Disusun Oleh :
TRI ARMI SANDY, S.Kep
17 3145 901 106
1
2
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Penguji, Pembimbing,
Disahkan oleh :
Ketua Program Studi Ners
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti ujian akhir Profesi Ners
Universitas Mega Rezky Makassar. Kemudian tak lupa pula peneliti haturkan
salawat dan salam kepada Rasulullah SAW sebagai Rasul terakhir pembawa
cahaya kehidupan beserta keluarga, para sahabat, tabi’in, at baut tabi’in dan
hambatan namun atas doa, dukungan, dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga
hambatan itu menjadi mudah bahkan menjadi motivasi bagi peneliti untuk lebih
giat lagi.
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda tersayang Aristan
Sandegi dan Ibunda tercinta Mimi Rosmiati Kemala Dewi yang senantiasa
mendidik dan merawat peneliti dengan penuh kasih sayang serta selalu
Makassar.
3. Bapak Prof. Dr. dr. H. M. Rusli Ngatimin, MPH selaku Ketua Universitas
saran dan masukan yang sangat berharga untuk penyempurnaan karya tulis
ilmiah ini.
7. Dosen dan seluruh karyawan yang telah memberikan bantuan kepada
Aprillia yang selalu memberikan motivasi, kasih sayang dan doa kepada
penulis.
9. Sahabat dan teman-teman Profesi Ners gelombang III angkatan VIII
umrah,S,Kep yang selalu ada baik dalam keadaan susah maupun duka.
10. Kepada Tn.“M“ dan keluarga yang sudah bersedia untuk dijadikan sebagai
kasus kelolaan.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
maupun non materi, Penulis haturkan terima kasih. Semoga Allah SWT
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak sangat di harapkan. Semoga karya tulis ilmiah ini bisa
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. v
6
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 3
C. Tujuan...................................................................................................... 3
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 66
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
7
hingga tahun 2012, di Indonesia setidaknya baru 25 dari 1000 lebih rumah
sakit, khususnya di Pulau Jawa yang telah menerapkan manajemen
perawatan luka modern.(Sutriyanto, 2015)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
BAB II
TINJAUAN TEORI
Gambar
1.1
Struktur
Kulit
a. Lapisan kulit
Gambar 1.2
Lapisan Epidermis
12
Epidermis adalah lapisan kulit luar yang tipis dan avaskuler tidak
ada pembuluh darah. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5% dari
seluruh ketebalan kulit. Ketebalan dari lapisan epidermis ini
bervariasi tergantung pada tepi kulit dalam hal ini, tebal epidermis
berbeda – beda pada berbagai tempat ditubuh. Lapisan epidermis
yang paling tebal terletak pada telapak dan kaki. Lapisan epidermis
ini terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk (skuamosa), yang
mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel [ CITATION
Mar15 \l 1033 ].
Lapisan ini mengalami regenerasi setiap 4 – 6 minggu.
Lapisan epidermis terutama berfungsi sebagai pelindung
(melindungi masuknya bakteri dan toksin), organisasi sel, sintesis
vitamin D dan sitokin, sel pigmentasi (melanosit), pembelahan dan
dan mobilisasi sel, penegenalan allergen (sel Langerhans) dan
untuk keseimbangan cairan secara berlebihan. Lapisan epidermis
terdiri dari lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
paling terdalam), yang asing masing dijelaskan sebagai berikut:
a) Stratum korneum ( lapisan tanduk)
- Lapisannya rata/flat
Gambar 3.1
Lapisan dermis
3) Subkutis/Hipodermis
Gambar 1.4
Lapisan subkutis
3. Apendiks Kulit
Apendiks – apendik kulit terdiri dari rambut, kelenjar sebasea, kelenjar
keringat/ekrin, kelenjar apokrin dan kuku. Apendiks – apendiks kulit
masing masing dijelaskan sebagai berikut:
a) Rambut
Tempat asal rambut pada kulit dinamakan folikel rambut. Folikel
rambut dari keratin, tertanam dalam dinamakan epidermis dalam
dermis, kemudian hypodermis. Folikel rambut dikelilingi oleh jaringan
ikat fibrosa pada dermis[ CITATION Mar15 \l 1033 ].
