Anda di halaman 1dari 28

BAB I

KETENTUAN UMUM
NAMA, VISI, MISI, NILAI-NILAI DAN TUJUAN

Bagian Kesatu
Nama, Visi, Misi, Nilai-Nilai, Logo , dan Tujuan RSIA ILANUR

Pasal 1
1. Nama Rumah sakit ini adalah RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ILANUR milik swasta,
yang didirikan berdasarkan akte notaris No.
2. Visi RSIA ILANUR adalah RSIA Berkualitas dan Berdaya Saing
3. Misi RSIA ILANUR adalah :
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional
b. Melakukan upaya secara berlanjut untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada
pelanggan
c.Menyediakan sumberdaya manusia yang berkualitas
d. Menyediakan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai namun terjangkau
4. Nilai-Nilai merupakan sikap kerja karyawan Rumah Sakit sebagai berikut :
Memberikan pelayanan prima sesuai standar profesionalisme dan memegang teguh etika
profesi dan integritasi moral yang tinggi melalui pendekatan berfikir kesisteman dengan
menggunakan perilaku “CERMAT”:
C : Cekatan
E : Efisien
R : Ramah
M : Memahami pasien
A : Adil dan jujur
T : Tanggung jawab

1
5. Logo RSIA ILANUR adalah:

Deskripsi warna pada logo diatas adalah :


a. Warna Hijau mempunyai makna kompetensi mendidik
b. Warna Hitam mempunyai makna pelayanan akurat
c. Warna Putih mempunyai makna pikiran dan jiwa yang bersih
d. Warna Orange mempunyai makna SDM yang bersemangat
6. Tujuan Rumah Sakit adalah :
Terwujudnya pelayanan yang professional dan nyaman dengan harga terjangkau mampu
memberikan pelayanan yang tepat waktu, tepat sasaran, tepat pilihan dan tepat biaya
menjadi Asset Kabupaten Tangerang yang dapat di banggakan
7. Naskah ini adalah Hospital Bylaws (Statuta) Rumah Sakit Baihaqie yang selanjutnya
disingkat sebagai Statuta.

2
Bagian Kedua
Pengertian

Pasal 2
Ketentuan Umum

Dalam Hospital Bylaws (Statuta) ini yang dimaksud dengan :


1. “ PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN ” adalah segala ketentuan yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang berlaku di Indonesia.
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) adalah aturan dasar yang mengatur tata
cara penyelenggaraan rumah sakit meliputi peraturan internal korporasi dan peraturan
internal staf medis.
2. Peraturan Internal Korporasi (Corporate Bylaws) adalah aturan yang mengatur agar Tata
kelola korporasi (corporate governance) terselenggara dengan baik melalui pengaturan
hubungan antara Pemilik, Pengelola, dan Staf Medik di rumah sakit.
3. Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) adalah aturan yang mengatur tata
kelola klinis (clinical governance) untuk menjaga profesionalisme staf medis di rumah
sakit.
4. “DEWAN PENGAWAS RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ILANUR” adalah orang-
orang yang ditunjuk untuk mewakili Pemilik RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ILANUR
5. PRESIDEN DIREKTUR adalah Presiden Direktur Perseroan (PT. ILANUR)
6. “DIREKTUR adalah seorang yang diangkat menjadi Direktur RUMAH SAKIT sesuai
dengan bidang tugasnya
7. WAKIL DIREKTUR adalah pimpinan dibawah direktur rumah sakit yang membantu
direktur dalam membantu koordinasi dan penyelenggaraan operasional rumah sakit
8. Pejabat pengelola adalah pejabat dalam rumah sakit yang ditetapkan oleh Presiden Direktur
PT untuk mengelola rumah sakit, terdiri dari seorang Direktur, Wakil direktur dan Kepala
Bidang

3
9. Pejabat Pengelola disebut juga Manajemen Rumah sakit
10. Jabatan Struktural adalah jabatan yang secara nyata dan tegas diatur dalam lini organisasi
yang terdiri atas Direktur , wakil direktur dan Kepala Bidang
11. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukan tugas, tanggung jawab,
kewenangan dan hak seseorang dalam satuan organisasi rumah sakit, yang dalam
pelaksanaan tugasnya didasarkan pada Keahlian atau keterampilan tertentu serta bersifat
mandiri.
12. Bidang adalah satuan organisasi penyelenggara operasional yang bertanggung jawab
langsung kepada wakil direktur
13. Komite adalah wadah non structural yang terdiri dari tenaga ahli profesi yang dibentuk
untuk memberikan pertimbangan strategis kepada Direktur Rumah Sakit dalam rangkaian
peningkatan mutu dan Pengembangan pelayanan Rumah Sakit. Komite dipimpim oleh
Ketua Komite. Jumlah dan jenis komite ditetapkan oleh Direktur berdasarkan kebutuhan
dalam penyelenggaraan rumah sakit.
14. Subkomite adalah struktur dibawah komite yang membantu komite dalam hal khusus
sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi komite
15. Satuan Pemeriksaan Intern adalah wadah non-struktural yang bertugas melaksanakan
pemeriksaan intern di Rumah Sakit.
16. Dokter adalah dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi umum dan dokter gigi spesialis
lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri
yang diakui oleh pemerintah RI sesuai dengan peraturan perundang-undangan, memiliki
Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktik (SIP) yang sah, serta telah
mendapatkan penempatan atau terikat perjanjian dengan Rumah Sakit
17. Dokter tetap adalah dokter yang sepenuhnya bekerja di Rumah Sakit berdasarkan Surat
Keputusan Penempatan.
18. Dokter tidak tetap adalah dokter yang bekerja di Rumah Sakit tidak berdasarkan Surat
Keputusan penempatan dari Departemen tetapi berdasarkan kontrak kerja tertentu dengan
pihak Rumah Sakit tidak tetap terdiri dari : Dokter Tamu, Dokter Konsultan / Dokter
Peserta Program Pelatihan dan Dokter Paruh Waktu.

