SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan
Universitas Gadjah Mada
Disusun Oleh :
Antung Dian Hayati
05/187027/KU/11416
“Gambaran Patient Safety Attitudes Pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSU
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat sarjana
dan bantuan banyak pihak, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Atas bantuan
1. Prof. Dr. Ali Gufron Mukti, M.Sc., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
UGM,
2. Dr. Titi Savitri Prihatiningsih, M.Med.Ed., Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang
3. Ibu Lely Lusmilasari, S.Kp., M.Kes., selaku Ketua Program Studi Ilmu
5. Bapak Totok Harjanto, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku pembimbing II yang telah
6. Ibu Nuryandari, SKM., M.Kes., selaku penguji atas masukan dan sarannya,
9. Nurul Purborini, Indri Farry Triasputri, dan Anastasia Luberta yang telah
10. Rina Susilowati, Rano Irawan, dan Dennis Andantin Seviyana yang telah
11. Teman-teman di PSIK A 2005 dan teman-teman kos Asri BS 26A yang telah
13. Staf pengajar dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM yang
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Amin.
Penulis
Halaman Persembahan
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang‐orang sebelum kami.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup
kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami.
Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”
(Q.S.Al Baqarah: 286)
Teruntuk teladan sepanjang zaman, Rasulullah yang menjadi pelindung dan
pemberi syafaat kelak di akhirat
Karya kecil ini, ananda persembahakan untuk Mama dan Abah atas kasih
sayang, doa yang tiada henti dan usaha untuk ananda… Abang Aan, Ka Ain‐ Mas
Adit, Ka Ida‐ Bang Aleng‐ my little nephew Said, ading‐ ading: Uun, Teguh,
Ciptadi dan Panji yang selalu memberikan semangat dan dukungan,
Untuk Ria, Nurul, Eta, Dennis, Dian, kelompok modulku dan all PSIK A 2005 FK
UGM terimakasih atas kebersamaannya
Untuk Ervina, Aray, Alia, Krisna, Dewi Ayu, Dewi Ratih, Ida, Ayu, Ka Allay, Irwan
Sahabat‐sahabat terbaik yang telah memberikan makna dalam hidup ini,
canda, tawa, airmata, nasihat dan pelajaran hidup dari kalian semua adalah
kuntum edelweiss di sudut hati yang dipetik dari puncak Everest persahabatan
ini,
Mb Fina, Mb Noke, Mb Nova, Nisa, Pima, Fia, Melita, Mb Devi, Dian, Mega,
teman‐teman kos Asri dan Amsa , terimakasih atas kebersamaan dan keceriaan
slama ini,
Untuk Mb Dewi, Mb Ani, Vina, Atik, Ummi, Anes, Irena, Yuni, Novi, Diah, dan
Atiq, terimakasih atas ukhuwah, ilmu, dan perhatiannya
Ya Rabb, limpahkanlah rahmat dan karunia‐Mu kepada kami, bimbinglah kami
menuju jalan‐Mu yang Engkau ridhai… ya Rahman… ya Rahim… amin
DAFTAR ISI
C. .................................................................................................. S
ubjek Penelitian ................................................................................ 27
D................................................................................................... V
ariabel Penelitian .............................................................................. 29
E. .................................................................................................. D
efinisi Operasional ........................................................................... 29
F. .................................................................................................. I
nstrumen Penelitian .......................................................................... 30
G................................................................................................... U
ji Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 31
H................................................................................................... J
alannya Penelitian ............................................................................ 32
I. ................................................................................................... A
nalisis Data ....................................................................................... 33
J. ................................................................................................... K
eterbatasan Penelitian ...................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden .................................................................. 36
B. Gambaran Patient Safety Attitudes pada Perawat Ruang Rawat
Inap RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta .................................. 38
C. Gambaran Komponen Patient Safety Attitudes pada Perawat
Ruang Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta ........... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A................................................................................................... K
esimpulan ......................................................................................... 56
B. .................................................................................................. S
aran ................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 57
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3. Patient safety Attitudes Perawat Ruang Rawat Inap RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Periode 27 juni- 10 Juli 2009 ............... 41
Tabel 4. Iklim Kerja Tim Perawat Ruang Rawat Inap RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Periode 27 Juni- 10 Juli 2009 ............... 43
Tabel 10. Pengenalan Terhadap Stres Oleh Perawat Ruang Rawat Inap RSU
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Periode 27 Juni- 10 Juli 2009 .... 55
BAB I
PENDAHULUAN
beberapa tahun terakhir. Selama tahun 2005, Menteri Kesehatan telah menerima
masyarakat lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan kesehatan. Rumah sakit
dituntut untuk menyediakan jasa pelayanan kesehatan yang lebih aman dan
layanan terbaik itu ditempuh dengan cara peningkatan kualitas pelayanan rumah
sakit.
Menurut Parasuraman et al. cit Uduk (2008) ada 5 dimensi (ukuran) kualitas
pelayanan rumah sakit, yaitu (1) tangible (berwujud) meliputi penampilan fisik
dari fasilitas, peralatan, karyawan dan sarana informasi; (2) realibility (keandalan)
responsiveness (cepat tanggap) yaitu petugas tanggap dan peduli terhadap pasien;
memberikan rasa aman, bebas dari bahaya dan kepastian yang mencakup
pengetahuan, kesopanan, dan sifat yang dapat dipercaya; dan (5) empathy yaitu
sifat dan kemampuan memberikan perhatian penuh kepada pasien, kemudahan
dalam melakukan kontak, komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pasien
secara individual.
dalam dimensi assurance yaitu jaminan agar pasien terbebas dari bahaya maupun
risiko cedera. Patient safety merupakan salah satu komponen penting dalam
sesuatu yang jauh lebih penting dari sekedar efisiensi pelayanan (Zorab, 2002 cit
Pinzon, 2007). Patient safety merupakan inti dari pelayanan kesehatan. Tujuan
2007). Peningkatan kesadaran tentang isu patient safety tidak cukup hanya dengan
mengetahui tindakan error yang terjadi, tetapi juga perubahan apa yang dapat
(Kohn, 2000).
pada setiap level pelayanan kesehatan mulai dari system, organisasi, unit, tim
sampai individu tenaga kesehatan (Daniel, 2004 cit Kline, 2008). Beberapa
penelitian setuju bahwa patient safety merupakan faktor kunci dalam menurunkan
dan mencegah kejadian error (Kline, 2008). Hal sebaliknya akan terjadi jika
safety culture menurun yaitu peningkatan angka adverse event yang merugikan
bagi pasien maupun rumah sakit. Pada 51 rumah sakit di New York pada tahun
1984 (Brennan et al., 1991 cit Dwiprahasto, 2004), manifestasi adverse events
berupa perpanjangan rawat inap atau timbulnya kecacatan pasien saat
meninggalkan rumah sakit pasca perawatan, terjadi pada 3,7% pasien rawat inap.
