Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


1.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Baptis Batu

Rumah Sakit Baptis Batu merupakan rumah sakit umum milik yayasan RS Baptis
Indonesia yang terletak di Jl. Raya Panglima Sudirman No. 33 Desa Tlekung, Kecamatan
Junrejo-Batu. Rumah Sakit Baptis Batu mulai dibangun pada tahun 1996 di atas tanah
seluas +/-7 hektar sedangkan luas bangunan RS Baptis adalah 30.000 m2. Terdiri dari 3
bangunan unit bangunan yaitu 1 (2 lantai), gedung unit II (4 lantai), gedung unit 3 (1
lantai). Bentuk badan hukum rumah sakit sebagai yayasan sesuai dengan pasal 7 ayat (4)
UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang menyatakan bahwa rumah sakit yang
didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang bergerak di bidang
perumahsakitan. Sedangkan pasal 20 ayat (2) UU No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit
meyatakan bahwa rumah sakit publik dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.

Rumah Sakit Baptis Batu merupakan rumah sakit umum tipe C sesuai dengan
2
Permenkes nomor 56 tahun 2014 . Kapasitas tempat tidur adalah 134 TT yang tersebar
di ruang perawatan kelas III, II, I, Utama, VIP, dan VVIP. RS Baptis Batu memiliki ijin
operasional RS: 445/003/422.206/RS.OPS/2016 tanggal 30 oktober 2016 berlaku lima
tahun (31 oktober 2016 s/d 31 oktober 2021). Hal ini sesuai dengan pasal 25 ayat (1) UU
No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit yang menyatakan bahwa setiap penyelenggara
rumah sakit wajib memiliki ijin. Sesuai dengan pasal 29 ayat (1 huruf t) UU No.44 tahun
2009 tentang rumah sakit yang menyatakan memberlakukan seluruh lingkungan rumah
sakit sebagai kawasan tanpa rokok3. Rumah Sakit Baptis menetapkan seluruh wilayah
dan aset rumah sakit sebagai area bebas rokok.

Rumah Sakit Baptis memiliki visi, misi, motto, falsafah dan nilai yang sudah disahkan
oleh pemilik Rumah Sakit Baptis Batu. Pemilik RSBB adalah yayasan Rumah Sakit Baptis
Indonesia. Adapun visi, misi, nilai adalah sebagai berikut:

1
1.1.1.1 Visi

Visi adalah suatu cara pandang sebuah organiasi terhadap harapan yang ingin dicapai di
masa yang akan datang. Visi RSBB adalah “Menjadi Rumah Sakit pilihan utama
masyarakat Malang Raya karena Pelayanan Kesehatan yang berpusat pada pasien
dengan mengutamakan Mutu dan Keselamatan Pasien”

1.1.1.2 Misi

Misi adalah tugas yang dirasakan orang sebagai suatu kewajiban untuk melakukannya
demi agama, ideology, patriotisme dan sebagainya. Misi RSBB adalah sebagai berikut:

1) Memberikan Pelayanan Kesehatan secara holistik yang berlandasan Kasih Kristus


kepada setiap orang tanpa membedakan status sosial, golongan, suku dan agama.
2) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berpusat pada pasien dengan
mengutamakan Mutu dan Keselamatan Pasien.
3) Mengelola aset secara efektif dan efisien bagi Kesejahteraan dan Pengembangan
rumah sakit dengan memanfaatkan potensi Kota Wisata Batu.
4) Mengembangkan sumber daya manusia secara utuh yang memiliki belas kasih,
asertif, profesional, bekerja dalam tim, integritas dan sejahtera.
1.1.1.3 Moto

Moto adalah kalimat, frasa, atau kata sebagai semboyan atau pedoman yang
menggambarkan motivasi, semangat, dan tujuan dari suatu organisasi. Moto RSBB
adalah “Memberikan pelayanan dengan belas kasih”

1.1.1.4 Falsafah

Falsafah adalah anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling dasar yang dimiliki oleh
orang atau masyarakat; pandangan hidup.

1) Menjadikan RS Baptis Batu pilihan utama masyarakat Malang Raya.


2) Hak pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
3) Sebagai tempat tenaga kesehatan mengabdi dan mengembangkan
profesionalisme.

2
4) Secara berkesinambungan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam
berkarya.
5) Bekerja secara tim berdasarkan kebersamaan dan saling menghargai antar profesi.
6) Memiliki komitmen untuk mencapai tujuan rumah sakit.
7) Keselarasan dalam melaksanakan tugas.

1.1.1.5 Nilai

Nilai dimaknai sebagai harga, namun jika kata nilai dihubungkan dengan suatu objek
atau dipersepsi dari sebuah sudut pandang tertentu, maka harga yang terkandung
didalamnya memiliki tafsiran yang bermacam-macam. Nilai BAPTIS memiliki arti sebagai
berikut:

1) Belas kasih merupakan rasa empati terhadap penderitaan sesama manusia yang
dinyatakan melalui tindakan.
2) Asertif yaitu keterampilan dalam menyampaikan pikiran yang inovatif dan perasaan
dengan baik, lugas, jelas, dan cepat tanggap tanpa harus membuat orang lain
tersinggung.
3) Profesional yaitu sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai kriteria
profesinya dan senantiasa memberikan pelayanan berdasar standard dan prosedur
serta menjunjung tinggi etika profesi.
4) Tim Kerja yaitu dalam bekerja seseorang mampu bekerja sama di dalam tim dan
saling mendukung untuk mencapai sasaran kerja, yang didasari atas sikap sehati
dan kesamaan tujuan.
5) Integritas merupakan karakter seseorang dimana perkataan sesuai dengan
perbuatan berdasarkan rasa takut akan Tuhan yang terwujud dalam komitmen dan
loyalitas, sehingga mampu mewujudkan apa yang telah disanggupinya.
6) Sejahtera yaitu tercapainya kepenuhan kehidupan manusia secara lahir dan batin,
dimana seseorang telah merasakan adanya keamanan, kesehatan, kemakmuran,
kebahagiaan dan kedamaian.
Pasal 40 ayat (1) UU No.44 tahun2009 tentang Rumah Sakit yang menyatakan
bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, rumah sakit wajib di akreditasi secara
berkala minima 3 (tiga) tahun sekali. RS Baptis Batu telah mengikuti akreditasi rumah

3
sakit terakhir adalah Akreditasi KARS versi 2012. Rumah Sakit Baptis Batu lulus akreditasi
utma dengan sertifikat: KARS – SERT / 7/ 2017 tanggal 4 juli 2017 yang berlaku 3 tahun
(4 juli 2017 -4 juli 2020).