4
19. Dokter Tamu adalah dokter yang bukan Rumah Sakit karena tenaganya sangat diperlukan
dapat bekerja di Rumah Sakit dengan seijin direksi Rumah Sakit bekerja di Rumah Sakit
dalam jangka waktu tertentu berdasarkan Surat Keputusan / Penugasan.
20. Dokter Konsultan adalah Dokter Spesialis tertentu yang karena kompetensinya diminta
membantu pelayanan medis di Rumah Sakit
21. Dokter Paruh Waktu adalah dokter yang mendapat izin tertulis dari Direksi untuk
melaksanakan pelayanan medis di Rumah Sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku
( dokter yang tidak terikat jam kerja Rumah Sakit).
22. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) adalah dokter yang bertugas mengelola
rangkaian tata kelola medis seorang pasien
23. Staf Medis adalah dokter umum, dokter gigi umum, dokter spesialis, dan dokter gigi
spesialis, yang bekerja di bidang medis dalam jabatan fungsional, melakukan kegiatan
keprofesian meliputi pelayanan,pendidikan dan penelitian secara purna waktu maupun
paruh waktu di satuan kerja pelayanan di Rumah Sakit, serta telah disetujui dan diterima
sesuai dengan aturan yang berlaku
24. Kelompok Staf Medis Fungsional adalah staf medis yang dikelompokkan berdasarkan
Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktek (SIP), terdiri dari kelompok staf medis
dokter umum, dokter gigi umum, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis.
25. Pelayanan Medis adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi
sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya, yang dapat berupa pelayanan promotif,
preventif, diagnostik, konsultatif, kuratif atau rehabilitatif.
26. Tindakan Medis adalah suatu tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang dilakukan
terhadap pasien, baik untuk tujuan preventif, diagnostik, terapeutik ataupun rehabilitative
27. Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah hak khusus seorang staf medis untuk
melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan rumah sakit untuk
suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis (clinical
appointment).
28. Penugasan Klinis (Clinical appointment) adalah penugasan kepada seorang staf medis
untuk melakukan sekelompok pelayanan medis dirumah sakit berdasarkan daftar
kewenangan klinis yang telah ditetapkan bagi staf medis yang bersangkutan

5
29. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan kelayakan
diberikan kewenangan klinis (clinical privilege)
30. Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis yang telah memiliki
kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menentukan kelayakan pemberian
kewenangan klinis yang telah diberikan

6
BAB II
PEMILIK / DEWAN PENGAWAS
Bagian Kesatu
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN WEWENANG

Pasal 3
1. Dewan Pengawas merupakan unit nonstruktural yang bersifat independen, dibentuk dan
bertanggung jawab kepada pemilik Rumah Sakit.
2. Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk pada Rumah Sakit sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 4
1. Dewan Pengawas berfungsi sebagai governing body Rumah Sakit dalam melakukan
pembinaan dan pengawasan nonteknis perumah sakitan secara internal di Rumah Sakit.
2. Keputusan Dewan Pengawas bersifat kolektif kolegial.

Pasal 5
1. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Dewan Pengawas
bertugas:
a. Menentukan arah kebijakan Rumah Sakit;
b. Menyetujui dan mengawasi pelaksanaan rencana strategis;
c. Menilai dan menyetujui pelaksanaan rencana anggaran;
d. Mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan kendali biaya;
e. Mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien;
f. Mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban Rumah Sakit; dan
g. Mengawasi kepatuhan penerapan etika Rumah Sakit, etika profesi, dan peraturan
perundang-undangan;

7
2. Dewan Pengawas yang dibentuk pada Rumah Sakit, selain melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga melaksanakan pengawasan pengelolaan
3. Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada pemilik Rumah Sakit paling sedikit 1 (satu) kali dalam satu semester dan sewaktu-
sewaktu atas permintaan pemilik Rumah Sakit.

Pasal 6
Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Pengawas mempunyai wewenang:
1. Menerima dan memberikan penilaian terhadap laporan kinerja dan keuangan Rumah Sakit
dari Kepala/Direktur Rumah Sakit;
2. Menerima laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Satuan Pemeriksa Internal
Rumah Sakit dengan sepengetahuan Kepala/Direktur Rumah Sakit dan memantau
pelaksanaan rekomendasi tindak lanjut;
3. Meminta penjelasan dari Direksi dan/atau pejabat manajemen lainnya mengenai
penyelenggaraan pelayanan di Rumah Sakit dengan sepengetahuan Kepala/Direktur
Rumah Sakit sesuai dengan Peraturan Internal Rumah Sakit (hospital bylaws) atau
Dokumen Pola Tata Kelola (corporate governance);
4. Meminta penjelasan dari komite atau unit nonstruktural di Rumah Sakit terkait pelaksanaan
tugas dan fungsi Dewan Pengawas sesuai dengan Peraturan Internal Rumah Sakit (hospital
bylaws) atau Dokumen Pola Tata Kelola (corporate governance);
5. Berkoordinasi dengan Kepala/Direktur Rumah Sakit dalam menyusun Peraturan Internal
Rumah Sakit (hospital bylaws) atau Dokumen Pola Tata Kelola (corporate governance),
untuk ditetapkan oleh pemilik; dan
6. Memberikan rekomendasi perbaikan terhadap pengelolaan Rumah Sakit.

