1
Medis ini merupakan dasar normatif bagi setiap staf medis agar tercipta
budaya profesi yang baik dan Akuntabel.
Penyusunan Peraturan Internal Staf Medis ini tidak terlepas dari
dukungan berbagai pihak, terutama Komite Medik dan Tim pembuatan
peraturan Internal Staf Medis RSUD Sumedang, dan tidak lupa kami
sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas
kerjasama juga dukungan dari semua pihak, semoga mendapatkan balasan dari
Allah SWT.
2
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sumedang
Nomor : 445/ /SK/YANMED/2015
Tanggal : 23 APRIL 2015
Tentang : PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Internal Staf Medis ini yang dimaksud dengan :
3
6. Ketua Komite Medik adalah pimpinan Komite Medik yang diusulkan
oleh Kepala-kepala SMF, ditetapkan dan diangkat oleh Direktur.
7. Persetujuan Tindakan Kedokteran adalah persetujuan yang dberikan
oleh pasien /keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan / informasi
secara lengkap dan maksimal mengenai tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
8. Rekam Medik adalah berkas yang berisi catatan atau dokumen tentang
identitas pasien , pemeriksaan , pengobatan , tindakan dan pelayanan
lain yang telah dberikan kepada pasien.
9. Komite Etik dan Medikolegal adalah wadah professional yang
dibentuk untuk membantu direktur rumah sakit dalam melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan rumah
sakit oleh staf klinis yang berkaitan dengan nilai/ norma etika dan aspek
hukum yang diangkat oleh dan bertanggung jawab kepada Direktur.
10.Komite pencegahan dan pengendalian infeksi adalah wadah
professional yang dibentuk untuk membantu direktur dalam melakukan
pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit, anggotanya di pilih
dan ditetapkan oleh direktur.
11.Komite Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan Kewaspadaan Bencana
Rumah Sakit adalah wadah professional yang di bentuk untuk
membantu direktur dalam melakukan pencegahan kecelakaan dan
menjaga keselamatan serta kesehatan kerja rumah sakit yang
keanggotaannya dipilih dan ditetapkan oleh direktur.
12.Komite mutu dan keselamatan pasien adalah wadah professional
yang dibentuk untuk membantu direktur dalam pengawasan kebijakan
mutu, melakukan penjaminan mutu pelayanan rumah sakit dan
memastikan pelayanan kesehatan dilaksanakan berdasarkan keselamatan
pasien dengan mengelola risiko seminimal mungkin yang
keanggotaannya dipilih dan ditetapkan oleh direktur
13.Peraturan Internal Staf Medik adalah aturan yang mengatur tata
kelola klinis untuk menjaga profesionalisme staf medis di RSUD
Sumedang
14.Pelayanan Medis adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh staf medik
kepada pasen RSUD Sumedang sesuai dengan kompetensi profesinya.
15.Kewenangan Klinis adalah hak khusus seorang staf medik untuk
melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan
4
RSUD Sumedang yang dilaksanakan berdasarkan Penugasan Klinis
untuk suatu periode tertentu.
16.Penugasan Klinis adalah penugasan Direktur RSUD Sumedang kepada
staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan pelayanan medis di
RSUD Sumedang berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah
ditetapkan baginya.
17.Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah dokter yang
bertugas mengelola rangkaian asuhan medis seorang pasien antara lain
pemeriksaan medis, menegakkan diagnosis, merencanakan dan memberi
terapi, melakukan tindak lanjut (follow up) dan rehabilitasi.
18.Subkomite Kredensial adalah kelompok staf medis yang berada di
dalam Komite Medik yang ditugaskan oleh direktur RSUD Sumedang
untuk melakukan proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan
kelayakan diberikan kewenangan klinis.
19.Subkomite Mutu Profesi adalah kelompok staf medis yang berada di
dalam Komite Medis yang ditugaskan oleh Direktur RSUD Sumedang
untuk merumuskan dan melakukan pengawasan dalam kebijakan dan
penjaminan mutu pelayanan medis rumah sakit serta pengembangan
sumber daya manusia, administrasi dan produk jasa layanan.
20.Subkomite Etika dan Disiplin Profesi adalah kelompok staf medis
yang berada didalam Komite Medik yang ditugaskan oleh Direktur
RSUD Sumedang melakukan pengawasan penyelenggaraan pelayanan
medik di Rumah Sakit sejalan dengan Etika dan Disiplin Profesi Medis.
