PENDAHULUAN ………………………………………………………..
RSUD Ba’a didirikan dengan visi menjadikan Rumah Sakit Umum yang terpercaya dan
kebanggaan bagi masyarakat Rote Ndao.
Salah satu pilar agar mutu pelayanan kesehatan adalah yang terbaik, dimana
keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi, maka yang dapat diberikan oleh RSUD Ba’a
kepada masyarakat adalah tata kelola klinis (clinical goverance) yang baik.
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang sangat kompleks dan beresiko
tinggi. Staf medis memegang peranan dominan dalam pelayanan medis di rumah sakit. Karena
itu profesionalisme staf medis selalu perlu ditingkatkan untuk menjamin mutu pelayanan
kesehatan dan melindungi keselamatan pasien (pasien safety).
Komite medik memiliki peranan strategis dalam menjaga profesionalisme staf medik di
rumah sakit, karena komite medik memiliki peranan penting dalam mengandalikan kompetensi
dan perilaku staf medis yang bekerja di rumah sakit melalui mekanisme kredensial dan
pengendalian mutu profesi medis.
Peraturan Internal Staf Medik RSUD Ba’a (medical staff by law) ini telah mengadopsi
peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 755/MENKES/PER/IV/2011 tersebut
dalam penyelenggaraan pelayanan medis yang professional seperti yang di cita-citakan.
Peraturan Internal Staf Medis RSUD Ba’a (medical staff by law) ini menegaskan peranan
penting yang dilakukan oleh komite medik untuk menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical
goverance) yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien di RSUD Ba’a lebih
terjamin dan terlindungi. Komite medis RSUD Ba’a mempunyai tugas meningkatkan
profesionalisme staf medis di rumah sakit dengan cara melakukan kredensial bagi seluruh staf
medis yang akan melakukan pelayanan di rumah sakit, memelihara mutu profesi staf medis, dan
menjaga displin, etika dan perilaku staf medis.
Peraturan Internal Staf Medis RSUD Ba’a (Medical staff by law) yang baru ini berbeda
dengan peraturan internal staf medis sebelumnya, karena peraturan internal staf ini disusun
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
755/MENKES/PER/IV/2011. Peraturan Internal Staf Medis ini menegaskan tugas-tugas lain
seperti pengendalian infeksi nosocomial, farmasi, rekam medis, bank darah, dan hal-hal terkait
dengan pengelolaan rumah dakit dan sumber dayanya yang dilakukan sepenuhnya oleh
kepala/direktur rumah sakit dan bukan oleh komite medik.
Peraturan Internal Staf Medis RSUD Ba’a juga berisi aturan-aturan profesi bagi staf medis
(medical staff rules and regulation) yang disusun oleh kepala/direktur rumah sakit. Aturan-
aturan profesi bagi staf medis (medical staff rules and regulation) ini harus ditaati oleh semua
staf medis yang bekerja di rumah sakit agar dapat dicapai tata kelola klinis (clinical goverance)
yang baik.
Dengan adanya Peraturan Internal Staf Medis (medical staff by laws) ini diharapkan staf
medis yang melakukan pelayanan di RSUD Ba’a adalah staf medis yang baik (kredibel) dan
memiliki kompetensi yang diperlukan. Hanya staf medis yang telah memperoleh surat
penugasan (clinical appointment) dengan kewenangan klinis yang sesuai dengan spesialisasinya,
akan diterbitkan Surat Keputusan oleh kepala/direktur rumah sakit sajalah yang diperkenankan
memberi pelayanan di RSUD Ba’a
BAB I
KETENTUAN UMUM
BAB II
TUJUAN
Tujuan peraturan internal staf medis (medical staf by laws) adalah :
1. Agar komite medik dapat menyelenggarakan tata kelola klinis yang baik (good clinical
goverance) melalui mkanisme kredensial, peningkatan mutu profesi dan penegakan
displin profesi.
2. Peraturan internal medis (medical staff by laws) juga bertujuan untuk memberikan dasar
hukum bagi mitra bestari (peer group) dalam mengambil keputusan profesi melalui
komite medik. Putusan itu dilandasi semangat bahwa hanyastaf medis yang kompeten
dan berperilaku professional sajalah yang boleh melakukan pelayanan medis di RSUD
Ba’a
3. Agar seluruh staf medis yang bekerja di RSUD Ba’a menaati aturan-aturan profesi bagi
staf medis (medical staff rules and regulation) yang berlaku di rumah sakit, sehingga tata
kelola klinis yang baik dapat terwujudkan.