Pasal 7
1. Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Pengawas, Kepala/Direktur
Rumah Sakit dapat mengangkat seorang Sekretaris Dewan Pengawas dengan persetujuan
Dewan Pengawas.

8
2. Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas dalam
pengelolaan ketatausahaan Dewan Pengawas.
3. Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan merupakan
anggota Dewan Pengawas dan tidak dapat bertindak sebagai Dewan Pengawas.
4. Masa jabatan Sekretaris Dewan Pengawas ditetapkan selama 5 (lima) tahun atau sesuai
dengan Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) atau Dokumen Pola Tata Kelola
(corporate governance) dan dapat diangkat kembali selama memenuhi persyaratan.

Pasal 8
Ketentuan mengenai tata kerja Dewan Pengawas diatur oleh pemilik Rumah Sakit dan
dituangkan dalam Peraturan Internal Rumah Sakit (hospital bylaws) atau Dokumen Pola
Tata Kelola (corporate governance).

Pasal 9
1. Segala biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas Dewan Pengawas
dibebankan kepada anggaran Rumah Sakit.
2. Anggota Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas dapat diberikan honorarium
atau imbalan sesuai kemampuan keuangan Rumah Sakit.

Bagian Kedua
KEANGGOTAAN DEWAN PENGAWAS
Pasal 10
1. Keanggotaan Dewan Pengawas terdiri dari unsur pemilik Rumah Sakit, organisasi profesi,
asosiasi perumah sakitan, dan tokoh masyarakat.
2. Unsur pemilik Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjuk oleh pemilik
Rumah Sakit.
3. Unsur organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh pemilik
Rumah Sakit setelah berkoordinasi dengan organisasi profesi tenaga kesehatan.
4. Unsur asosiasi perumahsakitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
pemilik Rumah Sakit setelah berkoordinasi dengan asosiasi perumahsakitan.

9
5. Unsur tokoh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tenaga ahli di
bidang perumahsakitan.
6. Keanggotaan Dewan Pengawas berjumlah maksimal 5 (lima) orang terdiri dari 1 (satu)
orang ketua merangkap anggota dan 4 (empat) orang anggota.
7. Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Pengawas dapat membentuk komite audit atau Tim
Ad-hoc.

Pasal 11
Untuk dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas, setiap calon anggota Dewan
Pengawas harus memenuhi persyaratan:
1. Memiliki integritas, dedikasi, dan memahami masalah yang berkaitan dengan
perumahsakitan, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan
tugasnya;
2. Mampu melaksanakan perbuatan hukum;
3. Tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi anggota direksi atau komisaris
atau dewan pengawas yang dinyatakan bersalah sehingga menyebabkan suatu badan usaha
pailit;
4. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana;
5. Tidak mempunyai benturan kepentingan dengan penyelenggaraan Rumah Sakit; dan
6. Persyaratan lain yang ditetapkan oleh pemilik Rumah Sakit.

Pasal 12
Ketentuan mengenai keanggotaan Dewan Pengawas bagi Rumah Sakit ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN
Pasal 13
Dewan Pengawas pada Rumah Sakit yang berbadan hukum perseroan terbatas,
perkumpulan, atau yayasan dibentuk dengan keputusan Presiden direktur perseroan
terbatas, ketua perkumpulan, atau ketua pengurus yayasan.

10
Pasal 14
Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama 5 (lima) tahun atau sesuai
dengan Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) atau Dokumen Pola Tata Kelola
(corporate governance) dan dapat diangkat kembali selama memenuhi persyaratan.

Pasal 15
1. Keanggotaan Dewan Pengawas berakhir setelah masa jabatan anggota Dewan Pengawas
berakhir.
2. Anggota Dewan Pengawas pada Rumah Sakit dapat diberhentikan sebelum habis masa
jabatannya oleh pemilik Rumah Sakit.
3. Pemberhentian anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
apabila anggota Dewan Pengawas terbukti :
a. Tidak melaksanakan tugasnya dengan baik;
b. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Rumah Sakit;
d. Mempunyai benturan kepentingan dengan Rumah Sakit; atau
e. Dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
4. Dalam hal anggota Dewan Pengawas menjadi tersangka tindak pidana kejahatan, yang
bersangkutan diberhentikan sementara dari jabatannya oleh pemilik Rumah Sakit.

Pasal 16
1. Apabila terdapat anggota Dewan Pengawas yang diberhentikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (2), dilakukan penggantian anggota Dewan Pengawas dengan
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal 15.
2. Masa jabatan anggota Dewan Pengawas pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan selama sisa masa jabatan anggota Dewan Pengawas yang diganti.