keselamatan dan moral, faktor lingkungan kerja seperti susunan kepegawaian dan
dukungan manajerial, faktor tim seperti kerjatim dan supervisi, dan faktor staf
menyeluruh dari semua pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Hal
kesehatan. Tenaga rumah sakit yang terlibat langsung terhadap patient safety
adalah perawat, dokter, semua tenaga professional dan teknisi seperti terapis,
pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, perawat berperan dalam meminimalkan dan
Association (2001 cit Lin & Liang, 2007), dilaporkan bahwa mayoritas error yang
dilakukan oleh perawat disebabkan karena tingginya beban kerja. Hal tersebut
perawat memiliki skor yang lebih tinggi dibanding tenaga kesehatan lain dalam
hal kesadaran terhadap keselamatan pasien. Sebanyak 63% perawat menyakini
Patient safety menjadi issue global maupun nasional karena patient safety
merupakan hal penting dalam rangka meminimalkan risiko dan tindakan error di
pertemuan ke-55 pada bulan Mei 2002 mencanangkan resolusi World Alliance for
Patient Safety. Resolusi ini mendorong para anggota untuk sebisa mungkin
dukungan dari para anggota, terbukti hingga tahun 2004 lebih dari setengah
terhadap program Problem Solving for Better Health (PSBH) di ruang perinatal
risiko tinggi, Balance Score Card dan Patient Safety pada tahun 2006 sampai
pada tahap pelaporan insiden. RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta juga telah
mempunyai komite yang khusus menangani masalah terkait patient safety yaitu
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS). Pada tahun 2010 RSU PKU
wawancara tidak terstruktur dengan perawat di ruang rawat inap RSU PKU
seperti kerjasama tim dalam hal ini kolaborasi perawat dengan dokter sudah
berjalan baik, kepuasan kerja dan persepsi terhadap manajemen RS juga dinilai
baik. Akan tetapi, kondisi pekerjaan kurang mendukung karena alat kesehatan
yang masih kurang dan stress kerja yang cukup tinggi disebabkan beban kerja
yang tinggi. Jumlah tenaga perawat tidak sebanding dengan jumlah pasien yang
dirawat. Beban kerja yang tinggi merupakan salah satu latent failure dalam
gambaran patient safety attitudes pada perawat di ruang rawat inap RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. mengetahui gambaran iklim kerja tim dalam patient safety attitudes pada
patient safety attitudes pada perawat di ruang rawat inap RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
patient safety attitudes pada perawat di ruang rawat inap RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
g. mengetahui gambaran pengenalan terhadap stress dalam patient safety
Yogyakarta
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
a. bagi peneliti
2. Manfaat Teoritis
pada perawat
E. Keaslian Penelitian
Sejauh pengamatan peneliti, penelitian mengenai gambaran patient safety
attitudes pada perawat di Rumah Sakit Yogyakarta belum pernah dilakukan, akan
budaya patient safety Departemen Bedah dan Non Bedah Rumah Sakit X
budaya patient safety pada departemen bedah dan non bedah RS X Jakarta.
bedah dan non bedah adalah sama secara praktis maupun statistik yang
2. Penelitian yang dilakukan oleh Alfredsdottir dan Kristin (2007) yang berjudul
“Nursing and Patient Safety in The Operating Room” yang dilakukan pada 16
orang perawat. Penelitian tersebut merupakan laporan untuk mengidentifikasi
berlangsung.
wawancara semi struktur dan diskusi kelompok terarah; b) subjek dan lokasi
penelitian, penelitian ini dilakukan pada perawat ruang rawat inap, sedangkan
3. Penelitian yang dilakukan oleh Singer et al. (2003) yang berjudul “The
terhadap budaya patient safety dan variasi sikap tersebut berdasarkan rumah
Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada: a) variabel penelitian,
4. Penelitian yang dilakukan oleh Modak et al. (2007) yang berjudul “Measuring
dilakukan pada perawat, dokter, para staff rawat jalan dan residen, sedangkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
sakit, yaitu:
d. terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD
infeksi
yang berkesinambungan
(KKPRS, 2007).
b. Mendidik pasien dan keluarga, yaitu rumah sakit harus mendidik pasien
asuhan pasien.
pasien
proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi
Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
Sakit (KKPRS).
5. Solusi Live Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit
menerbitkan Nine Life Saving Patient Safety Solutions yang di susun oleh
pakar patient safety yang terdiri atas lebih dari 100 negara. Solusi keselamatan
pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat agar dapat mencegah atau
sebagai berikut:
staf pelaksana adalah salah satu penyebab tersering dalam kesalahan obat
dunia. Dengan puluhan ribu obat yang beredar di pasaran saat ini, maka
memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang
yang sama.
terima dan melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah
terima.
sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah akibat miskomunikasi dan
tidak adanya informasi atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling
tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi. Hal yang
sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur dan
adanya tim yang terlibat dalam prosedur time out sesaat sebelum memulai
risiko. Di samping itu cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi
standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah serta pencegahan atas
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/ pengalihan.
yang paling lengkap dan akurat terhadap seluruh medikasi yang sedang
atau cairan melalui jalur yang keliru. Hal yang direkomendasikan yaitu
dan penyakit lain yang diakibatkan oleh pemakaian ulang (reuse) jarum
jarum di fasilitas layanan kesehatan, pelatihan periodik para petugas di
nosokomial
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di
Kebersihan tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang primer untuk
bersifat evaluatif dan berakhir pada nilai yang dianut dan terbentuk
atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari, dan diatur melalui
suasana atau sifat, dimana perilaku yang ditujukan kepada orang, objek,
kondisi atau situasi, baik secara tradisional maupun nilai atau keyakinan
telah menjadi kuat (Cozens, 2003). Sikap patient safety yang positif
yaitu:
Iklim kerja tim, yaitu kualitas kerjasama antara anggota tim kerja
2) Iklim keselamatan
manajemen ruangan)
oleh para perawat mengenai patient safety attitudes saat ini merupakan
hasil dari proses kognitif yang telah lama. Hal-hal yang berkaitan
4) Kepuasaan kerja
diri yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja,
karyawan.
5) Kondisi pekerjaan
Cooper cit Bariyah (2008) kondisi kerja yang mempengaruhi kinerja
ada tiga perubahan yang diperlukan untuk penguatan kapasitas perawat
manajemen risiko
B. Landasan Teori
sifat, dimana perilaku yang ditujukan kepada orang, objek, kondisi atau situasi,
1) iklim kerja tim, yaitu kualitas kerjasama antara anggota tim kerja. Dimensi
keputusan dan salah satu faktor terciptanya patient safety attitudes yang baik.
2) iklim keselamatan, yaitu persepsi perawat terhadap keselamatan yang
kerja, kondisi fisik lingkungan kerja dan faktor financial yang berhubungan
kesejahteraan karyawan.
pekerjaan, tugas pekerjaan yang berlebih atau kurang secara kualitatif maupun
stressor yang dapat mempengaruhi kinerja individu tersebut. Dua faktor yang
yang terjadi dalam hidup, pola perilaku tipe A, dan ketahanan individu
terhadap stress.
C. Kerangka Konsep
Keterangan :
D. Kerangka Penelitian
E. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah gambaran patient safety attitudes pada perawat di ruang rawat inap RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta?
2. Bagaimanakah gambaran komponen patient safety attitudes pada perawat di ruang rawat inap
RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta?
3. Komponen patient safety attitudes manakah yang memiliki persentase paling tinggi?
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif dan rancangan
cross sectional untuk mengetahui gambaran patient safety attitudes pada perawat di ruang rawat
Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2009. Penelitian ini dilakukan di ruang rawat
C. Subjek Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat ruang rawat inap yang bekerja di
RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Total populasi perawat yang bekerja di ruang rawat
2. Sampel Penelitian
a) kriteria inklusi
b) kriteria eksklusi, yaitu perawat yang sedang cuti saat dilakukan penelitian
Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah teknik quota sampling yaitu
pengambilan sampel dilakukan sampai terpenuhi jumlah yang telah ditetapkan (Arikunto,
2006).