BAB III
KEWENANGAN KLINIS
Rumah sakit merupakan intitusi yang sangat komplek dan beresiko. Semua pelayanan
medis yang terjadi di rumah sakit dan akibatnya menjadi tanggung jawab kepala/direktur rumah
sakit tersebut. Oleh karena itu kepala/direktur rumah sakit harus mengatur seluruh pelayanan
media yang dilakukan oleh staf medis sedemikian rupa agar aman bagi pasien. Pengaturan
seluruh medis yang dilakukan didasarkan pada pemikiran bahwa kepala/direktur rumah sakit
berhak pelayanan medis di rumah sakitnya, kecuali bila kepala/direktur rumah sakit
mengizinkan staf medis tertentu untuk melakukan pelayanan medis tersebut. Dengan demikian
bila seorang staf medis telah diizinkan melakukan pelayanan medis dan prosedur klinis lainnya
di rumah sakit, berarti yang bersangkutan telah diistimewakan dan memperoleh hak khusus
(privilage) dari rumah sakit. Hak staf medis tersebut dalam Peraturan Menteri Kesehatan ini
selanjutnya disebut sebagai kewenangan klinis (clinical privilage).
Kewenangan klinis (clinical privilage) setiap staf medis dapat saling berbeda walaupun
mereka memiliki spesialisasi yang sama. Seorang staf dari spesialisasi tertentu dapat saja lebih
kompeten dari pada yang lainnya untuk melakukan jenis pelayanan medis tertentu dalam
bidang spesialisasi tersebut. Dengan demikian kewenangan klinis (clinical privilage) untuk setiap
spesialisasi ilmu kedokteran harus dirinci lebih lanjut (delineation of clinical privilage). Rincian
kewenangan (delineation of clinical privilege) setiap spesialisasi di rumah sakit ditentukan oleh
komite medic dengan berpedoman kepada norma keprofesian yang ditetapkan oleh kolegium
setiap spesialisasi.
Dengan demikian setiap rekomendasi komite medik atas kewenangan klinis (clinical privilage)
untuk staf medis dapat di pertanggung jawabkan secara hokum, karena “buku putih” (white
paper) tersebut mengacu pada berbagai norma profesi yang ditetapkan oleh kolegium setiap
spesialisasi.
Kewenangan klinis seorang staf medis tidak hanya didasarkan pada kredensial terhadap
kompetensi keilmuan dan keterampilan saja, akan tetapi juga didasarkan pada kesehatan fisik,
kesehatan mental dan perilaku (behavior) staf medis tersebut. Semua faktor tersebut diatas
akan mempengaruhi keselamatan pasien baik secara langsung maupun tidak langsung.
BAB IV
PENUGASAN KLINIS
Kepala/direktur rumah sakit harus mengatur kewenangan klinis setiap staf medis yang
bekerja di rumah sakitnya, karena kepala/direktur rumah sakit bertanggung jawab atas
keselamatan pasien ketika menerima pelayanan medis di rumah sakit. Untuk itu kepala/direktur
rumah sakit harus mengatur dimana hanya staf medis yang berkompetenlah yang berhak
menangani pasien di rumah sakitnya.
Dalam hal komite medik merekomendasikan seorang staf medis untuk menerima
kewenangan klinis (clinical privilage) tertentu setelah dilakukan kredensial dan kepala/ direktur
rumah sakit akhirnya dapat menyetujuinya, maka kepala/direktur rumah sakit menerbitkan
suatu surat keputusan untuk menugaskan staf medis yang bersangkutan untuk melakukan
pelayanan medis di rumah sakitnya. Penugasan staf medis tersebut disebut sebagai penugasan
klinis (clinical appointment).
Dengan memiliki surat penugasan (clinical appointment), maka seorang staf medis
bergabung menjadi anggota kelompok (member) staf medis yang memiliki kewenangan klinis
untuk melakukan pelayanan medis di RSUD Ba’a
Dalam keadaan tertentu kepala/direktur rumah sakit dapat pula menerbitkan surat
penugasan sementara (temporary clinical appointment), misalnya untuk konsultan tamu yang
diperlukan sementara oleh rumah sakit.
Kepala/direktur rumah sakit dapat mengubah, membekukan untuk waktu tertentu, atau
mengakhiri penugasan klinis (clinical appointment) seorang staf medis atas pertimbangan
komite medis atau atas alasan tertentu. Dengan dibekukan dan diakhirinya penugasan (clinical
appointment) seorang staf medis tidak berwenang lagi melakukan pelayanan medis di rumah
sakit.