21.Standar Pelayanan Kedokteran adalah pedoman yang harus diikuti
oleh dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik
kedokteran.
22.Standar Prosedur Operasional (SPO ) adalah suatu perangkat
instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses
kerja rutin tertentu yang merupakan langkah yang benar dan terbaik
berdasarkan konsensus bersama dalam berbagai kegiatan dan fungsi
pelayanan medis berdasarkan standar profesi.
23.Buku Putih (white paper ) adalah dokumentasi syarat-syarat yang
etrkait kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan setiap jenis
pelayanan medis yang mengacu pada norma profesi yang ditetapkan
oleh kolegium setiap spesialisasi.
5
24.Audit medis adalah upaya evaluasi secara professional terhadap mutu
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan mengunakan
rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi dokter.
25.Mitra bestari adalah sekelompok staf medis dengan reputasi dan
kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait
dengan profesi medis.
26.Panitia Adhoc adalah staf yang tergolong sebagai mitra bestari yang
dapat berasal dari rumah sakit lain, perhimpunan dokter spesialis/ dokter
gigi spesialis, kolegium dokter spesialis/dokter gigi spesialis dan/ atau
institusi pendidikan kedokteran/ kedokteran gigi yang ditetapkan oleh
direktur atas usulan ketua komite medis yang membantu tugas dan
fungsi komite medis.
BAB II
Bagian Kesatu
Nama
Pasal 2
Tujuan
Pasal 3
6
penyelenggaraan Rumah Sakit dapat berjalan efektif, efisien, dan bermutu
sesuai harapan pengguna jasa pelayanan kesehatan dan sesuai ketentuan
peraturan perundang undangan yang berlaku.
(2). Digunakan sebagai pedoman dalam menyusun kebijakan operasional
pelayanan Rumah Sakit.
(3). Untuk memberikan kepastian hukum terhadap kepentingan Pemilik atau
yang mewakili, Direksi , Staf Medik dan pasien
Tanggung Jawab
Pasal 4
Staf Medik dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan bertanggungjawab
kepada Direktur, yang meliputi mutu pelayanan dan kendali biaya, etika
profesi dan terlaksananya standar profesi serta standar pelayanan Rumah Sakit.
BAB III
Kewenangan Klinis
Pasal 5
(1) Setiap dokter yang diterima sebagai staf medis RSUD Sumedang
diberikan kewenangan klinik (clinical privilege) oleh Direktur setelah
memperhatikan rekomendasi dari Komite Medis.
(2) Komite medis mengusulkan staf medik untuk mendapatkan kewenangan
medis kepada Direktur RSUD Sumedang setelah melalui proses
kredensial oleh Sukomite Kredensial.
7
(3) Penentuan kewenangan klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didasarkan atas jenis ijasah, sertifikat tambahan serta pengalaman yang
dimiliki staf medis.
(4) Dalam hal kesulitan menentukan jenis kewenangan klinik maka Komite
Medis dapat meminta informasi atau pendapat dari Kolegium terkait
mengenai jenis-jenis kewenangan sehubungan dengan ijasah atau
sertifikat yang dimiliki staf medis.
(5) Setiap pemberian kewenangan klinis dilaksanakan dengan Surat
Keputusan Direktur RSUD Sumedang dan disampaikan kepada staf
medis yang bersangkutan.
(6) Dalam hal staf medis menghendaki agar kewenangan kliniknya
diperluas maka yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan
kepada Diretur Rumah Sakit dengan mengajukan alasannya serta bukti-
bukti administratif yang diakui oleh pihak yang berkompeten yang
dapat mendukung permohonannya.
(7) Dikabulkan atau ditolaknya permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) dilakukan dengan Surat Keputusan Direktur utama Rumah Sakit
dan disampaikan kepada staf medis yang bersangkutan.
(8) Dalam keadaan darurat Direktur RSUD Sumedang dapat memberikan
penugasan klinis kepada seorang staf medis yang bukan anggota SMF
RSUD Sumedang dengan sepengetahuan Komite Medis
Pasal 6
(1) Kewenangan Klinis diberikan kepada Staf Medik sesuai keahlian dan
tingkat kompetensinya atas rekomendasi dari Komite Medik.
(2) Direktur akan menerbitkan Clinical Appointment sesuai kompetensi klinis.
(3) Jangka waktu pemberian Kewenangan klinis :
a. Dokter kontrak dan Dokter Mitra diberikan untuk selama 1 (satu)
tahun.
b. Dokter tetap diberikan untuk selama 2 tahun,
(4) Jangka waktu sebagaimana disebut ayat (3) sewaktu-sewaktu dapat dicabut
oleh Direktur bilamana terbukti melakukan pelanggaran etik profesi dan
membahayakan keselamatan pasien.