11
Bagian Keempat
Rapat rutin, rapat khusus, rapat tahunan
Pasal 17
Rapat Rutin
1. Rapat rutin adalah setiap rapat terjadwal yang diselenggarakan Dewan Pengawas yang bukan
termasuk rapat tahunan dan rapat khusus.
2. Rapat rutin merupakan rapat koordinasi antara Dewan Pengawas dengan Direksi rumah sakit
atau komite medik untuk mendiskusikan, mencari klarifikasi, atau alternatif solusi berbagai
masalah rumah sakit.
3. Rapat rutin dilaksanakan paling sedikit sepuluh kali dalam setahun dengan interval tetap
pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas. Sekretaris Dewan
Pengawas menyampaikan undangan kepada setiap anggota Dewan Pengawas, Direksi dan
pihak lain sebagaimana tercantum dalam ayat (2) untuk menghadiri rapat rutin paling
lambat tiga hari sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
4. Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana
diatur dalam ayat (2) harus melampirkan :
a. Satu salinan agenda;
b. Satu salinan risalah rapat rutin yang lalu;
c. Satu salinan risalah rapat khusus yang lalu;

Pasal 18
Rapat khusus
1. Rapat khusus adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas untuk menetapkan
kebijakan hal-hal khusus yang tidak termasuk dalam rapat rutin maupun rapat tahunan.
2. Dewan Pengawas mengundang untuk rapat khusus dalam hal:
a. Ada permasalahan penting yang harus segera diputuskan; atau
b. Ada permintaan yang ditandatangani oleh paling sedikit tiga anggota Dewan
Pengawas

12
3. Undangan rapat khusus disampaikan oleh Sekretaris Dewan Pengawas kepada peserta rapat
paling lambat dua puluh empat jam sebelum rapat tersebut diselenggarakan.
4. Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan pertemuan secara spesifik.
5. Rapat khusus yang diminta oleh anggota Dewan Pengawas sebagaimana diatur dalam ayat
(1) butir b diatas harus diselenggarakan paling lambat tujuh hari setelah diterimanya surat
permintaan tersebut.

Pasal 19
Rapat Tahunan
1. Rapat Tahunan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas setiap tahun,
dengan tujuan untuk menetapkan kebijakan tahunan operasional rumah sakit.
2. Rapat Tahunan diselenggarakan sekali dalam satu tahun kalender diantara tanggal 1 Juli
dan 31 Desember.
3. Dewan Pengawas menyiapkan dan menyajikan laporan umum keadaan rumah sakit
termasuk laporan keuangan yang telah diaudit.
4. Sekretaris Dewan Pengawas menyampaikan undangan tertulis kepada para anggota
Dewan Pengawas dan Direksi serta undangan lain paling lambat empat belas hari sebelum
rapat diselenggarakan.

13
BAB III
KELENGKAPAN RAPAT
Pasal 20
Undangan Rapat
Setiap rapat dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan sesuai aturan, kecuali
seluruh anggota Dewan Pengawas yang berhak memberikan suara menolak undangan
tersebut.

Pasal 21
Peserta Rapat
Setiap rapat rutin selain dihadiri oleh anggota Dewan Pengawas dan Direktur juga dihadiri
oleh Para wadir dan pihak lain yang ada di lingkungan rumah sakit atau dari luar
lingkungan rumah sakit apabila diperlukan.

Pasal 22
Pejabat Ketua
Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua berhalangan hadir dalam suatu rapat, makam bila
kuorum telah tercap/stempelai, anggota Dewan Pengawas dapat memilih pejabat Ketua
untuk memimpin rapat.

Pasal 23
Kuorum
1. Rapat Dewan Pengawas hanya dapat dilaksanakan bila kuorum tercap/stempelai.
2. Kuorum memenuhi syarat apabila dihadiri 2/3 dari seluruh anggota
3. Bila kuorum tidak tercap/stempelai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang telah
ditentukan, maka rapat ditangguhkan untuk dilanjutkan pada suatu tempat hari dan jam
yang sama minggu berikutnya.
4. Bila kuorum tidak juga tercap/stempelai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang
telah ditentukan pada minggu berikutnya, maka rapat segera dilanjutnya dan segala
keputusan yang terdapat dalam risalah rapat disahkan dalam rapat Dewan Pengawas
berikutnya.

14
Pasal 24
Risalah Rapat
1. Penyelenggaraan setiap risalah rapat Dewan Pengawas menjadi tanggung jawab Sekretaris
Dewan Pengawas
2. Risalah rapat Dewan Pengawas harus disahkan dalam waktu maksimal tujuh hari setelah
rapat diselenggarakan, dan segala putusan dalam risalah rapat tersebut tidak boleh
dilaksanakan sebelum disahkan oleh seluruh anggota Dewan Pengawas yang hadir.

