aspek-aspek yang berada di sekolah. Supervisi ini
dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja
sekolah secara keseluruhan. Misalnya: Ruang UKS (Unit
Kesehatan Sekolah), Perpustakaan dan lain-lain.7

J. Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan


Dengan demikian ruang lingkup supervisi pendidikan terdiri atas
dua bagian.Pertama, supervisi tidak langsung atau supervisi makro
atau supervisi pengajaran. Kedua supervisi yang bersifat langsung
atau supervisi mikro yang sekarang dikenal dengan supervisi klinis.
Supervisi makro adalah supervisi pengajaran, yang merupakan
rangkaian kegiatan pengawasan pendidikan yang ditujukan untuk
memperbaiki kondisi-kondisi, baik personilmaupun material yang
memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik
demitercapainya tujuan pendidikan (Poerwanto, 1986: 99). Harahap
(1983: 8) merinci ruang lingkup supervisi pendidikan sebagai berikut:

5 https://salimudinzuhdi.wordpress.com/2013/12/28/supervisi-akademik/, pada tanggal 9 September


2017 pukul 14.20
6 http://lailansakinah.blogspot.co.id/2015/06/makalah-administrasi-dan-supervisi.html, pada tanggal

9 September 2017 pukul 14.30


7 http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/197108082001121-

DIDING_NURDIN/SUPERVISI_PENDIDIKAN.pdf diakses pada tanggal 9 September 2017 pukul


15.00

13
a. Supervisi dalam administrasi personalia untuk melihat apakah ada
kartu pegawai, soalkenaikan pangkat, soal pembagian tugas dan
lain-lain.
b. Supervisi dalam pemeliharaan gedung dan alat-alat seperti kursi,
meja, ruang belajar, papantulis dan lain-lain.
c. Supervisi dalam penyelenggaraan perpustakaan, yaitu soal kondisi
buku, pelayanan,ketertiban, dan lain-lain.
d. Supervisi dalam administrasi keuangan, seperti ingin melihat
apakah pengeluaran sesuaidengan aturan, ketepatan pembayaran
gaji atau honor lainnya kepada pegawai dan guru.
e. Supervisi dalam pengelolaan kafetaria, yaitu soal kebersihan
tempat dan makanan, serta soal ketertiban siswa yang jangan
sampai menjadi tempat bermain, bolos dan merokok.
f. Supervisi dalam kegiatan ko kurikuler, apakah sampai mengganggu
kegiatan belajar siswa,kesehatan, dan keamanan.

Supervisi klinis adalah supervisi yang pelaksanaannya dapat


disamakan dengan "praktek kedokteran", yaitu hubungan antara
supervisi dan supervisor ibarat hubungan antara pasien dengan
dokter. Suatu hal yang perlu ditegaskan, bahwa tidak semua orang
yang membantu meningkatkan proses belajar mengajar dapat
disebutsupervisor. Misalnya PT. CALTEX memberikan bantu buku, alat
pelajaran dan laboratorium sekolah, namun kegiatan dapat dikatakan
supervisi, tapi ia bukanlah supervisor.8

K. Tujuan Supervisi Pendidikan


Adapun tujuan supervisi dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Tujuan Umum
Tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan
bimbingan kepada guru (dan staf sekolah yang lain) agar personil

8http://saidsuhilachmad.yolasite.com/resources/Kegiatan%205.pdf, pada tanggal 9 September