b) Kelenjar sebasea
Kelenjar sebase sering juga disebut sebagai ‘kelenjar palit’ atau ‘
kelenjar minyak’. Hal ini disebabkan karena kelenjar ini memproduksi
subtansi minyak yang disebut sebum. Funsinya adalah untuk
menghasilkan minyak (sebum) untuk meminyaki kulit dan rambut agar
tidak kering. Kelanjar sebasea paling tampak terlihat pada kulit bagian
18
kepala, muka dan bahu atas. Letak kelenjar sebasea lebih dekat ke
permukaan kulit serta bermuara pada saluran folikel
rambut[ CITATION Mar15 \l 1033 ].
c) Kelenjar ekrin/keringat
1) Kelenjar keringat berfungsi untuk mensekresi keringat.
Sekresi/pengeluaran keringat dari kelenjar ekrin tersebut dapat
diartikan sebagai proses pendinginan tubuh (mengatur suhu tubuh).
2) Kelenjar ini terdapat diseluruh tubuh, berbentuk lebih lansing,
bermuara langsung di permukaan kulit.
3) Jumlah kelenjar ekrin pada saat lahir hapir sama jumlahnya pada
orang dewasa. Namun pada bayi baru lahir, fungsi kelenjar
keringat baru sempurna di usia 40 minggu. Hal ini disebabkan oleh
kemampuan bayi (khususnya neonates) menghasilkan keringat
tidak sama dengan orang dewasa.
4) Keringat diproduksi dalam suatu tubulus yang terdapat dermis dan
ditransportasikan oleh kelenjar keringat melalui epidermis untuk
dikeluarkan.
d) Kelenjar apokrin
1) Kelenjar apokrin berfungsi mulai usia pubertas, yang
mengeluarkan cairan yang lebih kental dan berbau khas individu.
2) Bau badan seseorang biasanya juga dipengaruhi oleh aktivitas
bakteri pada kulit normal yang berhubungan dengan pengeluaran
keringat.
3) Jumlahnya lebih sedikit, hanya terdapat di ketiak, liang telinga,
puting payudara dan daerah kelamin.
4) Apokrin diproduksi juga pada tubulus yang terdapat pada dermis.
e) Kuku
1) Kuku adalah kulit yang merupakan bagian akhir lapisan tanduk
yang menebal dan terletak pada akhir jari tangan dan kaki.
19
4. Fungsi kulit
Berikut ini adalah beberapa fungsi kulit:
a) Fungsi kulit sebagai proteksi/pelindung tubuh
1) Gangguan fisik dan mekanik dari bahan iritan, tekanan dan
gesekan oleh bantalan lemak subkutis sebagai ‘shock absorber’ dan
ketebalan lapisan kulit serta jaringan penunjang.
2) Gangguan suhu panas oleh kelenjar keringat, atau dingin oleh
kontraksi otot.
3) Gangguan sinar ultraviolet atau radiasi yang akan diserap oleh sel
melanosit di lapisan basal.
4) Gangguan bibit penyakit virus, bakteri, jamur dan parasite yang
akan ditanggulangi oleh lemak permukaan kulit, hasil sekresi
kelenjar sebasea yang mempunyai Ph 5,0 – 6,5.
20
2. Klisifikasi luka
luka diklasifikasi dengan berbagai macam cara diantaranya:
a. Berdasarkan kedalaman dan luasnya, luka dapat dibagi menjadi:
1) Luka superfisial; terbatas pada lapisan epidermis.
2) Luka “partial thickness”; hilangnya jaringan kulit pada lapisan
epidermis dan lapisan bagian tas dermis.
3) Luka full thickness; jaringan kulit yang hilang pada lapisan
epidermis, dermis , fasia, tidak mengenai otot.