1.1.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit Baptis

Gambar 1.1 Struktur Organisasi RS Baptis Batu (RSBB, 2017)


4
Sumber: Bagian Administrasi RS Baptis Batu, 2017

Menurut UU No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit, disebutkan bahwa “Organisasi
rumah sakit paling sedikit terdiri dari kepala rumah sakit, unsur pelayanan medik, unsur
kekaryawanan dan unsur penunjang medik, komite medik dan satuan pemeriksaan
internal serta administrasi umum dan keuangan”3. Rumah Sakit Baptis Batu dipimpin
oleh seorang direktur dengan latar belakang pendidikan MMRS (Magister Manajemen
Rumah Sakit) di bantu oleh dua wakil direktur yaitu pelayanan medis dan keuangan.

I. Direktur
Adalah kepala atau pejabat tertinggi di Rumah Sakit Baptis Batu.

II. Wakil Direktur


Adalah pejabat yang membantu Direktur dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sesuai dengan bidang masing – masing, yaitu:

4
1. Wakil Direktur Pelayanan:
Membantu direktur dalam bidang pelayanan medis dan keperawatan
2. Wakil Direktur Umum dan Keuangan:
Membantu direktur dalam bidang umum dan keuangan.
III. Manajer
Adalah pejabat yang membantu Direktur dalam pelaksanaan satu atau lebih
macam pelayanan rumah sakit, yaitu:

1. Duty Manajer Rawat Jalan


2. Duty Manajer Rawat Inap
3. Duty Manajer Keuangan dan Bisnis Strategis
4. Duty Manajer Perawatan Paliatif
5. Duty Manajer Klinik Satelit
IV. Unit Kerja
Adalah suatu wadah struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi dan memiliki
fungsi tertentu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rumah sakit baik berfungsi
pelayanan maupun pendukung operasional rumah sakit. Unit Kerja di RS Baptis Batu
dibedakan menjadi dua yaitu divisi bisnis yang diberi istilah Instalasi dan divisi
pendukung yang diberi istilah Bagian. Seluruh instalasi dibawah tanggung jawab Wakil
Direktur Pelayanan dan seluruh bagian di bawah tanggung jawab Wakil Direktur Umum
Keuangan. Unit kerja dapat bertanggung jawab atas satu atau lebih sub unit kerja.

Tabel 1.1. Unit Kerja di RS Baptis Batu


UNIT KERJA UNIT KERJA
Instalasi Farmasi Bagian Administrasi

Instalasi Gawat Darurat Bagian Akuntansi

Instalasi Gizi Bagian Humas

Instalasi Intensif Care Bagian Inventory


Instalasi Kamar Operasi
Instalasi Laboratorium Bagian Keuangan
Instalasi Rekam Medis Bagian Layanan Perusahaan & Asuransi
Instalasi Pusat Sterilisasi
Instalasi Radiologi Bagian Pemasaran
Instalasi Rawat Inap Bedah Dalam A

5
Instalasi Rawat Inap Bedah Dalam B Bagian Pemeliharaan Sarana
Instalasi Rawat Inap Ibu & Anak
Instalasi Rawat Jalan Bagian Pengadaan
Instalasi Rehabilitasi Medik Bagian Sistim Informasi Manajemen
Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Bagian Sumber Daya Manusia

Sumber: Bagian Administrasi RS Baptis Batu, 201 4

V. Unit Kerja Outsourching


a. Unit Non Struktural
I. Komite
Adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli dan profesi dibentuk untuk
memberikan pertimbangan strategis kepada direktur dalam rangka peningkatan dan
pengembangan pelayanan rumah sakit. Komite yang ada di RS Baptis Batu adalah
sebagai berikut:

1. Komite Pastoral.
2. Satuan Pemeriksa Internal.
3. Komite Etik Rumah Sakit.
4. Komite Medik.
5. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
6. Komite Pencegahan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.
7. Komite Keperawatan
II. KSM/Kelompok Staf Medis
Adalah kelompok dokter yang bekerja di bidang medis dalam jabatan
fungsional. Kelompok Staf Medis di RS Baptis Batu dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kelompok Staf Medis Bedah


2. Kelompok Staf Medis Non Bedah
3. Kelompok Staf Gigi dan Mulut

6
III. Panitia
Adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli dan profesi dibentuk
untuk bertanggungjawab terhadap bidang tertentu dalam rangka peningkatan dan
pengembangan pelayanan rumah sakit

1. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien


2. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3. Panitia Rekam Medik
4. Panitia Farmasi dan Terapi
5. Panitia Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Pasal 17 KODERSI menyatakan bahwa rumah sakit harus melakukan pemgawasan agar
penyelenggaraan pelayanan dilakukan berdasarkan standar profesi yang berlaku.
Standar profesi yang berlaku dalam pelayanan RSBB sesuai dengan standar profesi
masing-masing tenaga kesehatan seperti IDI, PPNI, dan lain-lain. Sesuai pasal 13 ayat 1
UU No.44 tanun 2009 tentang rumah sakit yang melakukan praktik kedokteran di rumah
sakit wajib memiliki Surat Izin Praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, RSBB mewajibkan setiap tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran
memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di Rumah Sakit Baptis Batu.

Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa
memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat Ijin Praktek akan dikenakan ketentuan pidana
sesuai pasal 75 dan 76 UU No.29 tanun 2004 tentang praktik kedokteran. Selain dokter /
dokter gigi, tenaga perawat juga memiliki izin tenaga keperawatan sesuai pasal 19 UU
No. 38 tahun tentang keperawatan yang menyatakan perawat yang menjalankan praktik
keperawatan wajib memiliki izin. Pasal 13 ayat 2 UU No.44 tahun 2009 tentang rumah
sakit menyatakan tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di rumah sakit wajib memiliki
izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. RS Baptis Batu
mewajibkan tenaga kesehatan lainnya yaitu tenaga keperawatan, apoteker, asisten
apoteker, rehabilitasi medis, analis kesehatan, ahli gizi, radiografer, dan tenaga rekam
medis memiliki STR dan surat izin kerja sesuai dengan aturan yang berlaku.

7
1.1.3 Konsidi Geografi

RS Baptis Batu terletak di Desa Tlekung Kecamatan Junrejo, Batu Jawa Timur, Indonesia,
di atas tanah seluas ± 7 hektar. RS Baptis Batu sangat strategis yaitu dekat dengan lokasi
pariwisata Kota Batu seperti Batu Night Spectakuler (BNS) dan Jawa Timur Park (Jatim
Park). Kota Batu menjadi kota wisata yang menjadi tujuan para wisatawan baik itu
dalam negeri maupun luar negeri. Kota Batu terdiri dari 3 (tiga) kecamatan, yaitu
Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo dan Kecamatan Bumiaji. Batas Kota Batu adalah:

- Sebelah Utara: Kecamatan Prigen, Kabupaten Mojokerto


- Sebelah Selatan: Kecamatan Dau dan Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang

- Sebelah Timur: Kecamatan Karang Ploso dan Kecamatan Dau, Kabupaten


Malang

- Sebelah Barat: Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang

Gambar 1.2. Peta Kota Batu


5
Sumber: BPS Kota Batu, 2016

8
Kota Batu merupakan wilayah yang subur untuk pertanian karena jenis tanahnya
merupakan endapan dari sederetan gunung yang mengelilingi Kota Batu. Ada tiga
gunung yang berada di wilayah Kota Batu yaitu Gunung Panderman (2.010 meter),
Gunung Welirang (3.156 meter), dan Gunung Arjuno (3.339 meter). Kota Batu banyak
dipengaruhi oleh sungai yang mengalir di pusat Kota yaitu Sungai Brantas dan air tanah
yang cukup melimpah5.

Terdapat lima rumah sakit kompetitor RS Baptis Batu yang berlokasi di Kota Batu
yaitu RS Karsa Husada, RS Universitas Muhamadyah Malang, RS Dr. Etty, RS IPHI,
RS Bhayangkara Hasta Brata

Tabel 1.2. Pemetaan RS Kompetitor


ALASAN
NAMA INSTITUSI JENIS

Melayani pasien BPJS, Rumah Sakit pemerintah, sudah


type C untuk pelayanan kesehatannya, letak ditengah
kota, sering rujukan pasien BPJS dari PPk1, alat sudah
RS KARSA HUSADA Rumah Sakit
cukup lengkap (USG 4 D, USG Linier,punya CPAP,
Hemodialisa dan CT Scan)

Melayani pasien BPJS, Rumah Sakit Polisi, kecelakaan


lalu lintas seringdibawakesana, letak ditengah kota,
RS HASTA BRATA Rumah Sakit
sering rujukan pasien BPJS dari PPk1, biaya murah

Punya dr. Obgyn perempuan, letak ditengah kota, biaya


RS dr. ETTY ASHARTO Rumah Sakit murah

Rumah Sakit Islam dan melayani pemeriksaan kesehtan


untuk jemaah Haji, banyak warga Junrejo yang
RS IPHI Rumah Sakit
memeriksakan kesehatan anaknya dan persalinan

RS Baru yang lengkap dan alat kesehatan yang canggih


dan lengkap, lokasi strategis, potential menjadi pesaing
RS MUHAMADIYAH Rumah Sakit
utama karena juga sudah menerima pasien BPJS

RS Punten Rumah Sakit

Sumber bagian administrasi RSBB, 2017

Banyaknya Rumah sakit pesaing di wilayah Kota Batu merupakan ancaman sekaligus
peluang. Bila RS Baptis Batu bisa memberikan pelayanan paripurna serta mempunyai

9
produk unggulan yang tidak dimiliki oleh Rumah Sakit pesaing maka bisa menjadi
peluang.

1.1.4 Kondisi Topografi

Kondisi topografi pegunungan dan perbukitan tersebut menjadikan Kota Batu terkenal
sebagai daerah dingin serta memiliki pemandangan alam yang sangat indah, sehingga
banyak dijumpai tempat-tempat wisata yang mengandalkan keindahan alam
pegunungan. Kota Batu mengikuti perubahan putaran 2 iklim, musim hujan dan musim
kemarau. Pada tahun 2014 Kota Batu memiliki suhu minimum 17,5 - 21,4°C dan suhu
maksimum antara 24,0 - 30,3°C dengan kelembaban udara sekitar 70 - 86 % disertai
kecepatan angin tertinggi 79,2 km/jam, oleh karenanya Kota Batu tidak memiliki
perubahan musim yang drastis antara musim kemarau dan musim penghujan5.

Kondisi topografi RS Baptis Batu yang terletak di dataran tinggi berpengaruh terhadap
arsitektur rumah sakit yang berhubungan keselamatan pasien dan pekerja rumah sakit
bila terjadi bencana alam.

