HOSPITAL BYLAWS
( STATUTA )
RUMAH SAKIT ……
MUKADIMAH
Perubahan paradigma rumah sakit dari lembaga sosial menjadi lembaga sosio-
ekonomik yang dapat dijadikan subyek hukum. Oleh karena itu perlu diantisipasi
dengan adanya kejelasan tentang hak dan tanggung jawab masing-masing pihak
yang berkepentingan dalam pengelolaan rumah sakit, yang akan diatur dalam
Hospital bylaws ( Statuta).
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang tenaganya multi disiplin
syarat dengan dana dan teknologi. Sehingga tidak menutup kemungkinan adanya
konflik antar pihak yang berkepentingan baik antara kustomer dengan pemberi
palayanan, maupun antara pemilik dengan pengelola atau pengelola dengan stafnya.
Bagian Pertama
Nama, Visi, Misi, Nilai-Nilai, Logo , dan Tujuan RS ...................
Pasal 1
(1). Nama Rumah sakit ini adalah RUMAH SAKIT ............. milik Negara Republik
Indonesia, yang didirikan berdasarkan ........................
(3). Misi :
(4). Nilai-Nilai : adalah sikap kerja karyawan Rumah Sakit sebagai berikut :
2
Dengarkan kebutuhannya
Menyebut namanya
Bahasa tubuh positif
Bicarakan yang diminati pelanggan
Bahasa yang halus dan tepat
Proses yang sudah / sedang / akan dikerjakan
Product knowledge / pengetahuan tentang pelayanan
Tampil dengan rapih
2). Menjadi insan pembelajar agar selalu kreatif , dinamis dan siap
menghadapi tantangan kemajuan serta perubahan jaman.
3
4). Selalu aktif dalam perbaikan dan pengembangan proses kerja dan
produk / jasa menciptakan nilai tambah dari setiap aset organisasi.
LOGO
(7). Naskah ini adalah Hospital Bylaws ( Statuta ) Rumah Sakit……………. yang
selanjutnya disingkat sebagai Statuta.
4
Bagian Kedua
Pengertian
Pasal 2
Ketentuan Umum
7. Direksi adalah Pimpinan Tertinggi dalam pengelolaan rumah sakit yang terdiri
dari : Direktur-Direktur.
10. “RAPAT KHUSUS” adalah rapat yang diselenggarakan oleh DEWAN PENGAWAS
diluar jadual rapat rutin untuk mengambil keputusan hal-hal yang dianggap
khusus.
11. Dokter dan dokter gigi adalah orang yang bergelar (dr) atau Dokter Gigi
(drg) yang memiliki Ijazah Dokter atau Dokter Gigi.
12. Dokter tetap adalah dokter yang sepenuhnya bekerja di Rumah Sakit
berdasarkan Surat Keputusan Penempatan.
5
13. Dokter tidak tetap adalah dokter yang bekerja di Rumah Sakit tidak
berdasarkan Surat Keputusan penempatan dari Departemen tetapi berdasarkan
kontrak kerja tertentu dengan pihak Rumah Sakit tidak tetap terdiri dari :
Dokter Tamu, Dokter Konsultan / Dokter Peserta Program Pelatihan dan Dokter
Paruh Waktu.
14. Dokter Tamu adalah dokter yang bukan Rumah Sakit karena tenaganya sangat
diperlukan dapat bekerja di Rumah Sakit dengan seijin direksi Rumah Sakit
bekerja di Rumah Sakit dalam jangka waktu tertentu berdasarkan Surat
Keputusan / Penugasan.
15. Dokter Konsultan adalah Dokter Spesialis tertentu yang karena kompetensinya
diminta membantu pelayanan medis di Rumah Sakit
16. Dokter Program Pelatihan adalah dokter atau dokter gigi yang sedang
mengikuti Program pelatihan yang dilaksanakan di Rumah Sakit
17. Dokter Paruh Waktu adalah dokter yang mendapat izin tertulis dari Direksi
untuk melaksanakan pelayanan medis di Rumah Sakit sesuai dengan peraturan
yang berlaku ( dokter yang tidak terikat jam kerja Rumah Sakit).
18. Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis adalah dokter yang sedang
mengikuti pendidikan Dokter Spesialis di Rumah Sakit
19. Staf Medik Fungsional adalah kelompok dokter dan dokter gigi yang telah
disetujui dan diterima sesuai dengan aturan yang berlaku untuk menjalankan
profesi masing-masing di Rumah Sakit. Peserta program Pendidikan Dokter
Spesialis dikelompokan kedalam kelompok Staf Medik Fungsional sesuai dengan
spesialis yang sedang diikuti.