Mekanisme penugasan klinis (clinical appointment) ini merupakan salah satu instrument
utama tata kelola klinis (clinical goverance) yang baik.
BAB V
KOMITE MEDIK
Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis (clinical
goverance), agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya, melalui mekanisme
kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan displin profesi medis.
Dengan demikian komite medik dibentuk dengan tujuan utama agar mutu pelayanan
medis dan keselamtan pasien rumah sakit lebih terjamin.
Komite medik merupakan organisasi non struktural dibentuk oleh kepala/direktur rumah
sakit. Kepala/direktur rumah sakit menetapkan kebijakan prosedur dan sumber daya yang
diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi komite medik bertanggung jawab kepada
kepala/direktur rumah sakit.
Clinical Goverance
Clinical Appointment
Clinical Privilage
Komite medik dibentuk oleh kepala/direktur rumah sakit. Keanggotaan komite medik
ditetapkan oleh kepala/direktur rumah sakit dengan mempertimbangkan professional, reputasi
dan perilaku. Anggota komite medik terbagi dalam sub komite – sub komite.
a) Ketua
b) Wakil Ketua
c) Sekretaris
d) Sub komte – sub komite
1) Sub Komite Kredensial
2) Sub Komite Mutu Profesi
3) Sub Komite Etika dan Displin Profesi
Kepala/Direktur
Rumah Sakit
Komite Medik
Ketua
Sekretaris
Anggota
Sub Komite Kredensial Sub Komite Mutu Sub Komite etika dan
displin profesi
Ketua Ketua
Sekretaris Ketua
Sekretaris Sekretaris
Anggota Anggota
Anggota
a. Melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan rumah
sakit
b. Memelihara mutu profesi staf medis
c. Menjaga disiplin, etika, dan perilaku staf medis
Dalam melaksanakan tugas kredensial, komite medik memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan masukan dari
kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang berlaku
b. Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian
1. Kompetensi
2. Kesehatan fisik dan mental
3. Perilaku
4. Etika Profesi
c. Evaluasi data pendidikan professional kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan
d. Wawancara terhadap permohonan kewenangan klinis
e. Penilaian dan pemutusan kewenanagan klinis yang adekuat
f. Pelaporan hasil penilaian kredensial yang menyampaikan rekomendasi kewenangan
klinis kepada komite medik
g. Melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan
dan adanya permintaan dari komite medik
h. Rekomendasi kewenangan klinis dan penertiban surat penugasan
Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis, komite medik memiliki
fungsi sebagai berikut :
a. Pelaksanaan audit medis
b. Rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi
staf medis
c. Rekomendasi kegiatan eksternal dalam pendidikan berkelanjutan bagi staf medis rumah
sakit tersebut
d. Rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis yang membutuhkan
Dalam melaksanakan tugas menjaga displin, etika, dan perilaku profesi staf medis,
komite medik memiliki fungsi sebagai berikut :
Dengan demikian, komite medik melaksanakan tugasnya melalui tiga hal utama yaitu :
Tugas-tugas lain di luar tugas diatas yang terkait dengan pelayanan, medis bukanlah tugas
komite medik, tetapi menjadi tugas kepala/direktur rumah sakit.
Wewenang
Tugas2 Rutin RM
Direktur
Kredensial
RSUD Ba’a
Recredensial
Peningkatan mutu
The AMA
division
Komite Medik
Keputusan Komite Medik
Sub komite
MEKANISME KERJA KOMITE MEDIK
Direktur
Masalah2 DI Rumah Sakit RSUD Ba’a
Komite Medik
The AMA
division
Sub komite
Sub komite
Sub komite
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, komite medik dapat dibantu oleh Panitia
Adhoc. Panitia Adhoc ini ditetapkan oleh kepala/direktur rumah sakit berdasarkan usulan
komite medik. Panitia Adhoc berasal dari staf medis yang tergolong sebagai mitra bestari, AMA
Division Rumah Sakit.
Staf medis yang tergolong sebagai mitra bestari dapat pula berasal dari rumah sakit lain,
perhimpunan dokter spesialis/dokter gigi spesialis, kolegium dokter/dokter gigi, dan/atau
institusi pendidikan kedokteran/dokter gigi.