Total populasi adalah 109 orang perawat. Menurut Notoatmodjo (2005), apabila jumlah
populasi kecil atau kurang dari 10.000, maka perkiraan jumlah sampel dapat dihitung dengan
rumus berikut:
Keterangan :
N = besar populasi
n = besar sampel
d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,05)
Setelah dihitung dengan menggunakan rumus besaran sampel, maka didapatkan jumlah
sampel yang dibutuhkan agar data yang didapatkan representatif adalah sebesar 86 perawat.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yang digambarkan (deskriptif), yaitu patient
E. Definisi Operasional
1. Patient safety attitudes adalah sifat, perilaku, penilaian pribadi, maupun tanggapan perawat
ruang rawat inap RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta terhadap patient safety
(keselamatan pasien). Skala yang digunakan adalah skala likert dan untuk analisis statistik
deskriptif, data diinterpretasikan menjadi data nominal menjadi tinggi (> 75%) dan rendah (≤
75%).
2. Iklim kerja tim yaitu kualitas kerjasama antara anggota tim kerja meliputi kerjasama antar
3. Iklim keselamatan yaitu komitmen setiap perawat dalam upaya penerapan keselamatan
4. Pandangan terhadap manajemen (manajemen rumah sakit dan manajemen ruangan) yaitu
penerimaan terhadap kebijakan manajemen rumah sakit dan manajemen ruangan oleh
perawat.
5. Kepuasaan kerja yaitu pandangan positif tentang pekerjaan/ pengalaman kerja perawat.
6. Kondisi pekerjaan yaitu penerimaan perawat terhadap kualitas lingkungan kerja dan
7. Pengenalan terhadap stress yaitu perawat mengetahui sumber stressor yang dapat
mempengaruhi kinerjanya.
F. Instrumen Penelitian
Data responden yang terdiri dari nama, unit kerja (ruangan), usia, pendidikan terakhir,
intensitas jam kerja dan lama bekerja di rumah sakit. The Safety Attitudes Questionnaire (SAQ)
ICU version yang di adaptasi dan modifikasi dari Sexton et al. (2006) serta penyesuaian SAQ
generic version (Deilkan dan Hoffoss, 2008) dan SAQ ambulatory version (Modak et al., 2007)
yang digunakan untuk mengukur patient safety attitudes yang terdiri dari tujuh komponen, yaitu
iklim kerja tim, iklim keselamatan, persepsi terhadap manajemen RS, persepsi terhadap
manajemen unit (ruangan), kepuasan kerja, kondisi pekerjaan, dan pengenalan terhadap stres.
Kuesioner tersebut terdiri dari 36 butir pernyataan yang diukur menggunakan five point Likert
scale.
unfavourable. Untuk pernyataan favourable, jawaban “sangat setuju” mendapat skor 5, jawaban
“setuju” mendapat skor 4, jawaban “netral” mendapat skor 3, jawaban “tidak setuju” mendapat
skor 2, dan jawaban “sangat tidak setuju” mendapat skor 1. Untuk pernyataan unfavourable skor
1 untuk jawaban ”sangat setuju”, skor 2 untuk jawaban ”setuju”, skor 3 untuk jawaban ”netral”,
skor 4 untuk jawaban ”tidak setuju”, dan skor 5 untuk jawaban ”sangat tidak setuju”. Skor
responden dari setiap item kuesioner patient safety attitudes dijumlahkan dan dihitung
persentase. Dalam Safety Attitudes Questionnaire, penetapan patient safety attitudes tinggi
apabila persentase skor > 75 dan patient safety attitudes rendah apabila persentase skor ≤ 75.
6. Kondisi pekerjaan 29, 30, 32, 33 - 4
7. Pengenalan terhadap stress - 33, 34, 35, 36, 4
Total 28 8 36
1. Validitas
instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan
(Arikunto, 2006). Instrumen dalam penelitian ini diuji menggunakan validitas internal
dengan cara menguji analisis butir menggunakan rumus korelasi product moment dari
Pearson (mengkorelasikan skor-skor yang ada pada butir dengan skor total) dengan bantuan
komputer (Azwar, 2008). Rumus product moment dari Pearson sebagai berikut :
n ∑ x i y i − (∑ x i )(∑ y i )
r xy =
{n ∑ x i
2
}{ 2
}
− (∑ x i ) 2 n ∑ y i − (∑ y i ) 2
Keterangan:
x = skor item
yi = skor total
n = jumlah responden
Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor item dengan skor skala semakin
tinggi konsistensi antara item tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin
tinggi daya bedanya. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,3 daya
pembedanya dianggap memuaskan. Item yang memiliki harga rxy kurang dari 0,3 dapat
diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar, 2008).
e. Reliabilitas
Reliabilitas alat ukur pada prinsipnya menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat
memberikan hasil pengukuran yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali
terhadap subjek yang sama. Dalam aplikasi reliabilitas dinyatakan oleh koefisiensi reliabilitas
(r11) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisiensi
reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya (Azwar, 2008).
⎤ ⎡ ∑ Sj ⎤
2
⎡ k
α = ⎢ ⎢1 − ⎥
⎣ k - 1 ⎥⎦ ⎣
2
Sx ⎦
Keterangan:
α = koefisien reliabilitas Alpha
Instrumen dianggap reliabel jika nilai cronbach Alpha >0,6 (Arikunto, 2006).
Validitas dan reliabilitas diujikan kepada subjek yang memiliki karakteristik sama dengan
subjek penelitian. Validitas diujicobakan pada 10 perawat di ruang NICU-PICU dan didapatkan
19 item pernyataan yang valid yaitu pernyataan nomor 2, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 19, 21, 23,
24, 26, 27, 28, 31, dan 34. Item penyataan yang valid memiliki nilai r berkisar antara 0,654-
0,906. Untuk meningkatkan jumlah item pernyataan yang valid, maka ditambah sampel ujicoba
sebanyak 15 orang perawat ruang Shafa dan Zam-zam. Sehingga ujicoba instrumen adalah uji
terpakai yaitu uji validitas yang datanya digunakan juga sebagai data penelitian. Pertimbangan
uji terpakai digunakan untuk memenuhi jumlah sampel penelitian. Dari ujicoba kedua,
didapatkan tambahan item pernyataan yang valid sebanyak 10 item yaitu pernyataan nomor 1,
11, 15, 16, 17, 18, 20, 22, 25, dan 32 dengan nilai r berkisar antara 0,417- 0,824. Pada ujicoba
kedua juga menyertakan item pernyataan yang dimodifikasi. Item pernyataan modifikasi tersebut
merupakan item pernyataan yang belum valid pada uji coba pertama. Jadi, item pernyataan pada
kuesioner ujicoba kedua meliputi item penyataan kuesioner asal dan item pernyataan modifikasi.
Tujuh item pernyataan yang belum valid yaitu pernyataan nomor 3, 9, 29, 30, 33, 35, dan 36.
Penghitungan uji validitas 7 item pernyataan tersebut menggunakan item penyataan yang sudah
di modifikasi. Dari 7 item pernyataan terdapat 5 item yang valid yaitu 3, 9, 29, 33, dan 35
tersebut dinyatakan valid dengan nilai r berkisar antara 0,703- 0,781. Item penyataan 30 dan 36
menggunakan penyataan modifikasi dan data responden Shafa kemudian didapatkan angka
Reliabilitas diujicobakan pada 25 perawat di ruang NICU-PICU, Shafa serta Zam-zam dan
didapatkan nilai cronbach Alpha kuesioner Patient Safety Attitudes sebesar 0,894. Hasil uji
reliabilitas kuesioner Patient Safety Attitudes didapatkan nilai lebih dari 0,60. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kuesioner Patient Safety Attitudes reliabel untuk digunakan sebagai
H. Jalannya Penelitian
Pengambilan data dilakukan di ruang rawat inap RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
yang meliputi ruang Shafa, Zam-Zam, Raudhah, Arafah, Marwah, Multhazam, Mudzalifah, Ibnu
Shina, Sakinah, IMC Mina, dan ICU-ICCU sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
Proses pengambilan data dibantu oleh seorang asisten yang sebelumnya menyatakan telah
bersedia untuk membantu pengambilan data dan telah disamakan persepsinya dengan peneliti
mengenai patient safety attitudes pada perawat dan komponen-komponenya. Peneliti atau asisten
peneliti menemui kepala ruang setiap ruang rawat inap untuk meminta izin dilakukan
pengambilan data di ruang rawat inap tersebut. Peneliti atau asisten peneliti menemui sampel dan
diminta menjadi responden. Sampel yang setuju menjadi responden menandatangani lembar
persetujuan. Sebelum responden mengisi kuesioner, responden diberikan penjelasan mengenai isi
penelitian, tujuan penelitian, dan sifat penelitian yang bersifat sukarela oleh peneliti ataupun
asisten peneliti.
Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti atau asisten penelitian meminta
kembali kuesioner. Kuesioner yang sudah dikembalikan responden dicek kelengkapan isi
datanya, jika ada yang tidak lengkap responden diminta untuk mengisi kembali data yang tidak
lengkap tersebut.
I. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, kemudian setiap data diberi kode dan dilakukan entry data.
menurut analisisnya dibagi menjadi dua cara, yaitu pengelompokan tiap poinnya dan
pengelompokan secara keseluruhan. Data diolah dengan analisis statistik deskriptif dengan
1. Pembuatan tabel distribusi frekuensi dan persentase untuk mengetahui karakteristik
responden yang meliputi umur, pendidikan terakhir, lama bekerja dan lama jam kerja.
2. Penghitungan skor total patient safety attitudes dan persentase patient safety attitudes dengan
rumus:
F
P= × 100%
N
Keterangan: P = persentase
F = frekuensi
Penetapan patient safety attitudes tinggi jika diperoleh persentase > 75 dan patient safety
3. Penghitungan skor total tiap komponen patient safety attitudes pada setiap responden dan
penghitungan persentase responden tiap komponen patient safety attitudes dengan rumus
persentase di atas.
J. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner patient safety attitudes sebagai instrumen untuk
mengetahui patient safety attitudes pada perawat dan tidak menggunakan kuesioner tes
kejujuran responden. Hal tersebut dapat menimbulkan bias dalam penelitian dan dapat
2. Penelitian ini tidak disertai dengan wawancara mendalam untuk mengetahui lebih jelas
tentang gambaran patient safety attitudes. Peneliti hanya menggunakan kuesioner sebagai
dasar analisis data, sehingga gambaran patient safety attitudes responden kurang dapat
BAB IV
A. Karakteristik Reponden
Dalam penelitian yang dilakukan pada Juni - Juli 2009, data yang diperoleh sebanyak
Tabel 2. Karakteristik Perawat Ruang Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Periode 27 Juni- 10 Juli 2009
Karakteristik
No Kategori Jumlah Persentase (%)
responden
1. Usia < 30 tahun 19 22,1
31- 40 tahun 55 64,1
41- 50 tahun 7 8
51 tahun ke atas 5 5,8
2. Pendidikan terakhir SPK 4 4,7
DIII Akper 64 74,4
S1 Keperawatan 18 20,9
3. Lama bekerja < 1 tahun 10 11,6
1- 5 tahun 13 15,1
6- 10 tahun 22 25,6
11- 15 tahun 34 37,2
≥ 16 tahun 9 10,5
4. Intensitas Kerja < 40 jam/minggu 11 12,8
40-59 jam/ minggu 75 87,2
≥ 60 jam/minggu 0 0
Sumber : Data Primer, 2009
Tabel 2 menunjukkan usia perawat ruang rawat inap RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta sebagian besar antara 31- 40 tahun yaitu 55 responden. Dengan kata lain,
sebagian besar responden termasuk golongan dewasa awal. Menurut Siagian (cit Susilowati,
2003), semakin lanjut usia seseorang diharapkan kedewasaan teknisnya semakin meningkat
mengendalikan emosi dan toleran terhadap pandangan orang lain sehingga dalam
Dilihat dari kategori pendidikan terakhir, sebagian besar responden berpendidikan DIII
Association of Colleges of Nursing cit Lin dan Liang (2007) menyatakan bahwa semakin
tinggi level pendidikan perawat semakin besar pengaruhnya terhadap peningkatan patient
safety. Dalam penelitian Aiken (2005) menyatakan bahwa terdapat peningkatan 10% patient
safety pada perawat dengan gelar kesarjanaan dibandingkan dengan yang memiliki
pendidikan dibawahnya. Penelitian Aiken (2003) menemukan bahwa pasien bedah dengan
terhadap kegagalan pertolongan jika ditangani oleh rumah sakit yang memiliki proporsi
Dilihat dari karakteristik lama kerja, responden terbanyak berada pada kategori telah
bekerja antara 11-15 tahun di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta yaitu sebanyak 32
responden (37,2%). Lamanya petugas bekerja di rumah sakit sering dihubungkan dengan
positif dengan pengalaman yang kurang, stres dan kelelahan. Akan tetapi, penelitian Lestari
(2008) melaporkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara patient safety dengan lama
kerja petugas kesehatan. Petugas yang telah bekerja di rumah sakit lebih lama dengan
pekerjaan yang sama menjadikan pekerjaannya tersebut sebagai sebuah kebiasaan. Padahal
kebiasaan tersebut dapat merupakan human error yang tidak ia sadari. Di samping itu, jika
menimbulkan adanya kesalahan tindakan medis (Lestari, 2008). Tiga tipe perilaku yang
berkaitan dengan human error (Reason, 1995) adalah unintentional dan unpredictable
behavior baik disadari maupun tidak disadari, at risk behavior yaitu kebiasaan yang tidak
Dilihat dari karakteristik intensitas kerja, hampir seluruh responden bekerja selama 40-
kurang dari 40 jam/minggu. Menurut Agency for Healthcare Research and Quality (2003),
intensitas kerja dikaitkan dengan workflow/staffing pattern yang merupakan salah satu
penyebab terseringnya kasus Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau adverse event. Hasil
penelitian Agency for Healthcare Research and Quality (2003) yang berfokus pada perawat
menemukan terjadinya peningkatan error dan near miss pada perawat yang bekerja lebih dari
12 jam sehari.
B. Gambaran Patient Safety Attitudes pada Perawat Ruang Rawat Inap RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
Patient safety attitudes pada perawat menjelaskan attitudes perawat terhadap patient
safety yang komponennya meliputi iklim kerja tim, iklim keselamatan, persepsi terhadap
manajemen RS, persepsi terhadap manajemen ruangan, kepuasan kerja, kondisi pekerjaan
dan pengenalan terhadap stres. Kategori dibagi menjadi dua, yaitu patient safety attitudes
tinggi (> 75%) dan patient safety attitudes rendah (≤ 75 %). Frekuensi setiap kategori patient
Tabel 3. Patient Safety Attitudes Perawat Ruang Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Periode 27 Juni- 10 Juli 2009
Dari data diperoleh bahwa sebagian besar responden menunjukkan patient safety
attitudes tinggi (56 atau 65,1%) dengan rentang patient safety attitudes responden
patient safety attitudes rendah dengan rentang patient safety attitudes berkisar antara 60%
- 75%. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Modak et al. (2007) yang
menyatakan bahwa hanya 47,2 % responden memiliki patient safety attitudes tinggi. Hal
ini dapat disebabkan karena perbedaan jumlah responden. Jumlah responden khususnya
perawat yang digunakan sebagai pembanding dalam penelitian Modak et al. (2007)
Dari tujuh komponen patient safety attitudes, lima diantara termasuk dalam kategori
tinggi, sehingga sebagian besar responden termasuk dalam kategori patient safety attitudes
tinggi. Patient safety attitudes perawat ruang rawat inap lebih banyak termasuk kategori
tinggi dapat disebabkan karena RSU PKU Muhammadiyah Yogayakarta sudah pernah
dilakukan penilaian terhadap patient safety pada tahun 2006 sampai pada tahap pelaporan
insiden. Melalui wawancara dengan Kepala Komite Keperawatan RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta, diketahui bahwa setiap ruangan telah mempunyai patient safety checklist
Patient safety attitudes tinggi yang dimiliki oleh sebagian besar responden
menunjukkan bahwa adanya apresiasi yang baik oleh responden terhadap peningkatan patient
safety. Sikap individu dalam organisasi dapat memberikan wawasan tentang fungsi sistem
dan peningkatannya (Modak et al., 2007). Patient safety attitudes yang tinggi diperlukan
untuk pembentukan semua anggota dalam organisasi dan tidak bisa dipaksakan oleh
kelompok lainnya. Refleksivitas dapat dibentuk yang terlebih dulu menggunakan sistem
feedback meliputi pelaporan insiden, aksiden dan near misses (Hamaideh, 2004).