8
Pembatasan Kewenangan Klinis
Pasal 7
(1) Pembatasan kewenangan klinis dapat dikenakan apabila Staf Medik dalam
melaksanakan tugasnya di Rumah Sakit tidak memenuhi kewajibannya
sebagai Staf Medik sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan, standar profesi maupun standar pelayanan Rumah Sakit yang
telah ditetapkan oleh Direktur dan atau ditemukan defek kompetensi /
kompetensi yang menurun dan fisik dan mental psikometris dan etik yang
dapat membahayakan keselamatan pasien.
(2) Pembatasan Kewenangan klinis bisa diberlakukan untuk sebagian atau
seluruhnya dari clinical appointment yang telah diberikan.
(3) Pembatasan Kewenangan klinis dapat bersifat sementara atau permanen.
9
pembatasan klinis kepada Staf Medik yang bersangkutan yang disertai
dengan jangka waktu pembatasan kewenangan klinis.
10
(3) Staf Medik memasuki masa purna bakti dan tidak mengikatkan perjanjian
kerja lagi dengan RSUD Sumedang.
(4) Staf Medik yang tidak memenuhi ketentuan dan syarat-syarat yang
ditetapkan dalam kontrak hubungan kerja.
(5) Staf Medik yang telah ditetapkan melakukan tindakan yang tidak
profesional dan atau perilaku menyimpang lainnya sebagaimana
ditetapkan Komite Medik karena melanggar peraturan perundang-
undangan termasuk Peraturan Internal Staf Medik.
(6) Pengunduran diri Staf Medik yang menyebabkan putusnya hubungan
kerja.
BAB IV
PENUGASAN KLINIS
Pasal 12
11
STAF
MEDIK FUNGSIONAL
BAB X
12
- SMF Mata dan Orthopedi
- SMF Anastesi dan THT
- SMF Kulit Kelamin dan Jiwa
- SMF Saraf dan Bedah Saraf
- SMF Penunjang Medis
- SMF Umum
Kewajiban Staf Medis Fungsional
Pasal 16
13
a. SMF wajib menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO) dengan
mengacu kepada Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK)
dan ditetapkan oleh Direktur RSUD Sumedang.
b. SPO harus disusun dalam bentuk Panduan Praktik Klinis yang dapat
dilengkapi dengan alur klinis ( clinical Pathway ), algoritme, protokol,
prosedur.
c. Panduan Praktik Klinis sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2)
harus memuat sekurang-kurangnya mengenai pengertian anamnesis,
pemeriksaan fisik, kriteria diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan
penunjang, terapi, edukasi, prognosis dan kepustakaan
d. SPO yang berlaku harus dijadikan panduan bagi seluruh staf medis
yang memberikan pelayanan medis di RSUD Sumedang.
e. SPO Medis terdiri dari Standar Pelayanan Medis dan Standar Prosedur
Operasional Tindakan Medis.
f. Standar Prosedur Operasional bidang administrasi meliputi pengaturan
tata kerja/ tugas dan wewenang anggota staf medis didalam SMF,
pertemuan klinis, rapat-rapat dan peraturan lain yang dianggap perlu.
g. SPO harus ditinjau kembali dan diperbaharui sekurang-kurangnya 2
tahun disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran/ kedokteran gigi dan perubahan sarana dan
prasarana rumah sakit.
14
(3) Setiap pasien yang mendapat pelayanan di RSUD Sumedang baik rawat
jalan maupun rawat inap ditangani oleh satu orang staf medis yang
bertanggung jawab sebagai Dokter Penanggung Jawab Pelayanan ( DPJP)
sesuai dengan permasalahan medisnya dan dalam satu kali pelayanan
secara bersamaan dapat ditangani oleh lebih 1 DPJP.
(4) Setiap pasien yang datang ke RSUD Sumedang untuk mendapatkan
pelayanan medis wajib dilayani oleh staf medis sesuai SPM/SPO tanpa
mempertimbangkan hal – hal diluar aspek medis seperti masalah
administrasi dll.
Pasal 20
Kategori Staf Medik berdasarkan kompetensinya meliputi : dokter umum,
dokter spesialis, dokter sub-spesialis / konsultan ,dokter gigi dan dokter gigi
spesialis.