Ketua komite medik bertanggung jawab kepada kepala/direktur rumah sakit. Di satu
pihak, kepala/direktur rumah sakit berkewajiban untuk menyediakan segala sumber daya agar
komite medik dapat berfungsi dengan baik dalam menyelenggarakan profesionalisme staf medis
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 755/MENKES/PER/IV/2011.
Di lain pihak, komite medik memberikan laporan berkala tentang kegiatan keprofesian yang
dilakukannya kepada kepala/direktur rumah sakit
Dengan demikian lingkup hubungan antara kepala/direktur rumah sakit dengan komite
medik adalah dalam hal-hal yang menyangkut profesionalisme staf medis saja. Hal-hal yang
terkait dengan pengelolaan rumah sakit dan sumber dayanya dilakukan sepenuhnya oleh
kepala/direktur rumah sakit.
Untuk mewujudkan tata kelola klinis (clinical goverance) yang baik kepala/direktur
rumah sakit bekerja sama dengan komite medik dalam hal :
Kepala/direktur
Rumah Sakit
Mitra Bestari
Kelompok
Staf Medis
BAB VI
RAPAT
10) Keputusan rapat hendaknya didasarkan atas asas musyawarah dan kesepakatan
bersama.
Bila keputusan tidak dapat dicapai dengan asas musyawarah dan kesepakatan maka
keputusan diambil berdasarkan “voting” berdasarkan suara terbanyak, dengan tiap
anggota mempunyai 1 (satu) hak suara
11) Hasil keputusan rapat bersifat rahasia dan tidak dikomunikasikan keluar
BAB VII
SUB KOMITE KREDENSIAL
Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk
menjaga keselamatan pasien (pasien safety) adalah dengan menjaga standard dan kompetensi
staf medis yang akan berhadapan langsung dengan para pasien di rumah sakit. Upaya ini
dilakukan oleh staf medis yang benar-benar kompeten. Kompetensi isi meliputi dua aspek,
kompetensi profesi medis yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan perilaku professional
serta kompetensi fisik dan mental
Rumah sakit wajib melakukan verifikasi keabsahan bukti kompetensi seorang staf medis
dan menetapkan kewenangan klinis untuk melakukan pelayanan medis dalam lingkup suatu
spesialisasi di rumah sakit yang menjadi tanggung jawabnya.
Proses verifikasi dan penetapan kewenangan klinis ini disebut proses kredentialisasi.
Komite medis yang dilaksanakan oleh sub komite kredensial mempunyai tanggung jawab
melakukan kredensialisasi terhadap semua staf medis yang bekerja di rumah sakit.
1) Melindungi keselamatan pasien dengan memastikan bahwa staf medis yang akan
melakukan pelayanan medis di rumah sakit benar-benar kredibel
2) Mendapatkan dan memastikan staf medis yang professional dan akuntabel bagi
pelayanan di rumah sakit
3) Tersusunya jenis-jenis kewenangan klinis (clinical privilege) bagi setiap staf medis yang
melakukan pelayanan medis di rumah sakit sesuai dengan cabang ilmu
kedokteran/kedokteran gigi yang ditetapkan oleh kolegium kedokteran/kedokteran gigi
Indonesia
4) Sebagai dasar bagi kepala/direktur rumah sakit untuk menerbitkan penugasan klinis
(clinical appointment) bagi setiap staf vmedis yang melakukan pelayanan medis di
rumah sakit
5) Terjaganya reputasi dan kredibilatas para staf medis dan institusi rumah sakit di hadapan
pasien, penyandang dana, dan pemangku kepentingan (stake holders) rumah sakit
Proses kredensialisasi dilakukan terhadap :
1) Calon staf medis
Melalui proses kredensial
2) Staf medik yang telah bekerja di rumah sakit
Setelah seorang staf medis dinyatakan kompeten melalui suatu proses kredensial,
kepala/direktur rumah sakit menerbitkan suatu izin bagi yang bersangkutan untuk melakukan
serangkaian pelayanan medis tertentu di rumah sakit tersebut. Hal ini disebut memperoleh
kewenangan klinis (clinical privilege). Tanpa memperoleh kewenangan klinis (clinical privilage)
tersebut, seorang staf medis tidak diperkenankan untuk melakukan pelayanan medis di rumah
sakit tersebut. Dalam hal ini pelayanan medis seorang staf medis membahayakan pasien maka
kewenangan klinis seorang staf medis dapat saja dicabut sehingga tidak diperkenankan untuk
melakukan pelayanan medis tertentu di lingkungan rumah sakit tersebut.