20. Komite Medik adalah wadah non-struktul yang sedang di beri tugas
mengkordinasikan kegiatan Komite Medik dalam rangka menjaga mutu etika
profesi dan pengembangan ilmu serta mengusulkan kerjasama dengan pihak
lain / Instansi lain.
21. Komite Medik adalah wadah professional medis yang anggotanya terdiri dari
ketua-ketua staf Medik Fungsional dan atau yang mewakili disiplin ilmu
tertentu.
22. Panitia / Sub Komite adalah kelompok kerja yang dibentuk oleh Komite Medik
untuk mengatasi masalah khusus Panitia ditetapkan dengan surat keputusan
Direksi atas usul Komite Medik.
23. Hak Klinis adalah kewenangan yang diberikan oleh Direktur Utama melalui
Komite Medis melalui surat Keputusan Direksi Rumah Sakit ..................
6
BAB II
PEMILIK / DEWAN PENGAWAS
Bagian Pertama
Keanggotaan
Pasal 3
Anggota
(1) Anggota Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh .... setelah
mendapat persetujuan.....
(2) Anggota Dewan Pengawas terdiri dari unsur-unsur pejabat .... yang
membawahi rumah sakit, ..... dan ....... lain yang kegiatannya berhubungan
dengan perumahsakitan, serta tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan
usaha rumah sakit.
Pasal 4
Ketua
(1) Ketua Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh ... setelah mendapat
persetujuan .....;
(2) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua dalam suatu masa kepengurusan
Dewan Pengawas, maka .... mengangkat seorang Ketua untuk sisa masa
jabatan hingga selesainya masa jabatan;
(3) Tugas .. adalah :
a. Memimpin semua pertemuan Dewan Pengawas;
b. Memutuskan berbagai hal yang berkaitan dengan prosedur dan tatacara
yang tidak diatur dalam Statuta atau dalam peraturan rumah sakit melalui
Rapat Dewan Pengawas;
c. Bekerja sama dengan Direktur untuk menangani berbagai hal mendesak
yang seharusnya diputuskan dalam rapat Dewan Pengawas. Bilamana rapat
Dewan Pengawas belum dapat diselenggarakan, maka Ketua dapat
memberikan wewenang pada Direktur untuk mengambil segala tindakan
yang perlu sesuai dengan situasi saat itu;
d. Melaporkan pada rapat rutin berikutnya perihal tindakan yang diambil
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatas, disertai dengan penjelasan
yang terkait dengan situasi saat tindakan tersebut diambil.
Pasal 5
Wakil Ketua
7
(2) Dalam hal diperlukan, Wakil Ketua berwenang melaksanakan tugas Ketua sesuai
dengan ketentuan dalam Statuta ini.
Pasal 6
Tugas
Pasal 7
Kewajiban
Pasal 8
Wewenang
8
Pasal 9
Rapat Rutin
(1) Rapat rutin adalah setiap rapat terjadual yang diselenggarakan Dewan Pengawas
yang bukan termasuk rapat tahunan dan rapat khusus.
(2) Rapat rutin merupakan rapat koordinasi antara Dewan Pengawas dengan Direksi
rumah sakit atau komite medik untuk mendiskusikan, mencari klarifikasi, atau
alternatif solusi berbagai masalah rumah sakit.
(3) Rapat rutin dilaksanakan paling sedikit sepuluh kali dalam setahun dengan
interval tetap pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas.
Sekretaris Dewan Pengawas menyampaikan undangan kepada setiap anggota
Dewan Pengawas, Direksi dan pihak lain sebagaimana tercantum dalam pasal
12 untuk menghadiri rapat rutin paling lambat tiga hari sebelum rapat tersebut
dilaksanakan.
(4) Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Sekretaris Dewan Pengawas
sebagaimana diatur dalam ayat (2) harus melampirkan :
a. satu salinan agenda;
b. satu salinan risalah rapat rutin yang lalu;
c. satu salinan risalah rapat khusus yang lalu;
Pasal 10
Rapat khusus
(1) Rapat khusus adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas untuk
menetapkan kebijakan hal-hal khusus yang tidak termasuk dalam rapat rutin
maupun rapat tahunan.