Dokter Tetap
Pasal 22
(1) Dokter tetap adalah dokter dan dokter gigi yang direkrut oleh Rumah
sakit sebagai pegawai tetap sesuai Peraturan RSUD sumedang
(2) Pengaturan Hari Kerja dan Jam Kerja Dokter Tetap :
a) Hari kerja (klinik) dimulai dengan hari Senin s/d jumat, kecuali
hari minggu dan hari libur resmi.
b) Jam kerja dimulai dari jam 7.00 s/d jam 16.00. (istirahat jam 12.00
– 13.00)
15
c) Diluar ketentuan yang dimaksud butir (a) dan butir (b) pada ayat
(2) ini, tidak menghapuskan kewajiban Staf Medik untuk tetap
memberikan pelayanan kepada pasien yang menjadi tanggung-
jawabnya.
d) Staf Medik yang bertugas sebagai dokter jaga di Instalasi Gawat
Darurat, dokter jaga perawatan khusus dan intensif, dokter jaga
rawat inap berdasarkan sistem kerja shift, maka hari istirahatnya
tidak selalu jatuh pada hari minggu dan hari libur resmi.
e) Dokter jaga spesialis atau dokter non-jaga spesialis yang menerima
permintaan konsultasi wajib memberikan pelayanan konsultasi
setiap saat diluar hari kerja dan jam kerja.
f) Dokter tetap wajib berada di RS pada saat hari kerja dan jam kerja.
(3). Pengaturan hari kerja dan jam kerja diluar ketentuan sebagaimana diatur
pada ayat (2) ditetapkan oleh Direktur.
Dokter Kontrak
Pasal 23
(1). Dokter kontrak adalah dokter dan dokter gigi yang direkrut oleh Rumah
Sakit, yang memiliki status hubungan kerja berdasarkan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu atau penuh waktu, yang ditempatkan di RSUD Sumedang,
bekerja untuk dan atas nama RSUD Sumedang serta bertanggung jawab
kepada Direktur.
a) Dokter Kontrak Penuh Waktu mempunyai jam kerja sama dengan jam
kerja dokter tetap.
b) Dokter Kontrak Penuh Waktu Wajib berada di Rumah Sakit pada jam
kerja yang ditentukan.
16
Sumedang serta bertanggung jawab secara mandiri atas perkerjaan
profesinya dan bertanggung gugat secara penuh.
Dokter Tamu
Pasal 25
(1).Dokter Tamu adalah dokter dan dokter gigi yang kedudukannya bukan Staf
Medik Rumah Sakit yang karena reputasi atau keahliannya diundang secara
khusus berdasaskan perjanjian moment of name oleh RSUD Sumedang atas
permintaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan pada Pasien (DPJP)
untuk menangani atau melakukan pendampingan dalam penanganan kasus-
kasus yang tidak dapat ditangani oleh Staf Medik yang ada atau untuk
mendemonstrasikan suatu teknologi kedokteran baru.
(2). Persyaratan mendatangkan Dokter Tamu :
a) Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) mengajukan permohonan
untuk mengundang / mendatangkan Dokter Tamu dengan persetujuan
Kepala SMF kepada Direktur melalui Komite Medik.
b) Dokter Tamu harus memiliki STR dari KKI dan SIP di tempat lain yang
dikeluarkan Dinas Kesehatan propinsi/ kabupaten.
c) Setelah persyaratan diatas dilengkapi, Direktur akan mengizinkan dokter
tamu melakukan tindakan medik di Rumah Sakit dengan mengeluarkan
clinical Appointment Sementara dan harus diberitahukan/ memiliki
Surat Tugas dari Dinas Kesehatan Provinsi.
d) DPJP wajib memberikan penjelasan (dan minta persetujuan) kepada
pasien/ keluarganya perihal tindakan kedokteran dengan bantuan medik
dari dokter tamu.
(3).Ketentuan Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Dokter Tamu
Dokter Tamu tidak bekerja mandiri tetapi bekerja bersama dengan dan
untuk kepentingan DPJP oleh karena itu DPJP bertanggung-jawab dan
17
bertanggung Gugat penuh atas hasil kerja Dokter tamu sebagaimana telah
diperjanjikan.
BAB IV
PROSEDUR PENERIMAAN STAF MEDIK
Kualifikasi dan Persyaratan Umum
Pasal 26
18
(4) Berdasarkan permintaan rekrutmen dari unit pelayanan , Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Sumedang akan melakukan pengumuman
melalui surat pemberitahaun melalui media lainnya (surat kabar ,website).