Mekanisme Kredensial
(I)
Semangat
Adil
Objektif
Sesuai prosedur
Terdokumentasi
Dalam proses kredensial Sub Komite Kredensial melakukan serangkaian Kredensial anatara
lain :
Menyiapkan Instrumen
Kredensial yang disahkan
Direktur Rumah Sakit Penilaian kompetensi bagi
Mekanisme Kredensial
Hospital by law seorang staf medis yang
(II)
meminta kewenangan medis
DIREKTUR
MedicalRumah
staf bySakit
law Komite medikoleh
menerbitkan
:
Menerbitkan Surat Penugasan
Buku putih/white rekomendasi kepada Direktur rumah
Klinis Sesuai denganbook Sub Komite Kredensial
sakit tentang lingkup kewenangan
Kewenangan
Daftar klinis
incianstaf medis
kewenangan klinis klinisMitra
staf medis
Bestari – AMA
Formulir yang diperlukan
Tahapan Proses Kredensial Untuk Meperoleh Kewenangan Klinis (Clinical Privilage) bagi
Seorang Staf Medis adalah sebagai berikut :
Pemohon
Melengkapi semua
persyaratan yang diminta : Direktur Surat Keputusan
Head of AMA
Direktur
1. Application form Division
Kewenangan
2. Check list
kelengkapan data Melakukan tindakan
3. Surat perjanjian medis
kerja sama antara
PT. ISS-pemohon
Komite Medik
a) Pendidikan :
1) Lulus dari sekolah kedokteran yang terakreditasi, atau dari sekolah kedokteran luar
negeri dan sudah di registrasi
2) Menyelesaikan program pendidikan konsultan
b) Perizinan (lisensi) :
1) Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) yang sesuai dengan bidang profesi
2) Memiliki Surat Izin Praktek (SIP) dari dinas kesehatan setempat yang masih berlaku
c) Kegiatan penjagaan mutu profesi ;
1) Menjadi anggota organisasi yang melakukan penilaian komptenesi bagi anggotanya
2) Berpartisipasi aktif dalam proses evaluasi mutu klinis
d) Kualifikasi personal :
1) Riwayat displin dan etika profesi
2) Keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang diakui
3) Keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat penggunaan obat
ter;arang dan alcohol, yang dapat memperngaruhi kualitas pelayanan terhdap pasien
4) Riwayat keterlibatan dalam tindakan kekerasan
5) Memiliki asuransi proteksi profesi (professional indemnity insurance)
e) Pengalaman di bidang keprofesian ;
1) Riwayat tempat pelaksanaan praktek profesi
2) Riwayat tuntunan medis atau klaim oleh pasien selama menjalankan profesi
Pemohon
Melengkapi semua
g.
persyaratan yang diminta :
h. Surat Keputusan
Head of AMA Direktur
i.
1. Application form Direktur
j. list
2. Check Division
Kewenangan
k.
kelengkapan data
l. perjanjian
3. Surat Melakukan tindakan
m.sama antara
kerja medis
n.
Pemda
o.
Kab.Rotendao-
pemohon
Komite Medik
Tahapan2 proses Re-kredensialisasi bagi staf medis baru yang akan bekerja
Pemohon
a.
Melengkapi semua
b. yang diminta :
persyaratan Surat Keputusan
Head of AMA Direktur
Direktur
1. Application form Division
2. Check list Kewenangan
kelengkapan data Melakukan tindakan
medis
Komite Medik
Sub Komite Kredensial
Tahapan proses kajian sub komite kredensial dalam melaksanakan proses kredensial
dan Rekredensial staf medis :
panel/panitia adhoc dan AMA Division, akan membuat rincian kewenangan klinis
(delineation of clinical privilage) yang akan diberikan kepada pemohon
d. Keputusan Sub Komite Kredensial dengan mengeluarkan surat rekomendasi
ditujukan kepada komite medic dan seterusnya ke kepala/direktur rumah sakit
tentang kewenangan klinis (clinical privilage) yang diberikan kepada pemohon
e. Kepala/direktur rumah sakit menerbitkan surat penunjukan klinis (clinical privilage)
bagi pemohon
Tahapan dan proses kerja kredensial/re-kredensial sub komite kredensial
Sub Komite Mutu Profesi untuk melakukan berbagai upaya pembinaan profesi antara
lain melalui mekanisme pendampingan (proctoring) agar kompetensi yang bersangkutan
pulih kembali
c. Kewenangan klinis yang dicabut tersebut dapat diberikan kembali bila staf medis
tersebut dianggap telah pulih kompetensinya melalui mekanisme pembinaan profesi dan
pendampingan (proctoring).