2017 pukul 15.30

14
tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya, terutama dalam
melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan proses pembelajaran.
2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus supervisi meliputi:
a) Meningkatkan kinerja siswa sekolah dalam perannya sebagai
peserta didik yang belajar dengan semangat tinggi, agar dapat
mencapai prestasi belajar secara optimal.
b) Meningkatkan mutu kinerja guru sehingga berhasil membantu
dan membimbing siswa mencapai prestasi belajar yang
diharapkan.
c) Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan
terlaksana dengan baik di dalam proses pembelajaran di
sekolah serta mendukung dimilikinya kemampuan pada diri
lulusan sesuai dengan tujuan lembaga.
d) Meningkatkan keefektifan dan keefisiensian sarana dan
prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan
baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan belajar
siswa.
e) Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah, khususnya dalam
mendukung terciptanya suasana kinerja yang optimal, yang
selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana
yang diharapkan.
f) Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sedemikian rupa
sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta
kondusif bagi kehidupan sekolah pada umumnya, khususnya
pada kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan
lulusan.9

9 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 40-41

15
L. Pendekatan Supervisi
Pendekatan supervisi dibagi : (1) Pendekatan langsung (direktif),
(2) Pendekatan tidak langsung (Non-Direktif), (3) Pendekatan
Kolaboratif, (4) pendekatan humanistic, (5) pendekatan kompetensi, (6)
pendekatan klinis dan (7) pendekatan professional.
Seorang guru yang mendapat layanan supervisi akan mengalami
proses belajar. Ia akan melakukan dari pengalaman mengajarnya dan
dengan bantuan supervisor berusaha untuk memperbaiki prilaku
mengajarnya. Dengan demikian, teknik supervisi yang dipakai untuk
membantu guru harus didasarkan kepada teori dan prinsip belajar.
Pengetahuan tentang teori belajar ini dapat diperoleh dari disiplin ilmu
psikologi belajar. Di bawah ini diuraikan satu persatu pendekatan dan
teknik dalam supervisi yang didasarkan atas aliran – aliran psikologi
yang menjelaskan tentang proses belajar.
1) Pendekatan langsung (direktif)
Yang dimaksud dengan pendekatan direktif adalah cara
pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor
memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku
supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan
pemahaman terhadap psikologi behaviorisme.
Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal
dari refleks, yaitu respon terhadap rangsangan / stimulus. Oleh
karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan
rangsangan agar ia bereaksi. Supervisor dapat menggunakan
penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment).
Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor
seperti : menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh,
menetapkan tolak ukur, menguatkan.
2) Pendekatan tidak langsung (Non-Direktif)
Yang dimaksud pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah
cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak

16
langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan
permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa
yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak
mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang
mereka alami. Pendekatan non-direktif berdasarkan pemahaman
terhadap psikologi humanistik.
Psikologi Humanistik sangat menghargai orang yang akan
dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati,
maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi
guru-guru. Guru mengemukakan masalah, Supervisor mencoba
mendengarkan, memahami apa yang dialami guru-guru. Perilaku
supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah seperti:
mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan,
memecahkan masalah.
3) Pendekatan Kolaboratif
Yang dimaksud dengan pendekatan kolaboratif adalah cara
pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-
direktif menjadi cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik
supervisor maupun guru bersama-sama sepakat untuk menetapkan
struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses
percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini
berdasarkan pada psikologi Kognitif.
Psikologi Kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil
paduan antara kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya
nanti berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan
demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah.
Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor
dalam pendekatan kolaboratif seperti: menyajikan, menjelaskan,
mendengarkan, memecahkan masalah, negosiasi.