(5) Prosedur melamar ditujukan kepada Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Sumedang.
(6) Hasil pengumpulan (kolecting) lamaran kemudian diverifikasi dan
diseleksi kelengkapan administrasinya.
(7) Bagi pelamar yang dinyatakan lulus seleksi administrasi, akan
direkomendasikan kepada Pimpinan Unit pelayanan yang membutuhkan
untuk menjalani seleksi di Unit Pelayanan.
19
(2) Calon yang dinyatakan lulus test kesehatan, akan mengikuti seleksi
wawancara yang meliputi : pemahaman dan pendalaman visi dan misi
Pelayanan, Visi-misi dan tujuan, peraturan RSUD Sumedang yang
meliputi hak-hak dan kewajiban, nilai kompensasi serta benefit lainnya
serta menggali komitmen dari pelamar tersebut.
BAB VI
KEWAJIBAN dan HAK STAF MEDIK
Kewajiban Staf Medik
Pasal 31
(1) Staf Medik dalam melaksanakan praktik kedokteran harus sesuai dengan
Ketentuan Standar Profesi, Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit,
Standar Prosedur Operasional dan ketentuan Internal Rumah Sakit yang
berlaku , untuk pencegahan , diagnosis, pengobatan dan pemulihan.
(2) Staf Medik wajib melaksanakan tugasnya sesuai dengan kompetensinya
yang mengacu kepada sertifikat kompetensi, STR dan SIP serta Clinical
Appointment dari Rumah Sakit.
(3) Staf Medik wajib melaksanakan kegiatan pendidikan, pelatihan dan
pembimbingan terhadap teman sejawat, dokter umum dan coass.
(4) Staf Medik wajib melaksanakan penelitian dan pengembangan profesi.
(5) Staf Medik wajib menyelenggarakan pelayanan medik prima yang
berpihak kepada pelanggan ( Good Clinical Governance ).
(6) Staf Medik senantiasa memberikan pelayanan medik dengan sistim
kendali mutu, kendali biaya, dan keselamatan pasien ( patient’s safety ).
20
(7) Staf Medik wajib melaksanakan tugas lain diluar tugas pokok yang
diberikan oleh Ka Kelompok Staf Medik, Komite Medik dan Direksi.
(8) Staf Medik wajib meningkatkan kualitas diri sendiri atau kelompok yang
berkesinambungan dengan mengadopsi perkembangan iptek kedokteran
yang dinamik serta berdaya guna bagi peningkatan kendali mutu dan
kendali biaya bagi kepentingan pasien.
(1) Hak Staf Medik tetap / organik diatur dalam Peraturan Yayasan dan
Peraturan pelaksanaan yang berlaku serta berhak mendapat bantuan
hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundang
undangan, Peraturan Rumah sakit dan peraturan pelaksanaannya, Standar
Kompetensi, Standar Pelayanan Medik dan Standar Prosedur
Operasional serta Clinical Appointment Rumah Sakit.
(2) Hak Staf Medik kontrak sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja , Peraturan
Rumah Sakit serta berhak mendapat bantuan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundang undangan ,
Peraturan rumah sakit dan peraturan pelaksanaannya, Standar
Kompetensi, Standar Pelayanan Medik dan Standar Prosedur
Operasional, Clinical Appointment Rumah Sakit serta sesuai dengan isi
perjanjian kerja.
(3) Hak Staf Medik mitra diatur dalam surat perjanjian kerja.
(4) Mendapatkan kesempatan konsultasi dari dokter lain yang tercatat sebagai
Staf Medik Rumah Sakit.
(5) Staf Medik (DPJP) berhak mendatangkan dokter tamu (visiting doctor)
yang tidak tercatat sebagai Staf Medik Rumah Sakit, baik untuk
kepentingan konsultasi dan atau untuk membantu melaksanakan sebagian
tindakan kedokteran yang tidak dapat dilakukan sendiri setelah mendapat
ijin dari Direksi dan melengkapi persyaratan sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang undangan yang berlaku.
(6) Staf Medik dapat memperoleh izin meninggalkan pekerjaan untuk
sementara waktu karena sakit atau karena alasan-alasan lain yang dapat
21
diterima, serta mendapatkan hak-hak lain yang mengikutinya sesuai
peraturan perundang undangan.
(7) Staf Medik berhak menjadi Dokter Penanggung-jawab Pelayanan (
DPJP ) sepanjang mempunyai kompetensi spesialis / subspesialis atau
dokter umum pada area pelayanan tertentu yang mendapatkan Clinical
Appointment dari Rumah Sakit.