C. Gambaran Komponen Patient Safety Attitudes pada Perawat Ruang Rawat Inap RSU
Komponen patient safety attitudes pada perawat terdiri dari iklim kerja tim, iklim
ruangan, kepuasaan kerja, kondisi pekerjaan, dan pengenalan terhadap stres. Masing-masing
berikut.
1. Iklim Kerja Tim Perawat Ruang Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Komponen iklim kerja tim memuat 6 pernyataan sehingga rentang skor 6 sampai 30
responden berdasarkan komponen iklim kerja tim yang dibagi dalam dua katergori yaitu
Tabel 4. Iklim Kerja Tim Perawat Ruang Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Periode 27 Juni- 10 Juli 2009
No Kategori Jumlah Persentase
(%)
1. Tinggi 71 82,6
2. Rendah 15 17,4
Total 86 100
Sumber : Data Primer, 2009
Rentang persentase komponen iklim kerja tim kategori tinggi berkisar antara 77% -
100%. Sedangkan rentang persentase komponen iklim kerja tim kategori rendah berkisar
antara 53% - 73 %. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Sexton et al.
(2006) yang dilakukan di ruang operasi menunjukkan bahwa hanya 40% perawat ruang
operasi dan 44% perawat anesthesia yang menyatakan iklim kerta tim yang tinggi.
perawat dengan dokter, hubungan kerja dan diskusi pemecahan masalah, dukungan rekan
kerja, dan keterbukaan. Sebagian besar responden yang tergolong dalam kategori rendah
memberikan skor yang kecil pada pernyataan tentang hubungan kerja dan diskusi
Salah satu latent failures yang berpengaruh besar terhadap penurunan patient safety
adalah jalinan komunikasi yang tidak lancar dalam kerjasama tim (Currie dan Watterson,
2007). Selanjutnya Currie dan Watterson (2007) mengemukan bahwa komunikasi yang
baik merupakan hal penting dalam peningkatan patient safety. Komunikasi yang baik
harus ditingkatkan antar semua profesi agar setiap individu dapat mengetahui dan
mencatat setiap masalah yang dialami pasien dalam order secara kronologis. Menurut
Runy (2008), kerjasama tim yang efektif mempunyai pengaruh terhadap perawatan
pasien. Dimensi kerjasama yang juga mempunyai kata lain partisipati atau gotong royong
merupakan dasar karakteristik suatu manajemen dalam pengambilan keputusan dan salah
satu faktor terciptanya patient safety attitudes yang baik (Lestari, 2008).
2. Iklim Keselamatan pada Perawat Ruang Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta
menjelaskan persentase responden berdasarkan komponen iklim kerja tim yang dibagi
dalam dua kategori yaitu tinggi (> 75%) dan rendah (≤ 75%).
Tabel 5. Iklim Keselamatan pada Perawat Ruang Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Periode 27 Juni- 10 Juli 2009
No Kategori Jumlah Persentase
(%)
1. Tinggi 66 76,7
2. Rendah 20 23,3
Total 86 100
Sumber : Data Primer, 2009
rendah berkisar antara 66% - 74%. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil
penelitian yang dilakukan di Texas pada tahun 2002 (Modak et al., 2007) bahwa
sebanyak 65% perawat yang termasuk kategori tinggi dalam komponen iklim
keselamatan. Akan tetapi, pada penelitian yang dilakukan di Norwegia pada tahun 2006
(Deilkas dan Hofoss, 2008) mendapatkan hasil bahwa hanya sebesar 40% asisten perawat
dan 48% Registered Ners yang termasuk kategori tinggi dalam komponen iklim
keselamatan. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan lokasi penelitian, penelitian
Modak et al. (2007) dilaksanakan di ruang rawat jalan dan penelitian Deilkas-Hofoss
yang mempengaruhi motivasi perawat dan sikap keselamatan dalam bekerja (Sexton et
al., 2006). Komponen iklim keselamatan memuat pernyataan tentang alur pelaporan
patient safety, budaya kerja, penanganan terhadap kesalahan tindakan medis, feedback
dari rekan kerja, self safety, dan diskusi tentang error yang terjadi pada pasien. Sebagian
besar responden yang tergolong dalam kategori rendah memberikan skor yang kecil pada
pernyataan tentang penanganan terhadap kesalahan akibat tindakan medis dan kesulitan
diskusi tentang error yang terjadi pada pasien. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penanganan kesalahan akibat tindakan medis (medical error) kurang maksimal terjadi di
unit kerja masing-masing responden. Padahal pengabaian terhadap medical error sangat
mempengaruhi terjadi penurunan patient safety dan berdampak buruk serta sangat
Beberapa hal yang terkait dengan penurunan patient safety yang merugikan bagi
pasien dijabarkan sebagai berikut. Dalam penelitian Wilson et al., cit Dwiprahasto (2004)
dilaporkan bahwa dari 14.179 catatan medik pasien yang berasal dari 28 rumah sakit di
New South Wales, medical error terjadi pada 16,6% pasien, yang mengakibatkan
terjadinya kecacatan tetap (permanent disability) pada 13,7% pasien dan kematian sekitar
4,9%. Analisis selanjutnya menunjukkan bahwa lebih dari separuh kejadian tersebut
error sebagian pasien terpaksa harus dirawat lebih lama di rumah sakit (prolonged
hospitalization) yang berakibat pada panambahan biaya perawatan yang lebih besar bagi
pasien. Classen et al., cit Dwiprahasto (2004) melaporkan bahwa untuk mengatasi
masalah medical error sebanyak 2,4% yang dirawat dirumah sakit harus mengeluarkan
biaya ekstra sebesar US$ 2.262 per pasien dan juga diperlukan perpanjangan hari rawat
3. Persepsi Perawat Ruang Rawat Inap Terhadap Manajemen RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta
persepsi terhadap manajemen rumah sakit yang dibagi dalam dua kategori yaitu tinggi (>
Tabel 6. Persepsi Perawat Ruang Rawat Inap Terhadap Manajemen RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Periode 27 Juni- 10 Juli 2009
No Kategori Jumlah Persentase
(%)
1. Tinggi 56 65,1
2. Rendah 30 34,9
Total 86 100
Sumber : Data Primer, 2009
berkisar antara 76% - 100%. Sedangkan rentang persentase komponen persepsi terhadap
manajemen RS kategori rendah berkisar antara 48% - 72%. Hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian Modak et al (2007) yang melaporkan bahwa hanya 32% responden
yang termasuk dalam kategori tinggi dalam komponen persepsi terhadap manajemen
RSU. Data dari Tabel 6 terlihat bahwa sebagian besar responden dengan persepsi tinggi
berjalan dengan baik. Para karyawan RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dalam hal
ini adalah perawat sebagai subjek penelitian telah memberikan apresiasi positif terhadap
(Sexton et al., 2006). Komponen persepsi terhadap manajemen rumah sakit memuat
pernyataan tentang dukungan manajemen rumah sakit terhadap kerja perawat, kepedulian
rumah sakit terhadap patient safety, kinerja manajemen rumah sakit, cara penyelesaian
masalah oleh manajemen rumah sakit terkait error dilakukan oleh perawat dan dukungan
manajemen rumah sakit terhadap pengembangan diri perawat. Sebagian responden yang
tergolong dalam kategori rendah memberikan skor yang kecil pada pernyataan tentang
cara penyelesaian masalah oleh manajemen rumah sakit terkait error dilakukan oleh
perawat.