17
4) Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru tidak
dapat diperlakukan sebagai sebagai alat semata- mata untuk
meningkatkan kualitas belajar mengajar. Guru bukan masukan
mekanistik dalam proses pembinaan, dan tidak sama dengan
masukan sistem lain yang bersifat kebendaan.
Dalam proses pembinaan, guru mengalami perkembangan
secara terus menerus, dan program supervisi harus dirancang
untuk mengikuti pola perkembangan itu. Belajar harus dilakukan
melalui pemahaman tentang pengalaman nyata yang diambil
secara nyata.
5) Pendekatan Kompetensi
Pendekatan ini mempunyai makna bahwa guru harus
mempunyai kompetensi tertentu untuk melaksanakan tugasnya.
Pendekatan kompetensi di dasarkan atas asumsi bahwa tujuan
supervisi adalah membentuk kompetensi minimal yang harus
dikuasai guru. Guru tidak memenuhi kompetensi itu dianggap tidak
akan produktif. Tugas supervisor adalah menciptakan lingkungan
yang sangat terstruktur sehingga secara bertahap guru dapat
menguasai kompetensi yang dituntut dalam mengajar.
6) Pendekatan Klinis
Asumsi dasar pendekatan ini adalah proses belajar guru untuk
berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses
belajar yang dilakukan guru tersebut. Belajar bersifat individual.
Oleh karena itu, proses sosialisasi harus dilakukan dengan
membantu guru secara tatap muka dan individual. Pendekatan ini
mengkombinasikan target yang terstruktur dan pengembangan
pribadi.
Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara
supervisor dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan ada
yang hubungannya dengan itu. Pembicaraan itu bertujuan untuk

18
membantu. Pengembangan profesional guru dan sekaligus untuk
perbaikan proses pengajaran itu sendiri. Pembicaraan ini biasanya
dipusatkan kepada penampilan mengajar guru berdasarkan hasil
observasi.
7) Pendekatan Profesional
Menunjuk pada fungsi utama guru yang melaksanakan
pengajaran secara profesional. Asumsi dasar pendekatan ini
adalah bahwa karena tugas utama profesi guru itu adalah mengajar
maka sasaran supervisi juga harus mengarahkan pada hal – hal
yang menyangkut tugas mengajar itu, dan bukan tugas guru yang
bersifat administratif.10

10Piet A.Sahertian, Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2008,
hlm. 44-52

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa
konsep dasar Pengawasan meliputi pengertian, proses, tujuan,
fungsi, dan metode pengawasan. Sedangkan konsep dasar
supervisi pendidikan itu terdiri atas pengertian, tipe-tipe supervisor,
jenis, sasaran, tujuan, ruang lingkup, pendekatan dalam supervisi.
Pengawasan adalah suatu aktivitas pengamatan guna melihat
apakah sebuah rencana sudah berjalan dengan sebagaimana
mestinya atau tidak dengan tujuan mengetahui pelaksanaan kerja
sesuai dengan program dan mengetahui hasil pekerjaan
dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah
dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Dengan
demikian hakekat supervisi pendidikan adalah suatu proses
bimbingan dari pihak kepala sekolah kepada guru-guru dan
personalia sekolah yang langsung menangani belajar para siswa,
untuk memperbaiki situasi belajar mengajar dengan tujuan agar
para siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar
yang semakin meningkat. Disamping itu juga memperbaiki situasi
bekerja dan belajar secara efektif, disiplin, bertanggung jawab dan
memenuhi akuntabilitas.

B. Saran
Sebaiknya untuk pengawas harus menunjukan sifat-sifat
pribadi yang akan memungkinkan dia untuk bekerja secara

20
harmonis dengan guru-guru dan harus memiliki pengetahuan yang
cukup dan keterampilan untuk melakukan semua fungsi secara
efektif. Kemudian, para supervisor harus bisa memilih pendekatan
mana yang sesuai dengan klien yang disupervisi dengan bekerja
bersama-sama untuk mencari jalan keluar sebuah masalah.

21
DAFTAR PUSTAKA

 Mukhneri, Mukhtar. 2010. Pengawasan Pendidikan. Jakarta: BPJM


Press Universitas Negeri Jakarta.
 Ali Irfan, Mohamad. 2011. Membangun Citra Lembaga Pendidikan
Melalui Optimalisasi Fungsi Pengawasan. Inspektorat Jenderal
Kementerian Agama RI. Tadrîs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011.
 Suharsimi Arikunto. 2004. Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
 Sahertian, Piet. A. 2008. Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi
Pendidikan. Jakarta: Rineka cipta.
 Purwanto, Ngalim. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

22

Anda mungkin juga menyukai