BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pengawasan dan Evaluasi diibaratkan sebagai satu keping mata uang yang tidak dapat
dipisahkan. Maksudnya, pengawasan tanpa Evaluasi maka tidak akan terlaksana dengan baik
kerena tidak adanya pedoman yang digunakan dalam pengawasan. Begitu juga pengawasan
tanpa Evaluasi maka tidak dapat diketahui sampai dimana rencana yang sudah dijalankan.
Membicarakan tentang pengawasan dan evaluasi tentu tak lepas dari lembaga atau
orang yang melakukan pengawasan dan evaluasi. Dalam melakukan pengawasan dan
evaluasi , sebuah lembaga atau personal tentunya harus memiliki pengetahuan dan keahlian
tertentu yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dengan baik sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai.
B. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan ini ialah untuk memenuhi tugas yang dipercayakan
oleh dosen pembimbing kepada kami, selanjudnya pembahasanya mengenai tentang
pengertian Pengawasan dan evaluasi, Maksud dan Tujuan Pengawasan dan evaluasi dan
hubungan Pengawasan dan Evaluasi.
C. Metode Penulisan
Makalah ini ditulis dalam tiga bab, Bab pertama berisi pendahuluan, kemudian Bab
kedua berisi pembahasan yang dibahasa yakni tentang pengertian Pengawasan dan evaluasi,
Maksud dan Tujuan Pengawasan dan evaluasi dan hubungan Pengawasan dan Evaluasi Bab
ke tiga berisi kesimpulan sekaligus penutup dari pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengawasan
Pengawasan dalam bahasa Inggris disebut controlling, Hal ini berarti bahwa
pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan
mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga
mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan[1][1].
Mengawasi adalah proses dengan mana administrasi melihat apakah apa yang terjadi itu
sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Jika tidak maka penyesuaian perlu dibuatnya.
Jadi, pengawasan ialah fungsi administrasi dalam setiap administrator memastikan bahwa apa
yang dikerjakan sesuai apa yang dikehendaki. Ia meliputi pemeriksaan apakah semua berjalan
sesuai dengan rencana yang dibuat, intruksi-intruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip
yang telah ditetapkan. Ini dimaksudkan untuk mengetahui beberapa kelemahan kelamahan
dan beberapa kesalahan-kesalahan, kemudian dibetulkan dan mencegahnya agar tidak
terulang kembali[2]. [2].
Sedangakan beberapa Ahli mengungkapkan pengawasan itu adalah
Siagian menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan adalah: “Proses
pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya
semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.” Ciri terpenting dari konsep yang dikemukan oleh Siagian ini adalah
bahwa pengawasan hanya dapat diterapkan bagi pekerjaan?pekerjaan yang sedang berjalan
dan tidak dapat diterapkan untuk pekerjaan?pekerjaan yang sudah selesai dilaksanakan
[1][1] Rusli Syarif, Teknik Manajemen Latihan dan pembinaan, Angkasa, Bandung I991,hlm.75
[2]. [2] Oteng Sutina, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritik Untuk Praktek Profesional, Angkasa,
Bandung 1987, hlm. 203
Koontz, et. al. menyatakan bahwa: “Pengendalian adalah mengukur dan mengoreksi
prestasi kerja bawahan guna memastikan, bahwa tujuan organisasi di semua tingkat dan
rencana yang didesain untuk mencapainya, sedang dilaksanakan”.
Sujamto lebih tegas mengatakan: Pengendalian adalah segala usaha atau kegiatan untuk
menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan dapat berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki serta sesuai pula
dengan segala ketentuan dan kebijakan yang berlaku[3].[3].
Ditinjau dari segi proses administrasi, pengawasan terdidri dari tiga langkah universal yaitu:
1. Mengukur perbuatan,
2. Membandingkan perbuatan dengan standar yang telah ditetapkan
3. Memperbaiki penyimpangan atau kesalahan dengan melakukan tindakan pembetulan.
Disebutkan dengan cara yang sedikit berbeda, pengawasn itu terdiri atas, 1.
menyelidiki apa yang sedang dilakukan, 2. membadingkan hasil-hasil dengan harapan-
harapan, 3. menyetujui hasil-hasil atau tidak menyetujuinya, dalam hal ini perlu perbaikanlah
yang diambil sebagai kputusan terakhir.