(2) Dewan Pengawas mengundang untuk rapat khusus dalam hal:
a. ada permasalahan penting yang harus segera diputuskan; atau
b. ada permintaan yang ditandatangani oleh paling sedikit tiga anggota
Dewan Pengawas
(3) Undangan rapat khusus disampaikan oleh Sekretaris Dewan Pengawas kepada
peserta rapat paling lambat dua puluh empat jam sebelum rapat tersebut
diselenggarakan.
(4) Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan pertemuan secara
spesifik.
(5) Rapat khusus yang diminta oleh anggota Dewan Pengawas sebagaimana diatur
dalam ayat (1) butir b diatas harus diselenggarakan paling lambat tujuh hari
setelah diterimanya surat permintaan tersebut.
Pasal 11
Rapat Tahunan
9
(1) Rapat Tahunan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas
setiap tahun, dengan tujuan untuk menetapkan kebijakan tahunan
operasional rumah sakit.
(2) Rapat Tahunan diselenggarakan sekali dalam satu tahun kalender diantara
tanggal 1 Juli dan 31 Desember.
(3) Dewan Pengawas menyiapkan dan menyajikan laporan umum keadaan
rumah sakit termasuk laporan keuangan yang telah diaudit.
(4) Sekretaris Dewan Pengawas menyampaikan undangan tertulis kepada para
anggota Dewan Pengawas dan Direksi serta undangan lain paling lambat
empat belas hari sebelum rapat diselenggarakan.
Pasal 12
Undangan Rapat
Setiap rapat dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan sesuai aturan,
kecuali seluruh anggota Dewan Pengawas yang berhak memberikan suara menolak
undangan tersebut.
Pasal 13
Peserta Rapat
Setiap rapat rutin selain dihadiri oleh anggota Dewan Pengawas dan Direktur juga
dihadiri oleh Para Direktur dan pihak lain yang ada di lingkungan rumah sakit atau
dari luar lingkungan rumah sakit apabila diperlukan.
Pasal 14
Pejabat Ketua
Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua berhalangan hadir dalam suatu rapat, makam bila
kuorum telah tercapai, anggota Dewan Pengawas dapat memilih pejabat Ketua
untuk memimpin rapat.
Pasal 15
Kuorum
(1) Rapat Dewan Pengawas hanya dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai.
(2) Kuorum memenuhi syarat apabila dihadiri 2/3 dari seluruh anggota
(3) Bila kuorum tidak tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang
telah ditentukan, maka rapat ditangguhkan untuk dilanjutkan pada suatu
tempat hari dan jam yang sama minggu berikutnya.
(4) Bila kuorum tidak juga tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang
telah ditentukan pada minggu berikutnya, maka rapat segera dilanjutnya dan
segala keputusan yang terdapat dalam risalah rapat disahkan dalam rapat
Dewan Pengawas berikutnya.
10
Pasal 16
Risalah Rapat
Pasal 17
Pemungutan Suara
Pasal 18
Pembatalan Putusan Rapat
(1) Dewan Pengawas dapat merubah atau membatalkan setiap putusan yang
diambil pada rapat rutin atau rapat khusus sebelumnya, dengan syarat bahwa
usul perubahan atau pembatalan tersebut dicantumkan dalam pemberitahuan
atau undangan rapat sebagaimana ditentukan dalam Statuta ini.
(2) Dalam hal usul perubahan atau pembatalan putusan Dewan Pengawas tidak
diterima dalam rapat tersebut, maka usulan ini tidak dapat diajukan lagi dalam
kurun waktu tiga bulan terhitujng sejak saat ditolaknya usulan.
Pasal 19
Cap
(1) Dalam Statuta ini ditentukan dua macam cap, yaitu cap Dewan Pengawas dan
cap rumah sakit;
(2) Setiap dokumen tidak akan dibubuhi cap Dewan Pengawas selain menyangkkut
hal-hal yang diputuskan oleh Dewan Pengawas seperti yang tercantum dalam
11
risalah rapat, kecuali pada saat diantara dua rapat Dewan Pengawas dimana
Ketua diberi wewenang untuk menggunakan cap tersebut dengan persetujuan
dua anggota Dewan Pengawas lainnya.
(3) Penggunaan cap oleh Ketua pada saat diantara dua rapat Dewan Pengawas
sebagaimana tercantum dalam ayat (2) diatas harus dilaporkan pada rapat
Dewan Pengawas berikutnya untuk memperoleh pengakuan.