1.1.5 Kondisi Demografi

Jumlah penduduk Kota Batu tahun 2016 sebesar 214.969 jiwa. Kelompok umur 20-34
tahun merupakan kelompok umur dengan jumlah terbesar. Hampir separuh penduduk
Kota Batu bertempat tinggal di Kecamatan Batu (46,37 persen), sementara separuhnya
lagi bertempat tinggal di Bumiaji (28,78 persen) dan Junrejo (24,84 persen). Tingginya
kepadatan penduduk di Kecamatan Baru merupakan peluang RS Baptis Batu dalam
mengembangkan dan meningkatkan layanan kesehatan rumah sakit bagi masyarakat
Kecamatan Batu dan wilayah di sekitarnya5.

10
Gambar 1.3. Penduduk Kota Batu Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Sumber: BPS Kota Batu, 20165

Berdasarkan data diatas jumlah penduduk laki laki lebih besar dibandingkan wanita,
meskipun tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Perbandingan jumlah penduduk
laki-laki dan wanita yang tidak signifikan memungkinkan RS Baptis Batu untuk
mengembangkan model bisnisnya tidak tersegmentasi oleh jenis kelamin tertentu.

Gambar 1.4. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Sumber : BPS Kota Batu, 20165

Sebagian besar mata pencaharian penduduk kota Batu adalah pada layanan jasa (55%),
sementara sebagian lagi adalah petani (27%) dan pekerja industri (18%).
Luar Kota Lowok Waru
Batu & Karangploso 1%
Malang Kasembon
4%
5% 0%
Junrejo
Pujon 27%
7%

Dau
9%

Ngantang Batu
9% Bumiaji
24%
14%
Gambar 1.5. Presentase Kecamatan Asal Pasien di Instalasi Rawat Jalan
Sumber : Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2017 1

11
Luar Kota Batu Karangploso Lowok waru Dampit
& Malang 4% 2% 0%
Junrejo
5% 23%
Ngantang
8%
Dau
8%
Pujon Bumiaji Batu
10% 20% 20%

Gambar 1.6. Presentase Kecamatan Asal Pasien di Instalasi Rawat Inap


1
Sumber: Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2017

Karangploso Luar Kota


Lowokwaru
4% 2%
Ngantang Junrejo 1%
5% 27%
Pujon
6%
Dau
8%

Luar Kota
Batu &
Malang
Bumiaji Batu
12%
16% 19%

Gambar 1.7. Presentase Kecamatan Asal Pasien di Instalasi Gawat Darurat


Sumber : Laporan Pelayanan Medik, 2017 1

Jumlah pasien baik itu rawat jalan, rawat inap maupun IGD di RS Baptis Batu paling
banyak adalah pasien dari Kota Batu sendiri yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo
dan Kecamatan Bumiaji. Sedangkan dari Kota Malang, Kabupaten Malang dan Luar Kota
Batu dan Malang masih memiliki presentase yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
RS Baptis Batu belum menjadi pilihan utama bagi masyarakat Malang Raya. Peluang ini
harus terus dapat dikembangkan oleh RS Baptis Batu untuk dapat mencapai visi rumah
sakit.

12
1.1.6 Analisis Internal Rumah Sakit Batu
1.1.6.1 Ketenagakerjaan

Tabel 1.3. Ketenagaan RS Baptis Batu


JENIS KETENAGAAN JENIS SPESIALIS JUMLAH
Penyakit Dalam 1
Bedah Umum 1
Kebidanan dan Kandungan 1
Anestesi 1
Home Doctor
Rehabilitasi Medik 1
Patologi Klinik 1
Dokter Umum 13
Dokter Gigi 3
Penyakit Dalam 1
Jantung dan Pembuluh Darah 2
Paru 1
Saraf 1
Kesehatan Anak 2
THT 2
Kedokteran Jiwa 1
Dokter Tamu Mata 2
Kulit dan Kelamin 1
Bedah Ortopedi 2
Bedah Plastik 1
Bedah Urologi 1
Bedah DIgestif 1
Radiologi 1
Orthodonti 1
Perawat 88
Perawat dan Bidan
Bidan 16
Paramedis NonPerawat 34
Lain-Lain
Non Medis 105
JUMLAH 285
Sumber : Bagian Adminsitrasi RSBB, 2017 4

1.1.6.2 Kapasitas Tempat Tidur

RS Baptis Batu memiliki total kapasitas tempat tidur ( TT ) sebanyak 134 tempat tidur.

Tabel 1.4. Kapasitas tempat tidur berdasarkan kelas dan ruang perawatan.
NO. KAMAR JUMLAH TEMPAT TIDUR (TT)

1 VIP 8
2 I 10
3 II 8
4 III / Dewasa putri ( Musdalifah) 12
5 III / Dewasa Putra ( Musdalifah) 6

13
6 III /Sal Anak ( Madinah) 20
7 III/Sal Dewasa Putra ( Madinah ) 11
8 NIFAS ( III ) 6
9 BAYI INTENSIF 4
10 BAYI SEHAT ( III ) 6
11 ICU 6
12 PICU 3
13 RR 2
14 R. ISOLASI 1
JUMLAH TOTAL TT 134
Sumber: Laporan Pelayanan Medik RSBB, 20171

1.1.6.3 Instalasi Rawat Jalan

Data instalasi rawat jalan di RS Baptis Batu ditinjau dari pasien lama dan baru untuk
melihat loyalitas kunjungan pasien lama serta untuk menilai perkembangan utilisasi
rumah sakit oleh masyarakat. Pada tahun 2014 terlihat penurunan jumlah pasien lama
karena pada data masih tercampur antara pasien poliklinik dengan data kunjungan IGD.

Tabel 1.5 Data pasien lama dan baru pada Instalasi Rawat Jalan.