4) Luka mengenai otot, tendon dan tulang. [ CITATION Mar15 \l
1033 ]
b. Luka berdasarka kedalaman dan luasnya, dapat dinyatakan menurut
stadium luka, yaitu sebagai berikut;
1) Stadium I: Luka superfisial, yaitu luka yang terjadi pada lapisan
epidermis kulit.
2) Stadium II: Luka partial thickness yaitu hilangnya lapisan kulit
pada lapisan epidermis dan bagian atas dermis.
3) Stadium III: Luka full thickness yaitu hilangnya kulit keseluruhan
sampai jaringan subkutan yang dapat meluas tetapi tidak mengenai
otot.
4) Stadium IV: Luka full thickness yang telah mencapai lpisan otot,
tendon dan tulang dengan adanya distruksi/kerusakan yang luas
[ CITATION Mar15 \l 1033 ].
c. Luka diklasifikasikan berdasarkan kedalaman dan luasnya dengan
pembagian berdasarkan tingkat keperahannya, dapat dibagi menjadi:
1) Tingkat I: kemerahan (perubahan warna), teraba hangat, bengkak
atau teraba lebih keras.
2) Tingkat II: luka lebih dalam melibatkan sebagain jaringan kulit.
3) Tingkat III: luka melibatkan seluruh jaringan kulit dan bagian
dibawahnya termasuk lemak tetapi tidak menganai fascia.
24
4) Tingkat IV: luka lebih dalam melibatkan otot, atau tulang dan
jaringan sekitarnya. [ CITATION Mar15 \l 1033 ].
d. Terminologi luka yang dihubungkan dengan waktu
penyembuhan/waktu kejadianya, luka dapat dibagi menjadi luka akut
dan luka kronik:
1) Luka akut:
a) Luka baru, mendadak dan waktu penyembuhannya sesuai
dengan waktu yang diperkiraka.
b) Luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
c) Luka akut merupakan luka trauma yang biasanya segera
mendapat penaganan dan dapatsembuh dengan baik bila tidak
terjadi komplikasi. Contohnya: luka sayat, luka bakar, luka
tusuk, crush injury.
d) Luka operasi dapat dianggap luka akut yang dibuat oleh ahli
bedah. Contohnya: luka jahit dan skin graft.
e) Dapat disimpulkan bahwa luka akut adalah luka yang
mengalami proses penyembuhan, yang terjadi akibat proses
integritas fungsi dan anatomi secara terus menerus, sesuai
dengan tahap dan waktu yang normal.
2) Luka kronis
Pengantar:
a) Luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan,
dapat karena faktor eksogen atau endogen.
b) Luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak
berespon abaik terhadap terapai dan punya tendensi untuk
timbul kembali.
c) Luka yang berlangsung lama atau sering rekuren dimana terjadi
ganggauan pada proses penyembuhan yang biasanya
disebabkan oleh masalah multifactor dari penderita.
d) Dapat disimpulkan bahwa luka kronik adalah luka yang gagal
melewati proses perbaikan untuk mengembalikan integritas
fungsi dan anatomi sesuai dengan tahap dan waktu yang
normal.
1) Luka memar
2) Luka abrasi/babras/lecet
5) Luka tembak
6) Luka gigitan
7) Luka avulsi
26
5) Kondisi luka ini adalah luka yang terkontaminasi atau dapat pula
terinfeksi dan merupakan luka pada keadaan lembab dan jaringan
avaskularisasi.
6) Yang penting diperhatikan bahwa semua jenis luka kronis
merupakan luka yang terkontaminasi namun belum tentu terinfeksi.
7) Luka terinfeksi juga dapat dinilai dengan adanya peningkatan
jumlah leukosit darah dalam tubuh dan peningkatan suhu tubuh.
8) Jaringan nekrotik yang berwarna kuning ini harus dibersihkan
sebelum perbaikan dan penyembuhan jaringan dapat terjadi.
c. Luka hitam/black
1) Adalah luka dengan dasar luka berwarna hitam, hitam kecoklatan,
hitam kehijauan. Sering disebut dengan nekrosis atau jaringan
mati.
2) Nekrosis berhasil dari Bahasa Yunani (mati) adalah nama yang
diberikan untuk sel dan jaringan hidup yang mati secara tidak
wajar.