(4) Setiap dokumen yang menggunakan cap Dewan Pengawas harus ditandatangani
oleh sekurangnya dua orang anggota Dewan Pengawas.
(5) Direktur bertanggungjawab atas keamanan penggunaan cap rumah sakit.
(6) Untuk kepentingan operasional rumah sakit digunakan cap rumah sakit.
(7) Cap rumah sakit terdiri dari tiga jenis yaitu yang digunakan oleh sekretariat,
bagian keuangan dan kasir
(8) Setiap cap rumah sakit tersebut diatas dibubuhi identitas masing-masing bagian
secara berbeda-beda
(9) Penggunaan cap rumah sakit ditentukan lebih lanjut oleh Direktur.
(10) Bagian Sekretaris bertanggungjawab atas pengamanan dan penggunaan setiap
cap rumah sakit.
BAB III
DIREKSI RUMAH SAKIT
Pasal 20
(2). Jumlah anggota Direksi paling sedikit 3 (tiga) orang dan paling banyak 4
(empat) orang, serta seorang diantaranya diangkat menjadi Direktur.
(4). Direksi bertanggung jawab kepada Menteri melalui DEWAN PENGAWAS dalam
hal pengelolaan dan pengawasan rumah sakit beserta fasilitasnya, personil
dan sumber daya terkait.
(6). Tugas pokok , fungsi, wewenang dan tanggung jawab Direksi ditentukan oleh
... dan diperinci dalam suatu uraian tugas secara tertulis dalam Struktur
Organisasi dan Tata Laksana Rumah Sakit ....................................., atas
rekomendasi ....
12
(7). Direksi mempunyai tugas dan wewenang untuk :
Pasal 21
Rapat Direksi
(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibicarakan hal – hal
yang berhubungan dengan kegiatan RS sesuai dengan tugas kewenangan
dan kewajibannya.
(3) Keputusan rapat Direksi diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat
13
(4) Dalam hal tidak tercapai kata sepakat,maka keputusan diambil berdasrkan
suara terbanyak.
(5) Dalam rapt-rapat tertentu yang bersifat khusus Direksi dapat mengundang
rapat Dewan pengawas dalam waktu 48 jam sebelumnya
BAB IV
KEWENANGAN DIREKSI (URAIKAN KESELURUHAN)
Pasal 22
Pengangkatan Staf Medis Fungsional (SMF)
(1). Direksi atas persetujuan .... mengangkat dan memberhentikan staf medis
fungsional (SMF) atas saran Komite Medik, sesuai peraturan perundang –
undangan.
(2). Direksi dapat mengangkat sub komite atau Panitia yang berkaitan dengan
kegiatan pelayanan teknis dan non teknis medis atas saran Komite Medik.
Pasal 23
Penugasan Staf Medis
(1). DIREKSI menetapkan kriteria dan syarat-syarat penugasan setiap staf medis
untuk suatu tugas atau jabatan klinis tertentu dan akan menyampaikan hal
tersebut kepada setiap tenaga medis yang menghendaki penugasan klinis di
rumah sakit.
(2). Kriteria dan syarat-syarat penugasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan oleh DIREKSI setelah disepakati oleh Komite Medik.
(3). Tenaga medis yang telah mendapat penugasan klinis dirumah sakit dapat
berstatus sebagai dokter tetap atau tidak tetap.
(4). Jangka waktu penugasan tenaga medis adalah 6 bulan sampai dengan 1
tahun, kecuali ditetapkan lain oleh DIREKSI dengan memperhatikan kondisi
yang akan meyebabkan penugasan dirumah sakit akan berakhir sebagai
berikut apabila:
14
b. Kondisi fisik atau mental tenaga medis yang bersangkutan tidak mampu
lagi melakukan medis secara menetap, atau
(5). Penugasan klinis di rumah sakit pada seorang tenaga medis hanya dapat
ditetapkan bila yang bersangkutan menyetujui syarat-syarat sebagai berikut :
15
BUKU II
MEDICAL STAFF BY LAWS
BAB V
NAMA, TUJUAN, TANGGUNG JAWAB
Pasal 25
(1). Nama kelompok Dokter dan Dokter Gigi yang berhak memberikan pelayanan
medik di Rumah Sakit ini adalah Staff Medik Fungsional ( SMF ) Rumah
Sakit ...............................