terutama manajemen rumah sakit. Firth dan Wears (2004) menyatakan bahwa perubahan
kultur organisasi dalam peningkatan patient safety perlu berawal dari manajemen teratas
dalam sebuah organisasi. Hal tersebut dapat berjalan jika manajerial mendengarkan
pendapat para karyawan, pasien dan peduli terhadap alasan kenapa karyawan melakukan
kesalahan tersebut, belajar dari kesalahan mereka, dan kemudian dilakukan penilaian
4. Persepsi Perawat Ruang Rawat Inap Terhadap Manajemen Ruangan RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
bentuk persentase. Tabel 7 menjelaskan persentase responden berdasarkan komponen
persepsi terhadap manajemen ruangan yang dibagi dalam dua kategori yaitu tinggi (>
Tabel 7. Persepsi Perawat Ruang Rawat Inap Terhadap Manajemen Ruangan RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Periode 27 Juni-10 Juli 2009
No Kategori Jumlah Persentase
(%)
1. Tinggi 63 73,3
2. Rendah 23 26,7
Total 86 100
Sumber : Data Primer, 2009
tinggi berkisar antara 76% - 100%. Sedangkan rentang persentase komponen persepsi
terhadap manajemen ruangan kategori rendah berkisar antara 48%- 72%. Sejalan dengan
komponen persepsi terhadap manajemen rumah sakit, penelitian Modak et al. (2007)
juga mendapatkan hanya 32% responden yang termasuk dalam kategori tinggi dalam
dengan penelitian ini yang sebagian besar responden memberikan penilaian yang baik
terhadap patient safety, kinerja manajemen ruangan, cara penyelesaian masalah oleh
manajemen ruangan terkait error dilakukan oleh perawat dan dukungan manajemen
ruangan terhadap pengembangan diri perawat. Sebagian responden yang tergolong dalam
kategori tinggi memberikan skor yang rendah pada pernyataan penyelesaian masalah oleh
manajemen ruangan terkait error dilakukan oleh perawat. Hal menunjukkan bahwa
Penyelesaian masalah yang efektif dan tepat oleh seorang leader sangat diperlukan
bagi staf agar tercipta suasana kerja yang kondusif. Firth dan Wears (2004) menyatakan
bahwa budaya perubahan menuju pencapaian patient safety dapat dilihat dari sikap
manajer atau kepala ruang yang berkomitmen terhadap keselamatan dengan langkah
menerus silang pendapat dengan rekan kerja tentang tindakan yang tidak aman bagi
pasien dan ketika mereka melaporkan adanya tindakan error yang dialami oleh pasien.
5. Kepuasan Kerja Perawat Ruang Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
responden berdasarkan komponen kepuasan kerja yang dibagi dalam dua katergori yaitu
Tabel 8. Kepuasan Kerja Perawat Ruang Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Periode 27 Juni- 10 Juli 2009
Rentang persentase komponen kepuasan kerja kategori tinggi berkisar antara 76% -
100%. Sedangkan rentang persentase komponen kepuasan kerja kategori rendah berkisar
antara 32% - 72%. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Modak et al.
(2007) yang melaporkan bahwa hanya 47% responden yang termasuk dalam kategori
positif dilihat dari komponen kepuasaan kerja. Berdasarkan pembahasan pada komponen
lainnya, perbedaan ini dapat disebabkan karena perbedaan lokasi penelitian dan jumlah
(Sexton et al., 2006). Komponen kepuasan kerja memuat pernyataan tentang apresiasi
terhadap tempat kerja, sense of belonging terhadap pekerjaan, self expectancy, dan sense
of comforting terhadap tempat kerja. Dilihat dari jawaban responden penyataan yang
berhubungan dengan kepuasaan kerja yang dikemukan diatas, rata-rata responden cukup
skor yang kecil pada pernyataan tentang apresiasi terhadap tempat kerja dan sense of
belonging terhadap pekerjaan. Menurut Lin dan Liang (2007), ketidakpuasaan perawat
terhadap tempat kerja memiliki hubungan signifikan negatif yang secara langsung
6. Kondisi Pekerjaan Perawat Ruang Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
responden berdasarkan komponen kondisi pekerjaan dibagi dalam dua kategori yaitu
Tabel 9. Kondisi Pekerjaan Perawat Ruang Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Periode 27 Juni- 10 Juli 2009
No Kategori Jumlah Persentase
(%)
1. Tinggi 25 29,1
2. Rendah 61 70,9
Total 86 100
Sumber : Data Primer, 2009
80% - 100%. Sedangkan rentang persentase komponen kondisi pekerjaan kategori rendah
berkisar antara 45% - 75%. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian
Modak et al (2007) yang mendapatkan hanya 36% responden yang termasuk dalam
kategori positif dilihat dari kondisi pekerjaan. Menurut Cooper cit Bariyah (2008) kondisi
pekerjaan yang berlebih atau kurang secara kualitatif maupun kuantitatif, kondisi fisik
pekerjaan yang berbahaya dan sistem shift. Hasil penelitian dalam Tabel 9 menarik untuk
diperhatikan dan perlu perhatian khusus karena banyaknya responden (61 responden)
memberikan apresiasi negatif terhadap kondisi pekerjaan yang sedang mereka alami.