BAB VII
Pendahuluan :
Satu Komponen dari sumpah dokter, akan merawat pasien sebaik mungkin, dengan
semua ilmu yang dia miliki.
Supaya bisa memberi pelayanan terbaik, dokter harus memiliki pengetahuan tentang
diagnostic dan terapi terkini serta berbasis bukti (evidence based medicine).
Ilmu kedokteran cepat sekali berkembang. Sesuatu yang dipelajari 10-15 tahun lalu
mungkin kini sudah tidak sesuai, maka dokter wajib mengusahakan ilmunya tetap mutakhir (up
to date)
Bagaimana dokter mengetahui dia up to date atau tidak ? orang awam tidak mempunyai
informasi atau pengetahuan dasar yang cukup untuk bias mengikuti diskusi professional. Yang
bisa menilai ilmu dokter hanya dokter seprofesi (mitra bestari/peer group). Forum untuk
mempertanggung jawabkan tindakan dokter adalah di depan mitra bestari.
1. Peraturan Menteri Kesehatan No 755 tahun 2011, tentang peran komite medic
2. Kebutuhan direksi yang bertanggung jawab atas, dan untuk pemeliharaan, mutu profesi
Adalah bagian dari komite medik, yang ditugaskan oleh kepala/direktur rumah sakit,
untuk meningkatkan dan memelihara mutu profesi dari anggota staf medis di RSUD Ba’a
1. Agar dokter yang merawat pasien tetap mutakhir, dan member pelayanan yang terbaik,
sesuai dengan guideline/SOP yang ditetapkan dalam peer groupnya dan evidence based
medicine (EBM)
2. Agar kepala/direktur umah sakit dan para dokter sendiri bisa terhindar dari tuntunan
malpraktek oleh pasien yang tidak puas
Ilmu kedokteran berbasis bukti (Evidence Based Medicine)
Pilihan penanganan pasien atas dasar penelitian ilmiah (berbasis bukti), yang biasanya
dituangkan dalam SOP/guideline yang dirumuskan oleh perkumpulan profesi (kolegium) atau
mitra bestari (peer group).
1. RCT (Randomized double blind controlled trial) dengan jumlah peserta yang secara
statistic bermakna
2. Meta-analysis (kumpulan dari beberapa trial tentang subjek yang sama)
3. Pendapat para ahli terkemuka dalam bidangnya
Kelompok dokter seprofesi yang bisa menilai apakah ada kelebihan atau kekurangan
dalam penanganan suatu kasus. Sebagai orang professional para dokter harus bersedia
membuka diri untuk dinilai oleh sesame profesi, dan juga harus bersedia berbagi ilmu.
Sifat pertemuan
Jadwal pertemuan
Supaya penggunaan waktu efisien untuk semua, semua peserta di harap hadir tepat
waktu. Jadwal pertemuan ditetapkan selasa jam 13.00-15.00 WIB.
Perlu diketahui bahwa di Permenkes 755 tahun 2011, ditetapkan bahwa setiap peer
group dalam rumah sakit, wajib beracara ilmiah bersama Sub Komite Mutu Profesi minimal satu
kali setahun.
1. Janganlah anggap diskusi kasus sebagai usaha untuk memojokkan dokter yang
“bersalah”. Tidak ada dokter yang tidak pernah mengambil keputusan yang kemudian
ternyata keliru.
2. Peer review justru adalah sarana untuk mengangkat/memperkaya para dokter dan
melindunginya dari kesalahan di kemudian hari
3. Peer review membuat dokter lebih terbuka, mau membagi ilmu yang sudah dikuasai,
mau menyerap ilmu yang belum diketahui
4. Mendapat tugas sebagai moderator atau presentator, memaksa para dokter untuk
mengecek kembali guideline/SOP, atau membuka referensi lainnya, karena harus siap
menghadapi pertanyaan dari mitra bestari/peer group.
Kalau diskusi menghasilkan SOP atau guideline, maka ini ditetapkan oleh kepala/direktur
rumah sakit sebagai SOP/guideline yang berlaku di RSUD Ba’a
SOP disimpan dalam buku SOP.