Pasal 25
Pemungutan Suara
Kecuali telah diatur dalam Statuta ini, maka :
1. Setiap masalah yang diputuskan melalui pemungutan suara dalam rapat Dewan Pengawas
ditentukan denan mengangkat tangan atau bila dikehendaki oleh para anggota Dewan
Pengawas pemungutan suara dapat dilakukan dengan amplop tertutup;
2. Putusan rapat Dewan Pengawas didasarkan pada suara terbanyak setelah dilakukan
pemungutan suara;
3. Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama, maka Ketua atau Wakil Ketua
berwenang untuk menyelenggarakan pemungutan suara yang kedua kalinya;
4. Suara yang diperhitungkan hanyalah suara anggota Dewan Pengawas yang hadir pada rapat
tersebut.
Pasal 26
Pembatalan Putusan Rapat
1. Dewan Pengawas dapat merubah atau membatalkan setiap putusan yang diambil pada rapat
rutin atau rapat khusus sebelumnya, dengan syarat bahwa usul perubahan atau pembatalan
tersebut dicantumkan dalam pemberitahuan atau undangan rapat sebagaimana ditentukan
dalam Statuta ini.
2. Dalam hal usul perubahan atau pembatalan putusan Dewan Pengawas tidak diterima dalam
rapat tersebut, maka usulan ini tidak dapat diajukan lagi dalam kurun waktu tiga bulan
terhitung sejak saat ditolaknya usulan.

15
Pasal 27
Cap/stempel
1. Dalam Statuta ini ditentukan dua macam cap/stempel, yaitu cap/stempel Dewan Pengawas
dan cap/stempel rumah sakit;
2. Setiap dokumen tidak akan dibubuhi cap/stempel Dewan Pengawas selain menyangkkut hal-
hal yang diputuskan oleh Dewan Pengawas seperti yang tercantum dalam risalah rapat,
kecuali pada saat diantara dua rapat Dewan Pengawas dimana Ketua diberi wewenang
untuk menggunakan cap/stempel tersebut dengan persetujuan dua anggota Dewan
Pengawas lainnya.
3. Penggunaan cap/stempel oleh Ketua pada saat diantara dua rapat Dewan Pengawas
sebagaimana tercantum dalam ayat (2) diatas harus dilaporkan pada rapat Dewan Pengawas
berikutnya untuk memperoleh pengakuan.
4. Setiap dokumen yang menggunakan cap/stempel Dewan Pengawas harus ditandatangani
oleh sekurangnya dua orang anggota Dewan Pengawas.
5. Direktur bertanggungjawab atas keamanan penggunaan cap/stempel rumah sakit.
6. Untuk kepentingan operasional rumah sakit digunakan cap/stempel rumah sakit.
7. Cap/stempel rumah sakit terdiri dari tiga jenis yaitu yang digunakan oleh sekretariat, bagian
keuangan dan kasir
8. Setiap cap/stempel rumah sakit tersebut diatas dibubuhi identitas masing-masing bagian
secara berbeda-beda
9. Penggunaan cap/stempel rumah sakit ditentukan lebih lanjut oleh Direktur.
10. Bagian Sekretaris bertanggungjawab atas pengamanan dan penggunaan setiap cap/stempel
rumah sakit.

16
BAB IV
DIREKSI RUMAH SAKIT
Bagian Kesatu
Pengangkatan, Pengelolaan, Fungsi, Tugas, Wewenang, Tanggung Jawab dan
Pemberhentian

Pasal 28
1. Pengangkatan, Pengelolaan, pengurusan dan pelaksanaan kegiatan Rumah Sakit secara
keseluruhan dilakukan oleh 1(satu) Direktur dan dibantu oleh 2 (dua) wakil direktur (wakil
direktur pelayanan medis dan wakil direktur keuangan dan umum)
2. Direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan rumah sakit.
3. Direktur dibantu wakil Direktur bertanggung jawab kepada Presiden Direktur Perseroan
4. Tugas pokok, fungsi, wewenang dan tanggung jawab Direktur ditentukan Presiden direktur
perseroan dan diperinci dalam suatu uraian tugas secara tertulis dalam Organisasi dan Tata
Laksana Rumah Sakit.
5. Penilaian Kinerja Direktur Utama dan wakil Direktur dilakukan Presiden Direktur
Perseroan
6. Direksi mempunyai tugas dan wewenang untuk:
a. Memimpin dan mengelola Rumah Sakit sesuai dengan Visi dan Misi serta
tujuan Rumah sakit;
b. Bertanggung jawab memelihara dan mengelola kekayaan Rumah sakit;
c. Mewakili Rumah sakit, baik di dalam maupun di luar Pengadilan;
d. Melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam mengelola Rumah sakit
sebagaimana yang telah digariskan oleh Pemilik
e. Menetapkan kebijakan operasional Rumah sakit;
f. Menyiapkan Rencana Jangka Panjang dan Rencana Bisnis Anggaran
Rumah sakit;
g. Mengawasi pembukuan serta administrasi RS sesuai dengan peraturan dan
kelaziman yang berlaku bagi Rumah sakit;

17
h. Menetapkan Organisasi dan Tata Kerja Rumah sakit Iengkap dengan susunan
jabatan dan rincian tugas setelah disetujui oleh Pemilik/Dewan Pengawas;
i. Mengangkat dan memberhentikan tenaga honor dan/atau kontrak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
j. Menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban tenaga
honor dan/atau kontrak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
k. Menyiapkan laporan berkala dan tahunan.

Pasal 29
Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang-perorangan yang:
1. Memenuhi kriteria keahlian, integritas, & kepemimpinan;
2. Berkelakuan baik serta memiliki dedikasi untuk mengembangkan
kinerja guna kemajuan rumah sakit;
3. Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah
dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris atau Dewan Pengawas yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu rumah sakit dinyatakan pailit.
4. Berkewarganeganaan Indonesia.