(8) Hak Staf Medik berhubungan dengan pelaksanaan tugas fungsionalnya
diatur dalam dalam peraturan tersendiri.
Jasa Pelayanan
Pasal 33
Besaran Jasa Medik ditetapkan oleh Direktur mengacu kepada Pola Tarif yang
disetujui oleh Bupati/ Pemerintah Daerah.
Rujukan
Pasal 34
Staf Medik wajib sesegera mungkin merujuk ke dokter atau fasilitas kesehatan
lain bilamana terdapat keterbatasan kemampuan sarana, prasarana, peralatan,
alasan waktu atau karena hal lain yang dapat diterima dan atau tidak mampu
lagi untuk melakukan atau meneruskan upaya pelayanan kesehatan terhadap
pasien.
Informasi Medik
Pasal 35
(1) Staf Medik yang memberikan konsultasi dan atau melakukan tindakan
kedokteran dan kedokteran gigi kepada pasien wajib memberikan
informasi / penjelasan secukupnya kepada pasien / keluarga.
(2) Informasi yang dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya berupa
ringkasan kondisi pasien , tindakan kedokteran yang akan dilakukan
termasuk alternatif pilihan tindakan kedokteran yang akan dilakukan,
22
perkiraan biaya serta kemungkinan risiko yang mungkin timbul akibat
dilakukannya tindakan kedokteran .
(3) Pemberian informasi medik kepada pasien/ keluarga perihal akan
dilakukan tindakan medik yang beresiko harus dinyatakan secara tertulis
dan ditanda tangani oleh yang pasien / keluarga yang disaksikan oleh
tenaga kesehatan lain yang menyertai.
(4) Staf Medik wajib menjaga rahasia informasi medik pasien bahkan setelah
pasien meninggal dunia.
(5) Ketentuan tentang tata cara penyampaian informasi medik dan bentuk
informasi diatur kemudian dalam standar pelayanan Rumah Sakit.
Pasal 36
Rekam Medik
Pasal 37
(1) Staf Medik wajib menulis rekam medik segera setelah memberikan
tindakan kedokteran kepada pasien.
(2) Rekam Medik ditulis selengkap mungkin sekurang-kurangnya sesuai
yang diatur dalam peraturan perundang undangan.
(3) Tata cara pencatatan, penyimpanan dan pemeliharaan Rekam Medik
diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
23
(4) Direksi menunjuk Unit Pelaksana Rekam Medik dan Subkomite Rekam
Medik sebagai penanggung jawab pengelolaan Rekam Medik.
(5) Tata cara pelaksanaan pengelolaan Rekam Medik diatur lebih lanjut
dalam Pedoman yang ditetapkan oleh Direksi.
(1) Setiap Staf Medik bertanggung jawab atas kesalahan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien di Rumah Sakit.
(2) Setiap Staf Medik bertanggung jawab secara keperdataan kepada Rumah
Sakit dalam memberikan pelayanan kepada pasien di Rumah Sakit.
(3) Setiap Staf Medik yang memberikan pelayanan kepada pasien di Rumah
Sakit, maka ia bertanggung jawab secara hukum atas segala bentuk
kerugian yang dialami pasien akibat kelalaian dalam melakukan pelayanan
medik.
(4) Rumah Sakit bertanggung jawab kepada Staf Medik Tetap yang memberi
pelayanan di Rumah Sakit sesuai standar profesi, standar prosedur
operasional dan standar Rumah Sakit yang diduga karena kelalaian yang
menyebabkan kerugian bagi pasien
(1) Tindakan Koreksi dan atau pencegahan dilakukan apabila Staf Medik
dalam memberikan pelayanan medik berpotensi membahayakan
keselamatan pasien yang dianggap sebagai Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD).
(2) Laporan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dapat dibuat oleh siapa pun
yang melihat ,disampaikan secara tertulis disertai identitas pelapor kepada
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( KKPRS ) sesuai prosedur
yang telah disusun oleh KKPRS.
24
(3) KKPRS menindak lanjuti laporan dengan melakukan audit yang dimulai
dengan penelusuran akar masalah dan kemudian membuat rekomendasi
tindakan koreksi dan penilaian yang dilaporkan kepada Direksi.
(4) Direksi dapat menerima atau mengembalikan rekomendasi tersebut untuk
dilengkapi.
(5) Direksi menindak-lanjuti rekomendasi KKPRS dengan memberikan
keputusan.