3) Luka tertutup oleh jaringan nekrosis atau eschar, radiasi, yang
merupakan jaringan avaskularisasi yang tidak terdapat perdarahan.
4) Eschar tampak seperti jaringan berkulit kering, tebal, dan mungkin
hitam.
5) Jaringan yang mati (jaringan nekrotik) yang menghambat
peyembuhan luka.
6) Nekrosis merupakan kondisi yang irreversible. Berbeda dengan
apoptosis, yaitu pembersihan sel debris oleh fagosit dengan system
imun, secara umum lebih sulit dilakukan.
7) Jaringan nekrosis dapat berbentuk lunak atau dapat membetuk
jaringan parut.
8) Metode destruksi sel dengan neksrosis ini umunya tidak
mengirimkan sinyal ke fagosit terdekat untuk memakan sel yang
mati.tidak adaanya pemberian sinyal ini mempersulit system imun
31
untuk mencari dan mendaur ulang sel yang telh mati melalui
nekrosis dibandingkan sel yang mengalami apoptosis.
9) Pelepasan kandungan intra sel setelah kerusakan membrane sel
adalah penyebab inflamasi pada nekrosis
10) Jaringan nekrotik ini harus di bersihkan sebelum perbaikan dan
penyembuhan jaringan dapat terjadi
11) Penyebab nekrosis
a) Ada banyak sebab terjadinya nekrosis antara lain paparan
terhadap cedera yang cukup lama, infeksi, kanker, infark,
keracunan, dan inflamasi.
b) Nekrosisi dapat terjadi karena perawatan luka yang tidak
sempurna,neksrosi di sertai pelepasan enzim-enzim khusus
yang disimpan oleh lisosos,yang mampu mencerna komponen
sel atau seluruh sel itu sendiri.
c) Cedera yang dialami sel dapat merusak membrane lisosom,atau
dapat mencetuskan reaksi berantai yang tidak terorganisir yang
menyebabkan pelepasan enzim.
d) Tidak seperti asoptosis,sel yang mati akibat nekrosisdapat
melepaskan zat kimia berbahaya yang dapat merusak sel
lain.neksrosis pada materi biopsy di hentikan dengan fiksasi
atau pembekluan.
e) Kerusakan pada salah satu system penting dalam sel
menyebabkan kerusakan sekunder pada system lain,yang di
sebut cascade of effects.[ CITATION Mar15 \l 1033 ].
9. Tipe/jenis eksudat
a. Pengantar
34
6. Patofisiologi
40
k. Nyaman dipakai
Indikasi:
a) Luka dengan sedikit eksudat – sedang
b) Luka akut atau kronik
c) Luka dangkal
d) Jaringan granulasi
e) Abses
f) Luka dengan epitalisasi luka yang terinfeksi grade 1 dan 2
b. Hydroactive gel
-
-
Merupakan jenis topikal therapy yang dapat membantu
proses peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri
(disebut “support autolysis debridement”)
Indikasi:
a) Menciptakan lingkungan luka yang tetap lembab
b) Lembut dan fleksibel untuk segala jenis luka
c) Melunakkan dan menghancurkan jaringan nekrotik, tanpa merusak
jaringan sehat.
d) Mengurangi rasa sakit karena mempunyai efek pendingin
Kandungan Hydroactive Gel : air 90-95% dan memiliki sifat semi
transparan daan nonadherent.
c. Metcovacin
Ada beberapa jenis metcovazin, diantaranya adalah :
a) Metcovazin regular
b) Metcovazin gold
50
c) Metcovazin Red
Indikasi
a) Topical therapy atau salep luka untuk jaringan yang granulasi
merah, karena ada kandungan hydrocoloid.
b) Bahan aktif :Metcovazin Reguler plus Hydrocoloid.
d. Epitel Salf
.
Epital salf adalah cream yang digunakan untuk melembabkan dan
mengurangi sensitivitas jaringan yang mengalami radang,membantu
menghilangkan rasa terbakar, gatal dan nyeri dengan melindungi dari iritasi lebih
lanjut. Cream ini juga membantu mempercepat proses penyembuhan kulit.