Pasal 30
1. Direktur mempunyai tugas pokok untuk memimpin pelaksanaan tugas dan pengelolaan
Rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Direktur dapat bertindak untuk dan atas nama Direksi dalam melakukan perbuatan hukum.
3. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Direktur mempunyai
fungsi merumuskan kebijakan operasional, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan di bidang pelayanan medik dan
keperawatan, SDM dan Pendidikan, Keuangan, serta Umum dan Operasional.

18
4. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktur utama dibantu
oleh wakil direktur.

Pasal 31
1. Wakil Direktur pelayanan medis mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan tugas dan
fungsi rumah sakit dalam hal pelayanan medis, keperawatan serta penunjang medik.
2. Wakil direktur pelayanan medis membawahi Kelompok Staf Medis Fungsional.
3. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
wakil direktu pelayanan medis menyelenggarakan fungsi :
a. Menyusun rencana sistim pelayanan medik, keperawatan dan penunjang;
b. Melaksanakan pelayanan dan utilisasi peralatan medis, keperawatan, dan
penunjang;
c. Melakukan pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelayanan medik,
keperawatan dan penunjang.

Pasal 32
1. Wakil Direktur administrasi Keuangan dan umum mempunyai tugas melakukan
pengelolaan keuangan rumah sakit yang meliputi penyusunan dan evaluasi anggaran,
perbendaharaan dan mobilisasi dana serta akutansi dan verifikasi. pengelolaan sumber daya
manusia, pelayanan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan.
pengelolaan data dan informasi, hukum, organisasi dan hubungan masyarakat serta
administrasi umum
2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Direktur Keuangan
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana kegiatan anggaran, perbendaharaan dan mobilisasi dana serta
akutansi dan verifikasi;
b. Koordinasi pelaksanaan kegiatan anggaran, perbendaharaan dan mobilisasi dana,
serta akutansi dan verifikasi;

19
c. Pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan anggaran
perbendaharaan, dan mobilisasi dana serta akutansi dan verifikasi.
d. Penyusunan rencana kebutuhan dan penyediaan tenaga kesehatan serta tenaga non
kesehatan rumah sakit;

e. Koordinasi dan pelaksanaan pengelolaan sumber daya manusia, pelayanan,


pendidikan, dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan rumah sakit;
f. Koordinasi perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia, pelayanan
pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan rumah sakit;
g. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya manusia,
pelayanan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan rumah sakit;
h. Melakukan pembinaan sumber daya manusia, khusus bagi tenaga kesehatan melalui
koordinasi dengan komite medik dan kelompok profesi di rumah sakit.
i. Pengelolaan data dan informasi;
j. Pelaksanaan urusan hukum, organisasi dan hubungan masyarakat;
k. Pelaksanaan urusan administrasi umum.

Pasal 33
1. Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan rumah sakit.
2. Direktur berwenang bertindak atas nama Direksi untuk masing-masing bidang yang
menjadi tugas dan wewenangnya.

Pasal 34
1. Apabila salah satu atau beberapa anggota Direksi berhalangan tetap
menjalankan pekerjaannya atau apabila jabatan itu terluang dan
penggantinya belum memangku jabatan, maka kekosongan jabatan
tersebut dipangku oleh anggota Direksi Iainnya yang ditunjuk sementara oleh Direktur atas
persetujuan Presiden Direktur Perseroan/dewan pengawas.
2. Dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak
terjadinya keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
pemilik/dewan pengawas dapat menunjuk anggota Direksi yang baru untuk

20
memangku jabatan yang terluang sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2).
3. Apabila semua anggota Direksi berhalangan tetap melakukan
pekerjaannya atau jabatan Direksi terluang seluruhnya dan belum
diangkat, maka sementara pengelolaan Rumah Sakit dijalankan oleh Presiden Direktur
Perseroan/dewan pengawas.

4. Dalam menjalankan tugas dan kewenangan sebagaimana dimaksud


pada Pasal 28 ayat (6) huruf c, Direktur dapat melaksanakan sendiri atau
menyerahkan kekuasaan kepada:
a. Seorang atau beberapa orang anggota Direksi;
b. Seorang atau beberapa orang Pejabat Rumah Sakit, baik secara sendiri maupun
bersama-sama; atau
c. Orang atau badan lain, yang khusus ditunjuk untuk hal tersebut.

Bagian Kedua
RAPAT
Pasal 35
1. Rapat Direksi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.
2. Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibicarakan hal-hal yang berhubungan
dengan kegiatan Rumah sakit sesuai dengan tugas, kewenangan dan kewajibannya.
3. Keputusan Rapat Direksi diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat.
4. Dalam hal tidak tercap/stempelai kata sepakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak.
5. Dalam rapat-rapat tertentu yang bersifat khusus, Direksi dapat mengundang Dewan
Pengawas, yang disampaikan secara tertulis dalam waktu 48 (empat puluh delapan) jam
sebelumnya.
6. Untuk setiap rapat dibuat daftar hadir dan risalah rapat oleh Notulis.