Audit Medis
Adalah cara dimana manajemen RSUD Ba’a menilai sejauh mana aggota staf medis
mematuhi SOP/guideline yang sudah ditetapkan bersama. Secara acak sejumlah file dipilih
untuk dinilai tingkat kepatuhan terhadap suatu SOP/guideline. Hasil yang diperoleh dikirim ke
mitra bestari/peer group yang terkait untuk dibahas, untuk diadakan usaha perbaikan. Proses
ini diadakan berulang. Ada kemungkinan bahwa dokter tertentu yang berkali-kali menyimpang
dari SOP/guideline, dapat diajukan ke komite medis, untuk diberi sangsi.
BAB IX
Tujuan :
1. Melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang tidak memenuhi syarat (unqualified)
dan tidak layak (unfit/unproper) untuk melakukan asuhan klinis (clinical care).
2. Memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme staf medis di rumah sakit
- Ceramah
- Diskusi, symposium
- Lokakarya
Pendisplinan perilaku
Sumber laporan
1. Perorangan
- Managemen rumah sakit
- Staff medis lain
- Tenaga kesehatan lain/tenaga non kesehatan
2. Non perorangan
- Hasil konferensi kematian
- Hasil konferensi klinis
- Kompetensi klinis
- Penatalaksanaan kasus medis
- Penggunaan obat/alat kesehatan yang tidak sesuai dengan standar
- Ketidakmampuan kerjasama dengan staff rumah sakit, yang dapat membahayakan
pasien
Pelaksanaan
Keputusan
Tindakan pendisplinan
- Peringatan tertulis
- Reduksi Clinical Privilage
- Bekerja di bawah supervise dalam waktu tertentu oleh orang yang punya
kewenangan
Analisa dan
Komite Medik Evaluasi Komite
Medik
Panel :
1. SKED : Displin
2. ≥ 2 staf medis ; ilmu
sama
- Inside/outside
Hospitals
- Disetujui Direksi
Suara Terbanyak :
Ada/tidak pelanggaran
a. Kewajiban Umum
Pasal 1
Setiap dokter harus menjungjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik
hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh
persetujuan pasien
Pasal 6
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.
Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktek medisnya, memberikan pelayananan medis
yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih
sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya,
dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan
dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan,
dalam menangani pasien.
Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan
lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup mahluk
insani.
Pasal 8
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan
sesuatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk
pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dana tau dalam
masalah lainnya.
Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 13
Setiap dokter wajin melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas peri
kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
Pasal 14
Pasal 15
setiap dokter boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.
Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, suapaya dapat bekerja dengan baik
Pasal 17
BAB X
Untuk melaksanakan tata kelola klinis (clinical goverance) diperlukan aturan-aturan profesi bagi
staf medis (medical rules dan regulation) yang disusun oleh kepala/direktur rumah sakit.
Aturan-aturan ini dibuat tersendiri di luar peraturan internal staf medis (medical staff by laws),
tetapi merupakan bagian dari peraturan internal staf medis (medical staff by laws) yang juga
harus ditaati oleh seluruh staf medis yang melakukan pelayanan medis di RSUD Ba’a.
Peraturan profesi bagi staf medis (medical staff rules and regulation) tersebut adalah :
1.1.2 fee dokter di luar standar harus melalui proses persetujuan oleh rumah sakit, bila
disetujui akan dipublikasikan secara transparan dalam buku tariff
Visit minimal satu kali setiap hari termasuk hari libur/Minggu, bila visit pasien lebih
dari satu kali, charge fee dokter hanya diperbolehkan satu kali.
1.3. Cuti
Dokter cuti harus mengisi formulir cuti paling lambat 3 hari sebelumnya dan menunjuk
dokter pengganti. Apabila tidak ada dokter pengganti maka rumah sakit akan menunjuk
dokter pengganti.
1.4. On call
- Dokter non eksklusif dapat dipertimbangkan oleh rumah sakit secara individual
1.5. Alat kesehatan disediakan oleh rumah sakit dan bila rumah sakit tidak dapat
menyediakan, dokter dapat membawa dari luar dengan persetujuan dari HoDiv AMA.
1.6. Pemeriksaan penunjang wajib dilakukan di RSUD Ba’a kecuali bila alat di RSUD Ba’a
rusak atau tidak tersedia di RSUD Ba’a.