TAHUN
NO URAIAN 2017
2013 2014 2015 2016 (Jan-Jul)

1. jumlah Pasien Baru 3.727 2.964 3.196 2.984 1.747

2. jumlah Pasien Lama 30.145 26.239 33.345 36.808 33.743

Sumber : Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2013-2017 6

Dari data laporan tahunan dalam 5 tahun terakhir tersebut diatas, terlihat pada tahun
2014 dan 2016 terjadi penurunan jumlah pasien baru, di unit rawat jalan. Selain itu
kunjungan pasien di instalasi rawat jalan sebagian besar belum mencapai target yang
ditetapkan sehingga perlu adanya meningkatkan promosi rumah sakit dibandingkan
dengan RS kompetetitor untuk semakin memperluas jangkauan target pasar. Pada tahun
2017 penurunan jumlah pasien baru dikarenakan data yang terkumpul masih sampai
bulan juli.

14
Tabel 1.6. Indikator Di Instalasi Rawat Jalan Tahun 2017
A. INDIKATOR B. JAN C. PEB D. MAR E. APR F. MEI G. JUN H. JUL
Rerata
143 157 152 170 164 139 161
Kunjungan IRJ
Per Hari

Rerata
Kunjungan Baru 10 9 9 8 10 6 9
/ Hari

Prosentase
Kunjungan
10 11 10 12 11 9 11
Dengan Tenaga
Perawat

Prosentase
Kunjungan 92,98 94,19 93,93 95,05 93,37 95,58 94,53
Ulang

Prosentase
Kunjungan
Pasien Baru 7,02 5,81 6,46 4,95 6,63 4,42 5,47

Sumber : Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2017 1

Jumlah kunjungan pasien perhari yang fluktuatif merupakan salah satu masalah yang
terjadi di RS Baptis Batu. Karena jumlah kunjungan pasien seharusnya terus meningkat
sehingga menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap tempat pelayanan
kesehatan yang dikunjungi.
1.1.6.4 Instalasi Rawat Inap

Tabel dibawah menggambarkan data pasien di Instalasi Rawat Inap RS Baptis Batu dalam
lima tahun terakhir. Jumlah pasien masuk, jumlah pasien meninggal setelah maupun
sebelum 48 jam, jumlah pasien keluar hidup atau mati serta lama dan jumlah hari
perawatan.

Tabel 1.7 Data pencapaian Instalasi Rawat Inap


NO KETERANGAN 2013 2014 2015 2016 2017

(Jan-Jul)

1 Pasien masuk 4.622 4.533 5.392 5.978 3.286

15
2 Pasien keluar 4.613 4.518 5.408 5.966 3.297

Hidup 4.485 4.422 5.301 5.846 3.230

Mati < 48 jam 80 60 49 94 56

Mati > 48 jam 48 36 58 26 11

3 Lama dirawat 12.805 11.906 15.438 17.457 9.307

4 Hari perawatan 13.707 13.598 15.845 17.702 9.312

5 Jumlah TT 100 100 100 100 134

Sumber : Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2013-2017 6

Dari data 5 tahun terakhir diatas terdapat kenaikan jumlah pasien rawat inap, tetapi
yang perlu diperhatikan adalah terjadinya peningkatan jumlah pasien mati setelah
dirawat kurang dari 48 jamdan setelah 48 jam. Hal ini diduga terkait dengan kurang
tepatnya penegakan diagnosa, terjadinya infeksi nosokomial, kurang lengkapnya alat
penunjang diagnosa, sistem rujukan yang kurang tepat serta tingkat keparahan penyakit.

Tabel 1.8 Data Tingkat Efisiensi Dan Mutu Rumah Sakit


2017
NO KETERANGAN 2013 2014 2015 2016
(Jan-Jul)

1 BOR 37,55 37,25 43,41 48,50 32,78%

2 AvLOS 2,78 2,64 2,85 2,93 2,82

3 TOI 4,94 5,07 3,82 3,15 5,79

4 BTO 46,13 45,18 54,08 59,66 24,60

5 NDR 10,41 7,97 10,72 4,36 3,34

6 GDR 27,75 21,25 37,30 20,11 20,32

Sumber: Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2013-2017 6

1.1.6.5 Instalasi Gawat Darurat

Tabel 1.9 Data pelayanan IGD.


NO KASUS 2013 2014 2015 2016 2017

(Jan-Jul)

1 Total Kunjungan 6.195 5.576 6.259 7.823 4.503

16
2 Rerata Pasien IGD Per Hari 17 15 17 20 21

3 MRS 2.690 2.578 3.002 3.670 2.139

4 Rawat Jalan 3.505 2.998 3.096 3.979 2.364

5 DOA / DNR 0 0 45 39 0

6 Prosentase Kasus IGD Yang Dirujuk 1,67 % 3,04 % 1,8 % 2,8 % 0

7 Prosentase Pasien Rujukan 8,3 % 8,8 % 8,5 % 7,2% 0

Sumber : Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2013-2017 6

Tabel 1.10. Jumlah pasien operasi di Rumah Sakit Baptis Batu

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

Target 128 127 121 123 158 152 116 121 109 127 148 91

2017 100 103 117 130 123 96 123

2016 95 115 115 111 91 111 118 126 111 112 96 113

2015 109 91 117 123 126 105 113 116 127 108 104 104

2014 106 99 114 105 98 97 77 78 96 91 93 89

2013 113 106 122 103 109 104 108 90 120 136 107 107

Sumber : Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2013-2017 6

1.1.6.6 Instalasi Kamar Operasi

Tabel 1.11 Indikator Mutu Pelayanan OK


INDIKATOR 2017
2013 2014 2015 2016
(Jan-Jul)
Rerata Operasi Per Hari 3 3 4 4 3

Prosentase Operasi Darurat 35,6 % 41,2 % 35,7 % 31,4 % 23 %

Prosentase Infection Rate 0,1 0 0 0 0

Prosentase Post Operation Death


0 0 0 0 0
Rate

Prosentase Anestesi Death Rate 0 0 0 0 0

6
Sumber : Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2013-2017

17
Peningkatan jumlah kunjungan yang meningkat meningkat menunjukan peningkatan
kepercayaan masyarakat Kota Batu terhadap pelayanan kesehatan di RS Baptis Batu. Hal
ini menunjukkan tingkat loyalitas dari pelanggan.