(2). Pengelompokan anggota SMF berdasarkan bidang spesialisasi medik yang ada
di Rumah Sakit ..................
(3). Untuk Kelompok Dokter Umum masuk dalam SMF dokter umum dan untuk
Kelompok Dokter gigi dan dokter gigi speasialis masuk dalam SMF dokter gigi.
(4). Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) masuk dalam SMF sesuai
dengan spesialisasi yang sedang diikuti.
(5). Nama wadah profesional medis yang keanggotaannya berasal dari ketua-
ketua staf medis fungsional dan atau yang mewakili disiplin ilmu tertentu
adalah Komite Medik Rumah Sakit .......................
Pasal 26
Tujuan dan pengorganisasian Staf Medis Fungsional adalah agar staf medis di
Rumah Sakit ........................... dapat lebih menata diri dengan focus terhadap
kebutuhan pasien sehingga menghasilkan pelayanan medis yang berkualitas dan
bertanggung jawab.
Pasal 27
16
BAB VI
PENERIMAAN,PENERIMAAN KEMBALI DAN PEMBERHENTIAN
ANGGOTA SMF
Pasal 28
Persyaratan Penerimaan Calon anggota SMF
1. Usia … tahun atau kurang bagi tenaga medik spesialis dan … tahun atau
kurang bagi tenaga medik bukan spesialis
Pasal 29
Prosedur Penerimaan Calon Anggota
Pasal 30
Penerimaan kembali anggota SMF
(1) Apabila seorang anggota SMF dengan alasan tertentu pindah/ cuti diluar
tanggungan negara sehingga tidak bisa menjalankan tugas sebagai anggota
SMF.
(2) Apabila yang bersangkutan akan kembali anggota SMF maka yang
bersangkutan diharuskan untuk mendaftar ulang sesuai dengan peraturan
yang berlaku
(3) Bagi anggota SMF yang pensiun bila ingin bekerja kembali di Rumah
Sakit ............................... maka 1 bulan serbelum SK pensiun keluar yang
bersangkutan diharuskan untuk mengajukan permohonan untuk bekerja di
Rumah Sakit ...........................sebagai dokter tidak tetap.
Pasal 31
17
Tenaga Medik anggota staf Medik Fungsional di Rumah Sakit ......................... dapat
diberhentikan keanggotaanya oleh Direktur Utama bila:
1. Meninggal dunia.
BAB VII
KEANGGOTAAN
Pasal 32
c. Memiliki surat keputusan penugasan sebagai anggota SMF dari Direksi Rumah
Sakit ……………………..
Pasal 33
18
Pasal 34
Pasal 35
19
9. Melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kecuali bila ia yakin
ada orang lian yang bertugas dan mampu melakukannya.
11. Membangun dan membina kerjasama yang baik dengan sesama sejawat
anggota SMF, paramedis dan pegawai rumah sakit lain demi kelancaran
pelayanan medik.
12. Bersedia ikut dalam panitia-panitia Komite Medik dan Rumah Sakit.
13. Ikut dan aktif pada penelitian yang diprogram oleh SMF dan Rumah Sakit.
14. Tidak melibatkan diri dalam kegiatan yang patut diduga dapat merugikan
penderita dan rumah sakit.
Pasal 36
Hak-hak Anggota SMF
2. Mendapatkan gaji dan tunjangan lain, hak cuti serta hak lain sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
20
BAB VIII
Hak- Hak Klinik
Pasal 37
Hak -Hak Klinik
(1). Hak Klinik adalah kewenangan dari anggota SMF untuk melaksanakan
pelayanan Medik sesuai dengan profesi dan keahliannya. Tanpa hak klinik
maka seorang tenaga medik tidak dapat menjadi anggota SMF dan bekerja di
Rumah Sakit ............................
(2). Hak Klinik diberikan oleh Direktur atas Rekomendasi Komite Medik / Panitia
Kredensial , sesuai dengan prosedur penerimaan anggota SMF.
(3). Hak Klinik diberikan kepada seorang anggota SMF untuk jangka waktu 5
tahun. Pemberian hak Klinik ulang dapat diberikan setelah yang bersangkutan
mendapat resertifikasi dari organisasi profesi.
Pasal 38
Pembatasan Hak Klinik
(1). Komite Medik bila memandang perlu dapat memberi rekomendasi agar
anggota SMF dibatasi hak kliniknya kepada Direktur (Utama), atas
rekomendasi dari Panitia Kredensial agar anggota SMF dilakukan pembatasan
hak kliniknya.