terkait patient safety, balance tenaga perawat dengan jumlah pasien yang dirawat,
kemudahan mendapatkan informasi tentang treatment dan intervensi terhadap pasien, dan
supervisi. Sebagian besar responden yang tergolong dalam kategori rendah memberikan
skor yang kecil pada semua pernyataan terutama pernyataan tentang balance jumlah
tenaga perawat dengan pasien. Dalam National Academies News, 2003 cit Lin dan Liang
(2007), beberapa penelitian setuju bahwa buruknya keadaan pasien pasca hospitalisasi
seperti peningkatan infeksi dan kegagalan pernafasan terjadi karena tenaga perawat yang
Melalui wanwancara dengan responden ketika studi pendahuluan pada bulan Mei
2009 , diketahui bahwa jumlah perawat yang ada tidak seimbang dengan jumlah pasien
yang dirawat. Pada penelitian yang dilakukan oleh American Nurses Association (2001)
menunjukkan bahwa perawat dengan beban kerja yang tinggi dan jam ekstra sangat
berbahaya terhadap patient safety. Sebanyak 75% perawat yang diobservasi terindikasi
dua tahun sebelumnya. Reason (1995) mengemukakan kecelakaan dalam bidang medik
dapat berawal dari buruknya sistem manajemen dan proses dalam organisasi pelayanan
kesehatan atau yang sering disebut latent failures yang dapat diakibatkan oleh berbagai
faktor salah satunya beban kerja petugas yang terlalu tinggi (workload) dan keterbatasan
Tingginya beban kerja menyebabkan peningkatan kejadian error dan near miss
pasien pada rumah sakit dengan beban kerja perawat sedang akan meningkatkan risiko
kematian akibat prosedur bedah umum sebesar 7% dan pasien dengan komplikasi
sebanyak 7%. Terdapat pula perbedaan sebanyak 30% kematian bedah lebih tinggi pada
rumah sakit dengan beban kerja perawat yang menangani 8 pasien dibandingkan beban
7. Pengenalan Terhadap Stres Oleh Perawat Ruang Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta
persentase responden berdasarkan komponen pengenalan terhadap stres dibagi dalam dua
Tabel 10. Pengenalan Terhadap Stres Oleh Perawat Ruang Rawat Inap RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Periode 27 Juni- 10 Juli 2009
No Kategori Jumlah Persentase
(%)
1. Tinggi 27 31,4
2. Rendah 59 68,6
Total 86 100
Sumber : Data Primer, 2009
kerja terhadap konsentrasi kerja, identifikasi stres interpersonal, kinerja pada saat situasi
pengenalan terhadap stres kategori positif berkisar antara 80% - 100%. Sedangkan
rentang persentase komponen pengenalan terhadap stres kategori negatif berkisar antara
25% - 75%. Walaupun adanya beberapa responden yang persentase mencapai 100%, tapi
dengan persentase ≤ 75%. Bahkan ada responden yang mencapai 25% dan merupakan
Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Modak et al (2007) yang
mendapatkan hasil bahwa hanya sebanyak 45% responden yang termasuk dalam kategori
positif pada komponen pengenalan terhadap stres. Hasil penelitian ini menunjukan 68,6
responden yang termasuk dalam kategori rendah memiliki skor yang kecil pada semua
pernyataan.
Stress kerja yang di alami oleh seseorang sangat mempengaruhi kinerja orang
tersebut. Menurut Riggio (2003), dua faktor yang menyebabkan terjadinya stress kerja,
kekaburan atau ambiguitas dalam pekerjaaan, stress interpersonal, lack of control; dan
faktor individual meliputi peristiwa yang terjadi dalam hidup, pola perilaku tipe A, dan
ketahanan individu terhadap stress. Stres yang petugas pelayanan kesehatan sangat
berpengaruh terhadap menurunnya kualitas pelayanan yang lebih jauh dapat menurunkan
patient safety. Currie dan Watterson (2007) menyatakan bahwa stress kerja merupakan
salah satu active failure yaitu berupa tindakan-tindakan yang tidak aman bagi pasien.
BAB V
A. Kesimpulan
1. Gambaran patient safety attitudes pada perawat ruang rawat inap RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta menunjukkan bahwa jumlah perawat yang termasuk dalam kategori patient
safety attitudes tinggi lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan kategori patient safety
attitudes rendah.
2. Gambaran iklim kerja tim, iklim keselamatan, persepsi terhadap manajemen rumah sakit,
persepsi terhadap manajemen ruang dan kepuasaan kerja pada perawat ruang rawat inap RSU
3. Komponen patient safety attitudes kategori tinggi yang menunjukkan persentase dengan
4. Gambaran kondisi pekerjaan dan pengenalan terhadap stress termasuk dalam kategori
rendah.
B. Saran
1. Bagi direksi SDM rumah sakit, perlu memberikan motivasi dan menumbuhkan kesadaran
bagi perawat tentang patient safety agar patient safety attitudes yang baik dapat semakin
meningkat
2. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas kondisi pekerjaan perawat yang berada dalam
kategori rendah sehingga perlu adanya peninjauan lebih lanjut tentang job description
(deskripsi pekerjaan) perawat untuk mengetahui beban kerja perawat lebih detail
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen pengenalan terhadap stres termasuk dalam
kategori rendah sehingga perlu adanya manajemen stres yang baik agar tidak mempengaruhi
kinerja perawat
4. Penelitian tentang patient safety attitudes lebih lanjut hendaknya disertai dengan wawancara
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, L. H., Clarke, S. P., Cheung, R. B., Sloane, D. M., & Silber, J. H. (2003). Educational
levels of hospital nurses and surgical patient mortality. Journal of the American Medical
Association, 290 (12), 1617–1623
Aiken H. Linda (2005) Improving Patient Safety: The Link Between Nursing and Quality of
Care. A National Program of The Robert Wood Johnson Foundation. Ebook. Diakses pada
tanggal 11 Februari 2009 dari http://infolib.med.ugm
Alfredsdottir, H. & Bjornsdottir, K. (2007). Nursing and patient safety in the operating room.
Journal of Advanced Nursing, 61(1), 29-37. Diakses pada tanggal 7 Februari 2009 dari
Pubmed database
Agency for Healthcare Research and Quality. (2003). The Effect of Health Care Working
Conditions on Patient Safety. Di akses pada 23 Februari 2009 dari
www.ahrq.gov/clinic/epcsums/worksum.htm
American Nurses Association. (2001). Analysis of American Nurses Association Staffing Survey.
Diakses pada 7 Februari dari www.nursingworld.org/ staffing/ ana.pdf
Arimurni. (15 Juni 2005). Patient safety, pencegahan kasus malpraktek. Lampung Post. Di akses
pada tanggal 10 Februari 2009 dari http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php? id=
2005061503140511
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek edisi revisi VI. Jakarta :
Rineka Cipta
Aspden, P., Corrigan, J.M., Wolcott, J., Erickson, S.M. (2004). Institute of medicine: patient
safety achieving a new standard for care. Washington D.C: The National Academies Press.
Ebook. Diakses pada tanggal 11 Februari 2009 dari http://infolib.med.ugm
Azwar, S. (2005). Sikap Manusia, teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bariyah, K. (2008). Hubungan Antara Kepekaan Terhadap Humor (Sense Of Humor) Dengan
Stres Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Intensif RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM. Tidak Dipublikasikan
Currie, L., Watterson, L. (2007). Challenges in delivering safe patient care: a commentary on a
quality improvement initiative. Journal of Nursing Management, 15, 162–168. Di akses
pada 7 Februari 2009 dari Pubmed database
Deilkas, E.T & Hoffos, D. (2008). Psychometric properties of the Norwegian version of the
Safety Attitudes Questionnaire (SAQ), Generic version (Short Form 2006). BMC Health
Services Research, 8(191). Diakses pada tanggal 13 Februari 2009 dari
http://www.biomedcentral.com/1472-6963/8/191
Departemen Kesehatan R.I. (2005). Menkes canangkan gerakan moral keselamatan pasien
rumah sakit. Jakarta. Diakses pada tanggal 10 Februari 2009 dari http://www.depkes.go.id
Departemen Kesehatan R.I. (2006). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient
safety). Jakarta. Diakses 23 Februari 2009 dari http://www.inapatsafety-
persi.or.id/data/panduan.pdf
Dwiprahasto, I. (2004). Medical error di rumah sakit dan upaya untuk meminimalkan risiko.
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 7(1),13-17
Erlen, J.A. (2007). Patient safety, error reduction and ethical practice. Orthopaedic Nursing,
26(2), 130-133. Diakses pada 7 Februari 2009 dari Pubmed database.
Firth, Cozens, J. (2001). Cultures for Improving Patient Safety through Learning: The Role of
Teamwork. Quality and Safety in Health Care,10, 26–31.
Flin, R., Burns, C., Mearns, K., Yule, S., Robertson, E.M. (2006). Measuring safety climate in
health care. Quality and Safety in Health Care, 15, 109–115. Diakses pada tanggal 14 April
2009 dari Pubmed database.
Kline, T.J.B., Willness, C., Ghali, W.A. (2008). Determinants of adverse events in hospitals the
potential role of patient safety culture. Journal for Healthcare Quality. 30(1), 11–17.