Tabel 1.12. Jumlah Pasien Operasi Sectio Caesaria di RS Baptis Batu Tahun 2017
JENIS PERSALINAN. BULAN
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
SC Rujukan 8 2 9 9 10 4 4
SC Non Rujukan 21 27 23 25 24 22 24

Total SC (%) 87,9 93,5 84,2 89,5 87,2 89,7 90,3


NP Rujukan 1 1 1 3 3 0 1
NP Non Rujukan 3 1 5 1 2 3 2

Sumber : Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2017 1

Angka jumlah pasien operasi sectio caesaria (SC) mengalami peningkatan pada bulan
Februari dan Juli, dengan rerata prosentase yaitu 88,9 % dari total jumlah persalinan di
RS Baptis Batu.
1.1.6.7 Instalasi Pelayanan Intensif

Tabel 1.13. BOR ICU Tahun 2013-2017


Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

Target 65,7 65,7 65,7 65,7 65,7 65,7 65,7 65,7 65,7 65,7 65,7 65,7

2017 25,80 39,28 26,88 17,77 19,35 24,44 19,89

2016 28,49 41,37 39,78 30,00 36,55 18,33 18,27 25,26 26,11 25,28 13,88 19,35

2015 27,41 47,02 34,40 25,00 43,00 32,22 16,66 24,73 31,11 14,51 26,11 21,50

2014 28,57 38,77 43,77 20,00 31,72 23,33 18,81 36,02 20,00 27,41 42,22 37,09

2013 41,93 26,02 48,84 41,42 38,70 34,28 34,56 43,77 40,95 51,15 47,14 40,09

Sumber : Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2013-2017 6

BOR ICU yang menurun pada tahun 2014 dikarenakan pada tahun tersebut telah
dibangun pojok stroke. Data lima tahun terakhir, BOR ICU belum mencapai target.

18
1.1.6.8 Instalasi Farmasi

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOP DES

Target 46.889 45.943 46.995 47.152 43.893 40.056 42.369 44.524 51.410 38.426 39.583 38.426
2017

2017 25.669 27.158 27.921 43.416 27.162 24.855 26.825

2016 25.064 25.662 31.224 32.107 30.314 25.013 22.455 26.944 25.317 26.635

2015 27.418 28.478 45.943 29.173 24.491 24.506 21.665 24.770 21.636 22.780 21.626 24.386

2014 14.922 15.359 14.512 12.853 12.919 12.821 12.278 12.958 14.431 13.691 13.761 13.823

2013 17.338 16.742 16.921 16.705 17.091 19.316 17.173 15.609 16.884 17.804 16.046 16.555

Sumber : Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2013-2017 6

Angka jumlah resep yang dilayani lima tahun terakhir mengalami peningkatan setiap
tahunnya meskipun jumlahnya belum mencapai target yang di tetapkan oleh RS Baptis
Batu.
1.1.6.9 Insatalasi Gizi

Tabel 1.15. Jumlah Pasien Yang Mendapat Konsultasi Gizi Th. 2017
PELAYANAN INDIKATOR UMUM ASKES TOTAL

IRJ 0 0 0
KONSULTASI
IRNA 97 641 738
GIZI
Jml pasien 97 641 738

Bentuk penyelenggaraan makanan di RS Baptis Batu adalah dengan sistem swakelola,


sehingga melaksanakan semua kegiatan penyelenggaraan makanan, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Proses perencanaan anggaran belanja,
perencanaan menu, perhitungan kebutuhan makanan, dilakukan oleh instalasi gizi
sendiri. setelah ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk esok
hari, hasil perhitungan diserahkan ke bagian gudang logistik/supplier untuk disiapkan.
Setelah bahan makanan yang dipesan disiapkan oleh gudang, bagian pengolahan
mengambil bahan makanan yang dipesan. Penerimaan bahan makanan meliputi
pemeriksaan, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas sesuai

19
pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan. Bahan makanan yang telah diambil
kemudian disimpan ke gudang penyimpanan kecil yang berada di Instalasi Gizi.
Penyimpanan bahan makanan disimpan menurut golongan bahan kering dan bahan
basah. Bahan makanan kering disimpan dalam suhu ruangan kering berkisar 19-210C
dengan menggunakan metode FIFO (First In First Out), untuk mengetahui bahan
makanan yang diterima diberi tanggal penerimaan. Bahan makanan basah disimpan di
dalam lemari es dengan masing-masing dibungkus plastik steril untuk mencegah
terjadinya kontaminasi serta tidak menempatkan makanan berbau keras bersama bahan
makanan yang tidak berbau. Suhu dan lama penyimpanan bahan basah sesuai standar
yang telah ditetapkan. Pendistribusian makanan yang digunakan RS Baptis Batu adalah
penyaluran kombinasi, dimana makanan didistribusikan secara terpusat di dapur pusat,
sedangkan minuman didistribusikan secara tidak terpusat, yaitu di pantry.

Untuk standar mutu pelayanan rawat inap di Instalsi Gizi RS Baptis Batu yang belum
mencapai target adalah sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien dengan rerata
sebesar 21% (Standar <20%). Kesesuaian selera dengan pola diet masih menjadi
tantangan utama untuk menyediakan makanan yang disukai oleh pasien.