(6) Keputusan yang dimaksud pada ayat (5) bisa berbentuk penolakan
tindakan koreksi, instruksi dilakukannya tindakan preventif, pemberian
peringatan tertulis, skorsing atau pembatasan kewenangan klinis untuk
jangka waktu tertentu bahkan sampai pemberhentian.
(1) Dalam hal terjadi penahanan terhadap Staf Medik oleh pihak yang
berwajib karena dugaan melakukan tindakan kriminal, maka Komite
Medik wajib melakukan penelitian dan membuat rekomendasi kepada
Direksi.
(2) Rekomendasi Komite Medik dapat berisi pencabutan kewenangan klinis
untuk sementara waktu atau permanen yang disampaikan kepada Direksi
sesuai hasil penelitian yang dilakukan.
25
BAB VII
KETENTUAN IZIN, CUTI dan PENGAKHIRAN HUBUNGAN KERJA
Dalam keadaan mendesak atau karena sesesuatu hal Staf Medik tidak dapat
melaksanakan kewajibannya menangani pasien untuk sementara waktu, maka
Staf Medik yang bersangkutan :
(1) Wajib memberitahukan dan meminta ijin kepada pasien /keluarga serta
Ketua SMF atau Direktur melalui Komite Medik.
(2) Menunjuk dokter pengganti yang sama jenis profesi maupun kompetensi
(sesuai STR) yang didelegasikan secara tertulis dan diberi tahukan dari
pasien.
Cuti
Pasal 43
Staf Medik tetap yang akan mengambil cuti atau meninggalkan tugas
sementara waktu harus mengajukan permohonan kepada Direktur minimal 10
hari sebelumnya , dengan ketentuan :
(1) Bagi Staf Medik anggota SMF harus mendapat persetujuan dulu dari Ka
SMF.
(2) Dokter tetap, dokter kontrak , dokter mitra yang menjalani cuti, maka
pengaturan terhadap tugas yang ditinggalkannya akan diatur oleh Ka
SMF.
(3) Dokter mitra yang menjalani cuti, tugas yang ditinggalkannya akan diatur
oleh Direksi.
(4) Staf Medik yang akan meninggalkan tugas harus melapor kepada Kepala
bidang Pelayanan Medik, ka bidang Penunjang Medik sebagai atasannya
dan Bagian SDM.
26
Pengakhiran Hubungan Kerja
Pasal 44
Berakhirnya hubungan kerja Staf Medik dengan rumah sakit , disebabkan Staf
Medik :
(1) Meninggal dunia.
(2) Memasuki masa pensiun.
(3) Pindah tugas dari Rumah Sakit
(4) Mengundurkan diri.
(5) Diberhentikan , karena terbukti melakukan pelanggaran etika profesi ,
disiplin dan peraturan rumah sakit , peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang dikenai sanksi pemutusan hubungan kerja.
(1) Prosedur perpanjangan masa tugas bagi Staf Medik kontrak dan mitra,
harus mengajukan surat permohonan secara tertulis kepada Direksi
selambat lambatnya 30 hari sebelum masa tugas berakhir.
(2) Dalam rangka evaluasi terhadap Staf Medik kontrak dan Mitra, Direksi
meminta Komite Medik / Subkomite Kredensial untuk melakukan proses
rekredensialing tentang clinical priviledges yang dimiliki Staf Medik
dimaksud untuk dipakai sebagai pertimbangan dalam memutuskan
menolak atau menyetujui perpanjangan masa tugasnya.
(3) Bagi Staf Medik kontrak dan mitra yang tidak mengajukan permohonan
perpanjangan, maka masa tugasnya berakhir dan secara otomatis
kehilangan kewenangan klinisnya.
27
BAB VIII
PENGORGANISASIAN STAF MEDIK
Kepala SMF
Pasal 47
(1) Kepala SMF dipilih dari Staf Medik Fungsional (SMF) nya.
(2) Persyaratan untuk diangkat menjadi Kepala SMF, antara lain :
a. Memiliki komitmen terhadap visi, misi, tujuan dan kebijakan Rumah
Sakit serta mempunyai kompetensi dan kredibilitas yang tinggi dalam
profesinya.
b. Memiliki karakter yang terbuka, bijaksana dan jujur, mempunyai
kepribadian yang dapat diterima dan dihormati di lingkungan
profesinya.
c. Mempunyai integritas keilmuan dan etika profesi yang tinggi serta
peka terhadap perkembangan perumah sakitan.