1.7. Untuk pasien rawat inap diagnosa kerja pasti sudah harus ditegakkan dalam waktu 24
jam sejak pasien dirawat, pasien/keluarga harus mendapat penjelasan mengenai
penyakitnya, perencanaan selama perawatan, kemungkinan adanya permintaan pendapat
dengan disiplin ilmu lain (konsultasi), kemungkinan bila harus dilakukan pemeriksaan ke luar
rumah sakit serta harus dibuat discharge planning
1.8. Datang sesuai dengan jam praktek yang telah disepakati di OPD. Perubahan jadwal
praktek mohon dapat diberikan secara tertulis kepada HoDiv AMA minimal 1 bulan
sebelumnya.
1.9. Untuk keseragaman penulisan catatan perkembangan terintegrasi pasien atau progress
nota integrated di dalam rekam medis agar menggunakan SOAP, yaitu :
- S (Subyektif)
- O (Obyektif)
- A (Assessment)
Tuliskan semua hasil penilaian dari data subyektif dan obyektif untuk
kemungkinan penyebab
- P (planning)
Tuliskan rencana yang harus dilakukan oleh tim pelayanan medis dan jelaskan
rencana tersebut kepada pasien dan keluarga.
1.10. Resep harus ditulis dengan lengkap mencakup dosis, frekuensi, waktu dan cara
pemakaian. Resep PRN juga harus ditulis dengan lengkap.
1.11. Resep biasa diganti oleh farmasi dan akan diinformasikan oleh petugas farmasi kepada
dokter yang menulis resep. Dalam pelaksanaannya proses in mengacu kepada formularium
rumah sakit.
1.12. Obat baru harus diajukan melalui Komite Farmasi dan Terapi
1.13. Untuk pasien rawat bersama dengan dokter lain harus ada komunikasi dan dilakukan
konsultasi dengan spesialis lain.
1.14. Bila ada kasus sulit dan death case akan dibicarakan melalui Sub Komite Mutu Profesi
1.15. Setiap dokter harus memiliki asuransi profesi yang masih berlaku dan fotocopy diberikan
kepada manajemen
1.16. Setiap dokter yang terdaftar di RSUD Ba’a harus memiliki SIP dan STR yang masih berlaku
1.17. Setelah dokter bergabung dengan RSUD Ba’a, maka doketer akan mengikuti orientasi ke
OPD, ruang perawatan, ICU, HCU, NICU, dan lain-lain
1.18. Setiap dokter harus memilki NPWP. BIla belum memiliki NPWP harus segera mengurus
dan bila sudah memilki wajib memberikan nomor NPWP kepada manajemen
1.19. Formulir privilege dokter akan diberikan untuk diisi oleh dokter dan segera dikembalikan
untuk di evaluasi oleh mitra bestari/peer group
1.20. Peraturan medis ini akan dilengkapi dengan peraturan-peraturan secara detail.
BAB XI
2. Dalam hal terjadi situasi yang bersifat khusus maka pengkajian ulang dapat dilakukan
sebelum masa berlaku selama 3 (tiga) tahun dengan syarat mendapat persetujuan dari
rapat pleno komite medic dan Direktur RSUD Ba’a
3.1. Komite medik membentuk kelompok kerja terdiri minimal 3 (tiga) orang dokter
angggota staf medik yang terdiri dari :
- Seorang dokter spesialis dari bidang penyakit dalam / anak / saraf / jantung /
paru / jiwa / gizi / rehabilitasi medic dan sejenisnya.
- Seorang dokter spesialis dari bidang bedah umum / bedah digestif / orthopedi /
urologi / bedah saraf / THT / Mata / Anastesi / Gigi dan sejenisnya
3.2. Kelompok kerja melakukan kajian secara umum selama maksimal 3 (tiga) hari
kerja untuk menentukan agenda kajian yang berupa topic/bagian/issue spesifik.
3.3. Agenda kajian diajukan kepada ketua komite medik untuk mendapat
persetujuan.
3.4. Kelompok kerja melakukan kanian sesuai dengan agenda. Setiap topic akan
dibahas selama maksimal 7 (tujuh) hari kerja dengan bentuk (format) hasiln
berupa :
3.5. Hasil kajian diajukan dalam rapat pleno komite medik untuk mendapatkan
persetujuan.
3.6. Komite medik mengajukan usulan peraturan internal staf medis (medical staff by
laws) yang baru kepada Direktur untuk mendapatkan pengesahan.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Peraturan Internal staf Medis (Internal staff by Laws) ini telah disahkan di Ba’a dan mulai berlaku
sejak tanggal 18 Agustus 2018. Dengan pemberlakuan ini maka dokumen sejenis yang lama
dinyatakan tidak berlaku.
Ditetapkan di : Ba’a
Pada tanggal : 18 Agustus 2018