1.1.6.10 Instalasi Medik

Tabel 1.16. Pencapaian Pelayananan Fisioterapi

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOP DES

TARGET 1.321 1.295 1.324 1.329 1.237 1.129 1.194 1.255 1.449 1.083 1.115 1.083

2017 940 1.018 1.112 1.054 1.101 931 1.067

2016 973 1.158 1.217 1.201 847 1232 799 1.065 1.124 1.118 1.044 965

2015 1.188 1.226 1.216 1.147 988 913 844 1.016 1.139 1.104 1.044 1.024

2014 625 709 743 732 664 750 853 891 1.005 1.083 1.148 1.174

Sumber : Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2013-2017 6

Pelayanan Fisioterapi di RS Baptis Batu lima tahun terkahir belum mencapai target yang
ditentukan.

20
1.1.6.11 Instalasi Laboratorium

Tabel 1.17. Laporan Indikator Laboratorium Tahun 2017


INDIKATOR JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL

RERATA JUMLAH PEMERIKSAAN PER HARI. 135.62 159,50 137,45 150,00 134,62 120,73 133,52

PROSENTASE PEMERIKSAAN RUTIN. 20.91 18,81 19,83 18,93 18,02 20,38 18,05

PROSENTASI PEMERIKSAAN LAB LUAR RS. 0.95 0,56 0,40 0,82 0,79 0,33 0,31

PEMERIKSAAN YANG TIDAK DITEMUI


42.86 61,04 58,74 60,70 41,77 74,08 32,83
ADANYA KELAINAN (NORMAL).

PEMERIKSAAN YANG DITEMUI ADANYA


57.14 38,96 41,26 39,30 58,23 25,92 67,17
KELAINAN (ABNORMAL).

Sumber : Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2013-2017 6

Dari gambar di ataspada tahun 2017 angka jumlah kunjungan laboraturium mengalami
fluktuatif tiap bulannya dan belum mencapai target yang di tetapkan oleh Rumah Sakit.

600
UMUM
400
BPJS
200
JKD
0
JAMKESKOT
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

Gambar 1.15. Jenis Pembiayaan Pemeriksaan Lab di IGD Tahun 2017


(Sumber : Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2017) 1

Jenis pembiayaan untuk pemeriksaan laboratorium di Instalasi Gawat Darurat RS Baptis


Batu paling besar adalah pembiayaan umum. Hal ini dapat dijadikan peluang olah RS
Baptis Batu.
1.1.6.12 Instalasi Rekam Medik

Tabel 1.18. Indikator Mutu Pelayanan Rekam Medik Tahun 2017


NO INDIKATOR MUTU TARGET PENCAPAIAN
1 Waktu penyediaan DRM rawat jalan (100%) <10 mnt 85,7 %
2 Waktu penyediaan DRM rawat inap (100%) <15 mnt 76,87 %
3 Kelengkapan pengisian DRM 24 Jam setelah selesai pelayanan 100% 78,01 %
4 Kelengkapan Inform Consent setelah mendapatkan informasi yang 100 % 97,4 %
jelas
Sumber : Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2017 1

21
Jika dilihat pada data diatas terlihat bahwa indikator mutu pelayanan rekam medis
tahun 2017 belum mencapai target yang ditentukan. Kelengkapan rekam medis dalam
24 jam masih belum mencapai target yaitu 78,01 %, selain itu kelengkapan informed
consent juga belum mencapai target yaitu sebesar 97,4 %, hal ini sangat beresiko bagi
rumah sakit jika terjadi tuntutan hukum. Untuk menindaklanjuti hal tersebut maka
panitia mutu rumah sakit memberikan raport berkala kepada DPJP minimal tiga bulan
lalu kemudian melaporkan kepada komite medik untuk ditindaklanjuti.
Waktu penyediaan dokumen rekam medis untuk rawat jalan dan rawat inap masing-
masing 8 menit dan 13 menit juga belum mencapai target.
1.1.6.13 Instalasi Radiologi

Tabel 1.19. Pelayanan Pemeriksaan Radiologi


JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOP DES

TARGET 1.128 1.136 1.166 1.165 1.171 1.227 1.084 1.097 1.251 991 872 895

2017 963 1.049 1.089 1.047 929 821 1.019

2016 991 931 947 958 869 786 908 1.235 944 984 982 899

2015 1.011 968 991 958 1.012 938 825 873 996 887 1.018 995

2014 879 851 884 869 925 1.020 771 841 1.002 1.003 925 938

2013 876 782 916 891 832 787 821 822 877 1.045 922 880

Sumber : Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2013-2017 6

Jumlah kunjungan pemeriksaan radiologi lima tahun terakhir belum mencapai target yang
ditetapkan oleh RS Baptis Batu.
1500 Rontgent
1000 USG GE Rt-FINO
500 USG Fukuda Danshi
0 MSCT-SCAN
TOTAL

Gambar 1.17. Grafik Penggunan Peralatan Radiologi Tahun 2017


(Sumber : Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2017) 1

Alat alat bantu diagnostik yang terdapat pada unit radiologi adalah foto Rontgen, USG,
Dental X-ray dan CT Scan 8 Slide. Penggunaan alat radilogi terbesar yaitu Foto Rontgen,

22
dan yang paling sedikit yaitu CT Scan. Pada bulan Mei terjadi penurunan pemeriksaan
CT Scan akibat terjadi kerusakan alat, namun pada bulan Juni mulai terjadi peningkatan
pemeriksaan CT Scan karena CT Scan dapat kembali digunakan.