Jadi pengawasan menyarankan adanya tujuan dan rencana. Tiada administrator yang
bias mlakukan control kecuali jika suatu rencana telah dibuat. Tidak ada cara dengan mana
seorang administrator bias memastikan bahwa para bawahannya bekerja kearah tercapainya
tujuan yang dikehendaki kecuali jika ia memiliki suatu rencana, betapapun kaburnya rencana
itu tau betapa jelas dan lengkapnya serta terkoordinasinya rencana tersebut maka
pengawasan administrasi bias dijalankan[4].[4].
Ada dua faktor yang menimbulkan kebutuhan akan suatu pengawasan. Pertama,
tujuan-tujuan induvidudengan tujuan-tujuan organisasi sering berbeda. Konsekuensinya ialah
bahwa pengawasan perlu untuk menjamin para anggota bekerja karena tujuan organisasi.
Alternatifnya ialah untuk menghindari atau menetralisir kegiatan yang serampangan atau
kegiatan yang tidak terkendali. Kedua, pengawasan perlu disebabkan adanya penundaan
waktu antara saat tujuan dirumuskan dan saat tujuan dicapai. Maka selama jarak waktu ini,
yang tidak terduga bias menyebabkan penyimpangan antara hal yang sebenarnya dengan
perbuatan yang dikehendaki.
1. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan
2. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan instruksi serta
prinsip?prinsip yang telah ditetapkan
3. Untuk mengetahui apakah kelemahan?kelemahan serta kesulitan-kesulitan dan
kegagalan?kegagalannya, sehingga dapat diadakan perubahan? perubahan untuk
memperbaiki serta. mencegah pengulangan kegiatan?kegiatan yang salah.
4. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan apakah dapat diadakan
perbaikan?perbaikan lebih lanjut, sehingga mendapat efisiensi yang lebih benar[5].[5].
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa maksud pengawasan adalah untuk
mengetahui pelaksanaan kerja, hasil kerja, dan segala sesuatunya apakah sesuai dengan yang
1. Agar terciptanya aparat yang bersih dan berwibawa yang didukung oleh suatu sistem
manajemen pemerintah yang berdaya guna (dan berhasil guna serta ditunjang oleh
partisipasi masyarakat yang konstruksi dan terkendali dalam wujud pengawasan
masyarakat (kontrol sosial) yang obyektif, sehat dan bertanggung jawab.
2. Agar terselenggaranya tertib administrasi di lingkungan aparat pemerintah,
tumbuhnya disiplin kerja yang sehat.
3. Agar adanya keluasan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau kegiatan, tumbuhnya
budaya malu dalam diri masing?masing aparat, rasa bersalah dan rasa berdosa yang
lebih mendalam untuk berbuat hal?hal yang tercela terhadap masyarakat dan ajaran
agama.
Lebih lanjut Situmorang dan Juhir mengemukakan bahwa secara langsung tujuan
pengawasan adalah untuk:
Dari keenam tujuan penilaian tersebut, tujuan untuk melihat tingkat penguasaan
kompetensi, bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama dalam Evaluasi.Sesuai
dengan tujuan tersebut, Evaluasi menuntut Administrator agar secara langsung atau tak
langsung mampu melaksanakan Evaluasi dalam keseluruhan proses Administrasi. Jadi, tujuan
Evaluasi adalah memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil dan
tujuan, baik dilihat ketika saat kegiatan berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya,
dengan menggunakan berbagai cara penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan agar tercapainya suatu tujuan yang direncanakan.
G. Hubungan Evaluasi
Salah satu peran yang penting evaluasi dalam administrasi pendidikan ialah mencari
dasar yang kokoh dalam bagi perbaikan seperti kurikulum, metode pembelajaran dan
program pendidikan. Perbaikan kurikulum, metode pembelajaran atau program pendidikan
yang dilakukan tanpa hasil evaluasi yang sistematik acapkali menjadi usaha sia-sia yang
mubajir. evaluasi tentu saja akan dapat member sumbangan yang berarti bagi perkembangan
teori dan dasar pendidikan. Ilmu seperti pengukuran pendidikan dan psikometrik sangat
tergantung pada hasil-hasil evaluasi yang dilakukan sebagai kegiatan sehari-hari guru dan
pendidik. Dari hasil itu akan diperoleh pengetahuan emperik yang sangat berharga untuk
pengembangan ilmu dan teori.
BAB III
PENUTUP
Pengawasan (controlling) didasari pada banyak kasus yang tidak dapat terselesaikan
disuatu organisasi dan perusahaan selurunya. Karena tidak ditepatinya waktu penyelesaian
(dealine) angaran yang berlebih, managemen yang kurang baik, kurangnya control dan
kegiatan lain yang menyimpang dari rencana semula