21
BAB V
KOMITE DAN SATUAN PEMERIKSAAN INTERN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 36
1. Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi dibentuk
untuk memberikan pertimbangan strategis kepada pimpinan rumah sakit dalam rangka
peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit.
2. Pembentukan komite di rumah sakit disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit yang
terdiri dari Komite Medik , Komite Etik dan Hukum, Komite Keperawatan, Komite
Farmasi dan Terapi, Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPI RS),
serta komite lainnya yang dibutuhkan oleh rumah sakit.
3. Komite berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur rumah sakit.
4. Komite dipimpin oleh seorang ketua yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur rumah
sakit.
5. Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis komite ditetapkan oleh Direktur rumah sakit
setelah mendapat persetujuan dari pemilik/dewan pengawas.

Pasal 37
1. Tiap-tiap Komite yang terdapat di rumah sakit mempunyai fungsi yang berbeda sesuai
dengan fungsi dan kewenangan yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
2. Setiap Komite akan dijabarkan dalam Bagian tersendiri sesuai dengan fungsi dan
kewenangannya pada Buku Kesatu Peraturan Internal Korporasi.
3. Pengaturan mengenai Komite Medik akan diatur secara khusus dalam bab tersendiri pada
Buku Kedua Peraturan Internal Staf Medis.

Bagian Kedua
Komite Etik dan Hukum
Pasal 38
1. Ketua dan Anggota Komite Etik dan Hukum diangkat dan diberhentikan oleh
Direktur RSIA ILANUR untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun.

22
2. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Etik dan Hukum bertanggung jawab
langsung kepada Direktur RSIA ILANUR.
3. Ketua dan Anggota Komite Etik dan Hukum dapat diberhentikan pada masa
jabatannya apabila:
a. Tidak melaksanakan tugas dengan baik;
b. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Rumah Sakit;
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana, kejahatan dan
atau kesalahan yang bersangkutan dengan kegiatan Rumah Sakit;
e. Adanya kebijakan dari Pemilik Rumah Sakit;
4. Pemberhentian dengan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diberitahukan
secara tertulis oleh Direktur kepada yang bersangkutan;

Pasal 39
1. Tugas secara terperinci dari Komite Etik dan Hukum adalah:
a. Memberikan pertimbangan dan saran kepada Direktur dalam hal menyusun dan
merumuskan kebijakan dalam aspek hukum dan etika pelayanan di RSIA ILANUR
serta etika penyelenggaraan organisasi ILANUR;
b. Membantu Direktur dalam penyelesaian masalah yang terkait dalam aspek
hukum dan etika pelayanan di RSIA ILANUR serta etika penyelenggaraan organisasi
RSIA ILANUR
c. Membantu Direksi melakukan pembinaan dan pemeliharaan dalam aspek
hukum dan etika pelayanan di RSIA ILANUR serta etika penyelenggaraan organisasi
RSIA ILANUR dalam penyelenggaraan fungsi rumah sakit yang terkait dengan
hospital bylaws ILANUR;
d. Berkoordinasi dengan Bagian Hukum Rumah Sakit dalam penanganan masalah
hukum di RSIA ILANUR;
2. Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Komite Etik dan
Hukum berfungsi:
a. Menyelenggarakan dan
meningkatkan komunikasi dalam aspek hukum dan etika pelayanan di RSIA

23
ILANUR serta etika penyelenggaraan organisasi RSIA ILANUR baik internal
maupun eksternal RSIA ILANUR;
b. Menyelenggarakan dan
meningkatkan pengetahuan tentang aspek hukum dan etika pelayanan di RSIA
ILANUR serta etika penyelenggaraan organisasi RSIA ILANUR bagi petugas di
RSIA ILANUR;
c. Menyelenggarakan dan
meningkatkan pengetahuan terkait dalam aspek hukum dan etika pelayanan di RSIA
ILANUR serta etika penyelenggaraan organisasi RSIA ILANUR terhadap masalah-
masalah etika dan hukum di RSIA ILANUR;
3. Hasil pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2)
disampaikan secara tertulis kepada Direktur dalam bentuk laporan dan rekomendasi;
4. Bahan pertimbangan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah
berdasarkan penugasan dari Direktur.

Bagian Ketiga
Komite Keperawatan
Pasal 40
1. Ketua dan Anggota Komite Keperawatan diangkat dan diberhentikan oleh Direktur
RSIA ILANUR untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun.
2. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan bertanggung jawab
langsung kepada Direktur RSIA ILANUR
3. Ketua dan Anggota Komite Keperawatan dapat diberhentikan pada masa jabatannya
apabila:
a. Tidak melaksanakan tugas dengan baik;
b. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Rumah Sakit
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana, kejahatan dan
atau kesalahan yang bersangkutan dengan kegiatan Rumah Sakit;
e. Adanya kebijakan dari Pemilik Rumah Sakit;

24
4. Pemberhentian dengan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberitahukan secara
tertulis oleh Direktur kepada yang bersangkutan.

Pasal 41
Tugas Komite Keperawatan
1. Menyusun dan menetapkan standar asuhan keperawatan di rumah sakit.
2. Menyusun model praktek keperawatan profesional.
3. Memantau pelaksanaan asuhan keperawatan.
4. Memantau dan membina perilaku etik dan profesional tenaga keperawatan.
5. Meningkatkan profesional keperawatan melalui peningkatan pengetahuan dan
keterampilan seiring kemajuan IPTEK yang terintegrasi dengan perilaku baik.
6. Berkerjasama dengan Direktur/Bidang Keperawatan dalam merencanakan program untuk
mengatur kewenangan profesi tenaga keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan
sejalan dengan rencana strategis rumah sakit.
7. Memberi rekomendasi dalam rangka pemberian kewenangan profesi bagi tenaga
keperawatan yang akan melakukan tindakan asuhan keperawatan.
8. Mengkoordinir kegiatan tenaga keperawatan dan menyampaikan laporan kegiatan
Komite Keperawatan secara berkala kepada seluruh tenaga keperawatan.