Mengandung vitis vinifera, butyrospermum parkii butter, telmesteine
,glycyrrhetinic acid, dan Na hyaluronate , yang merupakan garam natrium dari
hyaluronic acid, suatu senyawa glikosaminoglikan.
Indikasi:
a) Untuk mendukung kelembaban
b) Cocok untuk semua tahap jenis luka (nekroik,slough,granulasi,
epitalisasi)
e. Transparent film
Indikasi:
a) Dresing primer dan sekunder
b) Ekonomis, tidak memerlukan penggantian balutan dalam jangka
waktu yang pendek
c) Luka yang memerlukan dressing fiksasi yang tahan air, sehingga
bisa dipakai pada saat mandi
d) Luka insisi
f. Calcium alginate
53
Balutan topikal yang terbuat dari rumput laut dan telah ada sejak tahun
1984 (smith 1992). Manfaat rumput laut telah diketahui sejak berabad-
abad yang lalu dan rumput laut dikenal sebagai penyembuh pelaut
(jones,1999). Serat calcium dan sodium alginate memiliki kemampuan
menyerap cairan, tidak merekat pada luka .kelebihan bahan topikal ini
adalah mempercepat proses granulasi dan setiap bercampur dengan
cairan luka, akan berubah menjadi gel sehingga muda dilepas dan tidak
menimbulkan sakit saat menggantikan balutan.
Indikasi:
a) Luka dengan eksudat sedang- banyak
b) Menghentikan perdarahan minor
c) Berubah menjadi sel ketika bercampur dengan cairan luka
d) Luka akut atau kronik
e) Luka yang dalam sehingga berlubang
g. Foam
54
Indikasi
a) Digunakan pada luka full thickness
b) Luka yang berair
c) Luka dengan eksudat sedang-berat
h. Low Adherent (LA)
i. Cadexomer iodine
55
j. Hydrophobic / sorbact
BAB III
BIODATA
A. Identitas Pasien
1. Nama : Tn “M”
2. Umur : 44 tahun
3. Alamat : Jln. Sultan Hasanuddin
4. Jenis Kelamin : Laki- laki
5. Status perkawinan : Kawin
6. Agama : Islam
7. Suku : Bugis
8. Pendidikan : SMA
9. Pekerjaan : Wiraswasta
10. Tanggal pengkajian : 1-01-2019
11. Sumber informasi : Pasien
B. Riwayat Pasien
1. Keluhan utama :
Luka pada kaki kanan
2. Riwayat Keluhan Utama
Luka pada kaki kanan dialami kurang lebih 2 bulan yang lalu. Klien
mengatakan adanya luka pada telapak kaki kanan lalu di bawa ke RS Laki
Padada, dan dilakukan bedah untuk mengeluarkan cairan. Setelah 5 hari di
RS, kemudian klien dan keluarga memutuskan untuk mendapatkan
perawatan luka di Rumah Perawatan ETN CENTRE
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien dan keluarga klien mengatakan bahwa klien mempunyai riwayat
diabetes melitus ± 5 tahun yang lalu keluarga klien juga mengatakan klien
59
belum pernah mengalami luka sebelumnya dan keluarga tidak ada yang
mengalami riwayat diabetes mellitus.