(2). Pembatasan hak klinik ini dapat dipertimbangakan bila anggota SMF tersebut
dalam pelaksanaan tugasnya di Rumah Sakit ............................ dianggap
tidak melaksanakannya sesuai dengan standar pelayanan medis yang berlaku,
dapat dipandang dari sudut kinerja klinik, sudut etik profesi dan sudut hukum.
(3). Panitia Kredensial membuat rekomendasi pembatasan hak klinik anggota SMF
setelah terlebih dahulu :
a. Ketua SMF mengajukan surat untuk mempetimbangkan pencabutan hak
klinik dari anggota SMF nya kepada ketua Komite Medik.
21
c. Panitia kredensial berhak memanggil anggota SMF yang bersangkutan
untuk memberikan penjelasan dan membela diri setelah sebelumnya
diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari bukti-bukti tertulis
tentang pelanggaran yang dibuatnya.
d. Panitia kredensial dapat meminta pendapat dari pihak lain yang terkait.
Pasal 39
Pencabutan Pembatasan Hak Klinik
(1). Pencabutan pembatasan hak klinik dilaksanakan oleh Direktur atas usul
Komite Medik bila SMF tersebut telah melaksanakan sesuai waktu yang telah
ditentukan pada saat sanksi pembatasan.
Pasal 40
Pencabutan Hak Klinik
2. Meninggal dunia
BAB IX
PENGORGANISASIAN STAF MEDIS FUNGSIONAL
Pasal 41
Struktur Organisasi
22
(4). Masa bakti kepengurusan SMF adalah ... tahun.
Pasal 42
Ketua SMF
1. Pemilihan Calon Ketua SMF dilakukan dalam rapat pleno SMF dengan
prosedur yang telah ditetapkan oleh Komite Medik.
2. Ketua SMF ditentukan oleh Direksi dari 2 (dua) calon yang diajukan.
3. Dalam menetukan ketua SMF tersebut, bila dianggap perlu Direksi dapat
meminta pendapat Komite Medik.
4. Bila anggota SMF kurang dari 3 orang , maka penentuan ketua SMF
dilakukan oleh Direksi setelah mendapat saran/masukan dari Komite Medik.
Pasal 43
Sekretaris
(1). Sekretaris dipilih oleh Ketua SMF dari anggota tetap SMF.
(2). Sekretaris SMF bertugas membantu Ketua SMF dalam bidang administrasi dan
manajemen.
Pasal 44
(1). Koordinator Pelayanan dipilih oleh Ketua SMF dari anggota tetap SMF
23
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
Kewajiban Staf Medis Fungsional
(1). SMF wajib menyusun Standar Prosedur Operasional yang terdiri dari :
(2). SMF wajib menyusun indikator kinerja mutu klinis / mutu pelayanan medis
Indikator mutu yang disusun adalah indicator output atau outcome.
Pasal 48
Kewenangan Staf Medis Fungsional
24
3. Melakukan evaluasi dan revisi ( bila diperlukan ) terhadap perturan internal staf
medis , standar pelayanan medis , standar prosedur operasional tindakan medis
dan standar prosedur operasional bidang administrasi / manejrial.
BAB X
KOMITE MEDIK
Bagian Pertama
Nama dan struktur Organisasi
Pasal 49
(1). Nama organisasi : Komite Medik adalah wadah profesional medis yang
anggotanya terdiri dari Ketua-ketua Staf Medis Fungsional dan atau yang
mewakili disiplin ilmu tertentu.
(2). Komite Medik mempunyai otoritas tertinggi dalam pengorganisasian staf
medis.
(5). Kepengurusan Komite Medik dipilih melalui rapat pleno untuk memilih ketua,
wakil ketua dan sekretaris.
(6). Pemilihan dilaksanakan sesuai prosedur tetap yang telah diatur di dalam
Medical Staf Bylaws.
Bagian Kedua
TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG
Pasal 50
Tugas
25
b. Membantu Direksi Rumah Sakit ............................ menyusun medical staff
bylaws dan memantau pelaksanaannya.
Pasal 51
Fungsi
Fungsi Komite Medik adalah sebagai pengarah dalam pemberian pelayanan medis,
sedangkan SMF adalah pelaksana pelayanan medis.
Pasal 52
Wewenang
26
g. Memberikan rekomendasi tentang kerjasama anatara Rumah Sakit dan
Fakultas Kedokteran / Kedokteran Gigi / Instalasi pendidikan lain.