Tabel 1.20 Indikator Mutu Instalasi Radiologi

NO INDIKATOR MUTU TARGET PENCAPAIAN


1 Ekspertise dokter spesialis radiologi 100 % 100 %
2 Waktu tunggu pelayanan thorax foto (100%) <3 jam 29,6 %
3 Kejadian kegagalan pelayanan rontgen (kerusakan foto) <2 % 0%
4 Kepuasan pelanggan >80 % 97,6 %
Sumber : Laporan Pelayanan Medik RSBB, 2017 1

1.1.7 Identifikasi Permasalahan

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggrakan pelayanan


kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. (KMK No 340/MENKES/III/2010). Penyelenggaraan rumah sakit
melakukan beberapa jenis pelayanan diantaranya pelayanan medik, pelayanan
penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan
peningkatan kesehatan, sebagai tempat pendidikan dan pelatihan bagi karyawan baru
maupun bagi karyawan lama dalam bentuk in house training.

Dalam melakukan proses pelayanan kesehatan di rumah sakit dibutuhkan tenaga yang
kompeten dan siap pakai. Rumah sakit perlu menempatkan pemimpin yang mampu
mengelola unit sekecil apapun demi kelancaran proses bisnis dan tata kelola rumah sakit
yang terintegrasi. Rumah sakit perlu melakukan upaya secara terus menerus agar tetap
bertahan dalam kondisi apapun. Upaya-upaya tersebut mengacu pada pendapatan
rumah sakit yang semakin meningkat melalui peningkatan penggunaan fasilitas rumah
sakit oleh pasien. Pasien adalah sumber pendapatan rumah sakit secara langsung
maupun secara tidak langsung melalui asuransi kesehatan.

Rumah sakit diharapkan berorientasi pada kualitas sehingga hal ini akan mampu
mendapatkan profitabilitas jangka panjang yang diperoleh dari kepuasan pasien. Dan
untuk mencapai kualitas yang bagus dibutuhkan kemampuan memimpin yang baik dan
mampu memainkan peran dalam keadaan apapun dan mempunyai kemapuan
mengambil keputusan. Intinya adalah kepemimpinan (leadership) di semua tingkatan

23
merupakan keharusan atau mutlak dibutuhkan, dan hal ini sekaligus menepis bahwa
kepemimpinan hanya diberlakukan kepada direktur rumah sakit saja atau pada
tingkatan direksi saja.

Menurut Hana Permana, (2010) dalam prakteknya para kelompok profesi sudah
memahami posisinya masing-masing, berkewajiban menetapkan perencanaan agar
setiap profesi memiliki visi, misi, tujuan, sasaran, target dan strategi kelompok profesi
yang bermuara kepada visi, misi, tujuan, sasaran, dan target serta strategi organisasi.
Berdasarkan data melalui pengamatan, wawancara dan studi dokumen di RSBB
diperoleh bebrapa permasalahan diantaranya; staf perawat kurang memahami tugas
pokok dan fungsinya masing-masing, komunikasi antara staf dan kepala instalasi belum
terlaksana dengan baik hal ini terbukti pada saat wawancara staf perawat tidak
mengetahui secara pasti informasi terkini dari top manajer, tidak ada ruang diskusi
antara staf perawat dengan atasan langsung dalam hal ini kepala instalasi, staf perawat
tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah rata-rata pasien yang dirawat selama satu
bulan hal ini terjadi pada sebagian besar unit pelayanan di RSBB, staf komplain bahwa
kepala instalasi kurang aktif dalam proses pelayanan namun mendapatkan insentif lebih
besar bahkan porsinya ditambah padahal tidak berprestasi, staf perawat dan staf profesi
lainnya kurang memahami porsi kerja dan tanggung jawab kepala instalasi sebaliknya
staf perawat kurang menguasai uraian tugasnya masing-masing.

Berdasarkan brainstorming yang dilakukan dengan pihak manajemen rumah sakit,


permasalahan yang dipilih adalah tugas pokok dan fungsi kepala instalasi dan staf.
Dengan topik magang yang akan dikerjakan adalah “Analisis Jabatan Kepala Instalasi
Rumah Sakit Baptis Batu”. Dampak yang timbul dari permasalahan tersebut adalah
banyak tugas dan tanggung jawab penting yang tidak dikerjakan dan lebih sering
menunggu jika ada perintah dari atasan baru dikerjakan itupun ide datang dari top
manajer bukan dari individu atau unit.

24
1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas maka kami merumuskan masalah dalam
bebrapa pertanyaan:

1) Bagaimana cara memperoleh dasar untuk menempatkan tenaga kerja pada


posisi yang tepat?
2) Bagaimana cara memberikan kepuasan pada tenaga kerja?
3) Bagaimana menciptakan iklim dan kondisi kerja yang kondusif?
1.3 Tujuan
1) Mengetahui cara menempatkan tenaga kerja pada posisi yang tepat di Rumah
Sakit Baptis Batu.
2) Mengetahui cara memberikan kepuasan pada tenaga kerja di Rumah Sakit
Baptis Batu.
3) Mengetahui cara menciptakan iklim dan kondisi kerja yang kondusif.
4) Meningkatkan ilmu pegetahuan di bidang manajemen rumah sakit melalui
kegiatan magang di Rumah Sakit Baptis Batu.
1.4 Manfaat
1) Manfaat bagi peserta magang
Mahasiswa magang dapat memperoleh pengalaman untuk berinteraksi dengan
manajemen rumah sakit dalam mengaplikasikan konsep dan teori manajemen
secara terstruktur dan membantu memberikan solusi sesuai dengan masalah
yang dipilih.
2) Manfaat Bagi Rumah Sakit Baptis Batu
Rumah sakit baptis batu dapat menerapkan strategi pengelolaan unit yang baik
oleh kepala instalasi.
3) Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Program studi Magister Manajemen Rumah Sakit (MMRS) Universitas Brawijaya
dapat melakukan evaluasi tentang pembelajaran yang telah diberikan kepada
mahasiswa dengan menerapkan hasil pembelajaran sesuai permasalahan atau
penelitian di rumah sakit tempat magang.

25

Anda mungkin juga menyukai