C. PENGKAJIAN
Selasa 01-01-2019
1. Pengkajian Luka (Umum)
a. Tipe luka ( ) Akut (√) Kronik
b. Tipe penyembuhan :
( ) primary intention healing ( ) delayed intention healing
( √ ) secondary intention healing
c. Kehilangan jaringan :
( ) superfical thickness ( ) partial thickness
( √ ) full thickness
d. Tipe eksudat
Tidak Ada ( ) Serous ( )
Serosanguineus ( ) Bloody( )
Purulent (√ )
e. Jumlah Eksudat
Banyak
31
1 Kedalaman Kedalaman luka harus diukur pada bahagian 3
luka yang terdalam. Jika luka tersebut menjadi
dangkal, maka bahagian terdalamlah yang
harus diukur
0. Menyatu
1. Lapisan luar/Epidermis
2. Subkutan/Dermis
3. Tendon
4. Jaringan fascia, otot dan tulang
2 Ukuran Luka diukur berdasarkan panjang dan 2
lebarnya. Panjang luka diukur berdasarkan
ukuran terpanjang dan lebarnya diukur
berdasarkanukuran terlebar yang tegak lurus
dari panjang luka yang diukur. Warna
kemerah-merahaan yang ada disekitar luka
tidak harus diukur. Jika terdapat dua luka atau
lebih yang penyebab dan karakteristiknya
sama maka “ukuran” luka tersebut merupakan
jumlah dari keseluruhan luka yang diukur. Jika
luka tidak bisa diukur secara akurat, seperti
luka yang disertai dengan jaringan nekrotik
atau bentuk luka yang tidak beraturan, maka
“S” harus ditambahkan setelah pemeriksaan
0 Utuh
1. ≤ 1 cm2
2. 1 cm2< ≤4 cm2
3. 4 cm2< ≤9 cm2
4. 9 cm2 < ≤16 cm2
5. 16 cm2 < ≤25 cm2
6. 25 cm2 < ≤36 cm2
7. 36 cm2 < ≤49 cm2
8. 49 cm2 < ≤64 cm2
9. >64 cm2
3 Peniliaian Dibawah ini dijelaskan sistem penilaian luka 4
ukuran kaki diabetes yang dipakai untuk
mengevalauasi proses penyembuhan. Silakan
ikuti instruksi cara perhitungan berikut :
1. Jika seluruh ibu jari terluka, maka
perhitungan ukurannya adalah “1 +1 = 2”
2. A-H : angka yang terdapat pada lingkaran
yang merupakan nilai relatif. Anggaplah
61
1 ≤ 10 %
2 11-25 %
3 26-50 %
4 51-75 %
5 76-100 %
7 Maserasi Maserasi merupakan kerusakan pada kulit di 1
sekitar luka yang disebabkan oleh karena
kelembaban / eksudat secara terus-menerus.
Kulit disekitar luka dibatasi sebagai area
maserasi sepanjang 2 cm dari sekeliling tepi
luka
0 Tidak ada
1 Sedikit : hanya pada sekitar tepi luka saja
2 Sedang : sekitar area luka
3 Berat : melebihi luka yang ada disekitar
kulit
Luas terlebar maserasi diukur dari tepi luka
(cm)
Tepi Luka
Area Maserasi
Ket :
Skor minimum = 0
Skor maksimum = 98
Semakin tinggi skor menunjukkan semakin parah luka
Luka 1:
65
Luka 2 :
A. Implementasi
Hari Pertama
Jam: 11: 20 wita
66
1. Tissue management :
Tehnik mencuci luka dengan menggunakan air mineral dan sabun cuci
luka (chlorexdine). Tehnik pencucian luka yaitu dengan menyiramkan
luka secara merata dengan air mineral dan diberikan sabun pencucian luka
(woundclean) , pencucian luka dimulai dari area kulit sekitar luka, kassa
yang telah digunakan kemudian dibuang , setelah itu luka dibilas kembali
dengan menggunakan air mineral hingga bersih , lalu dikeringkan dengan
menggunakan kassa kering. Selanjutnya luka dikompresi dengan
menggunakan cairan PHMB ( Poly hexa methyl biguanide)
3. Moisture balance manajement ( manajemen pengaturan kelembapan
luka)
Dressing primer yang digunakan untuk area luka adalah Salep Metcovasin
(menjaga kelembaban dan perawatan kulit) yang dioleskan pada area
luka,. Dressing sekunder dengan menggunakan kassa kering, dressing
tersier dengan menggunakan kassa gulung.
4. Epitelitation advancemen manajemen ( manajemen tepi luka )
Pada proses ini menggunakan salep metcovazin yang dioleskan pada area
luka.