(3) Kepala SMF bertanggung-jawab secara fungsional kepada Komite Medik
dan secara struktural kepada Direktur.
(4) Kepala SMF diangkat dan diberhentikan oleh Direktur dengan
sepengetahuan komite medis.
(2) Program kerja dimaksud pada ayat (1) adalah penjabaran dari Kebijakan
Strategis Rumah Sakit.
28
(4) Bertanggung-jawab terhadap proses orientasi Staf Medik baru, kegiatan
pelayanan medik, penelitian dan pengembangan, serta pengawasan
terhadap kinerja Staf Medik dalam koordinasinya.
(5) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh Komite Medik dan Direksi.
(6) Membuat laporan secara berkala setiap triwulan kepada Direksi dan
Komite Medik tentang realisasi program kerja SMF, kinerja SMF, dan
melampirkan usulannya yang bersifat positif dan bertanggung-jawab.
(7) Membantu Direksi dan Komite Medik dalam mengawasi dan memberi
penilaian terhadap kinerja Staf Medik dalam lingkup SMF -nya.
29
(11) Mengusulkan pengadaan sarana dan prasarana bangunan, alat medik /
kesehatan dalam lingkup kerjanya kepada Direksi.
Pertemuan-Pertemuan SMF
Pasal 50
(1) Kepala SMF mengadakan pertemuan reguler dengan Direktur dan atau
dengan SMF lainnya sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan 1 kali.
(2) Ka SMF dapat meminta pertemuan khusus dengan Direktur setiap saat
untuk menyelesaikan suatu masalah yang khusus.
(3) Pertemuan di SMF sendiri diadakan secara reguler dan Khusus.
(4) Pertemuan reguler adalah pertemuan yang dilakukan secara teratur
sekurang-kurangnya sekali dalam 1 bulan.
(5) Pertemuan khusus adalah pertemuan yang diadakan khusus untuk
menyelesaikan suatu masalah yang mendesak.
(6) Setiap pertemuan dilaksanakan sesuai jadwal ,acara pertemuan, dan
dibuat catatan, notulensi rapat serta kesimpulan.
(7) Notulensi rapat dilaporkan kepada Komite Medik dengan tembusan
kepada Direktur.
(8) Pertemuan harus diadakan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
pelayanan medik.
BAB XI
Pasal 51
30
(3) Bila satu pasien karena penyakitnya diharuskan ditangani oleh lebih dari
satu orang staf medis berbeda disiplin ilmu ( rawat bersama lebih 1 SMF)
maka staf medis yang menangani keadaan klinis pasien yang paling berat
(mengancam jiwa) sebagai DPJP UTAMA dan staf medis lainnya
adalah DPJP TAMBAHAN.
(4) Bila didapat seorang pasien dengan penyakitnya dapat ditangani oleh lebih
dari satu staf medis yang berlainan profesi/spesialis dan semuanya
berkompeten untuk menanganinya maka yang paling berhak memberikan
pelayanan mengacu pada BUKU PUTIH ( WHITE PAPPER ) yang berlaku
di RSUD Sumedang.
(5) Pemberian pelayanan medis sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan medis dan standar prosedur operasional yang berlaku.
(6) Pasien mendapat pelayanan sesuai dengan diagnosa penyakitnya dan
ditangani oleh staf medis yang paling kompeten yang ada di RSUD
Sumedang. Bila pasen sedang ditangani oleh salah satu staf medis yang
kemudian ternyata didapat keadaan klinisnya diluar kompetensinya maka
wajib pasien tersebut dikonsultasikan kepada staf medis yang lebih
kompeten/ahli.
(7) Semua jaringan yang dikeluarkan dari tubuh pasen wajib dilakukan
pemeriksaan patologi anatominya.
BAB XII
(1) Peraturan Internal Staf Medis RSUD Sumedang ini ditinjau kembali
selambat-lambatnya setiap 5 tahun.
(2) Apabila dirasakan adanya kebutuhan, sewaktu-waktu dapat dilakukan
peninjauan kembali atas peraturan internal staf medis ini dengan melalui
proses rapat pleno Komite Medis dan disetujui oleh direktur.
31
BAB XIII
PENUTUP
Pasal 53
(1) Peraturan Internal Staf Medis RSUD Sumedang ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
(2) Semua peraturan rumah sakit yang dilaksanakan sebelum berlakunya
peraturan ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan ini.
Ditetapkan di Sumedang
Pada Tanggal : 23 April 2015
DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN SUMEDANG,
HILMAN TAUFIK. Ws
32