Pasal 53
Sub Komite / Panitia
(1). Sub Komite / Panitia adalah kelompok kerja khusus yang bertugas
membantu pelaksanaan tugas –tugas Klinik Bidang Medis.
(2). Sub Komite / Panitia dibentuk sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
(4). Keanggotaan Sub Komite / Panitia terdiri dari anggota tetap staf medis
fungsional dan tenaga lain secara ex officio.
(8). Jumlah panitia / sub komite dapat ditambah atau di kurang sesuai dengan
kebutuhan.
BAB XII
KERAHASIAN, INFORMASI MEDIS
27
Pasal 55
Kerahasian Pasien
(1). Kerahasian Pasien rumah sakit sebagaimana diatur dalam Bab Pasal di muka.
Pasal 56
Informasi Medis
(1). Hak-hak pasien yang dimaksud adalah hak-hak pasien sebagaimana yang
terdapat didalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
(2). Informasi medis yang harus diungkapkan dengan jujur dan benar adalah
mengenai :
BAB XIII
AMANDEMEN/PERUBAHAN
Pasal 57
(1). Pelaksanaan monitoring baik pada tingkat SMF maupun Komite Medik
dilakukan sesuai prosedur yang berlaku.
Pasal 58
28
Rumah Sakit ............................... sampai dengan dikeluarkan SK baru
mengenai hal tersebut oleh Direktur Utama Rumah
Sakit ............................
BAB XIV
KETENTUAN TENTANG TENAGA KESEHATAN LAINNYA
DAN TENAGA PNS PADA UMUMNYA
Bagian Pertama
Pasal 59
Tenaga Kesehatan Lainnya
29
(1). Ketenagaan Bidang Keperawatan, Ketenagaan Bidang Penunjang serta
Ketenagaan Kesehatan lainnya mengacau kepada Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
(2). Tenaga keperawatan dan tenaga penunjang yang bertugas pada Instalasi
dalam jabatan fungsional.
Pasal 60
Tenaga PNS Pada Umumnya
(1). Tenaga non medis adalah tenaga yang bertugas di bidang pelayanan khusus
dan tidak berkaitan langsung dengan bidang medis.
(2). Pengaturan dan penempatan tenaga non medis dilaksanakan oleh Direktur
Umum dan Keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3). Peraturan kepegawaian mengacu kepada Peraturan Kepegawaian yang
terdapat di dalam Undang-undang Nomor : 8 Tahun 1988, tentang Pokok-
pokok Kepegawaian.
BAB XV
SATUAN PENGAWAS INTERN ( S P I )
Pasal 61
(1). Satuan Pengawas Intern adalah kelompok fungsional yang dibentuk sesuai
dengan kebutuhan melalui Surat Keputusan Direktur berada dibawah
langsung dan bertanggung jawab kepada Direktur.
a). Ketua.
30
b). Sekretaris.
c). Pemeriksa Administrasi dan Keuangan.
d). Pemeriksa Pelayanan
e). Pemeriksa Umum dan dibantu oleh Staf Skertariat.
BAB XVI
PERATURAN PELAKSANAAN, PEMAPARAN DAN PERUBAHAN
Pasal 62
Peraturan Pelaksanaan Rumah Sakit
Pasal 63
Pemaparan Hospital Bylaws (Statuta )
Pasal 64
Perubahan Hospital Bylaws ( Statuta )
(2). Usulan untuk merubah Hospital Bylaws ( Statuta ) ini hanya dapat
dilaksanakan bila pemberitahuan tertulis utnk maksud tersebut telah
disampaikan kepada setiap anggota DEWAN PENGAWAS paling lambat tiga
minggu sebelumnya.
BAB XVIII
PENUTUP
Pasal 65
31
Ketentuan Penutup
(1). Hospital Bylaws (Statuta ) ini berlaku sejak tanggal 1 Juli 2003.
(2). Semua peraturan rumah sakit yang dilaksanakan sebelum berlakunya statuta
ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan statuta ini.
(3). Penetapan peraturan rumah sakit yang masih berlaku sebagaimana diatur
dalam ayat (2) diatas ditetapkan dengan surat keputusan DEWAN
PENGAWAS.
DITETAPKAN :
PADA TANGGAL :
32
HOSPITAL BYLAWS
( STATUTA )
SULAWESI UTARA
33