BAB IV
PEMBAHASAN
67
A. Perawatan Luka
mati sendiri oleh tubuh dengan menciptakan kondisi lembab pada luka.
yang didukung dengan penggunaan mentcovazin. Autolisis debridement
ini dapat diperoleh melalui balutan yang dapat meretensi kelembaban.
Permukaan luka yang lembab ini mendukung rehidrasi jaringan mati dan
cairan luka yang terdiri dari sel darah putih serta enzim ini akan
memecahkan jaringan nekrotik. (Maryunani,2015)
Setelah selesai dilakukan debridement pada luka kemudian
dianjutkan dengan terapi ozon selama 15 menit. Terapi ozon yang juga
dikenal dengan sebutan tritomikoxigen dan trioxygen memiliki multi efek
terhadap penyembuhan luka, yakni melepaskan oksigen-oksigen baru
yang elah ternbukti memiliki kemampuan bekterisidal dan merangsang
enzim antioksidan. Dalam terapi ozon ini terutama direkomendasikan
untuk mengobati ulkus,gangrene,infeksi jamur,luka bakar,dan lambat
penyembuhan luka. Ozon diklaim sebagai alternative yang potensial
untuk dijadikan agen yang membantu penyembuhan luka selain terapi
konvensial yang sudah ada, hingga saat ini penggunan ozon baik secara
sistemik berupa autohemoterapi maupun topikal telah diaplikasikan untuk
membantu penyembuhan luka seperti luka bakar, luka tembak, ulkus
gangrene diabetikum, ulkus dekubitus,luka post operasi dll. Terapi ozon
untuk luka umumnya diberikan secara topikal sebagai antimikroba (HTA
Indonesia, 2004, dalam Megawati Hakimi, & Sumaryani,2015).
Berdasarkan hasil penelitian dan dilakukan uji Wilcoxon
didapatkan nilai P Value= 0,011 atau p<0,005 berarti HI diterima. Artinya
ada pengaruh terapi ozone bagging terhadap penyembuhan luka pasien
ulkus diabetikum dirumah luka Nirmala Kecamatan Puger Kabupaten
Jember. Berdasarkan nilai yang sering muncul juga didapatkan penurunan
dari nilai 3 menjadi 2. Dalam masing-masing keparahan luka yang ada,
terjadi penurunan skor disetiap keparahan luka, semakin turun tingkat
skor pada instrument BWAT maka semakin baik tingkat keparahan luka.
Dinyatakan bahwa setiap keparahan luka mengalami regenerasi luka,
maka terdapat penyembuhan luka yang bermakna setelah diberi perlakuan
terapi ozon.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan perawatan luka pada klien sebanyak 1 kali pada
tanggal 01 Januari 2019 dengan Ulkus Kaki Diabetik penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut.
a. Kondisi luka klien saat dilakukan perawatan luka pada tanggal 01-
01-2019 yaitu ukuran luka 1 : 2cm x 2,5cm dan ukuran luka 2 : 1,5 cm x
0,7cm Dimana Granulasi 65% , Slough 35%. Kedalaman luka stage 3,
terdapat maserasi pada sekitar luka kemudian terdapat tanda-tanda infeksi
71
yaitu dengan adanya bau busuk dari luka dan pus. Selama dilakukan
perawatan belum terdapat perubahan luka atau perkembangan dari luka.
b. Perawatan luka yang dilakukan pada luka klien yaitu mencuci luka
klien dengan cairan PHMB ( Poly hexa methyl biguanide ) kemudian disabuni
menggunakan chlorexidine, kemudian dilakukan debridement dengan
menggunakan tehnik debridement CSWD (Convervative Sharp Wound
Debridement), Mekanikal Debridement dan Autolysis Debridement.
Kemudian terapi ozon selama 15 menit.
Dressing primer menggunakan metcovazin , kemudian dressing
sekunder menggunakan kassa steril, dan dressing tersier menggunakan
kassa gulung.
Tehnik perawatan luka ini dilakukan sudah sesuai dengan
tujuannya yaitu untuk memberikan kesembuhan pada luka pasien ,
kemudian mengurangi risiko infeksi pada luka .