Bagian Keempat
Komite Farmasi dan Terapi
Pasal 42
1. Ketua dan Anggota Komite Farmasi dan Terapi diangkat dan diberhentikan oleh
Direktur RSIA ILANUR untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun.
2. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Farmasi dan Terapi bertanggung
jawab langsung kepada Direktur RSIA ILANUR
3. Ketua dan Anggota Komite Farmasi dan Terapi dapat diberhentikan pada masa
jabatannya apabila:
a. Tidak melaksanakan tugas dengan baik;
b. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Rumah Sakit;

25
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana, kejahatan dan
atau kesalahan yang bersangkutan dengan kegiatan Rumah Sakit;
e. Adanya kebijakan dari Pemilik Rumah Sakit;
4. Pemberhentian dengan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberitahukan
secara tertulis oleh Direktur kepada yang bersangkutan;

Pasal 43
Tugas Komite Farmasi dan Terapi
1. Membantu pimpinan RSIA ILANUR untuk meningkatkan Pengelolan dan penggunaan
obat secara rasional.
2. Menyusun tata laksana penggunaan formularium sebagai pedoman terapi di RSIA
ILANUR.
3. Memantau serta menganalisa kerasionalan penggunaan obat di RSIA ILANUR
4. Melaksanakan analisa untung rugi dan analisa biaya penggunaan obat di RSIA ILANUR
5. Memperbaharui isi formularium sesuai dengan kemajuan ilmu kedokteran.

6. Mengkoordinir pelaksanaan uji klinis.


7. Mengkoordinir pelaksanaan efek samping obat.
8. Menjalankan kerjasama dengan komite lain secara horizontal dan vertikal.
9. Menampung, memberikan saran dan ikut memecahkan masalah lainnya dalam
pengelolaan obat di RSIA ILANUR

Bagian Kelima
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Pasal 44
1. Ketua dan Anggota Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) diangkat dan
diberhentikan oleh Direktur RSIA ILANUR untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun.
2. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi bertanggung jawab langsung kepada Direktur RSIA ILANUR.
3. Ketua dan Anggota Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dapat diberhentikan
pada masa jabatannya apabila:

26
a. Tidak melaksanakan tugas dengan baik;
b. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Rumah Sakit;
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana, kejahatan dan
atau kesalahan yang bersangkutan dengan kegiatan Rumah Sakit;
e. Adanya kebijakan dari Pemilik Rumah Sakit;
4. Pemberhentian dengan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberitahukan secara
tertulis oleh Direktur kepada yang bersangkutan;

Pasal 45
Tugas Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
1. Membuat kebijakan PPI Rumah Sakit.
2. Mensosialisasikan kebijakan PPI Rumah Sakit.
3. Membuat standar oprasional prosedur.
4. Menyusun program pelatihan dan pendidikan PPI.
5. Melakukan investigasi dan penanggulangan masalah/KLB infeksi nosokomial bersama
tim PPI.
6. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman.

Bagian Keenam
Satuan Pemeriksa Intern
Pasal 46
1. Ketua dan Anggota Satuan Pemeriksaan Intern diangkat dan diberhentikan oleh
Direktur RSIA ILANUR untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun.
2. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Satuan Pemeriksaan Intern
bertanggungjawab langsung kepada Direktur RSIA ILANUR.
3. Ketua dan Anggota Satuan Pemeriksaan Intern dapat diberhentikan pada masa
jabatannya apabila:
a. Tidak melaksanakan tugas dengan baik;
b. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Rumah Sakit;

27
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana, kejahatan dan
atau kesalahan yang bersangkutan dengan kegiatan Rumah Sakit;
e. Mempunyai benturan kepentingan dengan penyelenggaraan rumah sakit;
f. Adanya kebijakan dari Pemilik Rumah Sakit.
4. Pemberhentian dengan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberitahukan secara
tertulis oleh direktur kepada yang bersangkutan;

Pasal 47
1. Tugas pokok Satuan Pemeriksaan Intern adalah melaksanakan pemeriksaan dan
penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan di Rumah Sakit agar dapat berjalan sesuai
dengan rencana dan ketentuan yang berlaku;

2. Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Satuan


Pemeriksaan Intern berfungsi:
a. Merancang sistem pemeriksaan dan sistem pengendalian intern;
b. Melaksanakan pemeriksaan/audit keuangan dan audit manajemen operasional;
c. Melakukan identifikasi risiko sebagai upaya membantu Direksi mencegah terjadinya
penyimpangan;
d. Memberikan konsultasi dan pembinaan tentang manajemen risiko terkait dengan
pengendalian intern;
e. Melakukan hubungan dengan Eksternal Auditor;
3. Hasil pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2)
disampaikan dalam bentuk laporan dan rekomendasi kepad Direktur .

28

Anda mungkin juga menyukai