Diakses pada tanggal 11 Februari 2009 dari Pubmed database.
Kohn, L.T., Corrigan, J.M., Donaldson, M.S. (Eds). (2000). To Err Is Human: Building A Safer
Health System. Institute of Medicine: National Academy Press
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit/ KKPRS. (2007). Sembilan Solusi Live-Saving
Keselamatan Pasien. Diakses pada tanggal 21 April 2009 dari
http://www.inapatsafetypersi.or.id/?show=detailnews&kode=3&tbl=artikel
Lestari, A.D. (2008). Penilaian Budaya Patient Safety Departemen Bedah Dan Non Bedah
Rumah Sakit X Jakarta. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM. Tidak
dipublikasikan
Lin, L., Liang, B.A. (2007). Addresing the nursing work environment to promote patient safety.
Nursing Forum, 42(1). Diakses pada tanggal 7 Februari 2009 dari Pubmed database.
Miller, A. (2006). Captain and champion: nurses’ role in patient safety. British Association of
Critical Care Nurses, Nursing in Critical Care, 11(6). Diakses pada tanggal 7 Februari
2009 dari Pubmed database
Modak, I., Sexton, B., Lux, T.R., Helmreich, R.L., Thomas, E.J. (2007). Measuring safety
culture in the ambulatory setting: the safety attitudes questionnaire- ambulatory version.
Journal of General Internal Medicine, 22, 1-5. Diakses pada tanggal 13 Februari 2009 dari
Pubmed database
Pronovost, P.J. Weast, B., Holzmueller, C.G. Rosenstein, B.J., Kidwell, R.P., Haller, K.B., et al.
(2003). Evaluation of the culture of safety: survey of clinicians and managers in an
academic medical center. Quality Safety Health Care, 12, 405–410. Diakses pada tanggal
13 Februari 2009 dari www.qshc.com
Reason JT. (1995) Understanding Adverse Events: Human Factors. In: Vincent CA, ed. Clinical
risk management., London: BMJ, 31-54.
Robbins, S.P. (1996). Perilaku Organisasi Konsep, Kontoversi, Aplikasi. Jakarta: PT.
Prenhalindo.
Rubiyanto, N. (30 Mei 2007). Keselamatan pasien harus jadi ruh pelayanan. Kompas. Diakses 21
April 2009 dari http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/30/ jogja/ 1037923.htm
Runy, L.A. (2008). The Nurse and Patient Safety. AHA, 82(11). Diakses pada tanggal 7 Februari
2009 dari Pubmed database
Sexton, J.B., Helmreich, R.L., Neilands, T.B., Rowan, K., Vella, K., Boyden, J., et al. (2006).
The safety attitudes questionnaire: psychometric properties, benchmarking data, and
emerging research. BMC Health Services Research, 6(44). Diakses pada tanggal 11 Maret
2009 dari http://www.biomedcentral.com/1472-6963/6/44
Sexton, B., Makary, M.A., Tersigni.A.R., Pryor, D., Hendrich, A. Thomas, et al. (2006).
Teamwork in the Operating Room. Journal of Anesthesiology, 105,877–884. Diakses pada
27 Mei 2009 dari pubmed database
Singer, S.J., Gaba, D.M., Geppert, J.J., Sinaiko, A.D., Howard, S.K., Park, K.C. (2003). The
culture of safety: results of an organization-wide survey in 15 california hospitals. Quality
Safety Health Care, 12:112–118. Diakses pada tanggal 11 Februari 2009 dari
www.qshc.com
Smits, M., Dingelhoff, I.C., Wagner, C., van der Wal, G., Groenewegen, P.P. (2008). The
psychometric properties of the hospital survey on patient safety culture in dutch hospitals.
BMC Health Services Research, 8 (230). Diakses pada tanggal 13 Februari 2009 dari
http://www.biomedcentral.com
Susiolowati, B.M. (2003). Pengetahuan dan Sikap Perawat tentang undang-Undang Perlindungan
Konsumen dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Di Rumah Sakit Dr.Oen Surakarta.
Skripsi. Tidak dipublikasikan. FK UGM Yogyakarta
Uduk, Emerentiana. (2008). Quality Assurance/ Menjaga Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan
Di Ruang Rawat RSUD Atambua Kabupaten Belu. Tesis. Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran UGM. Tidak dipublikasikan
Vincent, Charles., Adams, S.T., Stanhope, N. (1998). Framework for analising risk and safety in
clinical medicine. British Medical Jounal, 316. Diakses pada tanggal 11 Maret 2009 dari
www.bmj.com
World Health Organization. (2004). World Alliance For Patient Safety: Forward Programme
2005. WHO: France. Diakses pada tanggal 11 Februari 2009 dari
www.who.int/patientsafety
LAMPIRAN
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Antung Dian Hayati
NIM : 05/187027/KU/11416
Alamat : Blimbingsari, Terban, Yogyakarta
Adalah mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas
Gadjah Mada, akan melakukan penelitian sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi saya.
Judul penelitian yang akan saya lakukan adalah “Gambaran patient safety attitudes
pada perawat di ruang rawat inap RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta”.
Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk menjadi responden penelitian
ini dengan memberikan jawaban secara tulus dan jujur pada kuesioner yang saya ajukan.
Jawaban Bapak/Ibu/Saudara akan dijamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan
untuk kepentingan penelitian akademis semata.
Atas bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah membaca dan memahami isi penjelasan pada lembar permohonan menjadi
responden, saya bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan
dilakukan oleh mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada yang bernama Antung Dian Hayati dengan judul “Gambaran patient safety
attitudes pada perawat di ruang rawat inap RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta”.
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan merugikan saya,
sehingga saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Saya juga bersedia memberikan
Demikian bantuan saya kepada saudara, semoga bermanfaat bagi penelitian akademis.
Responden,
(tandatangan)
LEMBAR KUESIONER
Tanggal pengisian :
Nama responden :
Ruang :
PETUNJUK
Anda.
2. Pendidikan terakhir :
1- 5 tahun ≥ 16 tahun
6 - 10 tahun
≥ 60 jam/ minggu
Kuesioner patient safety attitudes (sikap keselamatan pasien) pada Perawat
Bacalah setiap pernyataan dengan seksama, kemudian berikan jawaban anda sesuai keadaan yang
sebenarnya pada tempat yang sudah disediakan dengan cara memberi tanda checklist (√).
Sangat
Tidak Sangat
No. Pernyataan Tidak Netral Setuju
Setuju Setuju
Setuju
Iklim Kerja Tim
1. Di unit kerja saya, saya tidak bisa mendiskusikan
masalah yang saya alami terkait perawatan pasien
kepada atasan maupun teman sejawat
Sangat
Tidak Sangat
No. Pernyataan Tidak Netral Setuju
Setuju Setuju
Setuju
8. Budaya kerja di unit kerja, membuat saya mudah
untuk belajar dari kesalahan yang dibuat oleh orang
lain
pengelola RS, tanpa menyudutkan pelakunya
Sangat
Pernyataan Tidak Sangat
No. tidak Netral Setuju
Setuju Setuju
setuju
18. RS memberikan informasi yang cukup dan
kesempatan yang optimal mengenai kegiatan
(seminar, workshop) yang bermanfaat bagi
pengembangan karir saya
Kepuasaan Kerja
24. Rumah sakit ini merupakan tempat yang baik untuk
bekerja
25. Saya bangga bekerja di rumah sakit ini
28. Saya menyukai pekerjaan saya sekarang
Sangat
Tidak Sangat
No. Pernyataan Tidak Netral Setuju
Setuju Setuju
Setuju
Kondisi Pekerjaan
29. RS memberikan pelatihan (pengelolaan INOS, dll)
yang baik bagi perawat